SKRIPSI
Oleh:
MUHAMMAD FAJAR IQBAL
1310611144
Dibawah Bimbingan :
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2020
PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG BIJI KAPUK (Ceiba
petandra) DALAM RANSUM TERHADAP ORGAN
PENCERNAAN DAN FISIOLOGIS PADA AYAM BROILER
SKRIPSI
Oleh:
MUHAMMAD FAJAR IQBAL
1310611144
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2020
PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG BIJI KAPUK (Ceiba
petandra) DALAM RANSUM TERHADAP ORGAN
PENCERNAAN DAN FISIOLOGIS PADA AYAM BROILER
MUHAMMAD FAJAR IQBAL, dibawah bimbingan
Prof. Dr. Ir. Erman Syahruddin, SU dan Dr. Ir. Zulkarnain, MS
Bagian Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan
Universitas Andalas, Padang 2020
ABSTRAK
Kata kunci : Tepung Biji Kapuk, Broiler, Proventrikulus, Ventrikulus, Hati, Ginjal
KATA PENGANTAR
Andalas.
Ketua dan Sekretaris Program Studi Fakultas Peternakan, Ketua dan Sekretaris
Bidang Ilmu dan Teknologi Produksi Ternak, Staf Pengajar, Staf Laboratorium,
dan ibunda tercinta (Aluan), kakak tercinta (Febrisia, Febrianto, Oka Satria), serta
keluarga besar yang menjadi penyemangat bagi penulis. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih perlu perbaikan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
i
saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis mengharapkan
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN ………………………………………........ 1
iii
III. MATERI DAN METODE ………………………………...... 17
iv
4.4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase Ginjal Ayam
33
Broiler ……………………………………………………
LAMPIRAN …………………………………………………………. 41
v
DAFTAR TABEL
NO Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
NO Halaman
vii
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
5. Dokumentasi ……………………………………………………. 48
viii
I. PENDAHULUAN
Kebutuhan akan daging pada saat ini sangat pesat untuk memenuhi asupan
protein didalam tubuh. Sumber protein tidak hanya berasal dari daging sapi,
kerbau, maupun kambing, sumber protein juga bisa berasal dari unggas, salah
broiler sangat ditentukan oleh ransum yang diberikan. Menurut Amrullah (2006)
ayam pedaging mampu menghasilkan bobot badan 1,5-1,9 kg/ekor pada usia 5-6
minggu. Dijelaskan lebih lanjut bahwa ayam broiler pada minggu ke 4 bobot
badan 1,480 kg/ekor dengan konversi pakannya adalah 1,431 (Nuryanto, 2007).
Pakan ternak merupakan salah satu komponen produksi pada suatu usaha
peternakan unggas, namun perbaikan pakan menjadi masalah terkait dengan biaya
produksi ransum yang mencapai sekitar 60-70% dari biaya produksi (Listiyowati
dan Roospitasari, 2000). Oleh karena itu penggunaan bahan pakan yang mahal
harus dapat dikurangi dengan cara menggunakan bahan pakan alternatif yang
lebih murah, mudah didapat, tersedia secara kontinyu, kualitasnya baik dan
namun mempunyai kandungan nutrisi yang tetap baik. Salah satu bahan pakan
alternatif yang dapat digunakan yaitu tepung biji kapuk (Ceiba petandra).
1
Biji kapuk mempunyai kandungan nutrisi yang baik seperti protein,
karbohidrat, lemak dan asam amino yang sangat penting untuk kebutuhan ternak.
Selain itu, harganya murah dan potensinya cukup besar. Biji kapuk mengandung
protein yang cukup tinggi yaitu 32,7% dari bahan kering dan telah banyak
digunakan sebagai makanan ternak unggas dan digunakan sebagai salah satu
bahan pakan sumber protein nabati. Tingginya kandungan protein tersebut maka
biji kapuk dapat digunakan sebagai sumber nutrisi dalam pakan unggas.
asam siklopropenoat (Hertrampf & Felicita, 2000; Francis dkk., 2001). Gossypol
ditemukan dalam bentuk bebas, bentuk beracun dan bentuk ikatan yang tidak
meningkatkan daya guna bahan pakan lokal tersebut menjadi 20-40% dalam
Pemberian biji kapuk sebelumnya telah dilakukan pada ayam petelur dan
hasilnya pemberian biji kapuk ini tidak memiliki pengaruh terhadap konsumsi
pakan, koversi pakan dan poduksi telur, hal ini karena biji kapuk yang digunakan
(1973), penggunaan tepung biji kapuk bisa digunakan sampai 8%. Oleh karena itu
pada penelitian ini digunakan perlakuan sebanyak 0%, 4%, 8% dan 12% untuk
mengetahui hasil jika penggunaan tepung biji kapuk lebih kecil atau lebih besar
2
pemanfaatan tepung biji kapuk sebagai bahan penyusun ransum terhadap organ
pencernaan dan fisiologis pada ayam broiler. Sebelum tepung biji kapuk dicampur
dengan ransum, biji kapuk di lakukan proses pengukusan yang bertujuan untuk
mengurangi zat antinutrisi seperti gossypol. Gossypol pada biji kapuk dapat
mengganngu kinerja organ pencernaan dan fisiologis, jika kinerja terganggu maka
kesehatan merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan dalam suatu usaha
karena pada organ tersebut sangat penting dalam proses metabolisme dan ekskresi
dalam tubuh.
tanggal 27 maret 2018 didapatkan kandungan kadar air 18,75%, protein kasar
3
1.2. Rumusan masalah
ayam broiler berpengaruh terhadap Organ pencernaan dan fisiologis pada ayam
broiler dan pada level berapa pemberian tepung biji kapuk (Ceiba petandra)
biji kapuk (Ceiba petandra) dalam ransum dan level terbaik terhadap organ
pencernaan dan fisiologis (proventikulus, ventrikulus, hati dan ginjal) pada ayam
broiler.
menyusun ransum ayam broiler dengan penambahan tepung biji kapuk dalam
pakan ayam broiler dan dapat mengetahui bagaimana pengaruh tepung biji kapuk
kapuk (Ceiba petandra) dalam ransum terhadap organ pencernaan dan fisiologis
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
Budidaya ternak unggas tercatat sejak tahun 100 SM di India dari 14.000
ayam mutiara dan burung kuau), Columbuformes (burung tekukur dan merpati).
