Kasus Malapraktik
Kasus Malapraktik
YOGYAKARTA
Abstract Abstrak
/DSRUDQ +DVLO 3HQHOLWLDQ \DQJ GLGDQDL 8QLW 3HQHOLWLDQ GDQ 3HQJHPEDQJDQ )DNXOWDV +XNXP 8QLYHUVLWDV *DGMDK
0DGD 7DKXQ
'RVHQ %DJLDQ +XNXP $FDUD )DNXOWDV +XNXP 8QLYHUVLWDV *DGMDK 0DGD <RJ\DNDUWD
H PDLO VDQGUDBDULVW\D#\DKRR IU
1
Fred Ameln, 1991, Kapita Selekta Hukum Kedokteran *UD¿NDWDPD -D\D -DNDUWD KOP
Aristya, Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta
6DDW VHVHRUDQJ PHQXQWXW VHRUDQJ dan tegas. Oleh karena itu, hingga hari ini,
dokter atau rumah sakit secara perdata, PDOSUDNWLN SLGDQD SHUGDWD GDQ DGPLQLVWUD
maka dapat dipastikan dia bermaksud tif masih diadili sesuai dengan ketentuan
memperoleh ganti kerugian atas tindakan yang berlaku sekarang, yaitu tunduk
malpraktik yang terjadi. Padahal, profesi pada kompetensi pengadilan negeri, yang
kedokteran merupakan suatu profesi dengan mana hukum acaranya belum memiliki
standar dan intelektualitas yang tinggi di atas kekhususan, meskipun sebenarnya pada
UDWD UDWD PDV\DUDNDW XPXPQ\D A priori, UDQFDQJDQ 8QGDQJ 8QGDQJ 1R 7DKXQ
sangat sulit untuk menentukan suatu \DQJ GLXVXONDQ '35 SDGD VDDW LWX
tindakan medis seorang dokter memenuhi sebenarnya terdapat konsep pembentukan
unsur malpraktik, mengingat adanya kode 3HUDGLODQ 'LVLSOLQ 3URIHVL 7HQDJD 0HGLV
etik, standar operasional prosedur, dan yang memiliki hukum acara tersendiri.
standar profesi, tanpa melupakan eksistensi
komite penegak etik maupun disiplin B. Rumusan Permasalahan
NHGRNWHUDQ VHSHUWL .RPLWH 0HGLN GDQ %HUGDVDUNDQ XUDLDQ ODWDU EHODNDQJ WHU
0DMHOLV .HKRUPDWDQ 'LVLSOLQ .HGRNWHUDQ VHEXW 7HUMDGLQ\D PDOSUDNWLN KDUXV GLEXNWL
Indonesia. Dari aspek legislasinya, peraturan NDQ VHFDUD PHGLV PDND GHQJDQ EHUSHGRP
tentang kesehatan dan profesi kedokteran an pada dasar hukum penuntutan ganti
MXJD WHODK GLDWXU GDODP 8QGDQJ 8QGDQJ rugi yang diatur dalam Pasal 1365, 1366,
1R 7DKXQ GDQ 8QGDQJ 8QGDQJ GDQ .LWDE 8QGDQJ 8QGDQJ +XNXP
1R 7DKXQ 3HUGDWD .8+3HUGDWD VHUWD 3DVDO
6HPXD SHUDWXUDQ GDQ QRUPD \DQJ D\DW 8QGDQJ 8QGDQJ 1R 7DKXQ
DGD LQL VHDNDQ DNDQ PHQXQMXNNDQ EDKZD 1992 jo 8QGDQJ 8QGDQJ 1R 7DKXQ
dokter, rumah sakit dan tenaga kesehatan itu WHQWDQJ .HVHKDWDQ EDJDLPDQDNDK
“easily touchable by the law and potentially mengharmonisasikan pembuktian secara
forgiven by the law” di saat yang sama. medis ke dalam sistem pembuktian perdata
Hal ini dikarenakan, sekali seorang dokter SRVLWLI"
diduga melakukan malpraktik, jika menurut
standar kedokteran tindakan medis yang C. Metode Penelitian
dilakukan itu sudah benar dan layak meski Penelitian ini merupakan penelitian
NHPXQJNLQDQ DNLEDWQ\D GDSDW PHQLPEXO \DQJ EHUVLIDW QRUPDWLI \XULGLV \DLWX SHQH
kan kerugian, maka dia terlepas dari litian mengenai teori, kaidah (norma) dan
tanggung gugatnya, baik secara sipil, publik, sistematika hukum, serta bersifat empiris
maupun kriminal. karena studi lapangan juga dilakukan.
Pada penelitian ini, malpraktik perdata 6WXGL ODSDQJDQ LQL GLODNXNDQ GDODP UDQJND
merupakan fokus yang dianalisis, terutama PHQJXPSXONDQ GDWD GDWD SULPHU \DQJ
GDUL VHJL SHPEXNWLDQQ\D $GDQ\D 8QGDQJ diperoleh dari para responden, yaitu dokter
8QGDQJ 1R 7DKXQ WHQWDQJ 3UDNWLN serta advokat dan hakim yang pernah
.HGRNWHUDQ WHUQ\DWD EHOXP PHUXPXVNDQ menangani perkara malpraktik, sedangkan
persoalan malpraktik medis secara jelas data sekunder diperoleh melalui analisis
MIMBAR HUKUM Edisi Khusus, November 2011, Halaman 1 - 237
bahan hukum primer, sekunder dan tersier WHJDV 6HODLQ WLGDN DGDQ\D GH¿QLVL HNVSOLVLW
yang menguraikan tentang teori, kaidah PHQJHQDL PDOSUDNWLN WLGDN DGD DWXUDQ
(norma) dan sistematika hukum yang dalam aturan khusus yang mengatur mengenai
hal ini berkaitan dengan hukum pembuktian SHQ\HOHVDLDQ VHQJNHWD PHGLN PHODOXL SUR
perdata dan hukum acara perdata, serta sedur litigasi (persidangan pengadilan)
hukum kesehatan dan malpraktik medis. DQWDUD SDVLHQ GHQJDQ GRNWHU WHQDJD NHVH
hatan/rumah sakit (selanjutnya cukup
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan GLVHEXW GRNWHU GDODP KDO SUDNWLN NH
Medical malpractice, atau malpraktik dokteran ataupun pelayanan kesehatan.
PHGLV PHQXUXW WHRUL XPXP GDSDW GLNHORP Oleh sebab itu, penelitian ini bermaksud
pokan dalam dua konsep, yaitu malpraktik mengharmonisasikan sistem pembuktian
dari aspek etika (ethical malpractice) dan yang diatur dalam hukum acara perdata
malpraktik dari aspek hukum (juridical positif dengan pembuktian mengenai
malpractice).2 Lebih lanjut, juridical mal- malpraktik yang dilakukan dari segi medis.
practice terdiri atas tiga kategori yang lebih 1. Dasar Tuntutan Perdata terhadap
VSHVL¿N \DLWX PDOSUDNWLN SLGDQD criminal Kasus Dugaan Malpraktik
malpractice), malpraktik perdata (civil 6HEHOXP PHPDKDPL VLVWHP GDQ PHND
malpractice) dan malpraktik administratif nisme pembuktian medis yang berkaitan
(administrative malpractice).3 dengan tuntutan perdata kasus malpraktik,
Pada penelitian ini, malpraktik perdata maka perlu dilakukan suatu review
merupakan fokus yang telah dianalisis, NRPSUHKHQVLI PHQJHQDL GDVDU GDVDU \DQJ
terutama dari segi pembuktiannya. dapat menjadi landasan untuk menuntut
Malpraktik perdata dapat dikatakan terjadi secara perdata kasus dugaan malpraktik.
ketika suatu tindakan malpraktik telah 8QWXN PHQJHWDKXLQ\D PDND SHUOX GLXUDL
menyebabkan luka ataupun kematian bagi kan dua hal yang secara umum merupakan
seseorang yang diduga disebabkan oleh DODVDQ JXJDWDQ SHUGDWD \DLWX PDOSUDNWLN
kesalahan, kelalaian, maupun pelanggaran sebagai akibat pelanggaran perjanjian
aturan hukum oleh dokter/tenaga kesehatan/ terapeutik dan (2) pertanggungjawaban
rumah sakit, dimana tindakan malpraktik dokter dalam konteks fault liability.
WHUVHEXW WLGDN WXQGXN SDGD DWXUDQ DWXUDQ a. Malpraktik sebagai Akibat Pelang-
hukum pidana maupun administratif. garan Perjanjian Terapeutik
'L ,QGRQHVLD DGDQ\D 8QGDQJ Perkembangan hukum kesehatan saat
8QGDQJ 1R 7DKXQ WHQWDQJ 3UDNWLN ini telah merubah paradigma lama yang
.HGRNWHUDQ WHUQ\DWD EHOXP PHUXPXVNDQ menetapkan bahwa hubungan antara
persoalan malpraktik medis secara jelas dan pasien dengan dokter adalah hubungan
2
/LKDW OHELK ODQMXW GDODP 6XGMDUL 6ROLFKLQ Malpraktik Medik %DJLDQ ,OPX .HGRNWHUDQ )RUHQVLN GDQ
0HGLNROHJDO )DNXOWDV .HGRNWHUDQ 8QLYHUVLWDV $LUODQJJD 6XUDED\D KOP
3
Ibid.
4
6D¿WUL +DUL\DQL Sengketa Medik: Alternatif Penyelesaian Perselisihan Antara Dokter Dengan Pasien,
'LDGLW 0HGLD -DNDUWD KOP
Aristya, Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta
paternalistik4 GLPDQD VDWX SLKDN NH adalah inspanning, hak dan kewajiban yang
dudukannya lebih lemah dari pihak lain. muncul dari hubungan hukum hukum antara
Hubungan antara dokter dengan pasien pasien dan dokter harus tetap dilaksanakan
yang saat ini semakin ditegaskan oleh dan jaminan hukumnya tetap tunduk pada
8QGDQJ 8QGDQJ 1R 7DKXQ WHQWDQJ aturan umum tentang perjanjian.
