Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN RISET PENELITIAN KULIAH KERJA LAPANGAN INDIVIDU

DI KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN ILIR TIMUR SATU


KOTA PALEMBANG

“Analisis Hukum Positif Dan Hukum Islam Terhadap Pernikahan Siri


Yang Ditetapkan/Isbat Nikah Pada Kantor Urusan Agama Kecamatan
Ilir Timur Satu Kota Palembang”

(Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memenuhi Tugas Akhir KKL)

Disusun Oleh:
Rahmat Romadon (2280102016)

Dosen Pembimbing Lapangan:


Dra. Hj. Nurmala Hak, M.H.I.
NIP. 195812061985032003

LABORATORIUM TERPADU
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2023/2024
PERSETUJUAN PEMBIMBING LAPORAN INDIVIDU

1
PENGESAHAN LAPORAN INDIVIDU KULIAH KERJA LAPANGAN

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillahirobbil’alamiin, atas segala puja puji rasa syukur kita kepada
Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan berkahnya hingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akademik yaitu Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini dengan
lancar. Shalawat besertakan salam tak lupa penulis sampaikan kepada junjungan
agung sosok Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia
dari zaman kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Sehubungan dengan berakhirnya kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
yang dilaksanakan di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ilir Timur Satu Kota
Palembang maka penulis dari pihak atau civitas akademika yang mempunyai pokok
tugas akhir dalam KKL ini diharuskan untuk menyusun laporan akhir dengan sebaik
mungkin, sebagai tanda bukti telah melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL).
Tersusunnya laporan ini berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada
Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang telah mencapai pada
titik ini selanjutnya, tak lupa kita ucapkan kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Nyayu Khodijah, S.Ag. M.Si., selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Raden Fatah Palembang.
2. Bapak Dr. H. Muhammad Harun, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.
3. Bapak Dr. H. Sutrisno Hadi, Lc., M.A., selaku Kepala Program Studi
Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Raden Fatah Palembang.
4. Bapak Dr. H. Syafran Afriansyah, M.Ag., selaku Ketua Laboratorium Fakultas
Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

3
5. Ibu Dra. Hj. Nurmala Hak, M.H.I., selaku Dosen Pembimbing Lapangan
(DPL).
6. Bapak H. Zulfikar Ali Fajri, S.Ag., M.Si., selaku Kepala Kantor, Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan Ilir Timur Satu Kota Palembang.
7. Bapak H. Herman Sawiran, S.Ag., selaku Penghulu di Kantor Urusan Agama
(KUA) Kecamatan Ilir Timur Satu Kota Palembang.
8. Tak lupa juga yang saya sangat hormati Pegawai Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan Ilir Timur Satu Kota Palembang, yang berperan dalam mendukung
dan membantu proses kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dari awal
penerimaan serta akhir saat ini.
9. Serta bapak/i dan teman-teman seperjuangan KKL yang saya sayangi dan
banggakan.
Demikianlah sebagai pembuka dari sebuah kata-kata yang penulis susun
hingga menjadi kalimat, penulis menyadari dalam penulisan laporan ini banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan, maka dengan iringan serta harapan kedepan
semoga Laporan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) ini dapat diterima dan bermanfaat
bagi pembaca serta menjadi sumbangsih dalam pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuh.

Palembang, 20 Oktober 2023

Rahmat Romadon
NIM. 2280102016

4
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING LAPORAN INDIVIDU.............................. 1


PENGESAHAN LAPORAN INDIVIDU KULIAH KERJA LAPANGAN ... 2
KATA PENGANTAR .......................................................................................... 3
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 5
DAFTAR TABEL ................................................................................................ 7

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 8


A. Latar Belakang.............................................................................................. 8
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 2
C. Pelaksanaan .................................................................................................. 2
D. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3
E. Metode Penelitian ......................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN UMUM .............................................................................. 4


1. Isbat Nikah ........................................................................................................ 4
A. Pengertian Isbat Nikah.................................................................................. 4
B. Syarat-Syarat Isbat Nikah ............................................................................. 5
C. Dasar Hukum Isbat Nikah ............................................................................ 6
2. Pernikahan Siri .................................................................................................. 8
A. Pengertian Nikah Siri.................................................................................... 8
B. Dampak Nikah Siri ....................................................................................... 9

BAB III PROFIL LEMBAGA / INSTITUSI TEMPAT KKL ....................... 12


A. Profil Lokasi KKL ...................................................................................... 12
B. Sejarah Singkat ........................................................................................... 84
C. Struktur Keorganisasian ............................................................................. 85

5
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS ..................................................... 18
A. Analisis Hukum Positif Terhadap Pernikahan Siri Yang Ditetapkan/Isbat
Nikah .......................................................................................................... 88
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Pernikahan Siri Yang Ditetapkan/Isbat
Nikah .......................................................................................................... 22

BAB V PENUTUP.............................................................................................. 26
A. Kesimpulan ................................................................................................. 26
B. Saran ........................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 28


LAMPIRAN / DOKUMENTASI ...................................................................... 30

6
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Jumlah Pegawai ....................................................................................... 15


Tabel 1. 2 Jabatan Pegawai KUA Kec. IT 1 Palembang ........................................ 16
Tabel 1. 3 Data Isbat Nikah Tahun 2023 ................................................................. 19

7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kuliah kerja lapangan merupakan salah satu program studi yang dinilai
dapat mengembangkan wawasan, keterampilan dan kecakapan seorang
mahasiswa untuk memasuki dunia kerja. Sebagai mahasiswa yang sedang
melaksanakan KKL, banyak pengetahuan yang didapat mengenai peran KUA
Kecamatan Ilir Timur Satu, Kota Palembang dalam mengelola dan mendukung
isbat nikah, terutama dalam konteks pernikahan siri dalam analisis tinjauan
hukum Islam dan hukum positif. Pengalaman selama pelaksanaan magang di
KUA yang mencakup observasi langsung, wawancara dengan petugas KUA,
studi literatur, serta analisis dokumen terkait akan dirincikan. Selanjutnya,
analisis ini akan mencakup pembahasan permasalahan yang mungkin timbul
dalam konteks isbat nikah terhadap pernikahan siri dan memberikan rekomendasi
yang sesuai.
Pengajuan yang dilakukan seseorang yang telah menikah namun belum
tercatat oleh Negara dan juga belum memiliki kekuatan hukum dikarenakan tidak
memiliki akta nikah atau buku nikah merupakan pengertian dari isbat nikah. Bisa
dikatakan bahwa isbat nikah adalah pengesahan Pengadilan Agama terhadap
pernikahan yang telah dilaksanakan sesuai dengan aturan Islam, tetapi belum
tercatat di Kantor Urusan Agama. Hal ini menyebabkan pernikahan tersebut tidak
memiliki keabsahan hukum karena ketiadaan akta pernikahan, contohnya
pernikahan siri.
Pernikahan siri yang dilakukan oleh sebagian masyarakat, disebabkan
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pernikahan. Bermacam alasan yang
melatarbelakangi seseorang melakukan nikah siri. Ada yang menikah karena
terbentur ekonomi, sebab sebagian pemuda tidak mampu menanggung biaya

