Anda di halaman 1dari 21

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN

DOKTER YANG BERAKIBAT PADA TINDAK PIDANA


MALAPRAKTIK (STUDI KASUS RUMAH SAKIT IBU DAN
ANAK KENARI GRAHA MEDIKA CILEUNGSI)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna melanjutkan


penyusunan skripsi pada Program Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Singaperbangsa Karawang

Oleh :

NAMA : GALLERYKHI ART MA’AARIJ


NPM : 2010631010192
PROGRAM STUDI : ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2024
i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................i


DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
_________________________________________________________
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................4
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................5
1. Manfaat Teoritis ...................................................................................5
2. Manfaat Praktis ....................................................................................5
E. Kerangka Pemikiran ..................................................................................6
F. Metode Penelitian .....................................................................................9
1. Pendekatan Penelitian ........................................................................10
2. Spesifikasi Penelitian .........................................................................10
3. Jenis dan Sumber Data .......................................................................11
4. Teknik Pengumpulan Data .................................................................13
5. Teknik Analisis Data ..........................................................................13
6. Lokasi Penelitian ................................................................................13
G. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................16

ii
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KELALAIAN DOKTER YANG
MENGAKIBATKAN TINDAK PIDANA MALAPRAKTIK (STUDI KASUS
RSIA KENARI GRAHA MEDIKA CILEUNGSI)

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terdapat dengan jelas cita-


cita Indonesia yang berfungsi sebagai tujuan nasional, yaitu melindungi seluruh
tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
pada kemerdekaan, perdamaian abadi, serta keadilan sosial.1

Untuk mencapai tujuan nasional dalam pengaplikasian kesejahteraan umum


tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kesejahteraan dalam bidang
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan pada dasarnya bertujuan untuk
melaksanakan upaya pencegahan dan pengobatan suatu penyakit, termasuk di
dalamnya pelayanan medis yang didasarkan hubungan individual antara dokter
dan pasien yang sedang mencari penyembuhan atas kondisi kesehatannya.

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, telah menunjukkan


banyak pengaruh dan kemajuan di berbagai sektor, termasuk sektor kesehatan.
Peraturan dan kewenangan di bidang medis juga mencerminkan nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar negara. Dalam konteks hubungan antara dokter dan
pasien, dapat dikatakan bahwa dasar dari hubungan tersebut melibatkan 2 (dua)
hak dasar yang bersifat individual, yaitu hak atas informasi (the right to
information) dan hak untuk menentukan nasib sendiri (the right to
determination).2

Ketika ada kasus insiden yang merugikan pasien akibat kelalaian yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit, yang kemudian mengakibatkan
kerugian sehingga muncul pernyataan bahwa malpraktek telah terjadi,

1
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
2
Hermien Hadiati Koeswadji, Hukum Kedokteran, Citra Aditya Bakti, 18 Oktober 2019,
h. 11-12.

1
2

tangungjawab atas peristiwa tersebut umumnya harus ditanggung oleh tenaga


kesehatan yang terlibat. Sementara itu, rumah sakit biasanya tidak akan dikenakan
tuntutan pertanggungjawaban. Dalam konteks kehidupan masyarakat saat ini,
istilah malpraktek mengacu pada kelalaian profesional yang disebabkan oleh
tindakan atau kealpaan oleh pihak penyedia jasa kesehatan. Hal ini melibatkan
pemberian perawatan yang tidak sesuai dengan prosedur standar medis (SOP),
yang dapat mengakibatkan memburuknya kondisi medis atau bahkan kematian
pasien.