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Phylum : Chordata
Subphylum : Vetebrata
Devisi : Carinathae
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Family : Phasianidae
Genus : Gallus
mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke
tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah. Ayam broiler merupakan ayam
5
penghasil daging yang memiliki kecepatan tumbuh pesat dalam kurun waktu
badan 1,5-1,9 kg/ekor pada usia 5-6 minggu. Dijelaskan lebih lanjut bahwa ayam
broiler pada minggu ke 4 bobot badan 1,480 kg/ekor dengan konversi pakannya
pertumbuhan yang cepat, konversi pakan yang baik dan dapat dipotong pada usia
yang relatif muda sehingga sirkulasi pemeliharaannya lebih cepat dan efesien
serta menghasilkan daging yang berkualitas baik (Murtidjo, 1992). Ayam broiler
adalah ayam jantan/betina muda yang berumur dibawah 8 minggu ketika dijual
mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik (Rasyaf, 1994).
ternak lain, kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan atau produksi daging dalam
waktu yang relative cepat atau singkat sekitar 4 sampai 5 minggu produksi daging
berumur kurang dari 8 minggu, daging lembut, empuk, dan gurih dengan bobot
hidup berkisar antara 1,5 sampai dengan 2,0 kg/ekor. Sedangkan menurut Rasyaf
(2009), yang dimaksud dengan broiler (ayam potong) adalah ayam yang muda
jantan atau betina yang berumur dibawah 8 minggu dengan bobot tertentu,
6
Berdasarkan hasil penelitian Syahruddin, dkk (2015) dengan enam
perlakuan untuk menggantikan 0, 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% dari bungkil
kedelai dengan biji kapuk fermentasi dengan empat kali ulangan. Variabel yang
diukur adalah asupan pakan, konversi pakan dan pendapatan atas biaya pakan
(laba kotor), serta variabel yang terkait dengan produksi telur (produksi hari ayam
dan berat telur), ketebalan indeks warna kulit telur dan kuning telur untuk kualitas
telur. Hasil analisis varians menunjukkan bahwa substitusi protein pakan kedelai
dengan protein dari biji kapuk terfermentasi menjadi 100% dalam pakan asli ayam
petelur tidak berpengaruh signifikan ( P > 0,05) pada pakan konsumsi, produksi
Tengah dan Jawa Timur dengan potensi sekitar 8.324 ton/tahun. Biji kapuk ini
(Parakkasi, 1990; Hartutik, 2000; Mazida, 2007). Dari segi ilmu makanan ternak
dalam bijinya yang dapat mencapai 50% yang mengandung protein yang lebih
tinggi (dibanding dengan biji kapuk yang lengkap dengan kulit) yakni 52-56%.
konsumsi pakan yang signifikan karena itu biji kapuk telah difermentasi dengan
7
mirip dengan bungkil kedelai. Akibatnya, penggunaan biji kapuk yang
difermentasi hingga 29,35% dalam ransum ayam petelur, sama dengan 100%
substitusi makan kedelai, tidak berpengaruh pada pakan asupan. Selain itu, tidak
energi metabolis, protein dan nutrisi lainnya serupa di setiap perawatan. Menurut
Syahruddin dan Herawaty (2010) menunjukkan bahwa biji kapuk dari kapuk segar
yang disediakan dalam diet ayam broiler lebih dari 9% dapat mengurangi
yang layak dimakan oleh ayam dan telah disusun mengikuti aturan tertentu.
Aturan itu meliputi nilai kebutuhan gizi bagi ayam dan nilai kandungan gizi dari
bahan makanan yang digunakan. Penyamaan nilai gizi yang ada di dalam bahan
makanan yang digunakan dengan nilai gizi yang dibutuhkan ayam dinamakan
perkandangan, wadah pakan, kandungan zat makanan dalam pakan dan stress
jumlah ransum yang dikonsumsi untuk memproduksi satu kilogram berat badan
8
yang biasa disebut konversi ransum, semakin, semakin kecil rasionya berarti
semakin efisen produksi ternak tersebut. Biaya produksi merupakan biaya terbesar
dalam suatu usaha peternakan yaitu sekitar 60-70% berasal dari pakan dan
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral dalam jumlah berimbang. Selain
memperhatikan kualitas pemberian ransum juga harus sesuai dengan umur ayam
karena nilai gizi dan jumlah ransum yang diperlukan pada setiap pertumbuhan
Ayam broiler umur 4 minggu makanan harus mengandung protein kasar 21- 24%,
mengandung protein kasar minimal 19,0%, lemak kasar maksimal 7,4%, serat
minimal 2900 kkal/kg dan untuk periode finisher protein kasar minimal 18,0%,
lemak kasar maksimal 8,0%, serat kasar maksimal 6,0%, kalsium 0,9-1,2%, fosfor
2006). Untuk kelompok ayam dari umur tertentu dan diternakkan untuk tujuan
jumlahnya tertentu pula. Sehingga ada ransum yang khusus untuk anak ayam,
ayam petelur, dan ayam pembibit yang masing-masing kadar proteinnya tidak
9
Tabel 1. Kebutuhan Gizi Ayam Broiler
Gizi Starter ( 0-3 minggu) Finisher (3-6 minggu)
Kadar air (%) 10 10
Protein (%) 23 23
Energi (Kkal EM/ kg) 3200 3200
Lisin (%) 1,1 1
Metionin+ Lisin (%) 0,9 0,72
Ca (%) 1 0,9
P (%) 0,45 0,35
Sumber: NRC (1994)
yang rendah begitu sebaliknya. Bahan makanan yang biasa digunakan sebagai
pembentuk ransum ayam adalah bekatul, dedak, bungkil kelapa, bungkil kacang,
bungkil kacang kedelai, tepung ikan, jagung kuning, lemak dan minyak (Rasyaf,
2004).