8
pesta, menyiapkan rumah milik sendiri dan harta gono gini, maka mereka
memilih menikah dengan cara misyar yang penting halal. Ada juga yang tidak
mampu mengeluarkan dana untuk mendaftarkan diri ke KUA yang dianggapnya
begitu mahal. Atau malah secara finansial pasangan ini cukup untuk membiayai,
namun karena khawatir pernikahannya tersebar luas akhirnya mengurungkan
niatnya untuk mendaftar secara resmi ke KUA atau catatan sipil.
Berdasarkan uraian di atas, penulis akan membahas isbat nikah terhadap
pernikahan siri dalam tinjauan hukum Islam dan hukum positif di Indonesia
Terhadap Peran Kantor Urusan Agama Kecamatan Ilir Timur Satu Kota
Palembang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran KUA Kecamatan Ilir Timur Satu Kota Palembang dalam
mengelola dan mendukung isbat nikah, terutama dalam kasus pernikahan
siri?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam dan hukum positif terhadap isbat nikah
dalam konteks pernikahan siri yang dikelola oleh KUA Kecamatan Ilir Timur
Satu Kota Palembang?

C. Pelaksanaan
1. Melakukan Partisipasi dalam proses KKL sesuai dengan panduan dan tugas
yang telah diatur oleh KUA. Hal ini mungkin mencakup observasi langsung
terhadap proses isbat nikah, serta interaksi dengan para petugas KUA.
2. Mengumpulkan data dan informasi yang relevan terkait dengan isbat nikah,
baik melalui wawancara dengan petugas KUA, studi literatur hukum Islam,
atau analisis dokumen terkait proses pernikahan dan isbat nikah.

D. Tujuan Penelitian

9
1. Menjelaskan peran Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ilir Timur Satu
Kota Palembang dalam mengelola dan mendukung isbat nikah, terutama
dalam konteks pernikahan siri.
2. Menganalisis tinjauan hukum Islam dan hukum positif terhadap isbat nikah
dalam konteks pernikahan siri yang dikelola oleh KUA Kecamatan Ilir
Timur Satu Kota Palembang.

E. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penilaian ini adalah penelitian lapangan.
Penulis melakukan penelitian secara langsung di Kantor Urusan Agama
Kecamatan Ilir Timur Satu Kota Palembang. Dengan data sekunder, penulis
mengumpulkan data dari studi kepustakaan yang berupa aturan berupa:
perundang-undangan, buku, jurnal yang masih berkaitan dengan apa
permasalahan yang sedang dikaji. Lokasi pengumpulan data di Kantor urusan
agama Kecamatan Ilir Timur Satu Kota Palembang. Teknik Pengumpulan data
melalui obervasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah terkumpul tahap
selanjutnya mengolah data dengan cara deskriptif kualitatif.1

1
Yusof H & Ali, A. M. D., Quality and qualitative studies: The case of validity, reliability, and generalizability.
Issues in Social and Environmental Accounting, 5(1/2), 25-26

10
BAB II
TINJAUAN UMUM

1. Isbat Nikah
A. Pengertian Isbat Nikah
Isbat nikah berasal dari Bahasa Arab dengan dua suku kata yaitu isbat dan
nikah. Kata isbat adalah isim masdar yang berasal dari Bahasa Arab asbata-
yasbitu-isbatan yang artinya penentuan atau penetapan. Istilah ini lalu menjadi
istilah dalam Bahasa Indonesia kata isbat diartikan dengan menetapkan berupa
penetapan terkait kebenaran.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Itsbat artinya penyungguhan,
penetapan, penentuan. Dan selanjutnya Itsbat Nikah didefinisikan dengan
penetapan tentang kebenaran (keabsahan) nikah. 2 Jadi, Itsbat nikah adalah
penetapan nikah yang diajukan ke Pengadilan Agama guna menitsbatkan
(menetapkan) pernikahan yang telah dilangsungkan, namun tidak dapat
dibuktikan dengan akta nikah.3
Itsbat nikah pada mulanya merupakan solusi atas diberlakukannya UU
Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 2 ayat (2) yang mengharuskan pencatatan
perkawinan. Karena sebelum itu, banyak perkawinan yang tidak dicatatkan,
tetapi dapat dimintakan itsbat nikahnya kepada Pengadilan Agama. Kewenangan
mengenai perkara itsbat nikah bagi Pengadilan Agama adalah diperuntukkan bagi
mereka yang melakukan perkawinan dibawah tangan (nikah sirri) sebelum
berlakunya undangundang nomor 1 tahun 1974 yang merujuk pada pasal 64
menyebutkan:

1
Dahlan Abdul Aziz, Ensiklopedia Hukum Islam (Jakarta: Ictiar van Hoeve, 1996), 221
2
Ahmad AK, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Reality Publisher, 2006), 338.
3
Yayan Sopyan, Islam dan Negara-Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011), 135.