3UDNWLN .HGRNWHUDQ DGDODK KXEXQJDQ \DQJ Berdasarkan ilmu tentang hukum
sifatnya kontraktual. Hubungan kontraktual perjanjian, dikenal ajaran hukum Belanda
ini bersandar pada pemikiran bahwa pasien mengenai wanprestasi, yang merupakan
dan dokter memiliki kebebasan atas hak terjemahan dari prestasi buruk.6 :DQ
yang dimilikinya dan adanya kedudukan di SUHVWDVL SDGD GDVDUQ\D GLGH¿QLVLNDQ
antara kedua pihak yang setara. sebagai cedera janji yang disebabkan oleh
'DODP ELGDQJ KXNXP NHVHKDWDQ SHU kelalaian/kealpaan maupun pelanggaran
janjian yang timbul dari hubungan hukum SHUMDQMLDQ 6XEHNWL PHQ\DWDNDQ VHVHRDUDJ
DQWDUD GRNWHU GHQJDQ SDVLHQ DGDODK SHUMDQ GLDQJJDS PHODNXNDQ ZDQSUHVWDVL MLND GLD
MLDQ WHUDSHXWLN 3HUMDQMLDQ WHUDSHXWLN GLGH¿ tidak melakukan apa yang disanggupi akan
nisikan sebagai perjanjian antara dokter dilakukannya; melaksanakan apa yang
dengan pasien, berupa hubungan hukum dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana
\DQJ PHODKLUNDQ KDN GDQ NHZDMLEDQ EDJL NH PHVWLQ\D PHODNXNDQ DSD \DQJ GLMDQMLNDQ
dua belah pihak.5 -LND PHOLKDW SDGD NDUDNWHU nya tetapi terlambat; atau melakukan
perjanjian terapeutik, maka perjanjian ini sesuatu yang menurut perjanjian tidak
dapat dikategorikan sebagai inspanning ver- boleh dilakukannya.7
bintenis karena hasil yang dikehendaki dari 8QWXN PHOLQGXQJL NHSHQWLQJDQ SLKDN
suatu tindakan medik (baik berupa diagnosis yang dirugikan dari wanprestasi tersebut,
PDXSXQ WHUDSLV SHUDZDWDQ DGDODK XSD\D maka pertanggungjawaban pihak yang
upaya yang tepat untuk menghasilkan PHODNXNDQ ZDQSUHVWDVL GLDWXU GDODP .8+
kesembuhan pada pasien dan bukannya 3HUGDWD 'DODP NDLWDQQ\D GHQJDQ KXEXQJ
kepastian kesembuhan pasien itu sendiri. DQ DQWDUD GRNWHU GHQJDQ SDVLHQ PDND ZDQ
Berdasarkan tinjauan teori dan prestasi atas perjanjian terapeutik antara
pustaka, maka dapat disimpulkan bahwa dokter dengan pasien dapat menjadi dasar
hubungan hukum antara dokter dengan tuntutan terjadinya malpraktik perdata.
pasien dilandasi pada suatu perjanjian yang Dokter berkewajiban untuk melakukan
disebut dengan perjanjian terapeutik, yang pelayanan kesehatan dengan penuh
SDGD XPXPQ\D WXQGXN SDGD DWXUDQ DWXUDQ kesungguhan dan dengan mengerahkan
\DQJ WHUPXDW GDODP .8+3HUGDWD NKXVXV segala kemampuan serta perhatiannya
Q\D %XNX ,,, \DQJ PHQJDWXU WHQWDQJ SHU sesuai dengan standar profesinya, sehingga
ikatan. Meskipun sifat perjanjian teurapetik penyimpangan yang dilakukan seorang
5
%DKGHU - 1DVXWLRQ Hukum Kesehatan: Pertanggungjawaban Dokter 5LQHND &LSWD -DNDUWD KOP
6
6XEHNWL Hukum Perjanjian FHWDNDQ NH ;9, 37 ,QWHUPDVD -DNDUWD KOP
7
Ibid.
%DKGHU - 1DVXWLRQ Op.cit., hlm. 13.
MIMBAR HUKUM Edisi Khusus, November 2011, Halaman 1 - 237
9
6D¿WUL +DUL\DQL Op.cit., hlm. 444.
%DKGHU - 1DVXWLRQ Op.cit., hlm. 16.
11
%DFD 3DVDO .8+3HUGDWD
Aristya, Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta
gugatnya (liability) atas dasar telah gugatan perdata, namun unsur kesalahan
terjadi perbuatan melawan hukum/PMH dan kelalaian tersebut harus merupakan
(onrechtmatigedaad 3HQXQWXWDQ JDQWL NH penyebab, baik langsung maupun tidak
rugian atas dasar onrechtmatigedaad ini ODQJVXQJ DWDV NHUXJLDQ \DQJ Q\DWD Q\DWD
WLGDN SHUOX GLGDKXOXL GHQJDQ DGDQ\D SHU dialami oleh pasien untuk membuktikan
MDQMLDQ WHUDSHXWLN 6HSHUWL WHODK GLXUDLNDQ bahwa benar telah terjadi suatu tindakan
sebelumnya dalam tinjauan pustaka, maka PDOSUDNWLN 6HKLQJJD WDQSD DGDQ\D NHUXJL
untuk melakukan penuntutan ganti rugi an yang nyata dari pasien, seorang dokter
berdasarkan PMH yang diduga dilakukan yang telah terbukti lalai atau salah dalam
ROHK GRNWHU KDUXV GLSHQXKL XQVXU XQVXU WHU PHODNXNDQ VXDWX SHUDZDWDQ DWDX SHQJREDW
WHQWX \DLWX DGD SHUEXDWDQ \DQJ Q\DWD an tidak serta merta dinyatakan telah
nyata melawan hukum; (2) melanggar hak melakukan PMH untuk kemudian wajib
subjektif orang lain; (3) ada kesalahan; (4) memberikan ganti kerugian atas kelalaian
ada kerugian; dan (5) adanya hubungan dan kesalahannya.
causal VHEDE DNLEDW DQWDUD 30+ GHQJDQ 2) Pertanggungjawaban Perdata Ber-
NHUXJLDQ \DQJ Q\DWD Q\DWD GLGHULWD ROHK dasarkan Pasal 1366 KUHPerdata
pihak yang dirugikan. 6HRUDQJ GRNWHU GDSDW GLWXQWXW DWDV
7LGDN DGD GH¿QLVL \DQJ GLUXPXVNDQ dasar lalai yang menimbulkan kerugian.
VHFDUD MHODV GDQ WHJDV GDODP SHUDWXUDQ SHU Dasar gugatan ini diatur dalam Pasal 1366
XQGDQJ XQGDQJDQ WHQWDQJ 30+ 7HRUL ODPD .8+3HUGDWD .HODODLDQ DWDX NHNXUDQJ
PHQGH¿QLVLNDQ 30+ VHEDJDL VHJDOD VHVXDWX KDWL KDWLDQ GDSDW WHUMDGL NHWLND VXDWX
\DQJ EHUWHQWDQJDQ GHQJDQ XQGDQJ XQGDQJ SHULODNX WLGDN VHVXDL GHQJDQ VWDQGDU NH
Namun ada yurisprudensi Lindenbaum ODNXDQ \DQJ GLWHWDSNDQ GDODP XQGDQJ
Cohen Arrest Hoge Raad SDGD -DQXDUL XQGDQJ 0HQXUXW WHRUL LOPX KXNXP NHOD
1919 yang berusaha memberikan pengertian laian pada dasarnya merupakan kesalahan
\DQJ NRQVWDQ PHQJHQDL 30+ \DLWX (tort), namun kesalahan dalam arti sempit.
setiap tindakan atau kelalaian baik .HODODLDQ GLVHEXW MXJD negligence in tort.
\DQJ PHODQJJDU KDN RUDQJ ODLQ 6HVHRUDQJ GDSDW PHQJDMXNDQ JXJDWDQ
bertentangan dengan kewajiban hukum dengan dasar negligence. Meskipun begitu,
diri sendiri; (3) menyalahi pandangan
DGD HOHPHQ HOHPHQ negligence yang
etis yang umumnya dianut (adat istiadat
yang baik) atau kesusilaan yang baik; (4) KDUXV WHUSHQXKL XQWXN PHQJDMXNDQ JXJDW
EHUODZDQDQ GHQJDQ VLNDS KDWL KDWL \DQJ DQ SHUGDWD \DLWX VXDWX WLQJNDK ODNX
VHKDUXVQ\D GLLQGDKNDQ GDODP SHUJDXO yang menimbulkan kerugian, tidak sesuai
an masyarakat terhadap diri atau benda GHQJDQ VLNDS KDWL KDWL \DQJ QRUPDO
orang lain.12 \DQJ KDUXV GLEXNWLNDQ DGDODK EDKZD WHU
0HVNLSXQ XQVXU NHODODLDQ GDQ NHVDODK JXJDW ODODL GDODP NHZDMLEDQ EHUKDWL KDWL
an dari pihak dokter merupakan unsur yang nya terhadap penggugat; dan (3) kelalaian
determinan dalam hal pengajuan suatu ini merupakan penyebab yang nyata
12
6D¿WUL +DUL\DQL Op.cit., hlm. 45.
