Anda di halaman 1dari 3

DAHSYATNYA KEKUATAN NIAT

Oleh: K.H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc.

Niat yang baik adalah kunci pembuka kebaikan dalam kehidupan ini dan pintu gerbang rezki.
Niat termasuk ibadah tersembunyi. Makin jernih batin seseorang makin cerah langkah kehidupan,
makin lembut ucapan dan makin disenangi banyak hati.
Mulailah harimu selalu dengan dua kunci pembuka. Pertama, niat yang baik yang merupakan
pembuka rezki. Kedua, ucapan yang baik yang menjadi pembuka hati.
Kita harus memperbaiki niat-niat kita dan tujuan-tujuan kita. Ini adalah permulaan. Karena kejernihan
niat, kebersihan batin dan sangka baik merupakan kunci pembuka bagi banyak perbendaharaan dunia
dan akhirat.

Niat adalah rahasia dan spirit penghambaan.


Dalam amal perbuatan, fungsi niat sama dengan fungsi ruh dalam jasad. Karena niat termasuk amalan
hati sedangkan amalan hati lebih bermanfaat dan lebih baik dari amal fisik. Sabda Nabi saw: “Berbagai
amal perbuatan dinilai berdasarkan niat-niatnya”. (Bukhari dan Muslim)
Niat menentukan nilai amal perbuatan. Amal perbuatan diterima atau ditolak, diberi pahala atau
diberi hukuman tergantung niatnya.
Dengan niatnya, manusia bisa mencapai apa yang tidak bisa dicapai dengan amal perbuatannya.
Kadang seseorang tidak mampu melakukan kebaikan yang diinginkan karena keadaannya yang ringkih,
atau kesehatannya yang lemah, atau usahanya yang tidak bisa maksimal. Tetapi Allah yang Maha
Mengetahui berbagai rahasia jiwa mengangkat para pemilik niat yang tulus ke tingkatan yang
diinginkannya. Karena tujuan mereka yang baik itu lebih kuat di sisi-Nya dari berbagai sarana mereka
yang lemah.

Sungguh besar nilai niat! Dengan niatmu yang benar dan dengan amalmu yang ikhlas kamu bisa
mendapatkan pahala orang yang banyak melakukan kebaikan, sekalipun kamu tidak memiliki harta
untuk disedekahkan. Nabi saw bersabda:

"Sesungguhnya dunia itu untuk empat orang: Pertama, seorang hamba yang dikarunia Allah harta
dan ilmu, dengan ilmu ia bertakwa kepada Allah dan dengan harta ia menyambung silaturrahim dan
ia mengetahui Allah memiliki hak padanya dan ini adalah tingkatan yang paling baik, Kedua,
selanjutnya hamba yang diberi Allah ilmu tapi tidak diberi harta, niatnya tulus, ia berkata: Andai saja
aku memiliki harta niscaya aku akan melakukan seperti amalan si fulan, maka ia mendapatkan apa
yang ia niatkan, pahala mereka berdua sama..”. (Tirmidzi 2247)
Sabda Nabi saw:
"Barangsiapa mengharapkan mati syahid dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan mengangkat-
nya sampai ke derajat para syuhada' meski ia meninggal dunia di atas tempat tidur." (Muslim 3532)

Siapa yang jujur kepada Allah maka Allah mengantarkannya ke tingkatan orang-orang yang jujur

Balasan Diberikan Berdasarkan Niat


Hatimu yang jernih, dadamu yang sehat, dan niatmu yang tulus menjadi kunci pembuka kemudahan,
karunia dan kelancaran dalam kehidupan ini.
Jika pintu seorang hamba tertutup lalu dia mengikhlaskan niatnya dan bersangka baik kepada Allah
pasti Allah membukakan pintu-pintu yang lebih luas baginya. Firman Allah:
"Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang
lebih baik dari apa yang telah diambil darimu dan Dia akan mengampuni kamu". Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Anfal: 70)

Perbaikilah hatimu pasti Allah menurunkan ketenangan di hatimu, membukakan berbagai pintu
untukmu dan melindungimu, sekalipun yang tampak kebalikannya. Firman Allah:
“Maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka
dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). Serta harta
rampasan yang banyak yang dapat mereka ambil”. (al-Fath: 18-19)
Niat yang tulus membuka pintu-pintu kebaikan, kemudahan dan pertolongan.
Siapa yang menghadirkan niat baik di hatinya pasti Allah menolongnya untuk mengamalkannya dan
membukakan pintu-pintu kemudahan baginya sesuai niat yang ada di hatinya. Firman Allah:
“Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka
dapat mendengar.” (al-Anfal: 23)

Allah tidak menyia-nyiakan niat yang tulus sekalipun hamba-hamba-Nya tidak mengetahui. Karena itu,
tenangkan hatimu sekalipun banyak yang menyangka buruk kepadamu. Janganlah kamu memasuki
ranah niat manusia karena hanya Allah yang mengetahui isi hati hamba-Nya. Firman Allah:
“Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka
sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat.” (al-Isra’: 25)

