PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2024
i
DAFTAR ISI
ii
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KELALAIAN DOKTER YANG
MENGAKIBATKAN TINDAK PIDANA MALAPRAKTIK (STUDI KASUS
RSIA KENARI GRAHA MEDIKA CILEUNGSI)
Ketika ada kasus insiden yang merugikan pasien akibat kelalaian yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit, yang kemudian mengakibatkan
kerugian sehingga muncul pernyataan bahwa malpraktek telah terjadi,
1
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
2
Hermien Hadiati Koeswadji, Hukum Kedokteran, Citra Aditya Bakti, 18 Oktober 2019,
h. 11-12.
1
2
Dalam hal tindakan medis yang dilakukan oleh dokter, selalu akan
menghasilkan dua potensi, yakni berhasil dan tidak berhasil. Faktor
ketidakberhasilan dapat timbul dari dua hal, yang pertama karena keadaan
memaksa (overmacht), dan yang kedua karena dokter melakukan tindakan medis
5
https://www.metropolitan.id/bogor-timur/pr-9536843855/langgar-uu-aktivis-minta-rsia-
kenari-cileungsi-ditutup diakses pada 7 Januari pukul 01.09
6
Robert Valentino Tarigan, Mahfud Mulyadi, dkk, Pertanggungjawaban Pidana Rumah
Sakit Terhadap Malpraktek Medik di Rumah Sakit, 2021, Vol 2 No 1 Hal. 106
4
yang tidak sesuai dengan standar profesi medis, atau bisa disebut sebagai
kelalaian.
B. Rumusan Masalah
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
E. Kerangka Pemikiran
7
Stefani Ditamei, Pengertian Kerangka Pemikiran: Cara Membuat Beserta Contohnya,
Detik Jabar, https://www.detik.com/jabar/berita/d-6202272/pengertian-kerangka-pemikiran-cara-
membuat-beserta-contohnya/amp
7
8
Pasal 1 Ayat 2 Undang-Undang No. 29 Tentang Praktik Kedokteran
8
pelaku sendiri. Proses tersebut tergantung pada apakah syarat dan kondisi untuk
mencelanya pembuat tindak pidana dapat terpenuhi, sehingga sah jika dikenai
hukuman pidana.12
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
12
Chairul Huda, Op.Cit. h. 64-65.
13
Bambang Poernomo, Hukum Kesehatan, (Yogyakarta: Bahan Kuliah Pascasarjana
UGM, Magister Hukum Kesehatan, 2007).
14
Ibid, Bambang Poernomo.
10
2. Spesifikasi Penelitian
15
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, UI Pers, Jakarta, 2010. H. 60
16
Ishaq, Metode Penelitian Hukum, dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi,
Alfabeta, Bandung, 2020. h. 68-69.
17
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodelogi Penghantar Penelitian Hukum dan Jurmetri,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994. h. 97.
11
kelalaian dokter yang berakibat pada tindak pidana malapraktek studi kasus
RSIA Kenari Graha Medika Cileungsi.
18
Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:
Alfabeta.
19
Soerjono Soekanto, dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, 2010. Jakarta: RajaGrafindo Persada, h. 13-14.
20
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada, Jakarta. 2010. h. 35
21
Seorjono Soekanto dan Sri Mahmmudji, Penelitian Hukum Normatif, Penghantar
Singkat, Rajawali Press, Jakarta. 1990. h. 14.
12
(1) Bahan Hukum Primer, merupakan suatu bahan hukum yang memiliki
suatu kekuatan tetap di dalam otoritas (autoritatif) kekuasaan. Dalam
hal ini penulis akan lebih mengemukakan bahwa bahan hukum primer
terdiri dari bahan yang bersifat mengikat, berupa: Undang-Undang, dan
Putusan Pengadilan.22 Bahan hukum primer dalam penelitian ini
mencakup beberapa perundang-undangan, seperti Undang-Undang
Dasar 1945, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktek Kedokteran, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit, dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan. Selain itu, juga termasuk peraturan-peraturan seperti
Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang
Rekam Medis, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran,
dan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 4 Tahun 2011
tentang Disiplin Profesional Dokter dan Dokter Gigi. Terdapat juga
regulasi lain seperti Peraturan Menteri Kesehatan No.
512/MENKES/PER/IV/2007 tentang Izin Praktik & Pelaksanaan
Praktik Kedokteran, PERMENKES No. 519/MENKES/PER/III/2011
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi
Intensif di Rumah Sakit, serta Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755
Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
(2) Bahan Hukum Sekunder merupakan data yang diperoleh dari bahan-
bahan kepustakaan berupa bahan hukum yang berupa putusan kasasi
Mahkamah Agung, buku-buku, jurnal, dan makalah.
(3) Bahan Hukum Tersier, merupakan materi hukum yang memberikan
arahan atau keterangan terkait dengan bahan hukum utama dan bahan
hukum pendukung, seperti kamus istilah hukum, sumber informasi
internet, Ensiklopedia dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
22
Suhaimi, Problem Hukum Dan Pendekatan Dalam Penelitian Hukum Normatif, Vol.19
No.2. 2018.
13
6. Lokasi Penelitian
G. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
BAB IV : PEMBAHASAN
Pada Bab IV, penulis akan menjelaskan secara rinci 3 (tiga) poin
yang terdapat dalam rumusan masalah dengan tinjauan yuridis dan
metode penelitian yang digunakan oleh penulis. Bab ini terdiri dari
beberapa sub bab, termasuk mengulas pertanggungjawaban pidana
dalam kasus malapraktik di rumah sakit, implementasi sanksi
pidana terhadap pelaku malapraktik kedokteran (dasar hukum
malapraktik, jenis sanksi malapraktik, studi kasus), serta langkah-
langkah preventif untuk mencegah terjadinya tindak pidana
malapraktik.
BAB V : PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
B. Jurnal
C. Undang-undang
D. Internet
https://heylaw.id/blog/perlindungan-hukum-bagi-korban-malpraktek [diakses
tanggal 06/01/2024, pukul 23.05]
https://kebijakankesehatanindonesia.net/25-berita/berita/167-ketua-mkdki-
kami-tak [diakses tanggal 06/01/2024, pukul 23.11]
https://www.metropolitan.id/bogor-timur/pr-9536843855/langgar-uu-aktivis-
minta-rsia-kenari-cileungsi-ditutup [diakses tanggal 07/01/2024,
pukul 01.09]
18