Aristya, Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta
atau proximate cause dari kerugian yang orang itu melakukan tugas dan kewajiban
timbul. yang diberikan oleh rumah sakit, serta
.HODODLDQ PHGLV DGDODK VDODK VDWX SHUWDQJJXQJMDZDEDQ DWDV VHJDOD REDW
bentuk dari malpraktik medis, sekaligus REDW DQ DODW GDQ EDUDQJ VHUWD WHNQRORJL
merupakan bentuk malpraktik medis yang yang berada di bawah pengawasan dan
SDOLQJ VHULQJ WHUMDGL 3DGD GDVDUQ\D NHODODL kekuasaannya.
an terjadi apabila seseorang dengan tidak Dalam praktiknya, seorang dokter/
sengaja, melakukan sesuatu (commission) WHQDJD NHVHKDWDQ UXPDK VDNLW GDSDW GL
yang seharusnya tidak dilakukan, atau anggap melakukan malpraktik yang
tidak melakukan sesuatu (ommission) GLVHEDENDQ ROHK EHEHUDSD IDNWRU \DLWX
yang seharusnya dilakukan oleh orang GRNWHU NXUDQJ PHQJXDVDL LOPX SHQJHWDKX
ODLQ \DQJ PHPLOLNL NXDOL¿NDVL \DQJ VDPD an dan teknologi kedokteran yang sudah
pada suatu keadaan dan situasi yang sama. EHUODNX XPXP GLNDODQJDQ SURIHVL NH
Pada umumnya kelalaian yang dilakukan GRNWHUDQ PHPEHULNDQ SHOD\DQDQ NHGRNWHU
seseorang bukanlah merupakan perbuatan an dibawah standar profesi (bertentangan
yang dapat dihukum, kecuali apabila dengan prinsip lege artis); melakukan
dilakukan oleh orang yang seharusnya kelalaian yang berat atau memberikan
EHUGDVDUNDQ VLIDW SURIHVLQ\D EHUWLQGDN KDWL SHOD\DQDQ GHQJDQ WLGDN KDWL KDWL PHODNX
hati dan telah mengakibatkan kerugian atau kan tindakan medik yang bertentangan
cedera bagi orang lain. GHQJDQ KXNXP %HEHUDSD XUDLDQ VHEHOXP
3) Pertanggungjawaban Perdata Ber- Q\D PHUXSDNDQ GDVDU GDVDU \DQJ GDSDW
dasarkan Pasal 1367 KUHPerdata digunakan untuk mengajukan gugatan
%HUGDVDUNDQ 3DVDO .8+3HUGDWD perdata baik yang diatur secara teori dan
PDND VHWLDS RUDQJ WLGDN KDQ\D EHUWDQJ normatif maupun yang ditemukan dalam
gungjawab atas kerugian yang disebabkan SUDNWLN 6XDWX KDO PHQDULN \DQJ SHUOX
perbuatannya sendiri, tetapi juga kerugian disinggung lebih lanjut adalah menilai
\DQJ GLVHEDENDQ ROHK SHUEXDWDQ RUDQJ perlu tidaknya mengadopsi konsep liability
orang yang menjadi tanggungannya atau without fault atau sering disebut strict
GLVHEDENDQ ROHK EDUDQJ EDUDQJ \DQJ EHU liability dalam menangani kasus malpraktik
DGD GL EDZDK SHQJDZDVDQQ\D .HWHQWXDQ perdata.
ini dapat dianggap mengimplementasikan Dari segi teoritis sebenarnya banyak
asas vicarious liability \DQJ DUWLQ\D SHU pembahasan dan penelitian ilmiah yang
tanggungjawaban renteng/bersama. Asas mulai mengarahkan agar para praktisi
vicarious liability yang terkandung dalam hukum kesehatan menerima dan mengadosi
3DVDO .8+3HUGDWD SDGD GDVDUQ\D NRQVHS LQL $ODVDQ XPXPQ\D DGDODK GL
PHUXMXN SDGD SHUWDQJJXQJMDZDEDQ NRU karenakan kasus malpraktik adalah kasus
porasi (corporate liability), yang secara khusus, yang harus diperlakukan secara
VSHVL¿N EHUXSD WDQJJXQJ MDZDE UXPDK NKXVXV SXOD 6HPHQWDUD EHUGDVDUNDQ SHQH
VDNLW DWDV VHJDOD WLQGDNDQ RUDQJ RUDQJ litian yang dilakukan, praktisi justru tidak
\DQJ EHNHUMD SDGDQ\D VHODPD RUDQJ menyetujui jika dalam kasus malpraktik
MIMBAR HUKUM Edisi Khusus, November 2011, Halaman 1 - 237
perdata diadopsi konsep strict liability dapat terlihat secara jelas (clear), tegas
ini. Pertimbangan pertama adalah bahwa (explicit) dan tidak perlu diperdebatkan
SURIHVL PHGLV LQL PHPLOLNL EDWDV EDWDV lagi (undebatable ,QL PHUXSDNDQ LPSOH
kemampuan, maksudnya adalah profesi mentasi nyata dari doktrin res ipsa
medis tidak menjamin kepastian akan loquitur. Doktrin res ipsa loquitur (the
mencapai hasil yang sempurna, namun thing speaks for itself) banyak dijadikan
XSD\D XQWXN PHQFDSDL KDVLO \DQJ EDLN 6H DFXDQ ROHK EHEHUDSD QHJDUD GDODP PHQJ
ODLQ LWX NDVXV PDOSUDNWLN SHUGDWD VHEHQDU adili kasus dugaan malpraktik. Doktrin
nya lebih merupakan medical professional ini pada dasarnya menyatakan bahwa
negligence and misconduct, yang berarti IDNWD IDNWD PHQJHQDL NHODODLDQ PDXSXQ
kesalahan, kekeliruan dan pelanggaran kesalahan dokter dapat dilihat secara jelas
GDODP SURIHVLRQDOLVPH NHGRNWHUDQ NH dan gamblang, tanpa harus dilakukan
sehatan), bukan suatu extraordinary crime pembuktian secara lebih detail, mendalam
NHMDKDWDQ OXDU ELDVD %DKNDQ XQWXN PDO dan rumit.
praktik pidana, dimasukkan dalam kategori 6HSHUWL NDVXV \DQJ SHUQDK WHUMDGL GL
kejahatan murni pun tidak selayaknya, <RJ\DNDUWD PLVDOQ\D NHWLND VHRUDQJ SDVLHQ
kecuali untuk malpraktik pidana berat yang \DQJ PHQJDODPL VDNLW GL VDODK VDWX NDNL
dimensi kesengajaannya (dolus) diasumsi nya, namun yang dioperasi adalah kaki
cukup tinggi. \DQJ ODLQ $WDX NHWLND WHUGDSDW DODW DODW
2. Pembuktian Secara Medis dalam kedokteran seperti pisau atau benda lain
Kasus Malpraktik Perdata yang tertinggal (yang seharusnya tidak
8QWXN PHPDKDPL UXDQJ OLQJNXS GDQ tertinggal) di dalam tubuh pasien yang
mekanisme pembuktian medis dalam hal WHODK GLRSHUDVL -LND PHQGDVDUNDQ SDGD
PHQLQGDNODQMXWL WXQWXWDQ PDOSUDNWLN SHU doktrin res ipsa loquitur ini, memang
data, maka perlu diuraikan secara jelas pembuktian secara medis yang mendetail,
PHQJHQDL D GH¿QLVL SHPEXNWLDQ PHGLV UXPLW GDQ EHUEHOLW EHOLW WLGDN GLSHUOXNDQ
dan (b) ruang lingkup pembuktian secara Oleh karena itu, ada pendapat bahwa
medis. VHEHQDUQ\D PHPEXNWLNDQ WLQGDNDQ PDO
D 'H¿QLVL 3HPEXNWLDQ 6HFDUD 0HGLV praktik bukan merupakan hal yang sulit
Dalam berbagai referensi, istilah untuk dilakukan.
³SHPEXNWLDQ VHFDUD PHGLV´ EHOXP GLJXQD 6HFDUD ORJLND WLGDN ELVD GLSXQJNLUL
kan secara umum dan tegas. Meski dalam EDKZD MDVD SHOD\DQDQ NHVHKDWDQ PHOLEDW
perumusan masalah penelitian ini istilah kan dua pihak (pasien dengan dokter) yang
“pembuktian secara medis” ini dinyatakan tidak seimbang dari segi pengetahuannya
secara eksplisit, namun dalam pelaksanaan PHVNLSXQ PHQXUXW XQGDQJ XQGDQJ NH
penelitian didapatkan suatu fakta bahwa dudukan hukum di antara keduanya harus
ada kalanya suatu kasus malpraktik tidak setara (equal .HWLND WHUMDGL SHUVRDODQ
memerlukan pembuktian secara medis yang mengarah pada malpraktik, baik
karena pada kasus tersebut unsur kesalahan, PDOSUDNWLN SHUGDWD SLGDQD PDXSXQ DGPL
kelalaian maupun PMH seorang dokter QLVWUDWLI VHJDOD IDNWD \DQJ VLIDWQ\D PHP
Aristya, Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta
benarkan suatu peristiwa dan menegaskan bagian yang tidak terpisahkan dari tahap
suatu hak perlu dibuktikan dari segi ilmu pembuktian kasus malpraktik.
kedokteran. Pembuktian secara medis ini b. Ruang Lingkup Pembuktian secara
berkaitan dengan pembuktian mengenai Medis
benar tidaknya dan perlu tidaknya suatu Pembuktian secara medis terutama
tindakan medik yang telah dilakukan oleh dilakukan untuk membuktikan seseorang
GRNWHU WHUKDGDS SDVLHQ WHUPDVXN PHQJ telah melakukan malpraktik medis, baik
uji apakah tindakan medik yang diambil yang sifatnya pidana maupun perdata.