pakan yang diberikan sangat bergantung dari jenis ayam yang dipelihara, sistem
pemeliharaan dan tujuan produksi. Disamping itu juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang berkaitan dengan genetik dan lingkungan tempat ternak itu dipelihara.
Nasional Indonesia (2006) dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3 sebagai berikut:
10
Tabel 3. Kebutuhan Nutrisi Broiler dan Energi Metabolisme Periode Finisher
No Parameter Satuan Persyaratan
1 Kadar air % Maks. 14,0
2 Protein kasar % Min. 18,0
3 Lemak kasar % Maks. 8,0
4 Serat kasar % Maks. 6,0
5 Abu % Maks. 8,0
6 Kalsium (Ca) % 0,90 – 1,20
7 Fospor (P) total % 0,60 – 1,00
8 Energy Metabolisme (ME) Kkal/Kg Min. 2900
Sumber : Standar Nasional Indonesia (2006)b
2.4.1. Proventrikulus
secara otomatis akan mengeluarkan cairan kelenjar pada saat makanan melewati
mensekresikan asam klorida, enzim, dan getah lambung yang berfungsi mencerna
protein dan lemak (Nesheim dkk., 1979). Asam klorida berfungsi mengaktifkan
menjadi pepton, dan lipase mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
proventrikulus makanan berjalan secara cepat dan dalam jangka waktu yang
11
(North, 1978). Oleh karena pakan berlalu cepat melalui proventrikulus maka tidak
ada pencernaan material pakan. Bobot proventrikulus ayam pedaging pada umur
42 hari adalah 0,33% dari bobot badan akhir. Amrullah (2004) menyatakan besar
2.4.2. Ventrikulus
antara proventrikulus dan batas atas dari intestine tersusun dari jaringan otot tebal
dan tidak menghasilkan enzim pencernaan. Organ ini mempunyai otot-otot yang
kuat sehingga dapat menghasilkan tenaga yang besar dan mempunyai mucosa
yang tebal (North and Bell, 1984). Perototan ventrikulus dapat melakukan gerakan
meremas kurang lebih empat kali dalam satu menit (Akoso, 1993).
bersambungan dengan usus halus dan yang satu bagian lainnya berhubungan
partikel-partikel berukuran besar menjadi lebih kecil, halus dan lunak untuk
dengan pepsin dan HCL dimana protein sudah mulai dicerna dan mineral sudah
antara 1,6-2,3% terhadap bobot hidup. Brake dkk. (1993) menyatakan bahwa pada
umur lima minggu bobot ventrikulus ayam betina sekitar 2% dan pada ayam
jantan sekitar 1,8% dari bobot badan. Bobot ventrikulus dipengaruhi oleh umur,
bobot badan dan makanan. Pemberian makanan yang lebih banyak akan
12
menyebabkan aktivitas ventrikulus lebih besar untuk mencerna makanan sehingga
urat daging ventrikulus menjadi lebih tebal dan memperbesar ukuran ventrikulus
(Prilyana, 1984).
2.4.3. Hati
Hati merupakan jaringan berwarna merah kecoklatan yang terdiri dari dua
lobus besar, terletak pada lengkupan duodenum dan rempela (Jull, 1979). Hati
memiliki peran penting dan fungsi yang komplek dalam proses metabolisme
lemak, protein, zat besi, sekresi empedu, fungsi detoksifikasi, pembentukan sel
glikogen yang dibagikan keseluruh tubuh melalui aliran darah. Hati merupakan
lingkungan lambung otot dan duodenum. Hati terbagi menjadi dua bagian lobus
yang memiliki warna merah coklat dan menghasilkan empedu yang ditampung
Menurut Erwan dan Resmi (2003), menyatakan bahwa bobot hati ayam
broiler pada kisaran normal yaitu 2-2,5% dari bobot badan. Sedangkan menurut
Suprayitno (2006), persentase bobot hati ayam broiler strain Cobb pada umur 35
hari yaitu berkisar antara 2,54-2,87%, dan menurut Puspitasari (2006) berkisar
antara 1,75-2,21%.
perubahan warna hati, pembesaran dan pengecilan pada salah satu lobi serta tidak
13
atau coklat terang dan apabila keracunan warna hati akan berubah menjadi kuning.
tidak selalu teramati karena kemampuan regenerasi jaringan hati yang sangat
tinggi. Ukuran berat, konsistensi dan warna hati unggas dipengaruhi oleh bangsa,
umur, dan makanan yang diberikan kepada setiap ternak. Bobot hati juga
hati (Sturki, 1976). Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya hati yaitu
bila adanya racun dan bibit penyakit yang masuk bersama makanan (Ressang,
1984).
2.4.4. Ginjal
Ginjal pada unggas terletak di belakang paru–paru dan berjumlah dua buah.
