(Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memenuhi Tugas Akhir KKL)
Disusun Oleh:
Rahmat Romadon (2280102016)
LABORATORIUM TERPADU
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2023/2024
PERSETUJUAN PEMBIMBING LAPORAN INDIVIDU
1
PENGESAHAN LAPORAN INDIVIDU KULIAH KERJA LAPANGAN
2
KATA PENGANTAR
3
5. Ibu Dra. Hj. Nurmala Hak, M.H.I., selaku Dosen Pembimbing Lapangan
(DPL).
6. Bapak H. Zulfikar Ali Fajri, S.Ag., M.Si., selaku Kepala Kantor, Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan Ilir Timur Satu Kota Palembang.
7. Bapak H. Herman Sawiran, S.Ag., selaku Penghulu di Kantor Urusan Agama
(KUA) Kecamatan Ilir Timur Satu Kota Palembang.
8. Tak lupa juga yang saya sangat hormati Pegawai Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan Ilir Timur Satu Kota Palembang, yang berperan dalam mendukung
dan membantu proses kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dari awal
penerimaan serta akhir saat ini.
9. Serta bapak/i dan teman-teman seperjuangan KKL yang saya sayangi dan
banggakan.
Demikianlah sebagai pembuka dari sebuah kata-kata yang penulis susun
hingga menjadi kalimat, penulis menyadari dalam penulisan laporan ini banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan, maka dengan iringan serta harapan kedepan
semoga Laporan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) ini dapat diterima dan bermanfaat
bagi pembaca serta menjadi sumbangsih dalam pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuh.
Rahmat Romadon
NIM. 2280102016
4
DAFTAR ISI
5
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS ..................................................... 18
A. Analisis Hukum Positif Terhadap Pernikahan Siri Yang Ditetapkan/Isbat
Nikah .......................................................................................................... 88
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Pernikahan Siri Yang Ditetapkan/Isbat
Nikah .......................................................................................................... 22
BAB V PENUTUP.............................................................................................. 26
A. Kesimpulan ................................................................................................. 26
B. Saran ........................................................................................................... 27
6
DAFTAR TABEL
7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kuliah kerja lapangan merupakan salah satu program studi yang dinilai
dapat mengembangkan wawasan, keterampilan dan kecakapan seorang
mahasiswa untuk memasuki dunia kerja. Sebagai mahasiswa yang sedang
melaksanakan KKL, banyak pengetahuan yang didapat mengenai peran KUA
Kecamatan Ilir Timur Satu, Kota Palembang dalam mengelola dan mendukung
isbat nikah, terutama dalam konteks pernikahan siri dalam analisis tinjauan
hukum Islam dan hukum positif. Pengalaman selama pelaksanaan magang di
KUA yang mencakup observasi langsung, wawancara dengan petugas KUA,
studi literatur, serta analisis dokumen terkait akan dirincikan. Selanjutnya,
analisis ini akan mencakup pembahasan permasalahan yang mungkin timbul
dalam konteks isbat nikah terhadap pernikahan siri dan memberikan rekomendasi
yang sesuai.
Pengajuan yang dilakukan seseorang yang telah menikah namun belum
tercatat oleh Negara dan juga belum memiliki kekuatan hukum dikarenakan tidak
memiliki akta nikah atau buku nikah merupakan pengertian dari isbat nikah. Bisa
dikatakan bahwa isbat nikah adalah pengesahan Pengadilan Agama terhadap
pernikahan yang telah dilaksanakan sesuai dengan aturan Islam, tetapi belum
tercatat di Kantor Urusan Agama. Hal ini menyebabkan pernikahan tersebut tidak
memiliki keabsahan hukum karena ketiadaan akta pernikahan, contohnya
pernikahan siri.
Pernikahan siri yang dilakukan oleh sebagian masyarakat, disebabkan
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pernikahan. Bermacam alasan yang
melatarbelakangi seseorang melakukan nikah siri. Ada yang menikah karena
terbentur ekonomi, sebab sebagian pemuda tidak mampu menanggung biaya
8
pesta, menyiapkan rumah milik sendiri dan harta gono gini, maka mereka
memilih menikah dengan cara misyar yang penting halal. Ada juga yang tidak
mampu mengeluarkan dana untuk mendaftarkan diri ke KUA yang dianggapnya
begitu mahal. Atau malah secara finansial pasangan ini cukup untuk membiayai,
namun karena khawatir pernikahannya tersebar luas akhirnya mengurungkan
niatnya untuk mendaftar secara resmi ke KUA atau catatan sipil.