11
“Untuk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
perkawinan yang terjadi sebelum Undang-undang ini berlaku yang
dijalankan menurut peraturan-peraturan lama adalah sah”.1
Itsbat (penetapan) merupakan produk Pengadilan Agama yang
diistilahkan dengan jurisdictio voluntair. Perkara voluntair adalah perkara
sifatnya permohonan dan didalamnya tidak terdapat sengketa, sehingga tidak ada
lawan. Pada dasarnya perkara permohonan tidak dapat diterima, kecuali
kepentingan undang-undang menghendaki demikian.2
Maka dapat disimpulkan bahwa itsbat nikah adalah penetapan atas
perkawinan seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri yang sudah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan agama Islam yaitu sudah terpenuhinya
syarat dan rukun nikah. Tetapi pernikahan yang terjadi pada masa lampau ini
belum atau tidak dicatatkan ke pejabat yang berwenang, dalam hal ini pejabat
KUA (Kantor Urusan Agama) yaitu Pegawai Pencatat Nikah (PPN). Itsbat nikah
juga merupakan salah satu perkara yang hanya dapat diselesaikan di Pengadilan
Agama untuk menyelesaikan sengketa pernikahan umat Islam yang belum
tercatatkan yang dicantumkan di dalam pasal 7 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam
(KHI).

B. Syarat-Syarat Isbat Nikah


Dalam kitab fiqh klasik maupun kontemporer sebenarnya tidak dijelaskan
terkait syarat Itsbat nikah. Namun, syarat Itsbat nikah dapat dianalogikan dengan
syarat pernikahan. Karena Itsbat nikah (penetapan nikah) pada dasarnya adalah
penetapan suatu perkawinan yang telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
terdapat dalam syariat Islam.

1
Pasal 64 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
2
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),
41.

12
Artinya bahwa perkawinan tersebut telah dilakukan dengan sah yaitu telah sesuai
dengan syarat dan rukun nikah akan tetapi pernikahan ini belum dicatatkan ke
pejabat yang berwenang yaitu Pegawai Pencatatan Nikah (PPN). Maka untuk
mendapatkan penetapan (pengesahan nikah) harus mengajukan terlebih dahulu
perkara permohonan itsbat nikah ke Pengadilan Agama.
Dalam KHI pasal 7 ayat (4) dijelaskan bahwa, “Yang berhak mengajukan
permohonan Itsbat nikah ialah suami atau isteri, anak-anak mereka, wali nikah
dan pihak yang berkepentingan dengan perkawinan itu.” 1 Berdasarkan pasal
tersebut diatas, maka syarat-syarat seseorang yang berhak mengajukan
permohonan Itsbat nikah antara lain:
a) Suami atau isteri;
b) Anak-anak mereka;
c) Wali nikah; dan
d) Pihak-pihak yang berkepentingan

C. Dasar Hukum Isbat Nikah


Pada dasarnya kewenangan perkara Itsbat nikah bagi Pengadilan Agama
dalam sejarahnya adalah diperuntukkan bagi mereka yang melakukan
perkawinan dibawah tangan (siri) sebelum diberlakukannya Undang-Undang
No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan.
Namun kewenangan ini berkembang dan diperluas dengan dipakainya
ketentuan Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 7 ayat 2 dan 3, dalam ayat (2)
disebutkan, “Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah,
dapat diajukan Itsbat nikahnya ke Pengadilan Agama”.2 Dilanjutkan pada pasal 7
ayat (3) bahwa, “Itsbat nikah yang diajukan ke Pengadilan Agama terbatas
mengenai hal-hal yang berkenaan dengan :
a. Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian.

1
Pasal 7 ayat (4) Kompilasi Hukum Islam.
2
Pasal 7 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam

13
b. Hilangnya akta nikah.
c. Adanya keraguan tentang sah tidaknya salah satu syarat perkawinan.
d. Adanya perkawinan yang tejadi sebelum berlakunya Undang-Undang No. 1
Tahun 1974.
e. Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan
perkawinan menurut UU No. 1 Tahun 1974.1
Dasar hukum dari Itsbat nikah adalah pada pasal 64 UndangUndang
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 yaitu, “Untuk perkawinan dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan perkawinan yang terjadi sebelum Undang-undang ini
berlaku yang dijalankan menurut peraturan lama, adalah sah”.2
Selanjutnya jika dicermati Fatwa MUI nomor 10 tahun 2008 tentang
Nikah di bawah tangan (siri), bahwa Pernikahan di bawah tangan hukumnya sah
karena telah terpenuhi syarat dan rukun nikah, tetapi haram jika terdapat
madharat. Dan pernikahan harus dicatatkan secara resmi pada instansi
berwenang, sebagai langkah preventif untuk menolak dampak negatif atau
mudharat (sadd al-zariah).3
Oleh karena hal tersebut, disini pentingnya untuk melakukan Itsbat nikah
dengan mencatatkan perkawinannya untuk menghilangkan kemudharatan yang
akan terjadi kedepannya dan mendatangkan kemaslahatan bagi pasangan suami-
istri.

1
Pasal 7 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam
2
Pasal 64 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
3
Sulastri Caniago, “Pencatatan Nikah Dalam Pendekatan Maslahah”, Jurnal JURIS, Vol. 14, No. 2,
2015, 84.

14
2. Nikah Siri
A. Pengertian Nikah Siri
Kata siri berasal dari bahasa Arab yaitu sirri yang artinya adalah rahasia.1
Namun apabila digabungkan antara kata nikah dan kata sirri maka dapat
diartikan secara bahasa dengan nikah diam-diam yang dirahasiakan yakni tidak
ditampakkan.
Nikah Siri menurut terminologi, para ulama mengartikan dengan tiga
pengertian yang berbeda-beda. Berikut uraiannya:
a. Pernikahan tanpa dicatat oleh Kantor Urusan Agama (KUA)
Nikah Siri adalah, pernikahan yang dilakukan oleh sepasang kekasih tanpa
ada pemberitahuan (dicatatkan) di Kantor Urusan Agama (KUA), tetapi
pernikahan ini sudah memenuhi unsur-unsur pernikahan dalam Islam, yang
meliputi dua mempelai, dua orang saksi, wali, ijab-kabul dan juga mas kawin.
Nikah Siri ini hukumnya sah menurut agama, tetapi tidak sah menurut
hukum positif (hukum negara) dengan mengabaikan sebagian atau beberapa
aturan hukum positif yang berlaku, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam
Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 2
bahwa setiap perkawinan dicatatkan secara resmi pada Kantor Urusan Agama
(KUA). Sedangkan instansi yang dapat melaksanakan perkawinan adalah Kantor
Urusan Agama (KUA) bagi yang beragama Islam dan Kantor Catatan Sipil
(KCS) bagi yang beragama Non Islam.2
Oleh karena itu, pernikahan siri yang tidak dicatatkan di Kantor Urusan
Agama itu tidak punya kekuatan hukum, sehingga jika suatu saat mereka berdua
punya permasalahan yang berkenaan dengan rumah tangganya seperti perceraian,

1
Abu al-Fadl Jamal alDin Muhammad bin Mukrim al-Ansari Ibn Manzur, Lisan al-‘Arab. (Bairut Dar
Sadir, 1990), h. 356-357.
2
Happy Susanto, Nikah Sirri Apa Untungnya? (Cet. I; Jakarta: Visimedia, 2007), h. 22.