Saluran ureter menghubungkan antara ginjal dengan kloaka (Bell dan Weaver,
dengan mengeluarakan zat–zat seperti air yang berlebih, sisa metabolisme, garam-
garam organik, dan bahan–bahan lain yang terlarut dalam darah (Ressang, 1984).
Ginjal merupakan organ yang menyaring plasma dari darah dan secara
selektif menyerap kembali air serta unsur–unsur berguna dari filtrat, yang pada
Suprijatna dkk. (2008) menyatakan fungsi utama ginjal adalah memproduksi urin
melalui pertama filtrasi darah sehingga air dan limbah metabolisme diekskresikan.
Sependapat dengan hasil penelitian Normasari (2000) bahwa pada ayam broiler
14
yang berumur 42 hari dengan pemberian onggok fermentasi memiliki bobot ginjal
15
III. MATERI DAN METODE
Penelitian ini menggunakan ayam broiler strain CP 707 sebanyak 100 ekor,
kawat dan kayu yang ditempatkan dalam ruangan atau bangunan kandang . Per-
makan, tempat minum dan termometer untuk mengatur suhu kandang, serta lampu
pijar. Peralatan lain tirai penutup, ember, timbangan dan koran. Timbangan
poultry shop dengan komposisi terdiri dari: jagung, dedak, bungkil kedelai,
tepung ikan, minyak kelapa, top mix dan tepung biji kapuk yang dibuat sendiri.
Pakan broiler yang digunakan pada minggu pertama dan minggu kedua adalah
pakan komersil dan selanjutnya menggunakan ransum yang diaduk sendiri seperti
makanan dan energi metabolisme bahan pakan ransum dapat dilihat pada Tabel 4.
16
Tabel 4. Kandungan zat-zat makanan dan Energi Metabolisme Bahan penyusun
ransum penelitian.
Bahan pakan PK SK LK Ca P ME
Jagung a
9.55 3.80 2.18 0.38 0.33 3370
Dedak a
10.60 10.84 4.09 0.70 0.09 1630
Tepung ikan b
51.00 2.80 1.52 5.55 2.60 2580
Bungkil Kedelaia 45.00 7.50 2.49 0.63 0.32 2240
Top mix b
0.00 0.00 0.00 5.38 1.14 0.00
Minyak b
0.00 0.00 100 0.00 0.00 8600
Biji kapuk kukus 18.57
c
24.33 23.85 0.24 0.9 2670
Sumber: a: Nuraini dkk., (2013)
b: Hasil analisa laboratorium nutrisi non ruminansia fakultas
peternakan unand (2012)
c: Hasil analisa laboratorium nutrisi non ruminansia fakultas
peternakan unand (2018)
Tabel 5. Komposisi bahan penyusun pakan (%) dan kandungan nutrisi serta
energi metabolisme.
Bahan pakan Ransum A Ransum B Ransum C Ransum D
Jagung 52.00 51.00 51.00 49.50
Dedak 14.00 13.50 11.00 9.00
Tepung ikan 13.50 13.50 13.50 13.50
Bungkil kedelai 16.00 14.00 13.00 12.50
Top mix 0.50 0.50 0.50 0.50
Minyak 4.00 3.50 3.00 3.00
Biji kapuk 0.00 4.00 8.00 12.00
TOTAL 100.00 100.00 100.00 100.00
Protein 20.53 20.22 20.25 20.41
Serat Kasar 5.07 5.80 6.42 7.09
Lemak 6.30 6.00 6.99 7.82
Kalsium 1.17 1.16 1.148 1.13
Pospor 0.59 0.61 0.64 0.67
ME (kkal/kg) 3031.30 3008.45 3009.10 3021.55
17
3.2. Metode Penelitian
Acak Lengkap ( RAL ) dengan 4 perlakuan dan 5 kali ulangan yang masing-
masing unit 5 ekor ayam broiler. Perlakuan pada penelitian ini adalah pemberian
(1995):
Yij = μ + τi + εij
Keterangan :
bobot ventrikulus
x100%
bobot akhir
18
3. Persentase Hati
Dalam mencari bobot hati, digunakan rumus:
bobot hati
x 100%
bobot akhir
Singkarak.
bersih.
(Gambar1)
19
Dilakukan pengayakan untuk memisahkan serat.
Biji kapuk
Dicuci
penyakit seperti: air yang tergenang, adanya tumpukan sampah dan saluran
rodalon.
dengan rodalon.
20
e. Mempersiapkan lampu pijar 60 watt sehari sebelum ayam masuk ke unit
kandang box, guna untuk menstabilkan suhu 24 jam sebelum DOC datang,
kandang.
Day old chick ( DOC ) ditempatkan pada kandang dengan alas lantai
pijar) sehari sebelum DOC datang guna untuk menstabilkan suhu/ menghangatkan
menggunakan vaksin strain ND B1 melalui tetes mata pada umur empat hari.
pakan dan air minum secara ad libitum. Ransum yang digunakan adalah ransum
CP 311 umur 1 hari sampai 14 hari dan umur 15 hari sampai 42 hari diberi ransum
yang diaduk sendiri dengan komponen terdiri dari: jagung, dedak, bungkil kedelai,
tepung ikan, top mix, minyak kelapa dan tepung biji kapuk.