Berdasarkan uraian di atas, penulis akan membahas isbat nikah terhadap
pernikahan siri dalam tinjauan hukum Islam dan hukum positif di Indonesia
Terhadap Peran Kantor Urusan Agama Kecamatan Ilir Timur Satu Kota
Palembang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran KUA Kecamatan Ilir Timur Satu Kota Palembang dalam
mengelola dan mendukung isbat nikah, terutama dalam kasus pernikahan
siri?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam dan hukum positif terhadap isbat nikah
dalam konteks pernikahan siri yang dikelola oleh KUA Kecamatan Ilir Timur
Satu Kota Palembang?
C. Pelaksanaan
1. Melakukan Partisipasi dalam proses KKL sesuai dengan panduan dan tugas
yang telah diatur oleh KUA. Hal ini mungkin mencakup observasi langsung
terhadap proses isbat nikah, serta interaksi dengan para petugas KUA.
2. Mengumpulkan data dan informasi yang relevan terkait dengan isbat nikah,
baik melalui wawancara dengan petugas KUA, studi literatur hukum Islam,
atau analisis dokumen terkait proses pernikahan dan isbat nikah.
D. Tujuan Penelitian
9
1. Menjelaskan peran Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ilir Timur Satu
Kota Palembang dalam mengelola dan mendukung isbat nikah, terutama
dalam konteks pernikahan siri.
2. Menganalisis tinjauan hukum Islam dan hukum positif terhadap isbat nikah
dalam konteks pernikahan siri yang dikelola oleh KUA Kecamatan Ilir
Timur Satu Kota Palembang.
E. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penilaian ini adalah penelitian lapangan.
Penulis melakukan penelitian secara langsung di Kantor Urusan Agama
Kecamatan Ilir Timur Satu Kota Palembang. Dengan data sekunder, penulis
mengumpulkan data dari studi kepustakaan yang berupa aturan berupa:
perundang-undangan, buku, jurnal yang masih berkaitan dengan apa
permasalahan yang sedang dikaji. Lokasi pengumpulan data di Kantor urusan
agama Kecamatan Ilir Timur Satu Kota Palembang. Teknik Pengumpulan data
melalui obervasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah terkumpul tahap
selanjutnya mengolah data dengan cara deskriptif kualitatif.1
1
Yusof H & Ali, A. M. D., Quality and qualitative studies: The case of validity, reliability, and generalizability.
Issues in Social and Environmental Accounting, 5(1/2), 25-26
10
BAB II
TINJAUAN UMUM
1. Isbat Nikah
A. Pengertian Isbat Nikah
Isbat nikah berasal dari Bahasa Arab dengan dua suku kata yaitu isbat dan
nikah. Kata isbat adalah isim masdar yang berasal dari Bahasa Arab asbata-
yasbitu-isbatan yang artinya penentuan atau penetapan. Istilah ini lalu menjadi
istilah dalam Bahasa Indonesia kata isbat diartikan dengan menetapkan berupa
penetapan terkait kebenaran.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Itsbat artinya penyungguhan,
penetapan, penentuan. Dan selanjutnya Itsbat Nikah didefinisikan dengan
penetapan tentang kebenaran (keabsahan) nikah. 2 Jadi, Itsbat nikah adalah
penetapan nikah yang diajukan ke Pengadilan Agama guna menitsbatkan
(menetapkan) pernikahan yang telah dilangsungkan, namun tidak dapat
dibuktikan dengan akta nikah.3
Itsbat nikah pada mulanya merupakan solusi atas diberlakukannya UU
Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 2 ayat (2) yang mengharuskan pencatatan
perkawinan. Karena sebelum itu, banyak perkawinan yang tidak dicatatkan,
tetapi dapat dimintakan itsbat nikahnya kepada Pengadilan Agama. Kewenangan
mengenai perkara itsbat nikah bagi Pengadilan Agama adalah diperuntukkan bagi
mereka yang melakukan perkawinan dibawah tangan (nikah sirri) sebelum
berlakunya undangundang nomor 1 tahun 1974 yang merujuk pada pasal 64
menyebutkan:
1
Dahlan Abdul Aziz, Ensiklopedia Hukum Islam (Jakarta: Ictiar van Hoeve, 1996), 221
2
Ahmad AK, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Reality Publisher, 2006), 338.