sudah dijalankan sesuai dengan standar %HUNDLWDQ GHQJDQ PDOSUDNWLN SHUGDWD WHU
SURIHVL GDQ LOPX NHGRNWHUDQ 7LQGDNDQ GDSDW WHRUL \DQJ PHQJDWDNDQ EDKZD PDO
PHGLN VHQGLUL GLGH¿QLVLNDQ VHEDJDL VXDWX praktik perdata bukanlah terjadi akibat
keputusan etis yang dilakukan oleh suatu kejahatan yang dilakukan oleh
seorang manusia terhadap manusia lainnya GRNWHU PHODLQNDQ OHELK PHUXSDNDQ NHODODL
yang umumnya memerlukan pertolongan, an ataupun sengketa medik, yaitu suatu
GLPDQD NHSXWXVDQ WHUVHEXW GLDPELO EHU kondisi dimana terjadi perselisihan atau
dasarkan pertimbangan atas beberapa persengketaan dalam praktik kedokteran.15
alternatif yang ada.13 6HPHQWDUD PHQXUXW 'RNWHU GLNDWDNDQ WHODK PHODNXNDQ PDO
peraturan yang berlaku saat ini, tindakan SUDNWLN PHGLN MLND SUHVWDVL \DQJ GL
medik diartikan sebagai suatu tindakan berikannya buruk atau tidak sesuai dengan
yang dilakukan terhadap pasien berupa standar profesi, keilmuan serta keterampilan
diagnosis terapeutik. Dari peraturan tersebut yang seharusnya dimiliki.
dapat disimpulkan bahwa tindakan medik 2OHK VHEDE LWX UXDQJ OLQJNXS SHP
EHU WXMXDQ XQWXN PHQHJDNNDQ GLDJQRVWLN buktian secara medis dalam malparaktek
dan untuk menerapkan terapi.14 SHUGDWD SDGD GDVDUQ\D PHOLSXWL
7LGDN DGD LOPX ODLQ \DQJ ELVD 1. Penilaian tindakan medik yang telah
PHQMHODVNDQ NHEHQDUDQ DNDQ VXDWX WLQGDN dilakukan berdasarkan standard
an medik, termasuk diagnosa, pengobatan of care atau standar profesi medis
dan perawatan jika bukan ilmu kedokteran dalam hubungannya dengan kausa
itu sendiri. Oleh karena itu, jika dalam (penyebab) risiko.
suatu kasus melpraktik perdata tidak $GDQ\D NHODODLDQ GDODP KXEXQJ
memungkinkan diterapkannya doktrin res annya dengan kausa (penyebab)
ipsa loquitur, maka pembuktian secara risiko.
PHGLV EHUGDVDUNDQ LOPX NHGRNWHUDQ DGD 7LGDN DGDQ\D ULVLNR PHGLV EHUXSD
lah syarat mutlak untuk membuktikan ada kecelakaan yang layak serta risiko
tidaknya malpraktik, dan ini merupakan diagnosis.
13
6D¿WUL +DUL\DQL Op.cit., hlm. 37.
14
/LKDW 3DVDO 3HUDWXUDQ 0HQWHUL .HVHKDWDQ 1RPRU 7DKXQ WHQWDQJ 3HUVHWXMXDQ 7LQGDNDQ 0HGLN
15
6D¿WUL +DUL\DQL Op.cit KOP
MIMBAR HUKUM Edisi Khusus, November 2011, Halaman 1 - 237
16
0 <DK\D +DUDKDS Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaaan, Pembuktian dan
Putusan Pengadilan 6LQDU *UD¿ND -DNDUWD KOP
Aristya, Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta 191
kan suatu perbuatan/sesuatu hak dan terbalik dengan alasan bahwa malpraktik
bukannya mengingkari.17 Hal ini sesuai juga perdata masih belum layak dikategorikan
dengan pendapat Paton yang mengatakan sebagai kejahatan khusus sehingga tidak
bahwa pembuktian suatu negatie tidak dapat perlu mengadopsi sistem pembuktian yang
GLEHEDQNDQ NHSDGD VHVHRUDQJ WDQSD DODVDQ menyimpang, serta ada yang menyatakan
alasan yang sangat kuat. 6HKLQJJD MLND secara implisit bahwa kasus malpraktik
dokter sebagai pihak tergugat membantah perdata ini bersifat kasuistis, sehingga bisa
dalil gugatan penggugat, maka ada dua hal saja sistem pembuktian terbalik dibebankan
\DQJ PXQJNLQ WHUMDGL SDGD NDVXV NDVXV WHUWHQWX \DQJ NKXVXV WDQSD
1. Penggugat (pasien) diberikan beban menyatakan apakah kasus seperti itu pernah
SHPEXNWLDQ WHUOHELK GXOX XQWXN PHP WHUMDGL VHEHOXPQ\D GL <RJ\DNDUWD PDXSXQ
buktikan dalil gugatannya, jika tidak di Indonesia.
terbukti, maka dalam hal ini hakim tidak Berikutnya, peneliti akan mencoba
akan mengabulkan gugatan penggugat mengkaji satu persatu mengenai penentuan
tanpa perlu melakukan pemeriksaan XQVXU XQVXU \DQJ KDUXV GLEXNWLNDQ EHU
pembuktian atas dalil bantahan tergugat GDVDUNDQ EHEDQ SHPEXNWLDQ PHQXUXW GDVDU
(dokter); dasar gugatan yang telah diatur secara
-LND SHQJJXJDW SDVLHQ PDPSX PHP normatif dan teoritis tersebut.
EXNWLNDQ GDOLO JXJDWDQQ\D PDND WHU 1) Beban Pembuktian terhadap Dasar
gugat (dokter) wajib membuktikan dalil Gugatan Menurut Pasal 1239 KUH-
bantahannya. Perdata
6HPHQWDUD LWX GDODP SHUNHPEDQJDQ 8QWXN PHPEXNWLNDQ GRNWHU WHODK
hukum saat ini dikenal konsep pembuktian melakukan wanprestasi atas perjanjian
terbalik, yang telah diadopsi di Indonesia terapeutik tentu sangat sulit dikarenakan
dalam penyelesaian sengketa perdata prestasi dokter dalam perjanjian inspan-
berkaitan dengan hukum perlindungan nings verbintenis tidak diukur, kecuali
konsumen dan hukum lingkungan. Dalam jika dokter telah secara jelas dan nyata
penelitian ini, persepsi di antara para PHODNXNDQ LQJNDU MDQML WHUKDGDS KDN KDN
praktisi hukum terbagi menjadi tiga, yaitu pasien dan kewajibannya sendiri dalam
setuju dengan diberlakukannya sistem transaksi terapeutik. Meskipun begitu ada
pembuktian terbalik dimana pihak tergugat ukuran tentang apa yang harus dibuktikan
harus terlebih dulu membuktikan bahwa oleh pasien untuk menggugat berdasarkan
dirinya tidak bersalah atau membuktikan 3DVDO LQL \DLWX 19
dalil bantahannya atas dalil gugatan 1) Hubungan antara dokter dan pasien
penggugat, kemudian ada yang tidak setuju WHUMDGL EHUGDVDUNDQ SHUMDQMLDQ WHUD
dengan diadakannya sistem pembuktian peutik.
17
3XWXVDQ 0DKNDPDK $JXQJ 1RPRU . 6LS WDQJJDO 0DUHW
6XGLNQR 0HUWRNXVXPR Hukum Acara Perdata Indonesia, (GLVL .HWXMXK /LEHUW\ <RJ\DNDUWD KOP
19
%DKGHU - 1DVXWLRQ Op.cit., hlm. 63.
192 MIMBAR HUKUM Edisi Khusus, November 2011, Halaman 1 - 237
(hubungan kausal langsung) antara dan sebagainya, dan sebuah rumah sakit
pelanggaran kewajiban dengan kerugian. dapat bertanggung jawab atas kelalaian/
3) Beban Pembuktian terhadap Dasar kesalahan para staf medis yang berstatus
Gugatan Menurut Pasal 1366 KUH- karyawan tetap. Meskipun begitu, syarat
Perdata utamanya adalah, bahwa mereka yang
-LND GDODP NDVXV PDOSUDNWLN SHUGDWD disebut tadi melakukan kelalaian/kesalahan
seorang dituntut berdasarkan pasal 1366 WHUVHEXW GDODP UDQJND PHQMDODQNDQ SHULQ
.8+3HUGDWD PDND EHEDQ SHPEXNWLDQ WDK NHZDMLEDQ PHQHULPD SHQGHOHJDVLDQ ZH
terletak pada penggugat (pasien) untuk wenang yang diberikan oleh atasannya/oleh
membuktikan bahwa tergugat (dokter) telah rumah sakit.
melakukan kelalaian yang menimbulkan Doktrin yang dapat digunakan sebagai
NHUXJLDQ \DQJ Q\DWD Q\DWD GLGHULWD ROHK MXVWL¿NDVL DGDODK respondeat superior, yaitu
Q\D .HODODLDQ DWDX NHNXUDQJKDWL KDWLDQ teori hubungan majikan dengan karyawan,
terjadi apabila suatu perilaku tidak sesuai dimana majikan bertanggungjawab atas
dengan standar kelakukan yang ditetapkan kerugian yang ditimbulkan oleh bawahan
ROHK XQGDQJ XQGDQJ .HODODLDQ GDSDW GL jika bawahan ini menimbulkan kerugian
jadikan dasar gugatan manakala telah WHUVHEXW GDODP UDQJND PHQMDODQNDQ NH
PHPHQXKL V\DUDW V\DUDW EHULNXW VXDWX wajibannya/tugas yang diberikan oleh
tingkah laku yang menimbulkan kerugian, atasannya/majikannya.
WLGDN VHVXDL GHQJDQ VLNDS KDWL KDWL \DQJ Oleh karena itu, rumah sakit dapat
normal; yang harus dibuktikan adalah bahwa bertanggung jawab atas segala tindakan
WHUJXJDW ODODL GDODP NHZDMLEDQ EHUKDWL dokter/tenaga medis lainnya selama dokter
hatinya terhadap penggugat; kelakukan tersebut menjalankan tugasnya sebagai
itu merupakan penyebab yang nyata atau karyawan tetap di rumah sakit tersebut
proximate cause dari kerugian yang timbul. GDQ PHQJJXQDNDQ VHJDOD DODW PDXSXQ REDW
4) Beban Pembuktian terhadap Dasar obatan yang disediakan oleh rumah sakit.