Isu mengenai malpraktek dalam pelayanan kesehatan kini menjadi


perbincangan hangat di berbagai kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya pengaduan kasus malpraktek yang diajukan oleh masyarakat
terhadap dokter yang dianggap merugikan dalam memberikan perawatan.
Jumlah kasus malpraktek yang meningkat menjadi sorotan utama dalam
perbincangan ini. Berdasarkan data yang terdapat pada laman Direktori Putusan
Mahkamah Agung (MA), tercatat ada 70 kasus malpraktek. Kasus dugaan
malpraktek sepanjang kurun 2006 hingga 2015 terdapat 317 kasus malpraktek
yang dilaporkan ke Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Hingga pada tahun
2016 sampai dengan 2023 saat ini, kasus-kasus malpraktek masih banyak terjadi
di Indonesia.3

Selain itu, berdasarkan informasi yang dikutip dari laman MKDKI


(Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia), dalam kurun waktu tahun
ini terdapat pencatatan 59 kasus malpraktek. Angka ini menunjukkan
peningkatan signifikan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, di
mana setiap tahun hanya ada 27-30 pengaduan. Dalam delapan tahun terakhir,
MKDKI menerima total 193 pengaduan dugaan malpraktek. Dari jumlah
tersebut, 34 dokter dikenai sanksi tertulis, 6 dokter diwajibkan mengikuti
program pendidikan kembali, dan yang paling berat, 27 dokter kehilangan surat
tanda registrasi mereka, sehingga izin praktek mereka menjadi tidak berlaku. 4
3
https://heylaw.id/blog/perlindungan-hukum-bagi-korban-malpraktek diakses pada 6
Januari 2023 Pukul 23.05
4
https://kebijakankesehatanindonesia.net/25-berita/berita/167-ketua-mkdki-kami-tak
diakses pada 6 Januari 2023 pukul 23.11
3

Penelitian skripsi ini dilatarbelakangi oleh dugaan kasus malpraktek yang


menimpa seorang pasien operasi sesar di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA)
Kenari Graha Medika, yang mengakibatkan tersayatnya kantung kemih pasien.
Ketidakadaan sanksi yang diberlakukan oleh pemerintah terhadap rumah sakit
tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat terhadap kualitas
pelayanan rumah sakit yang mungkin melakukan tindakan medis serupa. Dalam
konteks kasus ini, RSIA Kenari Graha Medika dianggap telah melanggar UU 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan.5

Rumah sakit yang tenaga kesehatannya melakukan malpraktek medik


dapat dimintai pertanggungjawaban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 46
Undang Undang No. 44 Tahun 2009 menyatakan bahwa “rumah sakit
bertanggungjawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas
kelalaian yang dilakukan oleh tenaga Kesehatan di rumah sakit”.6

Dalam kenyataannya, hanya sedikit dokter yang memberikan penjelasan


rinci mengenai tindakan yang akan dilakukan dan potensi efek sampingnya.
Seringkali, dokter lebih suka mendelegasikan kewenangan ini kepada perawat
yang dianggap memiliki kepercayaan dalam memberikan informed consent. Sikap
kurang serius dalam membangun komunikasi dengan pasien oleh dokter dapat
meningkatkan risiko terjadinya malpraktek. Jika terjadi kasus malpraktek medik,
rumah sakit harus memiliki mekanisme sanksi yang efektif terhadap dokter yang
terlibat. Hal ini sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, terutama pada Bab XX Pasal 190 yang mengatur pidana
terkait malpraktek.

Dalam hal tindakan medis yang dilakukan oleh dokter, selalu akan
menghasilkan dua potensi, yakni berhasil dan tidak berhasil. Faktor
ketidakberhasilan dapat timbul dari dua hal, yang pertama karena keadaan
memaksa (overmacht), dan yang kedua karena dokter melakukan tindakan medis

5
https://www.metropolitan.id/bogor-timur/pr-9536843855/langgar-uu-aktivis-minta-rsia-
kenari-cileungsi-ditutup diakses pada 7 Januari pukul 01.09
6
Robert Valentino Tarigan, Mahfud Mulyadi, dkk, Pertanggungjawaban Pidana Rumah
Sakit Terhadap Malpraktek Medik di Rumah Sakit, 2021, Vol 2 No 1 Hal. 106
4

yang tidak sesuai dengan standar profesi medis, atau bisa disebut sebagai
kelalaian.