Ayam ditempatkan dalam box secara acak karena beratnya sama dengan
kovarian < 15%. Ransum perlakuan diberi kode dan perlakuan ditempatkan secara
21
K1 K2 K3 K4 K5
A
B B D C
D
A D A B
B
C A C A
C
D C B D
Keterangan: A,B,C,D = Perlakuan K = Kelompok / Ulangan
dikumpul dan ditimbang setiap hari. Pemberian air minum diberikan secara
adlibitum. Kandang, tempat makan, tempat air minum serta kotoran dibersikan
Semua data yang diperoleh diolah secara statistik dengan analis keragaman
sesuai dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang digunakan. Analis ragam
dapat dilihat pada Tabel 3, jika terdapat perbedaan antara perlakuan diuji dengan
dengan Duncan’s Multiple range Test (DMRT) sesuai prosedur menurut Steel dan
Torrie (1995).
22
3.5. Waktu dan Tempat penelitian
23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa rataan proventakulus pada ayam broiler
paling rendah terdapat pada perlakuan A dengan rataan 0.39% dan rataan yang
tertinggi terdapat pada perlakuan D dengan rataan 0,65%. Hasil analisis sidik
Pada perlakuan ransum 12 persen tepung biji kapuk berpengaruh sangat nyata
adalah 0,36%-0,65% dari bobot hidup. Hasil tersebut lebih tinggi dari penelitian.
Hasil uji DMRT (Duncan’s Multiple New Range Test) menunjukan bahwa
perlakuan A (0%) berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap perlakuan B (4%) dan
24
perlakuan C (8%) sedangkan pada perlakuan D (12%) memberikan pengaruh
perlakuan B (4%) berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap perlakuan C (8%) namun
dosis tepung kapuk tinggi sehingga kadar gossypol dalam ransum tinggi,
phenolic yang terdapat dalam gossypol dapat menghambat kerja enzim tripsin dan
ayam pedaging pada umur 42 hari adalah 0,33% dari bobot badan akhir.
Pada Tabel 8 terlihat semakin tinggi persentase tepung biji kapuk yang
mengandung zat anti nutrisi gossypol (polyphenol) dan asam siklopropenoat yang
berpotensi toksik pada ayam broiler , sehingga sulit dicerna oleh tubuh ayam
(HCl) pepsin dan enzim dalam pakan yang diberikan. Selain itu, Biji kapuk
25
mengandung konsentrasi gossypol yang cukup tinggi untuk menghasilkan
termasuk pada ayam broiler. Dilanjutkan menurut Hertrampf and Felicita (2000)
bahwa biji kapuk juga mengandung zat anti nutrisi gossypol (polyphenol) dan
asam siklopropenoat yang berpotensi toksik pada ayam pedaging. Sementara itu,
hewan monogastrik, seperti burung, ikan dan hewan pengerat, lebih rentan
anoreksia, kelemahan, apatis, dan kematian setelah beberapa hari. Yang sesaui
tiroid.
kapuk (Ceiba petandra) dalam ransum terhadap organ pencernaan dan fisiologis
tepung biji kapas yang merupakan bahan mirip biji kapuk dalam pakan beberapa
jenis ikan. Berdasarkan hasil penelitian Hertrampf and Felicitas (2000) Tingkat
kecernaan tepung biji kapas pada ikan lele berkisar 71,2%-90,6%; dan pada ikan
26
4.2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase Ventrikulus Ayam Broiler
Pada tabel 9 dapat dilihat bahwa rataan Ventrikulus pada ayam broiler
yang terendah terdapat pada perlakuan A (0%) dengan rataan 1,73 % dan rataan
yang tertinggi terdapat pada perlakuan D (12%) dengan rataan 1.80%. Hasil
hingga taraf 12% dalam ransum penelitian tidak berpengaruh terhadap persentase
perbedaan tidak nyata (P>0.05) bobot ventrikulus pemberian tepung biji kapuk
(Ceiba petandra) dalam ransum terhadap organ pencernaan dan fisiologis pada
ayam broiler. Meskipun berbeda tidak nyata biji kapuk dapat menurunkan
kecernaan energi pakan, sehingga ayam yang diberi pakan mengandung tepung
biji kapuk tersebut sudah mengalami penurunan ketersediaan energi tercerna.` Hal
ini akan berdampak pada efek gossypol serta kinerja pertumbuhan pada ayam
broiler. Semakin tinggi pemberian tepung biji kapuk semakin tinggi bobot
menjadi lebih kecil, halus dan lunak untuk memudahkan proses pencernaan
selanjutnya.
27
Berbeda tidak nyatanya (P>0.5) perlakuan yang diberikan terhadap
yang signifikan karena itu biji kapuk telah difermentasi dengan tepat dan
dengan bungkil kedelai. Sependapat dengan Syahruddin, dkk (2015) tidak ada
perbedaan konsumsi pakan yang signifikan karena itu biji kapuk telah
kapuk yang difermentasi hingga 29,35% dalam ransum ayam petelur, sama
dengan 100% substitusi makan kedelai, tidak berpengaruh pada pakan asupan.
ransum yang konsumsi ayam broiler tehadap pemberian tepung biji kapuk. Biji
kapuk ini memiliki kandungan minyak 22%-44% dan asam lemak esensial
linoleat (27% total lemak), dan belum dimanfaatkan dengan optimum. Kemudian
karena peningkatan serat dalam pakan. Hal ini mengakibatkan beban ventrikulus
lebih besar untuk memperkecil ukuran partikel ransum secara fisik, akibatnya urat
ventrikulus.
Rataan bobot ventrikulus yang dihasilkan antara 1,73% -1,80%. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fenita dkk. (2008) bahwa
bobot relatif dari Ventrikulus yaitu 1,69% - 1,98%. Dilanjutkan oleh Brake dkk.