Gugatan Menurut Pasal 1367 Kuh- 6HKLQJJD MLND VHVHRUDQJ LQJLQ PHPLQWD
perdata pertanggung jawaban rumah sakit atas
Ayat pertama dalam Pasal 1367 tindakan dokter/tenaga medis yang bekerja
.8+3HUGDWD LQL PHQHQWXNDQ VXDWX EHQWXN di rumah sakit tersebut, harus dipenuhi
tanggung gugat secara renteng (vicarious NHWHQWXDQ EHULNXW LQL EHEDQ SHPEXNWLDQ
liability VHGDQJNDQ D\DW WLJDQ\D PHQHQWX diwajibkan pada penggugat (pasien);
NDQ VXDWX EHQWXN WDQJJXQJ JXJDW NRUSR penggugat harus membuktikan adanya
rasi (corporate liability 6HKLQJJD GHQJDQ hubungan kerja antara atasan dengan
menggunakan ketentuan ini, seorang dokter bawahan; tindakan yang dilakukan bawahan
harus bertanggung jawab atas kelalaian/ harus dalam ruang lingkup pekerjaan
NHVDODKDQ \DQJ GLODNXNDQ ROHK EDZDKDQ yang ditugaskan kepadanya dalam suatu
nya, yaitu para perawat, bidan, dokter asisten wujud perintah yang diberikan oleh atasan;
hubungan kerja dianggap ada, apabila perdata yang berlaku sekarang ini menganut
atasan mempunyai hak secara langsung ajaran positief wettelijk bewijsleer theorie
untuk mengawasi dan mengendalikan VHKLQJJD SHPEXNWLDQQ\D VHPDWD PDWD KDQ\D
DNWLYLWDV EDZDKDQ GDODP PHODNXNDQ WXJDV GLGDVDUNDQ SDGD DODW DODW EXNWL \DQJ VDK
tugasnya, mengawasi peralatan, teknologi, GDQ GLDNXL ROHK XQGDQJ XQGDQJ VDMD WDQSD
PDXSXQ REDW REDWDQ \DQJ EHUDGD GL EDZDK memerlukan keyakinan hakim. Memang
penguasaannya dan pengawasannya. berdasarkan perkembangan sistem hukum
5) Beban Pembuktian terhadap Dasar saat ini, dikenal tiga ukuran beban standar
Gugatan Menurut Doktrin Res Ipsa pembuktian, yaitu by preponderance of
Loquitur evidence; by clear and convincing evidence;
-LND NHVDODKDQ \DQJ GLODNXNDQ VXGDK dan beyond reasonable doubt. Pada dasarnya
demikian jelasnya sehingga tidak diperlukan hukum acara perdata yang berlaku di
saksi ahli lagi, maka beban pembuktian Indonesia secara garis besar masih menganut
dapat dibebankan pada dokternya. Namun beban standar pembuktian yang berupa
PHQXUXW -RVHSK .LQJ GDODP EXNXQ\D The preponderance of evidence karena jika salah
Law of Malpractice in Nutshell DGD V\DUDW satu pihak (penggugat maupun tergugat)
syarat agar res ipsa loquitur dapat digunakan PHQJDMXNDQ EXNWL EXNWL \DQJ PHQXUXW
VHEDJDL GDVDU SHPEXNWLDQ \DLWX 21 XQGDQJ XQGDQJ VDK GDQ PHPLOLNL NHNXDWDQ
1. Resulted form an occurrence which pembuktian, maka hakim dapat mengadili
does not ordinarily occur in the GHQJDQ PHPEHUL SXWXVDQ EHUGDVDUNDQ EXNWL
absence of negligence, yang artinya bukti yang diajukan itu.
sebagai akibat dari keadaan yang da
%HUGDVDUNDQ .8+3HUGDWD GDQ +,5
lam keadaan normal tidak mungkin
tejadi jika tidak ada kelalaian; maka dalam hukum acara perdata dikenal
2. Been caused by an instrumentality alat bukti yang berupa bukti tulisan, bukti
or agency under the exclusive ma- dengan saksi, persangkaan, pengakuan
nagement or control of the defendant, dan sumpah. Di luar kelima alat bukti
\DQJ DUWLQ\D GLVHEDENDQ ROHK DODW DODW WHUVHEXW +,5 PDVLK PHQJDNXL NHEHUDGD
yang digunakan atau di bawah penga
an pemeriksaan setempat dan keterangan
wasan dokter;
3. Occurred under circumstances indi- ahli (expertise) sebagai alat bukti.
cating the injury was not due to any Dalam penelitian ini peneliti bermaksud
voluntary act or negligence on the part PHQJDQDOLVLV DSDNDK DODW DODW EXNWL
of the plaintiff, yang artinya terjadinya \DQJ WHODK GLVHGLDNDQ PHQXUXW XQGDQJ
tidak disebabkan adanya kelalaian undang masih mampu mengakomodir
atau kontribusi dari pasien sendiri.
pembuktian yang dilakukan berdasarkan
b. Penerapan dan Penilaian Alat-Alat GRNXPHQ GDQ WLQGDNDQ PHGLV 8QWXN LWX
Bukti kesesuaian tersebut akan dinilai dengan
7HODK GLXUDLNDQ GDODP WLQMDXDQ SXVWDND FDUD PHQJXUDLNDQ VDWX SHUVDWX DODW DODW
bahwa sistem pembuktian hukum acara EXNWL \DQJ SDGD DVDVQ\D GLDNXL NHEHUDGD
21
6D¿WUL +DUL\DQL Op.cit., hlm. 75.
Aristya, Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta 195
22
6XGLNQR 0HUWRNXVXPR Op.cit., hlm. 149.
23
/LKDW 3DVDO 3HUDWXUDQ 0HQWHUL .HVHKDWDQ 1RPRU 0HQNHV 3HU ,,, WHQWDQJ 5HNDP 0HGLV
24
/LKDW 3DVDO 3HUDWXUDQ 0HQWHUL .HVHKDWDQ 1RPRU 0HQNHV 3HU ,,, WHQWDQJ 5HNDP 0HGLV
196 MIMBAR HUKUM Edisi Khusus, November 2011, Halaman 1 - 237
nya dalam rangka memberi pelayanan GLWDQGDWDQJDQL ROHK GRNWHU -LND VXDWX
kesehatan.25 Meskipun begitu, rekam medis saat ada perubahan isi rekam medis, maka
tidak termasuk ke dalam kategori akta karena SDVLHQ WLGDN PHQJHWDKXLQ\D 6HSHUWL WHODK
tujuan utama penyusunan rekam medis diuraikan sebelumnya, sesungguhnya fungsi
bukanlah sebagai alat bukti di pengadilan utama dari rekam medis bukan sebagai alat
dan bukan sebagai dasar perikatan antara bukti jika muncul gugatan, tapi justru rekam
dokter dengan pasien, melainkan merupakan medis lebih berfungsi dalam hal pemberian
laporan tentang keadaan medis pasien GDWD GDWD GDQ LQIRUPDVL PHGLV 'HQJDQ NDWD
sehingga sifatnya lebih ke informatif dan lain, rekam medis akan sangat bermanfaat
administratif. bagi pasien jika pasien memiliki salinan
6HEDJDL DODW EXNWL WHUWXOLV \DQJ EXNDQ lengkap dari berkas rekam medisnya.
akta, maka kekuatan pembuktiannya tidak 6HEDJDL FRQWRK SDVLHQ PHPSXQ\DL KDN DWDV
mengikat, dengan kata lain, hakim bebas second opinion dari dokter, sehingga jika
menilai kekuatan pembuktiannya.26 Dalam pasien adalah seseorang yang mobilitasnya
praktiknya, sering kali rekam medis ini tinggi, dia memiliki riwayat kesehatan yang
merupakan hal yang sangat menguntungkan lengkap yang dibawanya ke mana pun ia
bagi dokter/tenaga kesehatan/rumah sakit. pergi sehingga tidak perlu memulai dari nol
Meski isi rekam medis adalah milik pasien,27 lagi ketika ditangani oleh dokter yang baru.