3
Yayan Sopyan, Islam dan Negara-Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011), 135.
11
“Untuk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
perkawinan yang terjadi sebelum Undang-undang ini berlaku yang
dijalankan menurut peraturan-peraturan lama adalah sah”.1
Itsbat (penetapan) merupakan produk Pengadilan Agama yang
diistilahkan dengan jurisdictio voluntair. Perkara voluntair adalah perkara
sifatnya permohonan dan didalamnya tidak terdapat sengketa, sehingga tidak ada
lawan. Pada dasarnya perkara permohonan tidak dapat diterima, kecuali
kepentingan undang-undang menghendaki demikian.2
Maka dapat disimpulkan bahwa itsbat nikah adalah penetapan atas
perkawinan seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri yang sudah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan agama Islam yaitu sudah terpenuhinya
syarat dan rukun nikah. Tetapi pernikahan yang terjadi pada masa lampau ini
belum atau tidak dicatatkan ke pejabat yang berwenang, dalam hal ini pejabat
KUA (Kantor Urusan Agama) yaitu Pegawai Pencatat Nikah (PPN). Itsbat nikah
juga merupakan salah satu perkara yang hanya dapat diselesaikan di Pengadilan
Agama untuk menyelesaikan sengketa pernikahan umat Islam yang belum
tercatatkan yang dicantumkan di dalam pasal 7 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam
(KHI).
1
Pasal 64 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
2
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),
41.
12
Artinya bahwa perkawinan tersebut telah dilakukan dengan sah yaitu telah sesuai
dengan syarat dan rukun nikah akan tetapi pernikahan ini belum dicatatkan ke
pejabat yang berwenang yaitu Pegawai Pencatatan Nikah (PPN). Maka untuk
mendapatkan penetapan (pengesahan nikah) harus mengajukan terlebih dahulu
perkara permohonan itsbat nikah ke Pengadilan Agama.
Dalam KHI pasal 7 ayat (4) dijelaskan bahwa, “Yang berhak mengajukan
permohonan Itsbat nikah ialah suami atau isteri, anak-anak mereka, wali nikah
dan pihak yang berkepentingan dengan perkawinan itu.” 1 Berdasarkan pasal
tersebut diatas, maka syarat-syarat seseorang yang berhak mengajukan
permohonan Itsbat nikah antara lain:
a) Suami atau isteri;
b) Anak-anak mereka;
c) Wali nikah; dan
d) Pihak-pihak yang berkepentingan
1
Pasal 7 ayat (4) Kompilasi Hukum Islam.
2
Pasal 7 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam
13
b. Hilangnya akta nikah.
c. Adanya keraguan tentang sah tidaknya salah satu syarat perkawinan.
d. Adanya perkawinan yang tejadi sebelum berlakunya Undang-Undang No. 1
Tahun 1974.
e. Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan
perkawinan menurut UU No. 1 Tahun 1974.1
Dasar hukum dari Itsbat nikah adalah pada pasal 64 UndangUndang
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 yaitu, “Untuk perkawinan dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan perkawinan yang terjadi sebelum Undang-undang ini
berlaku yang dijalankan menurut peraturan lama, adalah sah”.2
Selanjutnya jika dicermati Fatwa MUI nomor 10 tahun 2008 tentang
Nikah di bawah tangan (siri), bahwa Pernikahan di bawah tangan hukumnya sah
karena telah terpenuhi syarat dan rukun nikah, tetapi haram jika terdapat
madharat. Dan pernikahan harus dicatatkan secara resmi pada instansi
berwenang, sebagai langkah preventif untuk menolak dampak negatif atau
mudharat (sadd al-zariah).3
Oleh karena hal tersebut, disini pentingnya untuk melakukan Itsbat nikah
dengan mencatatkan perkawinannya untuk menghilangkan kemudharatan yang
akan terjadi kedepannya dan mendatangkan kemaslahatan bagi pasangan suami-
istri.