(1993) yang menyatakan bahwa pada umur lima minggu bobot Ventrikulus ayam
betina sekitar 2% dan pada ayam jantan sekitar 1,8% dari bobot badan. Hal ini
28
juga sesuai dengan hasil penelitian Putnam (1991) menyatakan bahwa persentase
makanan yang lebih banyak akan menyebabkan aktivitas ventrikulus lebih besar
untuk mencerna makanan sehingga urat daging ventrikulus menjadi lebih tebal
29
4.3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase Hati Ayam Broiler
hati pada ayam broiler, karena adanya pengaruh perlakuan yang diberikan.
Tabel 10. Rataan Persentase Hati Broiler Untuk Masing-Masing Perlakuan Ayam
Broiler.
Perlakuan Nilai Rata-rata dan Superskrip
A 2,48 a
B 2,49 a
C 2,50 a
D 3,09 b
Keterangan : abnilai superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
SE : Standar Error
Pada tabel 10 dapat dilihat bahwa rataan hati pada ayam broiler yang
terendah terdapat pada perlakuan A (0%) dengan rataan 2.48 % dan rataan yang
tertinggi terdapat pada perlakuan D (12%) dengan rataan 3.09 %. Hasil analisis
(P<0.01) bobot hati pemberian tepung biji kapuk (Ceiba petandra) dalam ransum
terhadap organ pencernaan dan fisiologis pada ayam broiler. Hal ini disebabkan
amilase, dan protease, dengan meningkatnya kandungan tepung biji kapuk dalam
pakan. Hati memiliki peran penting dan fungsi yang komplek dalam proses
Hasil uji DMRT (Duncan’s Multiple New Range Test) menunjukan bahwa
perlakuan A (0%) berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap perlakuan B (4%) dan
30
(12%). Persentase hati pada perlakuan B (4%) berbeda tidak nyata (P>0,05)
perlakuan D (12%) dan Persentase hati pada perlakuan C (8%) berbeda sangat
pengaruh yang merugikan terhadap nilai gizi makanan ternak dan dapat meracuni
hati, karena gossypol dapat mengikat protein, asam amino yang spesifik, dan
mineral fosfor. Tabel 10 diatas, Rataan persentase hati hasil penelitian yang
dihasilkan antara 2,48%-3,09%. Hasil penelitian ini tinggi dari hasil penelitian
Erwan dan Resmi (2003) bahwa bobot hati ayam broiler pada kisaran normal
yaitu 2-2,5% dari bobot badan dan masih melebihi hasil dari penelitian Suprayitno
(2006), bahwa persentase bobot hati ayam broiler strain Cobb pada umur 35 hari
yaitu berkisar antara 2,54-2,87%, serta lebih tinggi lagi dari hasil penelitian
ginjal pada ayam broiler, karena adanya pengaruh perlakuan yang diberikan.
Tabel 11.
31
Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa rataan hati pada ayam broiler yang
terendah terdapat pada perlakuan A (0%) dengan rataan 0.61 % dan rataan yang
tertinggi terdapat pada perlakuan D (12%) dengan rataan 0.79 %. Hasil analisis
(P<0.01) bobot ginjal pemberian tepung biji kapuk (Ceiba petandra) dalam
ransum terhadap organ pencernaan dan fisiologis pada ayam broiler. Hal ini
disebabkan biji kapuk ini memiliki kandungan asam lemak esensial linoleat (27%
total lemak) dan belum dimanfaatkan dengan optimum untuk keseimbangan asam
Hasil uji DMRT (Duncan’s Multiple New Range Test) menunjukan bahwa
perlakuan A (0%) berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap perlakuan B (4%) dan
(12%). Persentase ginjal pada perlakuan B (4%) berbeda tidak nyata (P>0,05)
perlakuan D (12%) dan pada persentase ginjal perlakuan C (8%) berbeda sangat
biji kapuk maka semakin besar bobot ginjal disebabkan besarnya kerja ginjal
dalam sistem metabolisme terhadap ransum penambahan tepung biji kapuk dalam
ransum ayam broiler. Karena ginjal bertugas untuk menjaga keseimbangan cairan
dan elektrolit, keseimbangan asam basa, dan ekskresi produk sisa nitrogen. Hal ini
disebabkan karena adanya zat beracun pada biji kapuk yakni asam sianida.
sianida dapat merangsang ginjal menjadi lebih aktif. Sehingga dengan akibatnya
kerja ginjal menjadi lebih ekstra dan terjadi pembengkakan. Selain itu, disebabkan
32
ginjal memiliki peran kunci dalam pengaturan keseimbangan dan
masing-masing ginjal dengan kloaka. Urine pada unggas terutama tersusun atas
asam urat yang bercampur dengan feses pada kloaka dan keluar sebagai kotoran
B (4%) dengan rataan 0,62%, pelakuan C (8%) dengan rataan 0,64% dan pada
menyatakan bahwa fungsi utama ginjal adalah memproduksi urin melalui filtrasi
darah sehingga air dan limbah metabolime disekresikan. Proses yang selanjutnya
terjadi yaitu reabsorbsi beberapa nutrien (misalnya glukosa dan elektrolit) yang
kemudian digunakan kecuali oleh tubuh. Kapuk diolah sebagai pakan unggas
dengan air juga dapat menurunkan kandungan tannin dan asam fitat.
kandungan tannin dalam biji asam jawa (tamarin) mengalami penurunan berturut-
20 menit, dan 0,2665% pada pengukusan 30 menit. Hal tersebut diperkuat oleh
perebusan, kandungan gossypol dalam biji kapas akan semakin menurun. Hasil
33
Persentase ginjal hasil penelitian berkisar antara 0.61%-0.79% dari bobot
hidup, persentase tersebut lebih tinggi dari penelitian Lubis dkk., (2007) yang
34
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
penggunaan tepung biji kapuk (Ceiba petandra) dalam ransum ayam broiler
berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap Proventrikulus, Hati dan Ginjal ayam
broiler serta tidak berpengaruh (P>0.05) terhadap ventrikulus ayam broiler. Hasil
penelitian yang terbaik terdapat pada perlakuan C yaitu penggunaan tepung biji
kapuk (Ceiba petandra) dalam ransum ayam broiler yang terbaik sebanyak 8%
5.2. Saran
kapuk (Ceiba petandra) yang terbaik dalam ransum ayam broiler pada level
35
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, I.K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan ke-2. Lembaga Satu
Gunungbudi, Bogor.