namun berkas rekam medis yang lengkap 6HPHQWDUD LWX informed consent
adalah milik sarana pelayanan kesehatan. VHODQMXWQ\D GLVHEXW ,& VHULQJ GLDQJJDS
Isi rekam medis yang dapat diberikan pada sebagai syarat mutlak terbentuknya perjanjian
pasien hanya berupa ringkasannya saja, antara dokter dan pasien. Ini merupakan
sehingga tidak menjelaskan keseluruhan akibat dari semakin meningkatnya kesadaran
tindakan medik yang dilakukan terhadap PDV\DUDNDW DNDQ KDN KDN NHVHKDWDQQ\D
pasien. Memang berdasarkan teorinya, persetujuan
Oleh sebab itu, seringkali para advokat seseorang atas tindakan medik yang akan
dari pihak pasien mengeluhkan kondisi dilakukan terhadapnya dapat dilakukan
ini. Mereka berpendapat bahwa dengan dalam bentuk persetujuan secara expressed
dikuasainya berkas lengkap rekam medis (secara eksplisit/tegas) dan implied (secara
oleh pihak rumah sakit, maka jika terdapat GLDP GLDP %DJL VHEDJLDQ PDV\DUDNDW
itikad buruk, berkas tersebut memungkinkan persetujuan atas tindakan medis dapat terjadi
untuk disesuaikan atau bahkan diubah melalui expressed consent (persetujuan
demi kepentingan dokter/tenaga kesehatan/ secara tegas) yang disampaikan baik secara
rumah sakit ketika muncul gugatan ganti tertulis maupun lisan, implied consent
NHUXJLDQ 6HODLQ LWX UHNDP PHGLV KDQ\D SHUVHWXMXDQ VHFDUD GLDP GLDP WHUVLUDW WDQSD
25
/LKDW 3DVDO 3HUDWXUDQ 0HQWHUL .HVHKDWDQ 1RPRU 0HQNHV 3HU ,,, WHQWDQJ 5HNDP 0HGLV
26
/LKDW 3DVDO D\DW .8+3HUGDWD
27
/LKDW 3DVDO 8QGDQJ 8QGDQJ 1RPRU 7DKXQ WHQWDQJ 3UDNWLN .HGRNWHUDQ /HPEDUDQ 1HJDUD 5HSXEOLN
,QGRQHVLD 7DKXQ 1RPRU 7DPEDKDQ /HPEDUDQ 1HJDUD 5HSXEOLN ,QGRQHVLD 1RPRU
/LKDW 3DVDO D\DW 3HUDWXUDQ 0HQWHUL .HVHKDWDQ 1RPRU 0HQNHV 3HU ,,, WHQWDQJ 5HNDP 0HGLV
Aristya, Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta 197
pernyataan tegas), dan presumed consent medik, risiko yang mungkin terjadi (risk
(persetujuan yang dianggap akan diberikan of treatment atau disebut juga medical
oleh pasien dalam keadaan sadar). Misalnya risk), alternatif tindakan yang dapat
seseorang yang yang dalam keadaan tidak dilakukan beserta risikonya, serta prognosis
sadar dianggap menyetujui apa yang pada (ramalan mengenai keadaan penyakit)
umumnya disetujui oleh para pasien jika sebagai akibat dari tindakan medik yang
berada dalam suatu situasi dan kondisi dilakukan.31 Hal yang juga sangat esensial
yang sama. Adanya kewajiban mengadakan untuk dikomunikasikan pada pasien adalah
informed consent memang telah diatur dalam perkiraan biaya yang dikeluarkan untuk
SHUDWXUDQ SHUXQGDQJ XQGDQJDQ VHSHUWL melakukan tindakan medik oleh dokter.
GDODP 8QGDQJ 8QGDQJ 1R 7DKXQ %HQWXN EHQWXN ,& GDODP SUDNWLNQ\D
WHQWDQJ 3UDNWLN .HGRNWHUDQ29 dan dalam GDSDW EHUZXMXG 6XUDW 3HUQ\DWDDQ 3HUVHWXMX
3HUDWXUDQ 0HQWHUL .HVHKDWDQ 1R 7DKXQ DQ 3HPHULNVDDQ 3HQJREDWDQ 6XUDW 3HUQ\DWD
WHQWDQJ 3HUVHWXMXDQ 7LQGDNDQ 0HGLN DQ 3HUVHWXMXDQ 2SHUDVL DWDX $QDVWHVL 6XUDW
Informed consent diartikan secara 3HUVHWXMXDQ 'LUDZDW GL 8QLW .KXVXV 6XUDW
umum sebagai syarat tanda persetujuan 3HUPRKRQDQ 6WHULOLVDVL 6XUDW 3HUQ\DWDDQ
tindakan medis yang akan dilakukan 3HQJDPELODQ .HSXWXVDQ 7LQGDNDQ 0HGLN
WHUKDGDS SDVLHQ .DWD ³V\DUDW´ PHQDQGDNDQ SDGD 3DVLHQ 7LGDN 6DGDU 7DQSD 3HQJDQWDU
VHFDUD KDU¿DK EDKZD WDQSD ,& PDND .HOXDUJD 7HUGHNDW GDQ VHEDJDLQ\D -LND
tidak mungkin dilakukan tindakan medik pasien menolak untuk dilakukan tindakan
terhadap pasien. Hal tersebut juga telah PHGLN WHUKDGDSQ\D PDND SDVLHQ DWDX NH
diatur secara normatif. Pada dasarnya, OXDUJDQ\D GLZDMLENDQ XQWXN PHQJLVL 6XUDW
,& PHUXSDNDQ KDN SDVLHQ GLPDQD GRNWHU Pernyataan Penolakan.32
berkewajiban untuk menjelaskan segala Namun, persoalan yang dibahas saat
sesuatu mengenai penyakit pasien untuk LQL EHUNDLWDQ GHQJDQ ,& VHEDJDL DODW EXNWL
kemudian memperoleh persetujuan atas di pengadilan. Dari segi normatif, maka
tindakan medik yang akan dilakukan. ,& GDSDW GLNDWHJRULNDQ VHEDJDL EHQWXN
6HKLQJJD SHUVHWXMXDQ EDUX GLEHULNDQ ROHK perjanjian karena merupakan persetujuan
pasien setelah memperoleh penjelasan dari GDUL SDVLHQ DWDV WLQGDNDQ PHGLN \DQJ GL
dokter. Penjelasan yang dikomunikasikan ODNXNDQ ROHK GRNWHU PHVNL GHQJDQ SHU
SDGD SDVLHQ VHNXUDQJ NXUDQJQ\D KDUXV syaratan tertentu, yaitu bahwa dokter telah
meliputi diagnosis penyakit dan prosedur memberikan penjelasan/informasi yang jelas
yang akan dilakukan, tujuan tindakan kepada pasien, termasuk yang terpenting
29
/LKDW 3DVDO 8QGDQJ 8QGDQJ 1RPRU 7DKXQ WHQWDQJ 3UDNWLN .HGRNWHUDQ /HPEDUDQ 1HJDUD 5HSXEOLN
,QGRQHVLD 7DKXQ 1RPRU 7DPEDKDQ /HPEDUDQ 1HJDUD 5HSXEOLN ,QGRQHVLD 1RPRU
/LKDW 3DVDO 3HUDWXUDQ 0HQWHUL .HVHKDWDQ 1RPRU 7DKXQ WHQWDQJ 3HUVHWXMXDQ 7LQGDNDQ 0HGLN
berkaitan dengan sanksi administratif berupa pencabutan izin praktik jika dokter melakukan tindakan medik
tanpa persetujuan pasien atau keluarganya.
31
/LKDW 3DVDO DQJND 8QGDQJ 8QGDQJ 1RPRU 7DKXQ WHQWDQJ 3UDNWLN .HGRNWHUDQ /HPEDUDQ 1HJDUD
5HSXEOLN ,QGRQHVLD 7DKXQ 1RPRU 7DPEDKDQ /HPEDUDQ 1HJDUD 5HSXEOLN ,QGRQHVLD 1RPRU
32
6D¿WUL +DU\DQL Op.cit., hlm. 27.
MIMBAR HUKUM Edisi Khusus, November 2011, Halaman 1 - 237
adalah risiko medis yang dapat terjadi. Pada undang dinyatakan cukup untuk itu.35
asasnya, hal tersebut sesuai dengan makna Berkaitan dengan kecakapan bertindak
perjanjian yang diatur di dalam Pasal 1313 MXJD WHUMDGL PDVDODK 6HVHRUDQJ GLNDWDNDQ
.8+3HUGDWD33 VHKLQJJD SHPEHQWXNDQ ,& FDNDS KXNXP PHQXUXW .8+3HUGDWD MLND LD
seharusnya tunduk pada ketentuan tentang telah berusia 21 tahun, atau belum berusia
V\DUDW V\DUDW VDKQ\D SHUMDQMLDQ \DQJ GLDWXU 21 tahun tetapi sudah menikah. Peraturan
GDODP 3DVDO .8+3HUGDWD 0HQWHUL .HVHKDWDQ MXJD WHODK PHQHQWXNDQ
%HUGDVDUNDQ 3DVDO .8+3HUGDWD bahwa persetujuan atas tindakan medik
PDND ,& VHEDJDL EHQWXN NKXVXV GDUL SHU hanya dapat diberikan oleh pasien dewasa
janjian34 KDUXV PHPHQXKL XQVXU XQVXU WHU yang berada dalam keadaan sadar dan
tentu untuk memperoleh keabsahan, yaitu sehat mental, yang telah mencapai usia 21
DGDQ\D NHVHSDNDWDQ DGDQ\D NHFDNDSDQ EHU tahun atau telah menikah. Dalam praktik,
tindak, ada hal/obyek tertentu dan ada sebab/ hal ini sulit untuk diterapkan oleh dokter,
kausa yang halal. Beberapa praktisi menilai karena berbagai hal, bisa saja seorang anak
EDKZD ,& OHELK PHUXSDNDQ NHKHQGDN VH yang belum dewasa sendirian mendatangi
pihak, yaitu dari pihak pasien. Beberapa dokter di tempat praktiknya untuk diberikan
faktor yang mengindikasikan hal tersebut pengobatan. Maka dokter tidak mungkin
DGDODK VHULQJNDOL NHWLND SDVLHQ GLVRGRUL ,& menolak memberikan pengobatan yang
GDODP EHQWXN VXUDW SHUQ\DWDDQ XQWXN GL dibutuhkan.