1
Pasal 7 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam
2
Pasal 64 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
3
Sulastri Caniago, “Pencatatan Nikah Dalam Pendekatan Maslahah”, Jurnal JURIS, Vol. 14, No. 2,
2015, 84.
14
2. Nikah Siri
A. Pengertian Nikah Siri
Kata siri berasal dari bahasa Arab yaitu sirri yang artinya adalah rahasia.1
Namun apabila digabungkan antara kata nikah dan kata sirri maka dapat
diartikan secara bahasa dengan nikah diam-diam yang dirahasiakan yakni tidak
ditampakkan.
Nikah Siri menurut terminologi, para ulama mengartikan dengan tiga
pengertian yang berbeda-beda. Berikut uraiannya:
a. Pernikahan tanpa dicatat oleh Kantor Urusan Agama (KUA)
Nikah Siri adalah, pernikahan yang dilakukan oleh sepasang kekasih tanpa
ada pemberitahuan (dicatatkan) di Kantor Urusan Agama (KUA), tetapi
pernikahan ini sudah memenuhi unsur-unsur pernikahan dalam Islam, yang
meliputi dua mempelai, dua orang saksi, wali, ijab-kabul dan juga mas kawin.
Nikah Siri ini hukumnya sah menurut agama, tetapi tidak sah menurut
hukum positif (hukum negara) dengan mengabaikan sebagian atau beberapa
aturan hukum positif yang berlaku, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam
Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 2
bahwa setiap perkawinan dicatatkan secara resmi pada Kantor Urusan Agama
(KUA). Sedangkan instansi yang dapat melaksanakan perkawinan adalah Kantor
Urusan Agama (KUA) bagi yang beragama Islam dan Kantor Catatan Sipil
(KCS) bagi yang beragama Non Islam.2
Oleh karena itu, pernikahan siri yang tidak dicatatkan di Kantor Urusan
Agama itu tidak punya kekuatan hukum, sehingga jika suatu saat mereka berdua
punya permasalahan yang berkenaan dengan rumah tangganya seperti perceraian,
1
Abu al-Fadl Jamal alDin Muhammad bin Mukrim al-Ansari Ibn Manzur, Lisan al-‘Arab. (Bairut Dar
Sadir, 1990), h. 356-357.
2
Happy Susanto, Nikah Sirri Apa Untungnya? (Cet. I; Jakarta: Visimedia, 2007), h. 22.
15
kekerasan dalam rumah tangga, warisan, perebutan hak asuh anak dan lainnya,
pihak kantor urusan agama dan pengadilan agama tidak bisa memutuskan bahkan
tidak bisa menerima pengaduan mereka berdua yang sedang punya masalah.1
b. Pernikahan tanpa wali atau saksi
Nikah Siri adalah, pernikahan yang dilangsungkan oleh suami istri tanpa
kehadiran wali dan saksi-saksi, atau hanya dihadiri wali tanpa diketahui oleh
saksi-saksi. Kemudian pihak-pihak yang hadir (suami-istri dan wali)
menyepakati untuk menyembunyikan pernikahan tersebut. Menurut pandangan
seluruh ulama fikih, pernikahan yang dilaksanakan seperti ini adalah tidak sah,
karena tidak memenuhi syarat pernikahan. Seperti keberadaan wali dan saksi-
saksi. Bahkan termasuk ke dalam perzinahan.
Namun apabila dua saksi telah berada di tengah acara menyertai mempelai
laki-laki dan perempuan, sementara itu pihak wali belum hadir, kemudian
mereka bersepakat untuk merahasiakan pernikahan tersebut dari masyarakat,
maka pernikahan ini juga termasuk pernikahan yang batil karena tidak
terpenuhinya rukun nikah.
2. Dampak Negatif
a) Hukum
1) Tidak ada Perlindungan hukum bagi wanita;
2) Tidak ada kepastian hukum terhadap status anak;
1
Nasiri, Praktik Prostitusi Gigolo ala Yusuf Al-Qardawi (Tinjauan Hukum Islam), (Surabaya: Khalista,
2010), h. 45-46.