Amrullah. I. K. 2006. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor.
Anggrodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Azis, A., F. Manin dan Afriani. 2010. Penampilan produksi ayam broiler yang
diberi Bacillus circulans dan Bacillus sp. selama periode pemulihan setelah
pembatasan ransum. Med. Pet. 33: 12-17.
Brake Putnam, P.A. 1991. Handbook of Animal Science. Academy Press, San
Diego.
Cai, Y., Zhang, H., Zeng, Y., Mo, J., Bao, I., Miao, C., Bai, I., Yann, F., and Chen,
F. 2004. An optimazed gossypol high-performance liquid chromatography
assay and Its application in evaluatio haln of different gland genotypes of
cotton. Journal Bio Sci, 29: 67-71.
Card, L. E. dan M. Neshim. 1972. Poultry Production. 11 th Ed. Lea and Febiger
Philadelpia
Francis, G., Hannder, P. S. M., and Becker, K. 2001. Antinutritional factor present
in plantderived alternate fish fedd ingredients and their effects in Fish.
Aquaculture, 199: 197227.
36
Hardjoswaro dan Rukminasih. 2000. Peneingkatan Produksi Ternak Unggas.
Penerba Swadaya, Jakarta.
Hartutik. 2000. Evaluasi nilai nutrisi bungkil biji kapuk randu, Ceiba petandra
Gaertn, dalam ransum ruminansi. Disertasi, Pascasarjana UGM.
Jogyakarta.
Hertrampf, I. W and Felicitas P. 2000. Hand book on ingredients for aqua culture
feeds. Kluwer Academic Publishers. Dorcirechtl Boston/London.
Jull, M. A. 1979. Succesfull Poultry Management 1 St.Ed. Mc. Graw Hill Book
Company. Inc New York.
Nuraini, M., E. Mahata and Nirwansyah. 2013. Response of Broiler Fed Cocoa
Pod Fermented by Panerochaete chrysosporium and Monascus Purpureus
in The Diet. Pakstan Journal of Nutrition 12. (9): 886-888.
Nuryanto. 2007. Sexing untuk Performa Optimal. Trobos 90 Maret 2007 tahun
VIII, Jakarta.
37
Pinto, B. 2011. Analisis Risiko Produksi pada Peternakan Ayam Broiler Milik
Bapak Restu di Desa Cijayanti Kecamatan Babakan Madang Kabupaten
Bogor. Skripsi, Bogor.
Ressang, A.A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Edisi ke-2. CV Percetakan Bali,
Denpasar.
Sangadji, I. 1998. Aspek nutrisi dan pubertas kambing dara yang diberi konsentrat
dengan penambahan bungkil biji kapuk (Ceiba petandra). Tesis. Program
Pasca sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Standar Nasional Indonesia. 2006. (SNI 01-3930-2006) Pakan anak ayam ras
pedaging (broiler starter). Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Standar Nasional Indonesia. 2006. (SNI 01-3931-2006) Pakan ayam ras pedaging
masa akhir (broiler finisher). Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
38
Suprijatna, E., U. Atmomarsono, & R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Cetakan ke-2. Penebar Swadaya, Jakarta.
Syahruddin, E., and Herawaty, R. 2010. Giving Fresh Kapok Seed against
Performance. Broiler Research Report, Faculty of Animal Husbandry,
Andalas University, Padang.
Syahruddin,E., Rita Herawaty, dan Azhar Ibrahim. 2015. Effect of Substitution of
Fermented Kapok Seed (Ceiba petandra) to Soybean Meal on
Production and Egg Quality from Native Laying Hens. David
Publishing.5: 5833-838
Tantolo, S. 2009. Perbandingan performans dua strain broiler yang mengkonsumsi
air kunyit. Fakultas Pertanian Jurusan Peternakan, Universitas Lampung,
Lampung.
39
Lampiran 1. Analisis Statistik Keragaman Persentase Bobot Proventrikulus
Ayam Broiler (%) Setiap Perlakuan Selama Penelitian.
Perlakuan Total Rataan
Ulangan A B C D
1 0,40 0,41 0,42 0,45 1,68 0.42
2 0,45 0,50 0,50 0,54 1,99 0.50
3 0,37 0,44 0,43 0,65 1,89 0.47
4 0,37 0,39 0,44 0,76 1,96 0.49
5 0,36 0,37 0,43 0,86 2,02 0.51
Total 1,95 2,11 2,31 3,26 9,54 2.39
Rataan 0,39 0,42 0,44 0,65 1,91
FK = (Y…)2/r.t
= (9.54)2/20
= 4.551
JKT = ∑(yj) – FK
= (0,402+0,412 +…+0,862) – 4,551
= 0.340
JKP = ∑(yj)2/k – FK
= ((1,95) 2 + (2,11) 2 +.... + (3,26) 2 /5) _ 4,551
= 0.212
JKS = JKT – JKP
= 0.340– 0,212
= 0,128
KTP = JKP/dbP
= 0,212/3
= 0,071
KTS = JKS/db S
= 0,128/16
= 0,008
F.Hit = KTP/KTS
= 0,071/0,008
=8,809
SE = √KTS/r
= √0,008/5
= 0,018
Analisis Keragaman
F.Tabel
SK Db JK KT F.Hitung Keterangan
0,05 0,01
Sangat
0,212 0,071 8.809** 3,24 5,29
Perlakuan 3 berbeda nyata
0,128 0,008
Sisa 16
0,018
Total 19
Ket: (**) Berbeda Sangat Nyata (P<0,01)
40
Uji Lanjut DMRT
Superskrip
AA BA CA DB
41
Lampiran 2. Analisis Statistik Keragaman Persentase Bobot Ventrikulus Ayam
Broiler (%) Setiap Perlakuan Selama Penelitian.