tandatangani, maka ada dokter yang tidak 6HEDJDL DODW EXNWL WHUWXOLV PDND ,&
VHUWD PHUWD PHQDQGDWDQJDQLQ\D $VXPVL dapat dikategorikan sebagai akta di bawah
Q\D NDUHQD ,& OHELK PHUXSDNDQ SHUQ\DWDDQ WDQJDQ 6LIDWQ\D VHEDJDL DNWD NDUHQD ,&
SHUVHWXMXDQ GDUL SDVLHQ DWDV WLQGDNDQ PH merupakan wujud dari persetujuan yang
dik yang dilakukan kepadanya, maka tidak menimbulkan perikatan antara dokter dan
ada relevansinya jika dokter menegaskan SDVLHQ VHKLQJJD WXMXDQ XWDPD ,& GLEXDW
NHKHQGDN SDVLHQ WHUVHEXW 6HODLQ LWX SDVLHQ adalah untuk pembuktian di pengadilan jika
dapat setiap saat membatalkan pernyataan PXQFXO VHQJNHWD JXJDWDQ 6HPHQWDUD LWX
setujunya setiap saat sebelum tindakan VHEDJDL DNWD PDND ,& GLNDWHJRULNDQ VHEDJDL
medik dilakukan, begitu juga dengan dokter, akta di bawah di bawah tangan karena tidak
jika ia merasa kemudian tidak mampu untuk dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh
menangani penyakitnya dan merujuknya XQGDQJ XQGDQJ VHUWD WLGDN GLEXDW ROHK DWDX
kepada dokter lain yang lebih berkompeten. di hadapan pejabat umum yang berwenang
3DGDKDO VXDWX SHUMDQMLDQ KDQ\D GDSDW GL untuk itu maupun pejabat lain yang
batalkan atas kesepakatan kedua belah pihak, GLWHQWXNDQ ROHK XQGDQJ XQGDQJ 36 6DWX
DWDX NDUHQD DODVDQ DODVDQ \DQJ ROHK XQGDQJ satunya pejabat umum yang diakui menurut
33
3DVDO .8+3HUGDWD PHQJDWXU EDKZD ³VXDWX SHUVHWXMXDQ DGDODK VXDWX SHUEXDWDQ GHQJDQ PDQD VDWX RUDQJ
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”
34
/LKDW 3DVDO .8+3HUGDWD
35
/LKDW 3DVDO D\DW .8+3HUGDWD
36
/LKDW 3DVDO .8+3HUGDWD
Aristya, Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta 199
XQGDQJ XQGDQJ DGDODK QRWDULV 37 6HPHQWDUD GLPDQD GRNWHU GHQJDQ SHQJHWDKXDQ GDQ NH
dokter/tenaga kesehatan/rumah sakit tidak terampilan khusus tersebut kedudukannya
dapat dikategorikan sebagai pejabat umum, lebih tinggi dari pasien yang berasal dari
maupun pejabat lain yang telah ditentukan PDV\DUDNDW DZDP +DO LQL PHQ\HEDENDQ NH
ROHK XQGDQJ XQGDQJ PLVDOQ\D SDQLWHUD ZDMLEDQ \DQJ EHUNDLWDQ GHQJDQ ,& LQL VHULQJ
juru sita, pegawai pencatat sipil, dan kali tidak dilakukan sebagaimana mestinya.
sebagainya. Dokter adalah penyedia jasa di Misalnya di salah satu rumah sakit swasta di
bidang kesehatan, yang dapat meliputi dua <RJ\DNDUWD IRUPXOLU ,& PHQJHQDL SHUQ\DWD
fungsi sekaligus yaitu sebagai ilmuwan dan DQ SHUVHWXMXDQ GLODNXNDQQ\D RSHUDVL WHUKD
profesional. Oleh karena itu, sifat kekuatan dap pasien sering kali harus ditandatangani
SHPEXNWLDQ GDUL ,& SDGD GDVDUQ\D DGDODK ROHK SDVLHQ PHVNLSXQ GDWD GDWD \DQJ VH
sempurna dan mengikat bagi para pihak NXUDQJ NXUDQJQ\D KDUXV WHUWXDQJ GDODP ,&
selama tanda tangan yang tertera di dalam tidak dipenuhi, misalnya informasi tertulis
,& WLGDN GLSXQJNLUL ROHK SDUD SLKDN VHKLQJJD WHQWDQJ SHQ\DNLW SURVHGXU \DQJ DNDQ GL
kekuatan pembuktiannya bukan terletak lakukan serta risiko medis. Biasanya alasan
pada kekuatan lahir, namun kekuatan formal yang diberikan adalah bahwa dokter telah
dan material. memberi penjelasan secara lisan. Alasan lain
1DPXQ HNVLVWHQVL ,& WHUQ\DWD PHQMDGL yang lebih mendiskreditkan adalah bahwa
persoalan di antara para praktisi hukum. SDVLHQ WLGDN DNDQ PHPDKDPL EDKDVD EDKDVD
0HUHND EHUSHQGDSDW EDKZD PHVNL IXQJVL ,& kedokteran dan penjelasan yang diberikan
adalah sebagai dasar yuridis bagi hubungan baik secara lisan maupun tertulis dari dokter.
hukum yang terjadi antara dokter dan pasien, 6HODLQ LWX PHQXUXW NHELDVDDQ PDND KDQ\D
namun sebagian besar masyarakat yang untuk perawatan maupun pengobatan yang
awam akan ilmu kedokteran beranggapan risiko medisnya besar yang perlu dituangkan
EDKZD ,& WHUVHEXW PHUXSDNDQ MDPLQDQ dalam bentuk tertulis.
EDKZD SDVLHQ SDVWL DNDQ PHPSHUROHK NH 3HUVHSVL SHUVHSVL VHSHUWL LQL WHQWX VDMD
sembuhan. Persepsi tersebut muncul karena tidak mencerminkan asas itikad baik dan
dasar hubungan antara pasien dan dokter tidak berorientasi pada kepentingan pasien
pada saat ini lebih bersifat ¿GXFLDU\/trust karena pasien tidak dianggap sebagai subyek
NHSHUFD\DDQ 6HPHQWDUD GL VLVL ODLQ VHEDJL hukum yang berhak atas segala informasi
an dokter beranggapan bahwa pasien datang mengenai kesehatan dirinya dan mengenai
kepadanya untuk meminta pertolongan VHJDOD WLQGDNDQ PHGLN \DQJ GLODNXNDQ WHU
medis, sehingga kedudukan antara pasien hadapnya.39 Padahal setiap manusia adalah
dan dokter mau tidak mau tidak seimbang, otonom, artinya berhak atas kehidupannya
37
/LKDW 8QGDQJ 8QGDQJ 1RPRU 7DKXQ WHQWDQJ -DEDWDQ 1RWDULV /HPEDUDQ 1HJDUD 5HSXEOLN ,QGRQHVLD
7DKXQ 1RPRU 7DPEDKDQ /HPEDUDQ 1HJDUD 5HSXEOLN ,QGRQHVLD 1RPRU jo 3HUDWXUDQ -DEDWDQ
Notaris (Staatsblad 1RPRU
6XGLNQR 0HUWRNXVXPR Op.cit KOP
39
5XXG 9HOEHUQH PHQ\DWDNDQ EDKZD LQIRUPDVL \DQJ GLEHULNDQ GRNWHU NHSDGD SDVLHQ WLGDN KDQ\D VXQJJXK VXQJJXK
penting untuk memperoleh persetujuan/izin yang disahkan oleh hukum, tetapi juga sesuatu yang bagaimanapun
menjadi hak setiap pasien, antara lain karena menurut itikad baik yang bagaimanapun menguasai setiap situasi
SHUMDQMLDQ NRQWUDN /LKDW GDODP 6D¿WUL +DUL\DQL Op.cit KOP
MIMBAR HUKUM Edisi Khusus, November 2011, Halaman 1 - 237
sendiri dan kepadanya melekat self- pasien yang menggugat dokter bermaksud
determination right, yang artinya manusia mengajukan saksi, maka yang paling
berhak untuk menetukan nasibnya sendiri. mungkin mengetahui perkembangan kasus
6HODLQ LWX VHJDOD SHUMDQMLDQ \DQJ GLEXDW dari awal adalah keluarganya, entah istri/
secara tertulis justru akan memberi kekuatan suami, orang tua, anak, maupun cucu. Padahal
pembuktian yang lebih besar di pengadilan PHUHND WHUPDVXN GDODP NODVL¿NDVL VDNVL
dibandingkan perjanjian yang dibuat secara yang dilarang memberi kesaksian menurut
lisan. XQGDQJ XQGDQJ 0DND GDUL OLQJNXQJDQ
2) Bukti dengan saksi keluarga, yang paling memungkinkan
Dalam kasus malpraktik perdata, adalah kesaksian dari kakak/adik, atau
pembuktian dengan saksi tetap tunduk saudara sepupunya/iparnya yang tidak
pada aturan positif. Pada dasarnya setiap menggunakan hak mengundurkan dirinya.
orang dapat memberikan kesaksian, kecuali Dari segi keilmuan, tentunya menerapkan
PHUHND \DQJ GLODUDQJ ROHK XQGDQJ XQGDQJ NHWHQWXDQ 3DVDO SDUDJUDI SHUWDPD GDUL
2UDQJ RUDQJ \DQJ GLODUDQJ XQWXN GLGHQJDU .8+3HUGDWD VHFDUD letterlijk dan kaku akan
sebagai saksi diatur dalam Pasal 145 menghambat proses pencarian keadilan.