16
3) Tidak ada kekuatan hukum bagi istri dan anak dalam harta waris. 1
b) Ekonomi
1) Wanita yang diperistri tidak mempunyai kekuatan hukum untuk menuntut
besarnya ekonomi yang diperlukan;
2) Terjadi kesewenangan dari pihak suami dalam memberikan nafkah;
3) Tingkat kesejahteraan kehidupan keluarga rendah;
4) Meningkatnya jumlah keluarga yang tidak memperoleh peluang untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarganya (kendala birokrasi);
5) Memperbanyak jumlah keluarga miskin.
c) Sosiologis
1) Terciptanya komunitas baru berupa masyarakat yang tidak mendapatkan
jaminan hukum yang layak dan memadai. Ketika terjadi tindak kekerasan
dalam rumah tangga, istri tidak bisa berbuat banyak, karena ia tidak memiliki
kekuatan hukum legal formal;
2) Meningkatnya jumlah keluarga yang kurang bertanggung jawab dalam
membina rumah tangga;
3) Munculnya patologi sosial, akibat rendahnya tingkat ekonomi masyarakat;
4) Meningkatnya jumlah generasi muda yang kurang mendapatkan perhatian
dan kasih sayang dari orang tuanya (terutama dari pihak bapak), sehingga
berdampak pada kehidupannya di masa mendatang;
5) Meningkatnya jumlah generasi muda yang tidak memiliki peluang dalam
memperoleh lapangan kerja (kendala birokrasi).
d) Pendidikan
1
Tsuroya Kiswati dkk, Perkawinan di Bawah Tangan (Sirri) dan Dampaknya Bagi Kesejahteraan Istri
dan Anak di Daeah Tapal Kuda Jawa Timur, h. 154.
17
1) Meningkatnya jumlah generasi muda yang tidak terjamin pendidikannya;
2) Meningkatnya jumlah generasi muda yang memiliki tingkat pendidikan
yang rendah;
3) Meningkatnya jumlah generasi muda yang tidak memiliki peluang untuk
meningkatkan prestasinya (kendala birokrasi).
e) Budaya
1) Terciptanya budaya Nikah Siri dalam masyarakat menciptakan semakin
banyak suami yang kurang bertanggung jawab;
2) Meningkatnya budaya mempermainkan wanita/istri;
3) Meningkatnya jumlah kaum lelaki untuk mengumbar nafsunya (perzinahan
terselubung);
4) Merebaknya budaya hidup berpoligami dalam masyarakat secara
diamdiam/tersembunyi.
f) Psikologis
1) Munculnya perasaan was-was, terancam, atau pun dibohongi oleh lelaki
secara terus menerus di dalam diri wanita yang diperistri secara siri;
2) Kedamaian dan ketentraman yang dialami oleh wanita yang diperistri
adalah semu, tanpa mengetahui jalan keluarnya.1
1
Tsuroya Kiswati dkk, Perkawinan di Bawah Tangan (Sirri) dan Dampaknya Bagi Kesejahteraan Istri
dan Anak di Daeah Tapal Kuda Jawa Timur, h. 169.
18
BAB III
PROFIL LEMBAGA / INSTITUSI TEMPAT KKL
19
keseluruhan penduduk Islam berjumlah 71.285 jiwa, non Islam berjumlah
32.954 jiwa dengan total keseluruhan berjumlah 104.189 jiwa. Yang
menganut Agama, adapun 11 kelurahan tersebut yakni; Kelurahan 13 Ilir,
Kelurahan 14 Ilir, Kelurahan 15 Ilir, Kelurahan 16 Ilir, Kelurahan 17 Ilir,
Kelurahan 18 Ilir, Kelurahan 20 Ilir D.I, Kelurahan 20 Ilir D.III, Kelurahan
20 Ilir D.IV, Kelurahan Sungai Pangeran, Kelurahan Kepulauan Baru.
1
Hasil wawancara dengan Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Ilir Timur Satu, 16 Oktober
2023.
20
“Pelayananku Adalah Ibadahku”
1
Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Ilir Timur Satu, Senin 16 Oktober 2023
21
C. Struktur Keorganisasian
Struktur Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan Ilir Timur Satu Kota
Palembang yang beralamat di Jl. Mayor Santoso No.3364, Kelurahan 20 Ilir D.