Perlakuan Total Rataan
Ulangan A B C D
1 1.82 2.00 1.90 1.95 7.67 1,92
2 1.85 1.95 1.86 1.80 7.46 1,87
3 1.60 1.70 1.75 1.78 6.83 1,71
4 1.45 1.59 1.73 1.76 6.53 1,63
5 1.93 1.65 1.72 1.70 7.00 1,75
Total 8.65 8.89 8.96 8.99 35.49 8,87
FK = (Y…)2/r.t
= ( 35,49)2/20
= 62.977
JKT = ∑(yj) – FK
= (1,822+2,002 +…+1,70 2) – 62,98
= 0,370
JKP = ∑(yj)2/k – FK
= (9,128) 2 + (8,889) 2 +.... + (7,10) 2 _ 62,98
5
= 0,014
JKS = JKT – JKP
= 0,369– 0,014
= 0,356
KTP = JKP/dbP
= 0,014/3
= 0,005
KTS = JKS/db S
= 0,355/16
= 0,022
F.Hit = KTP/KTS
= 0,035/0,022
= 0.214
SE = √KTS/r
= √0,022/5
= 0,030
Analisis Keragaman
F.Tabel
SK Db JK KT F.Hitung Keterangan
0,05 0,01
0,014 0,005 0.214 3,24 5,29
Perlakuan 3 Ns
0,356 0,022
Sisa 16
0.019
Total 19
Ket: (ns) Berbeda Tidak Nyata (P>0,05)
42
Lampiran 3. Analisis Statistik Keragaman Persentase Bobot Hati Ayam Broiler
(%) Setiap Perlakuan Selama Penelitian.
FK = (Y…)2/r.t
= ( 52,83)2/20
= 139,550
JKT = ∑(yj) – FK
= (2,452+2,502 +…+3,182) – 139,550
= 1,435
JKP = ∑(yj)2/k – FK
= (12,42) 2 + (12,46) 2 +.... + (15,44) 2 _ 139,550
5
= 1,330
JKS = JKT – JKP
= 1,435– 1,330
= 0,105
KTP = JKP/dbP
= 1,33077/3
= 0.443
KTS = JKS/db S
= 0,105/16
= 0,007
F.Hit = KTP/KTS
= 0,443/0,007
= 67.319
SE = √KTS/r
= √0,007/5
= 0.017
43
Analisis Keragaman
F.Tabel
SK Db JK KT F.Hitung Keterangan
0,05 0,01
Perlakuan 3 1,330 0,443 67,319** 3,24 5,29 Berbeda sgt nyata
Sisa 16 0,105 0,007
Total 19 0,076
Ket: (**) Berbeda Nyata (P<0,01)
Superskrip
AA BA CA DB
44
Lampiran 4. Analisis Statistik Keragaman Persentase Bobot Ginjal Ayam Broiler
(%) Setiap Perlakuan Selama Penelitian.
Perlakuan Total Rataan
Ulangan A B C D
1 0.57 0.64 0.70 0.87 2,78 0,70
2 0.58 0.54 0.69 0.76 2,57 0,64
3 0.59 0.58 0.66 0.85 2,68 0,67
4 0.64 0.68 0.67 0.75 2,74 0,69
5 0.65 0.64 0.48 0.71 2,48 0,62
Total 3,03 3,08 3,20 3,94 13,25 3,31
Rataan 0,61 0,62 0,64 0,79 2,65
FK = (Y…)2/r.t
= (13,25)2/20
= 8,778
JKT = ∑(yj) – FK
= (0,572+0,642 +…+0,712) – 8,778
= 0,178
JKP = ∑(yj)2/k – FK
= (3,03) 2 + (3,08) 2 +.... + (3,94) 2 _ 8,778
5
= 0,108
JKS = JKT – JKP
= 0,178 – 0,108
= 0,070
KTP = JKP/dbP
= 0,108/3
= 0,036
KTS = JKS/db S
= 0,070/16
= 0,004
F.Hit = KTP/KTS
= 0,036/0,004
= 8,290
SE = √KTS/r
= √0,004/5
= 0,013
45
Analisis Keragaman
F.Tabel
SK Db JK KT F.Hitung Keterangan
0,05 0,01
Perlakuan 3 0,108 0,036 8,290** 3,24 5,29 Berbeda sgt nyata
Sisa 16 0,070 0,004
Total 19 0,009
Ket: (**) Berbeda Sangat Nyata (P<0,01)
Superskrip
AA BA CA DB
46
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian
47
Penempatan ayam pada box Penimbangan ayam
Penelitian D perlakuan D
48
Perlakuan D Perlakuan D
49
RIWAYAT HIDUP
Bencana Mahasiswa Asrama) selama satu tahun. Pada bulan Juli sampai agustus
2016 penulis mengikuti Kliah Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten Solok Selatan.
Teknis (UPT) Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang sebagai salah satu
Andalas, Padang.
50