15
kekerasan dalam rumah tangga, warisan, perebutan hak asuh anak dan lainnya,
pihak kantor urusan agama dan pengadilan agama tidak bisa memutuskan bahkan
tidak bisa menerima pengaduan mereka berdua yang sedang punya masalah.1
b. Pernikahan tanpa wali atau saksi
Nikah Siri adalah, pernikahan yang dilangsungkan oleh suami istri tanpa
kehadiran wali dan saksi-saksi, atau hanya dihadiri wali tanpa diketahui oleh
saksi-saksi. Kemudian pihak-pihak yang hadir (suami-istri dan wali)
menyepakati untuk menyembunyikan pernikahan tersebut. Menurut pandangan
seluruh ulama fikih, pernikahan yang dilaksanakan seperti ini adalah tidak sah,
karena tidak memenuhi syarat pernikahan. Seperti keberadaan wali dan saksi-
saksi. Bahkan termasuk ke dalam perzinahan.
Namun apabila dua saksi telah berada di tengah acara menyertai mempelai
laki-laki dan perempuan, sementara itu pihak wali belum hadir, kemudian
mereka bersepakat untuk merahasiakan pernikahan tersebut dari masyarakat,
maka pernikahan ini juga termasuk pernikahan yang batil karena tidak
terpenuhinya rukun nikah.

B. Dampak Nikah Siri


1. Dampak Positif
a) Menghindari zina
b) Apabila suami dan istri bekerja pada instansi yang melarang orang beristri
bersuami maka Nikah Siri adalah solusi alternatif.

2. Dampak Negatif
a) Hukum
1) Tidak ada Perlindungan hukum bagi wanita;
2) Tidak ada kepastian hukum terhadap status anak;

1
Nasiri, Praktik Prostitusi Gigolo ala Yusuf Al-Qardawi (Tinjauan Hukum Islam), (Surabaya: Khalista,
2010), h. 45-46.

16
3) Tidak ada kekuatan hukum bagi istri dan anak dalam harta waris. 1

b) Ekonomi
1) Wanita yang diperistri tidak mempunyai kekuatan hukum untuk menuntut
besarnya ekonomi yang diperlukan;
2) Terjadi kesewenangan dari pihak suami dalam memberikan nafkah;
3) Tingkat kesejahteraan kehidupan keluarga rendah;
4) Meningkatnya jumlah keluarga yang tidak memperoleh peluang untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarganya (kendala birokrasi);
5) Memperbanyak jumlah keluarga miskin.

c) Sosiologis
1) Terciptanya komunitas baru berupa masyarakat yang tidak mendapatkan
jaminan hukum yang layak dan memadai. Ketika terjadi tindak kekerasan
dalam rumah tangga, istri tidak bisa berbuat banyak, karena ia tidak memiliki
kekuatan hukum legal formal;
2) Meningkatnya jumlah keluarga yang kurang bertanggung jawab dalam
membina rumah tangga;
3) Munculnya patologi sosial, akibat rendahnya tingkat ekonomi masyarakat;
4) Meningkatnya jumlah generasi muda yang kurang mendapatkan perhatian
dan kasih sayang dari orang tuanya (terutama dari pihak bapak), sehingga
berdampak pada kehidupannya di masa mendatang;
5) Meningkatnya jumlah generasi muda yang tidak memiliki peluang dalam
memperoleh lapangan kerja (kendala birokrasi).

d) Pendidikan

1
Tsuroya Kiswati dkk, Perkawinan di Bawah Tangan (Sirri) dan Dampaknya Bagi Kesejahteraan Istri
dan Anak di Daeah Tapal Kuda Jawa Timur, h. 154.

17
1) Meningkatnya jumlah generasi muda yang tidak terjamin pendidikannya;
2) Meningkatnya jumlah generasi muda yang memiliki tingkat pendidikan
yang rendah;
3) Meningkatnya jumlah generasi muda yang tidak memiliki peluang untuk
meningkatkan prestasinya (kendala birokrasi).

e) Budaya
1) Terciptanya budaya Nikah Siri dalam masyarakat menciptakan semakin
banyak suami yang kurang bertanggung jawab;
2) Meningkatnya budaya mempermainkan wanita/istri;
3) Meningkatnya jumlah kaum lelaki untuk mengumbar nafsunya (perzinahan
terselubung);
4) Merebaknya budaya hidup berpoligami dalam masyarakat secara
diamdiam/tersembunyi.

f) Psikologis
1) Munculnya perasaan was-was, terancam, atau pun dibohongi oleh lelaki
secara terus menerus di dalam diri wanita yang diperistri secara siri;
2) Kedamaian dan ketentraman yang dialami oleh wanita yang diperistri
adalah semu, tanpa mengetahui jalan keluarnya.1

1
Tsuroya Kiswati dkk, Perkawinan di Bawah Tangan (Sirri) dan Dampaknya Bagi Kesejahteraan Istri
dan Anak di Daeah Tapal Kuda Jawa Timur, h. 169.