III, Kecamatan Ilir Timur I, Kota Palembang, Sumatera Selatan Kode Pos. 30129
merupakan sebuah struktur birokrasi, yakni sebuah struktur dengan tugas-tugas
birokrasi yang sangat spesialisasi dengan aturan dan ketentuan yang sangat
formal serta wewenang mengikuti rantai atasan. Tugas pokok dan fungsi masing-
masing bagian pada struktur organisasi di Kantor Urusan Agama Kecamatan Ilir
Timur Satu Kota Palembang adalah sebagai berikut:
1
Data Pegawai KUA Kec. IT 1 Palembang. Periode 2023
22
2 Herman Sawiran, S.Ag. Penghulu ASN
3 Yeni Apriani, S.Ag. Penyuluh Fungsional ASN
4 Venty Febrianti, S.Ag. Penyuluh Fungsional ASN
5 Rina, S.Ag. Penyuluh Fungsional ASN
6 Drs. A. Laisun Pengawas Pendais ASN
7 Drs. Robuan, M.Pd. Pengawas Pendais ASN
8 Drs. Paramita Pengawas Pendais ASN
9 Zulfawati, S.Ag. Pengawas Pendais ASN
10 Dewi Payani, S.Pd., M.Pd. Administrasi Zakat Dan ASN
Wakaf
11 Risnita, S.E. Pengadministrasian NR ASN
12 Erlina, S.E. Operator Simkah ASN
13 Suprapto, S.Ag. Penyusun Bahan Adm. ASN
Kepenghuluan
14 Hj. Siti Gaya Tri, S.E. Administrasi Keluarga ASN
Sakinah/BP.4
15 Pironika, S.E. Pengelola Surat ASN
16 H. Arwandi, S.Sos.I. Penyuluh Agama Non
ASN
17 Ade Terri, A.Md. Penyuluh Agama Non
ASN
18 M. Nor, S.Ag. Penyuluh Agama PPPK
19 Mari Muhamat, S.H.I. Penyuluh Agama /Diknas PPPK
20 Nurhayati, S.Ag. Penyuluh Agama PPPK
21 Sari Marhani, S.Ag. Penyuluh Agama PPPK
22 Rinza Damayanti, S.Ag. Penyuluh Agama Non
ASN
23
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Seperti yang terjadi di KUA Kecamatan Ilir Timur Satu Kota Palembang
pada pasangan X dan Y telah menjalani hubungan pernikahan secara tidak resmi
atau siri. Mereka tidak pernah melaporkan perkawinan mereka kepada petugas
pencatat perkawinan dan tidak memiliki akta nikah yang sah. Pada tanggal 10
Oktober 2023 mereka datang ke KUA dan menceritakan bahwa mereka
menghadapi masalah hukum, seperti hak waris atau hak-hak anak mereka yang
terkait dengan status pernikahan. Mereka memutuskan untuk mengajukan isbat
nikah siri untuk mendapatkan pengakuan hukum atas perkawinan mereka.
1
Akhmad Munawar,”Sahnya Perkawinan Menurut Hukum Positif Yang Berlaku di Indonesia”, Jurnal
Al-Adl, Vol. VII, No.13, 2015, 21.
24
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bersama Bapak H. Zulfikar
Ali Fajri, S.Ag., M.Si. selaku kepala KUA menyatakan bahwa:
Januari 1
Febuari 0
Maret 1
April 0
Mei 0
Juni 1
Juli 1
Agustus 1
September 1
Oktober 1
1
Zulfikar Ali Fajri, Kepala Kantor Urusan Agama Ilir Timur 1, Wawancara,Palembang,30 0ktober 2023.
25
Dari hasil data di atas diketahui bahwa isbat nikah di KUA IT 1
Palembang jarang dilakukan, satu bulan paling banyak hanya satu kali isbat.1
Dalam proses isbat nikah siri menurut hukum positif, mereka akan
mengajukan bukti-bukti, saksi-saksi, dan argumen untuk meyakinkan pengadilan
bahwa perkawinan mereka harus diakui sebagai sah di mata hukum. Pengadilan
akan memutuskan apakah perkawinan tersebut dapat diakui atau tidak.