Salim bin Abdullah menulis surat kepada Umar bin Abdul Aziz di awal masa pemerintahannya:
“Jika niatmu benar dan kamu menginginkannya pasti Allah menolongmu dan memberimu para
pelaksana yang melakukannya. Allah akan mendatangkan mereka dari arah yang tidak kamu kira,
karena pertolongan Allah diberikan berdasarkan niat yang ada. Siapa yang mewujudkan niat baik di
hatinya pasti Allah menolongnya. Siapa yang mengurangi kebaikan niatnya pasti Allah mengurangi
pertolongan-Nya sesuai kekurangan yang ada pada niatnya”. (Ahmad di dalam Kitab az-Zuhd).

Rahasia kebaikanmu ada pada kebaikan batinmu. Pintu surgamu ada pada kebersihan hatimu.

Rahasia kebaikanmu terletak pada kebaikan batinmu. Karena itu, letakkan niat baik di hatimu pasti
Allah akan mengurusi urusanmu. Betapa banyak pintu-pintu besar dibuka dengan kunci niat yang baik.
Betapa banyak orang yang diberi rezki lebih banyak dari yang diperkirakan karena niatnya yang baik.
Rezki diberikan sesuai dengan niat yang ada.
Sekiranya seseorang mengetahui pengaturan Tuhannya untuk dirinya pasti dia tidak akan bersedih
atau mengeluh kesakitan.

Sebagaimana niat yang baik menambah kebaikan bagi pelakunya demikian pula niat yang tidak baik
juga menambah keburukan bagi pelakunya. Firman Allah:
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya”. (al-BaqarahL 10)

Sebagaimana niat yang baik bisa mengantarkanmu ke tingkatan shiddiqin (orang-orang yang sangat
jujur) demikian pula niat yang buruk juga bisa mengantarkanmu ke jajaran orang-orang yang merugi.
Sabda Nabi saw:
“Ketiga, hamba yang diberi harta oleh Allah tapi tidak diberi ilmu, ia melangkah serampangan tanpa
ilmu menggunakan hartanya, ia tidak takut kepada Rabbnya dengan harta itu dan tidak menyambung
silaturrahimnya serta tidak mengetahui hak Allah padanya. Ini adalah tingkatan terburuk.
Keempat, orang yang tidak diberi Allah harta atau pun ilmu, ia bekata: Andai aku punya harta tentu
aku akan melakukan seperti yang dilakukan si fulan yang serampangan meneglola hartanya, maka
dia mendapatkan apa yang diniatkannya benar, dan dosa keduanya sama." (Tirmidzi 2247)

Di dalam kisah para pemilik kebun yang memendam niat buruk tidak akan memberi orang-orang
miskin lalu Allah menghukum mereka, lalu kebun mereka berubah menjadi abu, terdapat pelajaran
dan peringatan. Firman Allah:
“Sesungguhnya Kami telah mencobai mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana Kami telah mencobai
pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akanmemetik
(hasil)nya di pagi hari, dan mereka tidak menyisihkan (hak fakir miskin), lalu kebun itu diliputi
malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur, maka jadilah kebun itu hitam
seperti malam yang gelap gulita.” (al-Qalam: 17-20)

Semoga Allah memperbaiki niat-niat kita, mewujudkan harapan-harapan kita, dan menyampaikan kita
ke tujuan di surga paling tinggi.
Semoga Allah memperbaiki niat-niat kita, memberi kita balasan niat yang mulia, dan menjadikan kita
termasuk hamba-hamba-Nya yang berbuat kebaikan.
Betapa besar nilai jujur kepada Allah. Betapa indah jiwa yang jernih dan niat yang ikhlas. Berbagai
balasan dan karunia diberikan berdasarkan niat yang ada. Al-Quran mendidik kita dengan nilai-nilai
tersebut di atas. Renungkanlah ayat-ayat ini:
"Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang
lebih baik dari apa yang telah diambil darimu dan Dia akan mengampuni kamu". Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Anfal: 70)
“Maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka
dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). Serta harta
rampasan yang banyak yang dapat mereka ambil”. (al-Fath: 18-19)
“Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi
mereka.” (Muhammad: 21)

Di perang Tabuk sebagian sahabat Nabi saw tidak bisa ikut berangkat berperang karena tidak memiliki
biaya tetapi niat mereka jujur lalu Allah memewujudkan keinginan mereka dan menulis pahala untuk
mereka sebagaimana pahala orang-orang yang berangkat berperang.

Sebaliknya para pemilik kebun memendam niat buruk tidak akan memberi orang-orang miskin lalu
Allah menghukum mereka dengan menghanguskan kebun mereka.
Demikianlah, balasan diberikan sesuai niat yang ada di dalam hati.

Anda mungkin juga menyukai