+,5 5%J VHUWD 3DVDO GDQ Paradigma pencarian keadilan saat ini mulai
.8+3HUGDWD \DQJ WHUGLUL GDUL NHOXDUJD mengarah pada penerapan hukum yang
sedarah/semenda dari salah pihak menurut progresif, sehingga berdasarkan argumentasi
garis lurus, suami/istri salah stau pihak hukum, seharusnya paragraf kedua Pasal
PHVNLSXQ VXGDK EHUFHUDL DQDN DQDN \DQJ .8+3HUGDWD GDSDW GLWHUDSNDQ MXJD
EHOXP EHUXVLD WDKXQ VHUWD RUDQJ RUDQJ untuk mengadili kasus malpraktik, dimana
\DQJ VDNLW LQJDWDQ DWDX GL EDZDK SHQJDPSX ketentuan tersebut mengatur bahwa anggota
DQ NDUHQD GXQJX 6HGDQJNDQ RUDQJ RUDQJ keluarga sedarah dan semenda adalah cakap
yang berhak untuk mengundurkan diri/ untuk menjadi saksi dalam perkara yang
dibebaskan dari kewajiban memberikan menyangkut kedudukan keperdataan salah
kesaksian (verschoningrecht) diatur dalam satu pihak, dalam perkara yang menyangkut
3DVDO +,5 VHUWD 3DVDO .8+3HUGDWD nafkah, termasuk pembiayaan pemeliharaan
\DQJ WHUGLUL GDUL VDXGDUD GDQ LSDU ODNL ODNL dan pendidikan anak yang belum dewasa,
perempuan dari salah satu pihak, keluarga GDODP VXDWX SHPHULNVDDQ PHQJHQDL DODVDQ
sedarah dalam garis lurus dan saudara alasan yang berkaitan dengan pembebasan
SHUHPSXDQ ODNL ODNL GDUL VXDPL LVWUL VDODK atau pemecatan dari kekuasaan orang tua
satu pihak, serta semua orang yang karena DWDX SHUZDOLDQ VHUWD GDODP SHUNDUD SHUNDUD
martabat, pekerjaan atau jabatan yang mengenai suatu perjanjian perburuhan.
sah, diwajibkan menyimpan rahasia yang 6HPHQWDUD GDUL VHJL GRNWHU VHQGLUL
berhubungan dengan martabat, pekerjaan jika bermaksud mengajukan para perawat/
atau jabatan itu. petugas kesehatan/dokter lainnya sebagai
Dalam kasus malpraktik, maka VDNVL PDND SHUOX KDWL KDWL PHQ\LNDSLQ\D
kebebasan para pihak untuk mengajukan Di satu sisi, memang tidak ada larangan
VDNVL FXNXS WHUEDWDV 6HEDJDL FRQWRK MLND untuk memberi kesaksian oleh mereka
Aristya, Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta
\DQJ WHU==OLEDW KXEXQJDQ NHUMD DWDX Dengan kata lain, untuk menerapkan alat
atasan dan bawahan, namun di sisi lain, bukti persangkaan, maka harus ada lebih
akan menimbulkan persoalan apakah saksi dari satu persangkaan.
yang terlibat hubungan pekerjaan tersebut 0HQXUXW SDUD KDNLP WLGDN DGD NH
dapat bersikap objektif dan mandiri. NKXVXVDQ GDODP SHQHUDSDQ EXNWL SHUVDQJ
7HNDQDQ SVLNRORJLV ELVD VDMD GLDODPL ROHK kaan menurut hakim untuk kasus malpraktik.
para saksi tersebut, sehingga tidak bebas %DKNDQ KDNLP EHQDU EHQDU EHEDV XQWXN
memberikan kesaksian atas apa yang PHQDULN SHUVDQJNDDQ EHUGDVDUNDQ IDNWD
EHQDU EHQDU GLNHWDKXLQ\D GLOLKDWQ\D GDQ fakta di persidangan (presumption of facts),
didengarnya. Oleh karena itu, dengan dengan syarat fakta atau data yang dijadikan
mendasarkan pada Pasal 172 HIR, hakim sumber menarik alat bukti persangkaaan itu
harus mempertimbangkan kedudukan saksi sudah terbukti dalam persidangan.
sehingga dapat diperoleh kesaksian yang 4) Pengakuan
dapat dipercaya (reliable). Dalam penelitian ini tidak diperoleh
Berkaitan dengan dilarangnya saksi GDWD PHQJHQDL VHRUDQJ GRNWHU WHQDJD NHVH
memberi keterangan tentang segala hal hatan/rumah sakit yang pernah memberikan
yang berhubungan dengan martabat, pengakuan murni di persidangan maupun
jabatan dan pekerjaan mereka, maka dokter di luar persidangan bahwa benar dia telah
PDX SXQ WHQDJD NHVHKDWDQ ODLQQ\D SXQ PHODNXNDQ NHODODLDQ NHVDODKDQ \DQJ PH
dibebani kewajiban untuk merahasiakan nimbulkan kerugian bagi pasien yang
segala sesuatu yang diketahuinya tentang PHQJJXJDWQ\D 6HPHQWDUD SHUQDK WHUMDGL
pasien bahkan setelah pasien itu meninggal kasus seorang spesialis bedah di Lugano,
GXQLD +DO LQL GLDWXU GDODP XQGDQJ XQGDQJ 6ZLVV \DQJ PHODSRUNDQ GLULQ\D VHQGLUL
tentang praktik kedokteran. Dalam kasus kepada polisi karena telah mengamputasi
malpraktik, tetap berlaku asas unus testis kaki yang salah dari seorang pasien pada
nullus testis, sehingga satu saksi tidak cukup suatu prosedur emergensi.
sebagai alat bukti, sehingga membutuhkan Hal lain yang sempat menjadi perhatian
alat bukti lain. Hakim pun bebas menilai peneliti mengenai pengakuan dalam kasus
kekuatan pembuktian dari saksi (vrij malpraktik adalah apabila ada seorang dokter
bewijskracht). yang mengakui telah lalai atau salah dalam
3) Persangkaan melakukan tindakan medik, namun dengan
3HUVDQJNDDQ GDODP EDKDVD %HODQGD klausul bahwa dia telah melakukannya
nya disebut vermodens 6LIDW PDMHPXN berdasarkan kewajibannya pada rumah sakit
dalam istilah vermodens menunjuk pada tempat dia bekerja, apakah dengan sendirinya
persyaratan yang sama yang perlu dipenuhi tanggung jawab rumah sakit dapat dilibatkan
dalam menerapkan alat bukti saksi, yaitu berdasarkan prinsip vicarious liability yang
“satu persangkaan bukan persangkaan”. WHUNDQGXQJ GL 3DVDO .8+3HUGDWD"
Akhirnya fokus penelitian tertuju pada umum saja, pembalaan korps dan profesi
keterangan ahli (expertise) sebagai alat sudah sangat luar biasa maraknya, apalagi
bukti. Meki peneliti berpendapat bahwa jika dibentuk peradilan profesi khusus.
pemeriksaan setempat dan keterangan ahli Dalam kasus malpraktik perdata, peran ahli
merupakan alat bukti tambahan, namun terutama adalah untuk mengkonstruksikan
kenyataannya dalam kasus malpraktik VXDWX VWDQGDU SHOD\DQDQ NHVHKDWDQ PDX
perdata, keterangan ahli ini merupakan pun tindakan medik yang dapat diterapkan
hal yang sangat determinan bagi hakim dalam kasus yang sedang diperiksa saat
dalam memutus dan mengadili. Memang LWX -LND PHPDQJ DGD SHUEHGDDQ DQWDUD
ada kasus yang karena sedemikian jelasnya standar yang telah dikonstruksikannya itu,
maka tidak perlu lagi dibuktikan secara GHQJDQ WLQGDN DQ \DQJ WHODK GLODNXNDQ
PHGLV 1DPXQ DGD SXOD NDVXV \DQJ SHP oleh dokter (dalam hal ini tergugat), maka
buktiannya akan sangat sulit jika tidak ahli akan diminta untuk mengevaluasi
GLODNXNDQ SHPEXNWLDQ VHFDUD PHGLV EHU apakah tindakan tersebut merupakan suatu
dasarkan ilmu kedokteran. penyimpangan (deviation) yang merupakan
Fungsi determinan dari expertise penyebab langsung dari kerugian yang
ini menimbulkan banyak kegelisahan di GLGHULWD ROHK SDVLHQ 6DWX KDO \DQJ SDVWL
kalangan masyarakat yang semakin kritis dalam ilmu kedokteran adalah adanya sifat
DNDQ KDN KDN NHVHKDWDQQ\D 3HUVRDODQ \DQJ kasuistis dari setiap kondisi pasien, sehingga
muncul adalah mengenai obyektivitas dan ahli haruslah mampu menyampaikan segala
kenetralan dari para dokter yang karena alternatif tindakan medik yang mungkin
pengetahuan, pengalaman dan keahliannya untuk diterapkan pada pasien dengan kondisi
diminta memberikan pendapatnya sebagai VSHVL¿NQ\D WHUVHEXW
ahli di pengadilan. Di satu sisi, dokter /DOX EDJDLPDQD GHQJDQ SXWXVDQ 0DMH
sebagai profesional, tentunya mengetahui OLV .HKRUPDWDQ (WLN .HGRNWHUDQ 0.(.
NHZDMLEDQQ\D XQWXN PHQMDODQNDQ SURIHVL GDQ 0DMHOLV .HKRUPDWDQ 'LVLSOLQ (WLN
Q\D GHQJDQ VHEDLN EDLNQ\D GDQ PHODNXNDQ .HGRNWHUDQ ,QGRQHVLD \DQJ HNVLV VHEDJDL
profesinya sesuai dengan standar yang lembaga penegak disiplin dan etika para
GLNXDOL¿NDVLNDQ VHFDUD XPXP lege artis), GRNWHU GL ,QGRQHVLD" 6HFDUD WHRUL SXWXVDQ
namun di sisi lain tidak dapat dipungkiri lembaga penegak disiplin dan etika tersebut
bahwa setiap dokter adalah bagian dari tidak mengikat pada hakim, sehingga tidak
sebuah komunitas profesional, sehingga PHPEHUL SHQJDUXK DSD DSD 1DPXQ GDODP
kecenderungan untuk membela korps dan SUDNWLN VHULQJNDOL SXWXVDQ 0.(. PDXSXQ
VHVDPDQ\D GDODP SURIHVL VDQJDW WLQJJL ,WX 0.'., GLDQJJDS VHEDJDL UHNRPHQGDVL
lah mengapa berdasarkan hasil penelitian, yang dijadikan bahan pertimbangan oleh
ide untuk membentuk peradilan khusus hakim dalam memberi putusannya. Ada
\DQJ PHQDQJDQL NDVXV NDVXV EHUNDLWDQ juga yang menjadikan rekomendasi itu
dengan praktik kedokteran dan pelayanan sebagai alat bukti tertulis di persidangan
NHVHKDWDQ LQL PDVLK PHPXDW SUR NRQWUD jika putusan itu dituangkan dalam suatu akta
Pada saat ini dengan adanya peradilan putusan.
MIMBAR HUKUM Edisi Khusus, November 2011, Halaman 1 - 237
DAFTAR PUSTAKA