18
BAB III
PROFIL LEMBAGA / INSTITUSI TEMPAT KKL

A. Profil Lokasi KKL


1. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan dilaksanakan pada semester 7 Tahun Ajaran
2023/2024, dalam jangka waktu kurang lebih 30 hari, mulai dari tanggal 19
September 2023 s/d 18 Oktober 2023. Sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Laboratorium Terpadu Fakultas Syari’ah dan Hukum sebagai
unit penyelenggara Kuliah Kerja Lapangan, seluruh Mahasiswa Kuliah Kerja
Lapangan akan di laksanakan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Ilir
Timur Satu Kota Palembang.
2. Lokasi Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
Alamat : Jl. Mayor Santoso No.3364, Kelurahan 20 Ilir D. III, Kecamatan Ilir
Timur I, Kota Palembang, Propinsi Sumatera Selatan Kode Pos. 30129.
3. Letak Geografis
Secara geografis, Kantor Urusan Agama kecamatan Ilir Timur I terletak di
wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Luas Lahan /Tanah 13 x 25 m = 325 m2.
Status Milik Negara Republik Indonesia Bersertifikat.
Sedangkan luas gedung/bangunan 8 x 10 = 80 m2, status kepemilikan
pemerintah Kota. KUA Kecamatan Ilir Timur Satu berbatasan wilayah
dengan:
1. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Kemuning
2. Sebelah selatan berbatasan denga kecamatan Bukit Kecil
3. Sebelah barat berbatassan dengan kecamatan Ilir Barat I
4. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Sukarami
Dalam hal ini Kantor Urusan Agama Ilir Timur I melayani 11 kelurahan yang
berada di kecamtan Ilir Timur I, dengan luas wilayah 6.50 km2 yang secara

19
keseluruhan penduduk Islam berjumlah 71.285 jiwa, non Islam berjumlah
32.954 jiwa dengan total keseluruhan berjumlah 104.189 jiwa. Yang
menganut Agama, adapun 11 kelurahan tersebut yakni; Kelurahan 13 Ilir,
Kelurahan 14 Ilir, Kelurahan 15 Ilir, Kelurahan 16 Ilir, Kelurahan 17 Ilir,
Kelurahan 18 Ilir, Kelurahan 20 Ilir D.I, Kelurahan 20 Ilir D.III, Kelurahan
20 Ilir D.IV, Kelurahan Sungai Pangeran, Kelurahan Kepulauan Baru.

4. Visi, Misi dan Moto


a. Visi
Adapun visi Kantor Urusan Agama (KUA) Ilir Timur I Kota Palembang
dalam melaksanakan tugasnya untuk melayani masyakat adalah:
“Terwujudnya Pelayanan Masyarakat Yang Berkualitas Dan
Partisipatif’’
b. Misi
Dengan visi kecamatan Kantor Urusan Agama Ilir Timur Satu yang
demikian luas penjabarannya, maka diperlukan suatu kerangka konseptual
yang sistematis dan tersinergikan diantara berbagai komponen yang
hendak dicapai dalam visi tersebut. Kerangka tersebut yaitu:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan pencatatan nikah dan rujuk.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan bimbingan dan pembinaan
keluarga sakinah.
3. Meningkatkan kualitas dan kwantitas zakat, wakaf dan ibadah sosial.
4. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai kemasjidan,
pangan halal, hisab-rukyat,dan kemitraan umat islam.
5. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan manasik haji.1

c. Motto Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ilir Timur 1 Palembang.

1
Hasil wawancara dengan Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Ilir Timur Satu, 16 Oktober
2023.

20
“Pelayananku Adalah Ibadahku”

B. Sejarah Singkat Kantor Urusan Agama Ilir Timur I Kota Palembang.


Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan instansi terkecil kementerian
agama yang ada di tingkat kecamatan. Dalam hal ini, KUA bertugas membantu
melaksanakan sebagian tugas kantor kementerian Agama Kabupaten/Kota di
bidang urusan agama Islam di wilayah Kecamatan. Seperti hal nya KUA Ilir
Timur I merupakan salah satu KUA di 16 Kecamatan Kota Palembang yakni
Kecamatan Ilir Timur I, KUA Ilir Timur I berdiri pada tahun 1976, berlokasi di
daerah Kamboja yang merujuk pada Ilir Timur Kota Palembang.
Berdasarkan hasil selama penelitian pada Kantor Urusan Agama Ilir Timur
I dengan Bapak H. Zulfikar Ali Fajri, S.Ag., M.Si. 1 Selaku Kepala Kantor
Urusan Agma Ilir Timur I menjelaskan sejarah KUA Kecamatan Ilir Timur Satu
dengan seiring berjalannya waktu daerah Kamboja tersebut berganti nama
menjadi Jl. Mayor Santoso No.3364, Kecamatan Ilir Timur. I, Kelurahan 20 Ilir
D. III, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan Kode Pos. 30129. Saat ini
KUA Kecamatan Ilir Timur Satu dipimpin oleh Bapak H. Zulfikar Ali Fajri,
S.Ag., M.Si. Dulunya Kantor Urusan Agama, dikenal masyarakat sebagai pusat
pelayanan yang melayani dibidang urusan agama Islam. Seperti pernikahan
perceraian, talak, rujuk, wakaf, hak asuh anak dan lain sebagainya. Setelah
berdirinya pengadilan agama, maka Kantor Urusan Agama saat ini hanya
melayani urusan nikah dan rujuk, mengurus dan membina masjid, zakat, wakaf,
baitul mal, dan ibadah sosial, dan sertifikat halal, kependudukan dan
pengembangan keluarga sakinah.

1
Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Ilir Timur Satu, Senin 16 Oktober 2023

21
C. Struktur Keorganisasian
Struktur Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan Ilir Timur Satu Kota
Palembang yang beralamat di Jl. Mayor Santoso No.3364, Kelurahan 20 Ilir D.
III, Kecamatan Ilir Timur I, Kota Palembang, Sumatera Selatan Kode Pos. 30129
merupakan sebuah struktur birokrasi, yakni sebuah struktur dengan tugas-tugas
birokrasi yang sangat spesialisasi dengan aturan dan ketentuan yang sangat
formal serta wewenang mengikuti rantai atasan. Tugas pokok dan fungsi masing-
masing bagian pada struktur organisasi di Kantor Urusan Agama Kecamatan Ilir
Timur Satu Kota Palembang adalah sebagai berikut:

Jumlah Pegawai Kantor Urusan Agama ( KUA ) Kecamatan Ilir Timur I


Kota Palembang adalah 22 Orang dengan Perincian sebagai berikut:1

Tabel 1. 1 Jumlah Pegawai


No Pegawai Jumlah
1 Kepala KUA 1 Orang
2 Penghulu 1 Orang
3 Pegawai Staf Pelaksana 6 Orang
4 Penyuluh Agama 7 Orang
5 Penyuluh Fungsional 3 Orang
6 Pengawas Pendais 4 Orang