Dengan demikian, dalam pengajuan isbat nikah akan melalui proses yang
melibatkan beberapa tahap, yaitu :
1. Datang dan mendaftar ke kantor pengadilan setempat
a. Datangi kantor Pengadilan Agama di wilayah tempat tinggal.
b. Buat surat permohonan itsbat nikah. Surat permohonan dapat dibuat
sendiri. Jika tidak bisa, dapat meminta bantuan kepada Pos Bantuan
Hukum (“Posbakum”) yang ada pada pengadilan setempat secara cuma-
cuma.
c. Fotokopi formulir permohonan itsbat nikah sebanyak 5 rangkap,
kemudian isi dan tanda tangani formulir yang telah lengkap. Serahkan 4
rangkap formulir permohonan kepada petugas pengadilan dan simpan 1
rangkap sisanya.
d. Lampirkan surat-surat yang diperlukan, antara lain surat keterangan dari
KUA bahwa pernikahan tidak tercatat.
1
Venty Febrianti, Penyuluh Fungsional, Wawancara, 10 Oktober 2023
26
pengadilan menjadi tanggungan pengadilan, kecuali biaya transportasi dari
rumah ke pengadilan. Jika merasa biaya tersebut masih tidak terjangkau, dapat
mengajukan sidang keliling.1
4. Hadiri persidangan
a. Datanglah ke pengadilan sesuai dengan tanggal dan waktu yang tertera
dalam surat panggilan.
b. Pada sidang pertama, bawa dokumen seperti Surat Panggilan Persidangan
serta fotokopi formulir permohonan yang telah diisi. Dalam sidang pertama
ini hakim akan menanyakan identitas para pihak misalnya Kartu Tanda
Penduduk (“KTP”) atau kartu identitas lainnya yang asli. Dalam kondisi
tertentu, hakim mungkin akan melakukan pemeriksaan isi permohonan.
c. Pada sidang kedua dan seterusnya, ada kemungkinan harus mempersiapkan
dokumen dan bukti yang diminta oleh hakim. Dalam kondisi tertentu,
hakim akan meminta menghadirkan saksi-saksi yaitu orang yang
mengetahui pernikahan di antaranya wali nikah dan saksi nikah, atau
orang-orang terdekat yang mengetahui pernikahan. Adapun waktu dan
tanggal sidang kedua dan seterusnya akan diberitahukan kepada
pemohon/termohon yang hadir dalam sidang oleh hakim.
5. Putusan/penetapan pengadilan
1
Mahkamah Agung Republik Indonesia,”Permohonan Itsbat/Pengesahan Nikah”, Tigaraksa,
November 08, 2023, https://pa-tigaraksa.go.id/permohonan-itsbat-pengesahan-nikah/
2
Ibid; halaman 1
27
Jika permohonan dikabulkan, pengadilan akan mengeluarkan putusan/
penetapan itsbat nikah. Salinan putusan/penetapan itsbat nikah akan siap
diambil dalam jangka waktu 14 hari sejak sidang terakhir, dan dapat diambil
sendiri ke kantor pengadilan atau diwakilkan kepada orang lain dengan surat
kuasa. Setelah itu bisa meminta KUA setempat untuk mencatatkan pernikahan
dengan menunjukkan bukti salinan putusan/penetapan pengadilan tersebut.1
1
Mahkamah Agung Republik Indonesia,”Permohonan Itsbat/Pengesahan Nikah”, Tigaraksa,
November 08, 2023, https://pa-tigaraksa.go.id/permohonan-itsbat-pengesahan-nikah/
2
Tanwirul Afkar, Fiqh Rakyat (Yogyakarta: LKIS, 2000), h. 288.
28
Sebagaimana sabdanya:
Artinya:
”Diriwayatkan dari Aisyah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: tampakkanlah
pernikahan ini dan laksanakan di masjid-masjid serta pukullah terbang atasnya.”