Demikian malpraktek dapat dijelaskan sebagai kelalaian atau tindakan


yang salah yang dilakukan oleh dokter saat menggunakan keterampilan dan
pengetahuan yang umumnya digunakan dalam merawat pasien. Proses
penyelesaian masalah malpraktek medis seringkali dilakukan melalui jalur litigasi,
termasuk dalam ranah hukum pidana dan perdata. Dalam kedua aspek ini, dokter
dapat dimintai pertanggungjawaban dan dikenakan sanksi yang bersifat pidana,
perdata, atau administratif.

Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan


penelitian yang lebih mendalam mengenai tanggung jawab pidana jika seorang
dokter yang berpraktik di sebuah rumah sakit terlibat dalam tindakan malpraktek.
Selanjutnya, penulis akan menggambarkan hasil penelitian ini dalam sebuah
skripsi hukum dengan judul “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS
KELALAIAN DOKTER YANG BERAKIBAT PADA TINDAK PIDANA
MALAPRAKTIK (STUDI KASUS RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
KENARI GRAHA MEDIKA CILEUNGSI)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, terkait dengan judul skripsi


yang penulis ambil, adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pertanggungjawaban hukum pidana dalam kasus malpraktek di


RSIA Kenari Medika Cileungsi?
2. Bagaimana penerapan sanksi pidana terhadap pelaku malpraktek
kedokteran?
3. Apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya tindakan
malpraktek?
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari uraian latar belakang dan perumusan masalah di atas


maka dapat dikemukakan tujuan dari penelitian ini adalah:
5

1. Untuk mengetahui, mengkaji dan menganalisis pertanggungjawaban


hukum pidana dalam kasus malpraktek di RSIA Kenari Medika Cileungsi.
2. Untuk mengetahui, mengkaji dan menganalisis penerapan sanksi pidana
terhadap pelaku malpraktek kedokteran.
3. Untuk mengetahui, mengkaji dan menganalisis upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya tindakan malpraktek.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan mampu memberikan manfaat,


baik secara teoritis maupun manfaat secara praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan


pemahaman tentang definisi dan signifikansi malpraktek dalam
konteks pertanggungjawaban rumah sakit terkait tindakan dokter yang
melanggar kode etik kepada berbagai pihak, termasuk masyarakat,
tenaga kesehatan, dan mahasiswa, terutama mahasiswa calon sarjana
hukum.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan


kontribusi berupa masukan dan pemahaman yang lebih rinci mengenai
regulasi hukum dan langkah-langkah yang diambil oleh rumah sakit
dalam menangani dokter yang terlibat dalam malpraktek serta
pelanggaran kode etik kedokteran, yang dapat diuraikan sebagai
berikut:

(a) Bagi Negara

Harapannya, hasil ini diharapkan dapat memberikan


kontribusi berupa masukan untuk memperkuat perkembangan
sektor tenaga kesehatan agar lebih berkualitas sesuai dengan
6

prosedur dan regulasi, dengan tujuan mendorong kemajuan


generasi bangsa yang memiliki standar etika yang tinggi.

(b) Bagi Masyarakat

Harapannya, penelitian ini dapat memberikan pemahaman


yang lebih mendalam mengenai hubungan antara dokter dan
pasien dalam konteks komunikasi untuk menerima atau
memberikan tindakan medis. Dengan demikian, ketika terjadi
kesalahan, baik pihak tenaga kesehatan maupun pasien sebagai
konsumen layanan kesehatan, terbentuk pemahaman yang jelas
mengenai perlindungan hukum yang tersedia. Hal ini terutama
berlaku dalam konteks pelayanan yang disediakan oleh tenaga
kesehatan, terutama dokter.

(c) Bagi Infrastruktur/Pembangunan

Harapannya, penelitian ini dapat berkontribusi dalam


meningkatkan standar dan kualitas mutu rumah sakit, baik yang
bersifat swasta maupun milik negara.