Tabel 1. 2 Jabatan Pegawai KUA Kec. IT 1 Palembang


No NAMA JABATAN STATUS
1 H. Zulfikar Ali Fajri, S.Ag., M.Si. Kepala ASN

1
Data Pegawai KUA Kec. IT 1 Palembang. Periode 2023

22
2 Herman Sawiran, S.Ag. Penghulu ASN
3 Yeni Apriani, S.Ag. Penyuluh Fungsional ASN
4 Venty Febrianti, S.Ag. Penyuluh Fungsional ASN
5 Rina, S.Ag. Penyuluh Fungsional ASN
6 Drs. A. Laisun Pengawas Pendais ASN
7 Drs. Robuan, M.Pd. Pengawas Pendais ASN
8 Drs. Paramita Pengawas Pendais ASN
9 Zulfawati, S.Ag. Pengawas Pendais ASN
10 Dewi Payani, S.Pd., M.Pd. Administrasi Zakat Dan ASN
Wakaf
11 Risnita, S.E. Pengadministrasian NR ASN
12 Erlina, S.E. Operator Simkah ASN
13 Suprapto, S.Ag. Penyusun Bahan Adm. ASN
Kepenghuluan
14 Hj. Siti Gaya Tri, S.E. Administrasi Keluarga ASN
Sakinah/BP.4
15 Pironika, S.E. Pengelola Surat ASN
16 H. Arwandi, S.Sos.I. Penyuluh Agama Non
ASN
17 Ade Terri, A.Md. Penyuluh Agama Non
ASN
18 M. Nor, S.Ag. Penyuluh Agama PPPK
19 Mari Muhamat, S.H.I. Penyuluh Agama /Diknas PPPK
20 Nurhayati, S.Ag. Penyuluh Agama PPPK
21 Sari Marhani, S.Ag. Penyuluh Agama PPPK
22 Rinza Damayanti, S.Ag. Penyuluh Agama Non
ASN

23
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS

A. Analisis Hukum Positif Terhadap Pernikahan Siri Yang Ditetapkan/Isbat


Nikah

Isbat nikah merujuk pada proses hukum di mana Pengadilan Agama


mengesahkan keabsahan perkawinan yang telah dilaksanakan secara syariah
Islam, tetapi belum tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA) atau belum
memiliki akta pernikahan resmi seperti pernikahan siri. Isbat nikah dilakukan
untuk memastikan bahwa perkawinan yang sah menurut agama juga diakui
secara legal oleh negara.

Dalam hukum positif Indonesia, perkawinan yang sah diatur oleh


Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Menurut hukum
positif, perkawinan yang sah adalah yang telah dilakukan secara resmi di
hadapan petugas pencatat perkawinan dan memenuhi persyaratan hukum yang
ditetapkan dalam undang-undang tersebut.1

Seperti yang terjadi di KUA Kecamatan Ilir Timur Satu Kota Palembang
pada pasangan X dan Y telah menjalani hubungan pernikahan secara tidak resmi
atau siri. Mereka tidak pernah melaporkan perkawinan mereka kepada petugas
pencatat perkawinan dan tidak memiliki akta nikah yang sah. Pada tanggal 10
Oktober 2023 mereka datang ke KUA dan menceritakan bahwa mereka
menghadapi masalah hukum, seperti hak waris atau hak-hak anak mereka yang
terkait dengan status pernikahan. Mereka memutuskan untuk mengajukan isbat
nikah siri untuk mendapatkan pengakuan hukum atas perkawinan mereka.

1
Akhmad Munawar,”Sahnya Perkawinan Menurut Hukum Positif Yang Berlaku di Indonesia”, Jurnal
Al-Adl, Vol. VII, No.13, 2015, 21.

24
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bersama Bapak H. Zulfikar
Ali Fajri, S.Ag., M.Si. selaku kepala KUA menyatakan bahwa:

“Pada prinsipnya nikah siri memang dapat diisbatkan sepanjang tidak


melanggar undang-undang. Ketentuan hukum penetapan isbat nikah sama dengan
kekuatan hukum akta nikah (Pasal 7 ayat (1) dan (2) Kompilasi Hukum Islam).
Jadi keputusan pasangan tersebut meminta untuk melakukan isbat nikah di KUA
atas pernikahan siri mereka sudah keputusan yang benar supaya memudahkan
mereka dalam masalah hukum.”1

Berdasarkan hasil wawancara bersama Ibu Venty Febrianti, S.Ag. Selaku


penyuluh fungsional terkait data isbat nikah tahun 2023 dari bulan Januari –
Oktober adalah sebagai berikut:

Tabel 1.3 Data Isbat Nikah Tahun 2023

Bulan Banyak Pasangan

Januari 1

Febuari 0

Maret 1

April 0

Mei 0

Juni 1

Juli 1

Agustus 1

September 1

Oktober 1

1
Zulfikar Ali Fajri, Kepala Kantor Urusan Agama Ilir Timur 1, Wawancara,Palembang,30 0ktober 2023.

25
Dari hasil data di atas diketahui bahwa isbat nikah di KUA IT 1
Palembang jarang dilakukan, satu bulan paling banyak hanya satu kali isbat.1

Dalam proses isbat nikah siri menurut hukum positif, mereka akan
mengajukan bukti-bukti, saksi-saksi, dan argumen untuk meyakinkan pengadilan
bahwa perkawinan mereka harus diakui sebagai sah di mata hukum. Pengadilan
akan memutuskan apakah perkawinan tersebut dapat diakui atau tidak.

Dengan demikian, dalam pengajuan isbat nikah akan melalui proses yang
melibatkan beberapa tahap, yaitu :
1. Datang dan mendaftar ke kantor pengadilan setempat
a. Datangi kantor Pengadilan Agama di wilayah tempat tinggal.
b. Buat surat permohonan itsbat nikah. Surat permohonan dapat dibuat
sendiri. Jika tidak bisa, dapat meminta bantuan kepada Pos Bantuan
Hukum (“Posbakum”) yang ada pada pengadilan setempat secara cuma-
cuma.
c. Fotokopi formulir permohonan itsbat nikah sebanyak 5 rangkap,
kemudian isi dan tanda tangani formulir yang telah lengkap. Serahkan 4
rangkap formulir permohonan kepada petugas pengadilan dan simpan 1
rangkap sisanya.
d. Lampirkan surat-surat yang diperlukan, antara lain surat keterangan dari
KUA bahwa pernikahan tidak tercatat.