(HR al-Tirmizi)
Sedangkan kalangan ulama Malikiyyah menilai pernikahan yang seperti ini
tidak sah, karena maksud dari perintah untuk menyelenggarakan pernikahan
adalah pemberitahuan, dan ini termasuk syarat sahnya pernikahan.Pendapat yang
rajih (kuat), nikah ini sah, karena syarat-syarat dan rukunnya telah terpenuhi,
walaupun tidak diberitahukan kepada khalayak. Sebab kehadiran wali dan dua
saksi telah merubah sifat kerahasiaan menjadi sesuatu yang diketahui oleh
umum. Semakin banyak yang mengetahui, maka semakin baik. Oleh karena itu,
dimakruhkan merahasiakan pernikahan agar supaya pasangan itu tidak
mendapatkan gunjingan dan tuduhan tidak sedap, ataupun persangkaan-
persangkaan yang buruk dari orang lain.1
Sementara itu dalam kasus pasangan X dan Y, dalam pandangan hukum
Islam, pasangan X dan Y telah melakukan nikah siri, yang dianggap sah sesuai
dengan ajaran Islam, meskipun tidak selalu diakui oleh hukum positif. Mereka
memutuskan untuk mengajukan isbat nikah siri dengan pandangan hukum Islam
untuk memastikan sahnya perkawinan mereka dalam syariat Islam.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bersama Bapak Herman
Sawiran selaku penghulu KUA menyatakan bahwa:
1
U. Syafrudin,”Islam Dan Budaya:Tentang Fenomena Nikah Sirri”, Jurnal Mahkamah,Vol.9, No.1,
2015
29
“Perkawinan siri itu bisa diisbatkan sepanjang memenuhi rukun dan syarat
perkawinan Islam serta terdapat juga pertimbangan-pertimbangan dasar hukum
yang digunakan majelis hakim dalam mengabulkan permohonan isbat nikah.”
30
pernikahan siri. Dengan demikian, proses ini dapat terus berkontribusi pada
pengakuan legal dan keberlanjutan pernikahan siri.
31
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
32
agama dalam proses isbat nikah, terutama dalam kasus pernikahan siri.
Dengan melibatkan komunitas, KUA dapat memperoleh dukungan dan
persetujuan yang lebih luas, dan ini dapat membantu mengurangi potensi
permasalahan.
33
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal :
Abu al-Fadl Jamal alDin Muhammad bin Mukrim al-Ansari Ibn Manzur, Lisan al-
Arab. (Bairut Dar Sadir, 1990).
Ahmad AK, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Reality Publisher, 2006).
Dahlan Abdul Aziz, Ensiklopedia Hukum Islam (Jakarta: Ictiar van Hoeve, 1996)
Diab, A. L. (2018). Legalisasi Nikah Sirri Melalui Isbat Nikah Perspektif Fikih (
Telaah Terhadap Kompilasi Hukum Islam). Al-’Adl, 11(2), Article 2.
https://doi.org/10.31332/aladl.v11i2.1248
Gunawan, E., & Hakim, B. R. (2018). Pelaksanaan Itsbat Nikah Pasca Berlakunya
UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan di Pengadilan Agama. Syariah:
Jurnal Hukum Dan Pemikiran, 18(2), 258–283.
https://doi.org/10.18592/sy.v18i2.2319
Habibullah, I., & Untung, S. H. (2018). Pernikahan Beda Agama: Kritik terhadap
Argumen Kaum Liberal. Kalimah: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam,
16(2), Article 2. https://doi.org/10.21111/klm.v16i2.2874
Happy Susanto, Nikah Sirri Apa Untungnya? (Cet. I; Jakarta: Visimedia, 2007).
34
November 08, 2023,
https://pa-tigaraksa.go.id/permohonan-itsbat-pengesahan-nikah/
Sulastri Caniago, “Pencatatan Nikah Dalam Pendekatan Maslahah”, Jurnal JURIS, Vol. 14,
No. 2, 2015.
Tsuroya Kiswati dkk, Perkawinan di Bawah Tangan (Sirri) dan Dampaknya Bagi
Kesejahteraan Istri dan Anak di Daeah Tapal Kuda Jawa Timur.
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996).
Nasiri, Praktik Prostitusi Gigolo ala Yusuf Al-Qardawi (Tinjauan Hukum Islam),
(Surabaya: Khalista, 2010).
Undang-Undang:
Narasumber :
35
LAMPIRAN / DOKUMENTASI
Gambar 1. 1 Gambar 1. 2
Penerimaan Mahasiswa KKL di KUA Kegiatan Rutinan KULHU di KUA
IT1 Palembang. IT1 Palembang.
Palembang
Gambar 1. 3 Gambar 1. 4
Membantu membuat administrasi Di Penyerahan mahasiswa kkl ke dpl
KUA IT1 Palembang. oleh dpl instansi KUA IT1 Palembang
ke DPL fakultas
36