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan suatu konsep model yang mengulas


bagaimana suatu teori dapat terkait dengan berbagai faktor yang dianggap
sebagai inti dari permasalahan yang signifikan. Oleh karena itu, tujuan dari
kerangka pemikiran adalah untuk memfasilitasi penulis dalam menjalankan
penelitian ini, membantu dalam penelusuran jawaban terhadap permasalahan
yang dirumuskan, dan menyajikan penjelasan yang jelas dalam konteks teoritis
agar mudah dipahami.7

Akses terhadap layanan kesehatan menjadi kebutuhan esensial bagi


masyarakat, mencakup upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitasi.

7
Stefani Ditamei, Pengertian Kerangka Pemikiran: Cara Membuat Beserta Contohnya,
Detik Jabar, https://www.detik.com/jabar/berita/d-6202272/pengertian-kerangka-pemikiran-cara-
membuat-beserta-contohnya/amp
7

Definisi upaya kesehatan sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (14)


Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa itu
mencakup kegiatan terpadu, terintegrasi, dan berkesinambungan untuk
meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat, termasuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah
atau masyarakat. Dalam konteks ini, pemenuhan kebutuhan kesehatan pasien
sangat terkait dengan peran dokter sebagai penyedia perawatan kesehatan, dan
keterkaitan ini ditekankan melalui istilah "hubungan terapeutik".

Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang


Praktik Kedokteran, memberikan pengertian dokter adalah "dokter dan dokter
gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dun dokter gigi spesialis lulusan
pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri
yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan".8 Profesi kedokteran memiliki peran yang signifikan
dalam kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Kesehatan masyarakat
menjadi krusial karena jika anggota masyarakat mengalami penyakit dan tidak
mendapat bantuan medis, semua kegiatan perekonomian dalam masyarakat
dapat terhambat. Oleh karena itu, praktisi kedokteran dianggap memiliki
tanggung jawab moral dan intelektual yang besar. Dalam menjalankan
profesinya, dokter diharapkan untuk mengutamakan kepentingan masyarakat
secara umum daripada keuntungan pribadi atau golongan tertentu. Terutama
karena ilmu kedokteran diterapkan pada individu dengan harapan pemulihan
kesehatan yang beragam, serta latar belakang sosial dan ekonomi yang berbeda.

Untuk menjalankan profesi kedokteran, syarat utamanya melibatkan


kemampuan dalam penguasaan ilmu dasar kedokteran dan keterampilan teknis
yang diperoleh melalui pendidikan formal. Selain itu, seseorang juga harus
memperoleh kewenangan berupa lisensi (personal privilege) dengan
mengajukan permohonan kepada Konsil Kedokteran Indonesia. Dijelaskan
dalam Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek

8
Pasal 1 Ayat 2 Undang-Undang No. 29 Tentang Praktik Kedokteran
8

Kedokteran yang mengatur "setifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan


terhadap kemampuan seorang dokter atau dokter gigi untuk menjalankan praktik
kedokteran di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi", dan ayat (7)
mengatur "surat izin praktik adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah
kepada dokter dan dokter gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran setelah
memenuhi persyaratan".9

Dapat diketahui bersama bahwa setiap tindakan medis, yang telah


mendapatkan persetujuan dari pasien, tidak terlepas dari kemungkinan terjadinya
kesalahan medis, baik yang disengaja maupun akibat kelalaian dokter. Dalam
ranah hukum, jika tindakan medis tersebut menyebabkan kerugian pada
kesehatan pasien, dapat dianggap sebagai kesalahan medis (malpraktik
kedokteran) asalkan memenuhi unsur-unsur perbuatan yang melanggar hukum
pidana dan memenuhi syarat-syarat yang berlaku dalam disiplin ilmu
kedokteran.

Dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, maupun dalam dunia


medis tidak ditemukan istilah malpraktek tersebut, akan tetapi istilah malpraktik
dipakai oleh publik untuk menduga telah terjadi kesalahan medis oleh dokter,
namun dari sudut harfiah, istilah malpraktek atau malpractice artinya perbuatan
yang buruk (badpractice), praktek yang jelek.10 The term malpractice has a
broad conntation and is employed generally to designate bad practice,
sometimes called malapraxis, in the treatment of a patient.11

Dengan demikian, konsep pertanggungjawaban pidana menjadi syarat


yang harus terpenuhi untuk menjatuhkan hukuman pidana kepada seseorang
yang melakukan tindak pidana. Sementara itu, berdasarkan gagasan
monodualistik (daad en dader strafrecht), proses yang wajar (due process), dan
penentuan pertanggungjawaban pidana tidak hanya mempertimbangkan
kepentingan masyarakat, melainkan juga mempertimbangkan kepentingan dari
9
Ibid. Ayat 4 dan 7
10
Hermin Hadiati Koeswadji, Hukum Kedokteran (Bandung:PT Citra Aditya Bakti,
1998), h. 123.
11
Hyat Emanuel, Legal Aspects of Medical Record, (lIIinois: Physicians' Record
Company,1964), h. 329.
9

pelaku sendiri. Proses tersebut tergantung pada apakah syarat dan kondisi untuk
mencelanya pembuat tindak pidana dapat terpenuhi, sehingga sah jika dikenai
hukuman pidana.12

Menurut Bambang Purnomo tanggung jawab kesehatan di dalam rumah


sakit menurut doktrin kesehatan yaitu:

1. Personal Liability yaitu tanggung jawab yang melekat pada individu;


2. Strict Liability yaitu tanggung jawab tanpa kesalahan;
3. Vicarious Libility yaitu tanggung jawab yang timbul akibat kesalahan
yang dilakukan oleh bawahannya;
4. Respondent Liability yaitu tanggung jawab tanggung renteng;
5. Corporate Liability tanggung jawab yang berada pada pemerintah.13

Menurut Bambang Purnomo kesalahan melaksanakan tugas profesi


dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:14

1. Kesalahan Medis yaitu kesalahan melaksanakan profesi atas dasar


ketentuan profesi medis yang professional;
2. Kesalahan yuridis yaitu kesalahan melaksanakan tugas profesi atas
dasar ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

F. Metode Penelitian

Penelitian pada hakikatnya adalah rangkaian kegiatan karya ilmiah dan


karena itu menggunakan metode-metode ilmiah untuk menggali dan
memecahkan permasalahan, atau untuk menemukan suatu kebenaran dari fakta
fakta yang ada agar mendapatkan hasil yang maksimal, maka metode yang
digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan Penelitian
12
Chairul Huda, Op.Cit. h. 64-65.
13
Bambang Poernomo, Hukum Kesehatan, (Yogyakarta: Bahan Kuliah Pascasarjana
UGM, Magister Hukum Kesehatan, 2007).
14
Ibid, Bambang Poernomo.
10

Pendekatan pada hakikatnya diartikan sebagai suatu bentuk upaya dalam


rangka melakukan kegiatan penelitian yang digunakan untuk mencapai
pengertian mengenai masalah pada penelitian itu sendiri.15

Jenis pendekatan yang digunakan adalah hukum normatif, yang


merupakan penelitian yang difokuskan pada analisis penerapan kaidah-kaidah
atau norma-norma yang ada dalam hukum positif. Penelitian ini menggunakan
pendekatan yuridis normatif, khususnya penelitian hukum doktrinal, di mana
hukum dianggap sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan
(law in books). Selain itu, penelitian juga dapat dilakukan terhadap sistematika
hukum, baik pada peraturan perundang-undangan maupun hukum tertulis.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum normatif terbagi


menjadi 2 (dua), sebagai berikut:

(1) Pendekatan Undang-Undang (state approarch);


(2) Pendekatan Kasus (case approarch).16

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang digunakan adalah deskripsi analisis, melalui


penelitian deskriptif, penelitian berupa berusaha mendeskripsikan peristiwa dan
kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus
terhadap peristiwa tersebut.

Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan metode


penelitian deskriptif analitis,17 yaitu penelitian yang memiliki tujuan untuk
mendeskripsikan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan
mengaitkan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang
menyangkut suatu permasalahan mengenai pertanggungjawaban pidana atas

15
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, UI Pers, Jakarta, 2010. H. 60
16
Ishaq, Metode Penelitian Hukum, dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi,
Alfabeta, Bandung, 2020. h. 68-69.
17
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodelogi Penghantar Penelitian Hukum dan Jurmetri,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994. h. 97.
11

kelalaian dokter yang berakibat pada tindak pidana malapraktek studi kasus
RSIA Kenari Graha Medika Cileungsi.

Menurut pendapat Segiyono, penelitian deskriptif analis menjabarkan


penelitian untuk mengetahui suatu nilai variabel mandiri, baik satu variabel
maupun lebih (independent) tanpa membuat adanya suatu perbandingan, ataupun
menghubungkan dengan variabel lain. 18

Kegiatan penelitian ini menggunakan hukum normatif dimana penelitian


hukum yang dilaksanakan dengan cara melakukan penelitian suatu bahan
Pustaka atau sebuah data sekunder yang difokuskan pada bahan hukum untuk
digunakan pada penelitian ini.19

3. Jenis dan Sumber Data

Penelitian hukum normatif ini dilaksanakan melalui analisis literatur dari


berbagai sumber hukum utama seperti peraturan perundang-undangan, serta
sumber hukum sekunder seperti buku, jurnal, majalah hukum, putusan hakim,
dan sumber kepustakaan lainnya. Selain itu, penelitian juga mengacu pada bahan
hukum tertier seperti kamus hukum dan kamus besar bahasa Indonesia.

Menurut Peter Mahmud Marzuki, penelitian hukum normatif sendiri


adalah sebuah proses untuk menemukan adanya suatu aturan hukum, prinsip-
prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum dalam menjawab isu hukum
yang dihadapi.20 Sedangkan untuk sumber data memiliki pengertian sendiri
sebagai tempat didapatkannya suatu data-data, data yang dibutuhkan dalam
penulisan ini melakukan penelitian hukum normative yaitu data primer,
sekunder, dan tersier.21

18
Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:
Alfabeta.
19
Soerjono Soekanto, dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, 2010. Jakarta: RajaGrafindo Persada, h. 13-14.
20
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada, Jakarta. 2010. h. 35
21
Seorjono Soekanto dan Sri Mahmmudji, Penelitian Hukum Normatif, Penghantar
Singkat, Rajawali Press, Jakarta. 1990. h. 14.
12

(1) Bahan Hukum Primer, merupakan suatu bahan hukum yang memiliki
suatu kekuatan tetap di dalam otoritas (autoritatif) kekuasaan. Dalam
hal ini penulis akan lebih mengemukakan bahwa bahan hukum primer
terdiri dari bahan yang bersifat mengikat, berupa: Undang-Undang, dan
Putusan Pengadilan.22 Bahan hukum primer dalam penelitian ini
mencakup beberapa perundang-undangan, seperti Undang-Undang
Dasar 1945, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktek Kedokteran, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit, dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan. Selain itu, juga termasuk peraturan-peraturan seperti
Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang
Rekam Medis, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran,
dan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 4 Tahun 2011
tentang Disiplin Profesional Dokter dan Dokter Gigi. Terdapat juga
regulasi lain seperti Peraturan Menteri Kesehatan No.
512/MENKES/PER/IV/2007 tentang Izin Praktik & Pelaksanaan
Praktik Kedokteran, PERMENKES No. 519/MENKES/PER/III/2011
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi
Intensif di Rumah Sakit, serta Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755
Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
(2) Bahan Hukum Sekunder merupakan data yang diperoleh dari bahan-
bahan kepustakaan berupa bahan hukum yang berupa putusan kasasi
Mahkamah Agung, buku-buku, jurnal, dan makalah.
(3) Bahan Hukum Tersier, merupakan materi hukum yang memberikan
arahan atau keterangan terkait dengan bahan hukum utama dan bahan
hukum pendukung, seperti kamus istilah hukum, sumber informasi
internet, Ensiklopedia dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

22
Suhaimi, Problem Hukum Dan Pendekatan Dalam Penelitian Hukum Normatif, Vol.19
No.2. 2018.
13

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui metode penelitian


kepustakaan dan analisis dokumen yang terkait dengan perumusan masalah.
Penelitian ini bersifat yuridis normatif, dengan fokus utama pada penggunaan
data sekunder. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan suatu metode
analisis data kualitatif, dan memakai metode analisis pendekatan kasus (case
approach), selanjutnya semua data yang diperoleh tersebut dilakukan analisis
untuk dapat menjawab permasalahan dalam studi kasus penelitian ini.

5. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul menjadi pokok acuan dalam menganalisis dan


memecahkan masalah dalam penelitian ini. Pendekatan analisis yang
digunakan adalah kualitatif, di mana dilakukan analisis dari aspek umum ke
khusus untuk mendapatkan pandangan yang menjadi acuan dalam menjawab
permasalahan yang dibahas. Penulis menggunakan bahan hukum berupa studi
kepustakaan, peraturan perundang-undangan, dan putusan pengadilan yang
relevan dengan permasalahan dalam studi kasus ini. Tujuan penulis adalah
untuk merinci dan menghubungkan bahan hukum tersebut secara sistematis,
sehingga dapat disajikan dalam penulisan sebagai jawaban terhadap
permasalahan yang diidentifikasi. Analisis terhadap semua bahan hukum
tersebut dilakukan dengan maksud mengembangkan pemikiran penulis
mengenai kasus yang terjadi di RSIA Kenari Graha Medika, sehingga dapat
diolah secara efektif untuk mendapatkan solusi terhadap masalah yang
dirumuskan.

6. Lokasi Penelitian

Dengan mempertimbangkan judul skripsi yang diajukan, penulis memilih


lokasi penelitian di RSIA Kenari Graha Medika, beralamat di Perumahan Griya
Kenari Mas, Jalan Narogong, Nomor KM. 22, Blok B2, Cileungsi Kidul,
Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dengan kode pos 17136
14

untuk mengumpulkan data yang relevan dengan permasalahan yang diangkat


dalam skripsi ini.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang lebih rinci dan komprehensif mengenai


isi yang akan dijelaskan dalam penulisan penelitian hukum ini, penulis akan
menyusun suatu kerangka sistematika penulisan. Sistematika penulisan
penelitian hukum ini terdiri dari V (lima) bab, beberapa sub bab, serta mencakup
daftar pustaka dan lampiran.

Adapun urutan sistematika dalam penulisan hukum ini adalah sebagai


berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada Bab I ini penulis akan mengupas mengenai latar belakang


permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
hasil penelitian, kerangka pemikiran, pendekatan penelitian, serta
tata cara penyusunan penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS DAN YURIDIS TENTANG


PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN
DOKTER YANG BERAKIBAT TINDAK PIDANA
MALAPRAKTIK (STUDI KASUS RSIA KENARI GRAHA
MEDIKA CILEUNGSI)

Pada Bab II ini penulis akan memaparkan berbagai aspek mengenai


hasil penelitian dengan tinjauan teoritis dan yuridis mengenai
pertanggungjawaban pidana terhadap kelalaian dokter yang
mengakibatkan malapraktek (kasus studi RSIA Kenari Graha
Medika). Bab ini mencakup definisi-definisi, tinjauan teoritis
tentang pertanggungjawaban pidana, tinjauan teoritis mengenai
tindakan dokter, tinjauan teoritis tentang kealpaan atau kelalaian
(malapraktik), serta Kode Etik Dokter.
15

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG


PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS KELALAIAN
DOKTER YANG BERAKIBAT TINDAK PIDANA
MALAPRAKTIK (STUDI KASUS RSIA KENARI GRAHA
MEDIKA CILEUNGSI)

Dalam Bab III, penulis akan menguraikan secara menyeluruh


mengenai pertanggungjawaban pidana yang timbul akibat kelalaian
dokter yang menyebabkan tindak pidana malapraktik pada kasus
yang terjadi di RSIA Kenari Graha Medika Cileungsi pada tahun
2017 yang menjadi fokus penelitian.

BAB IV : PEMBAHASAN

Pada Bab IV, penulis akan menjelaskan secara rinci 3 (tiga) poin
yang terdapat dalam rumusan masalah dengan tinjauan yuridis dan
metode penelitian yang digunakan oleh penulis. Bab ini terdiri dari
beberapa sub bab, termasuk mengulas pertanggungjawaban pidana
dalam kasus malapraktik di rumah sakit, implementasi sanksi
pidana terhadap pelaku malapraktik kedokteran (dasar hukum
malapraktik, jenis sanksi malapraktik, studi kasus), serta langkah-
langkah preventif untuk mencegah terjadinya tindak pidana
malapraktik.

BAB V : PENUTUP

Pada Bab V, penulis akan merangkum dan menawarkan


rekomendasi serta memberikan saran terhadap permasalahan yang
dibahas oleh penulis dengan tujuan memberikan pemahaman
kepada masyarakat umum, terutama dalam konteks bidang
kesehatan, yang sesuai dengan isu yang dibahas pada bab-bab
sebelumnya.
16

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Bambang Poernomo, Hukum Kesehatan, (Yogyakarta: Bahan Kuliah


Pascasarjana UGM, Magister Hukum Kesehatan, 2007).

Hermien Hadiati Koeswadji, Hukum Kedokteran, Citra Aditya Bakti, 18


Oktober 2019, h. 11-12.

Hermin Hadiati Koeswadji, Hukum Kedokteran (Bandung:PT Citra Aditya


Bakti, 1998), h. 123.

Hyat Emanuel, Legal Aspects of Medical Record, (lIIinois: Physicians'


Record Company,1964), h. 329.

Ishaq, Metode Penelitian Hukum, dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta


Disertasi, Alfabeta, Bandung, 2020. h. 68-69.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada, Jakarta. 2010.


h. 35.

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodelogi Penghantar Penelitian Hukum dan


Jurmetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994. h. 97.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, UI Pers, Jakarta, 2010. h.


60

Soerjono Soekanto, dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu


Tinjauan Singkat, 2010. Jakarta: RajaGrafindo Persada, h. 13-14.

Seorjono Soekanto dan Sri Mahmmudji, Penelitian Hukum Normatif,


Penghantar Singkat, Rajawali Press, Jakarta. 1990. h. 14.
17

B. Jurnal

Robert Valentino Tarigan, Mahfud Mulyadi, dkk, Pertanggungjawaban Pidana


Rumah Sakit Terhadap Malpraktek Medik di Rumah Sakit, 2021,
Vol 2 No 1 Hal. 106.

Suhaimi, Problem Hukum Dan Pendekatan Dalam Penelitian Hukum


Normatif, Vol.19 No.2. 2018.

C. Undang-undang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Undang-Undang No. 29 Pasal 1 Ayat 2 tentang Praktik Kedokteran

Undang-Undang No. 29 Pasal 4 dan 7 tentang Praktik Kedokteran

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam


Medis

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 tentang


Persetujuan Tindakan Kedokteran

D. Internet

https://heylaw.id/blog/perlindungan-hukum-bagi-korban-malpraktek [diakses
tanggal 06/01/2024, pukul 23.05]

https://kebijakankesehatanindonesia.net/25-berita/berita/167-ketua-mkdki-
kami-tak [diakses tanggal 06/01/2024, pukul 23.11]

https://www.metropolitan.id/bogor-timur/pr-9536843855/langgar-uu-aktivis-
minta-rsia-kenari-cileungsi-ditutup [diakses tanggal 07/01/2024,
pukul 01.09]
18

Stefani Ditamei, Pengertian Kerangka Pemikiran: Cara Membuat Beserta


Contohnya, Detik Jabar, https://www.detik.com/jabar/berita/d-
6202272/pengertian-kerangka-pemikiran-cara-membuat-beserta-
contohnya/amp [diakses tanggal 07/01/2024, pukul 01.35]

Anda mungkin juga menyukai