2. Bayar Panjar Biaya Perkara


Setelah menyerahkan panjar biaya perkara, minta bukti pembayaran
yang akan dipakai untuk meminta sisa panjar biaya perkara. Sebagai informasi
tambahan, jika tidak mampu membayar panjar biaya perkara, dapat
mengajukan permohonan untuk beperkara secara cuma-cuma (prodeo). Jika
mendapatkan fasilitas prodeo, semua biaya yang berkaitan dengan perkara di

1
Venty Febrianti, Penyuluh Fungsional, Wawancara, 10 Oktober 2023

26
pengadilan menjadi tanggungan pengadilan, kecuali biaya transportasi dari
rumah ke pengadilan. Jika merasa biaya tersebut masih tidak terjangkau, dapat
mengajukan sidang keliling.1

3. Tunggu panggilan sidang dari pengadilan


Pengadilan akan mengirim surat panggilan yang berisi tentang tanggal
dan tempat sidang kepada pemohon dan termohon secara langsung ke alamat
yang tertera dalam surat permohonan.2

4. Hadiri persidangan
a. Datanglah ke pengadilan sesuai dengan tanggal dan waktu yang tertera
dalam surat panggilan.
b. Pada sidang pertama, bawa dokumen seperti Surat Panggilan Persidangan
serta fotokopi formulir permohonan yang telah diisi. Dalam sidang pertama
ini hakim akan menanyakan identitas para pihak misalnya Kartu Tanda
Penduduk (“KTP”) atau kartu identitas lainnya yang asli. Dalam kondisi
tertentu, hakim mungkin akan melakukan pemeriksaan isi permohonan.
c. Pada sidang kedua dan seterusnya, ada kemungkinan harus mempersiapkan
dokumen dan bukti yang diminta oleh hakim. Dalam kondisi tertentu,
hakim akan meminta menghadirkan saksi-saksi yaitu orang yang
mengetahui pernikahan di antaranya wali nikah dan saksi nikah, atau
orang-orang terdekat yang mengetahui pernikahan. Adapun waktu dan
tanggal sidang kedua dan seterusnya akan diberitahukan kepada
pemohon/termohon yang hadir dalam sidang oleh hakim.
5. Putusan/penetapan pengadilan

1
Mahkamah Agung Republik Indonesia,”Permohonan Itsbat/Pengesahan Nikah”, Tigaraksa,
November 08, 2023, https://pa-tigaraksa.go.id/permohonan-itsbat-pengesahan-nikah/
2
Ibid; halaman 1

27
Jika permohonan dikabulkan, pengadilan akan mengeluarkan putusan/
penetapan itsbat nikah. Salinan putusan/penetapan itsbat nikah akan siap
diambil dalam jangka waktu 14 hari sejak sidang terakhir, dan dapat diambil
sendiri ke kantor pengadilan atau diwakilkan kepada orang lain dengan surat
kuasa. Setelah itu bisa meminta KUA setempat untuk mencatatkan pernikahan
dengan menunjukkan bukti salinan putusan/penetapan pengadilan tersebut.1

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Pernikahan Siri Yang Ditetapkan/Isbat


Nikah
Nikah Siri adalah pernikahan yang dilaksanakan dengan syarat-syarat dan
rukun-rukun yang terpenuhi, seperti ijab-kabul, wali dan saksi-saksi. Akan tetapi
mereka (suami-istri, wali dan saksi) bersepakat untuk merahasiakan pernikahan
ini dari masyarakat. Dalam hal ini, sering pihak lelakilah yang berpesan supaya
dua saksi menutup rapat-rapat berita mengenai pernikahan yang terjadi.2
Para ulama berselisih pendapat dalam masalah ini. Jumhur ulama
memandang pernikahan seperti ini sah akan tetapi hukumnya adalah makruh.
Hukumnya sah dan resmi menurut agama karena sudah memenuhi rukun dan
syarat pernikahan serta adanya dua saksi sehingga unsur kerahasiaannya hilang.
Sebab suatu perkara yang rahasia, jika telah dihadiri oleh dua orang atau lebih,
maka tidak lagi disebut dengan rahasia. Adapun sisi kemakruhannya adalah
disebabkan adanya perintah Rasulullah saw., untuk melakukan mengumumkan
pernikahan kepada masyarakat luas. Hal itu dilakukan untuk menghilangkan
unsur yang berpotensial mengundang keragu-raguan serta tuduhan tidak benar
(seperti kumpul kebo misalnya) pada keduanya.

1
Mahkamah Agung Republik Indonesia,”Permohonan Itsbat/Pengesahan Nikah”, Tigaraksa,
November 08, 2023, https://pa-tigaraksa.go.id/permohonan-itsbat-pengesahan-nikah/
2
Tanwirul Afkar, Fiqh Rakyat (Yogyakarta: LKIS, 2000), h. 288.

28
Sebagaimana sabdanya:

Artinya:
”Diriwayatkan dari Aisyah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: tampakkanlah
pernikahan ini dan laksanakan di masjid-masjid serta pukullah terbang atasnya.”
(HR al-Tirmizi)
Sedangkan kalangan ulama Malikiyyah menilai pernikahan yang seperti ini
tidak sah, karena maksud dari perintah untuk menyelenggarakan pernikahan
adalah pemberitahuan, dan ini termasuk syarat sahnya pernikahan.Pendapat yang
rajih (kuat), nikah ini sah, karena syarat-syarat dan rukunnya telah terpenuhi,
walaupun tidak diberitahukan kepada khalayak. Sebab kehadiran wali dan dua
saksi telah merubah sifat kerahasiaan menjadi sesuatu yang diketahui oleh
umum. Semakin banyak yang mengetahui, maka semakin baik. Oleh karena itu,
dimakruhkan merahasiakan pernikahan agar supaya pasangan itu tidak
mendapatkan gunjingan dan tuduhan tidak sedap, ataupun persangkaan-
persangkaan yang buruk dari orang lain.1
Sementara itu dalam kasus pasangan X dan Y, dalam pandangan hukum
Islam, pasangan X dan Y telah melakukan nikah siri, yang dianggap sah sesuai
dengan ajaran Islam, meskipun tidak selalu diakui oleh hukum positif. Mereka
memutuskan untuk mengajukan isbat nikah siri dengan pandangan hukum Islam
untuk memastikan sahnya perkawinan mereka dalam syariat Islam.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bersama Bapak Herman
Sawiran selaku penghulu KUA menyatakan bahwa:

1
U. Syafrudin,”Islam Dan Budaya:Tentang Fenomena Nikah Sirri”, Jurnal Mahkamah,Vol.9, No.1,
2015

29
“Perkawinan siri itu bisa diisbatkan sepanjang memenuhi rukun dan syarat
perkawinan Islam serta terdapat juga pertimbangan-pertimbangan dasar hukum
yang digunakan majelis hakim dalam mengabulkan permohonan isbat nikah.”

“Kami bisa isbatkan dengan berbagai pertimbagan seperti misalnya, sejak


awal menikah tidak ada kedua bela pihak keluarga yang keberatan, saling
mencintai serta selama berumah tangga hidup mereka rukun dan telah
mempunyai anak. Sehingga dengan pertimbangan-pertimbangan inilah kami
dapat memberi isbat.”1

Dengan demikian mereka dapat mengajukan permohonan isbat nikah siri ke


lembaga Islam yang memiliki kewenangan untuk memeriksa sahnya perkawinan
dalam pandangan agama Islam, seperti majelis taklim atau lembaga Islam
setempat. Mereka akan memberikan bukti-bukti pernikahan siri, saksi-saksi, dan
argumen yang mendukung sahnya perkawinan mereka dalam pandangan agama
Islam.2
Lembaga Islam tersebut akan memeriksa bukti-bukti tersebut dan, jika
memenuhi syarat, akan mengeluarkan isbat nikah siri sebagai pengakuan sahnya
perkawinan dalam pandangan agama Islam.
Isbat nikah pernikahan siri adalah proses yang signifikan dalam konteks
keberlangsungan kehidupan berumah tangga dan pengakuan legal perkawinan.
KUA Kecamatan Ilir Timur Satu, Kota Palembang sebagai salah satu KUA
memainkan peran penting dalam mengelola proses ini dengan transparan dan
berhati-hati. Proses ini mencerminkan hubungan antara hukum Islam dan hukum
positif Indonesia.
Melalui KKL di KUA, proses isbat nikah terlihat berjalan dengan baik,
namun, masih ada ruang untuk perbaikan. Sosialisasi, pelatihan petugas, dan
keterlibatan komunitas adalah langkah-langkah yang dapat membantu dalam
meningkatkan efektivitas dan sensitivitas terhadap kasus-kasus isbat nikah
1
Herman Sawiran, Penghulu Kantor Urusan Agama Ilir Timur 1, Wawancara,Palembang,30 0ktober
2023
2
U. Syafrudin,”Islam Dan Budaya:Tentang Fenomena Nikah Sirri”, Jurnal Mahkamah,Vol.9, No.1,
2015

30
pernikahan siri. Dengan demikian, proses ini dapat terus berkontribusi pada
pengakuan legal dan keberlanjutan pernikahan siri.

31
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penulis, dapat disimpulkan:


a. Dalam konteks hukum Islam, isbat nikah mencerminkan prinsip fleksibilitas
dalam agama. Namun, terdapat perbedaan pendapat di antara mazhab-
mahzab mengenai perlunya isbat nikah, menciptakan keragaman dalam
penafsiran.
b. Dari segi hukum positif, isbat nikah memainkan peran dalam mengakui
perkawinan yang dilakukan sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan. Pemerintah mengakui keabsahan
perkawinan yang sesuai dengan hukum agama yang dianut oleh pasangan.

B. Saran

a. Untuk meningkatkan efektivitas pelayanan dan kejelasan proses isbat nikah


pernikahan siri, sejumlah saran dapat dipertimbangkan seperti sosialisasi
sebih lanjut, KUA perlu melakukan sosialisasi yang lebih intensif mengenai
isbat nikah kepada masyarakat, terutama pasangan nikah siri. Pemahaman
masyarakat mengenai pentingnya proses ini dapat membantu mengurangi
ketidakjelasan dan kesalahpahaman.
b. Pelatihan Petugas KUA, Petugas KUA perlu mendapatkan pelatihan
tambahan terkait dengan isbat nikah. Pelatihan ini akan membantu mereka
menjadi lebih sensitif terhadap kasus-kasus yang khusus dan berbeda dengan
isbat nikah biasa. Keterlibatan Komunitas, KUA dapat melibatkan komunitas

32
agama dalam proses isbat nikah, terutama dalam kasus pernikahan siri.
Dengan melibatkan komunitas, KUA dapat memperoleh dukungan dan
persetujuan yang lebih luas, dan ini dapat membantu mengurangi potensi
permasalahan.

33
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal :

Abu al-Fadl Jamal alDin Muhammad bin Mukrim al-Ansari Ibn Manzur, Lisan al-
Arab. (Bairut Dar Sadir, 1990).

Ahmad AK, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Reality Publisher, 2006).

Akhmad Munawar,”Sahnya Perkawinan Menurut Hukum Positif Yang Berlaku di


Indonesia”, Jurnal Al-Adl, Vol. VII, No.13, 2015.

Armalina, A. (2018). Tinjauan Maqasid Syariah Terhadap Isbat Nikah Analisis


Penetapan Hakim Pengadilan Agama Arga Makmur Nomor
0110/PDT.P/2016/PA.AGM Dan Nomor 0128/PDT.P/2016/PA.AGM. Qiyas :
Jurnal Hukum Islam Dan Peradilan, 3(2), Article 2.
https://doi.org/10.29300/qys.v3i2.1317

Bahrum, M. (2019). Problematika Isbat Nikah Poligami Sirri. Al-Adalah: Jurnal


Hukum Dan Politik Islam, 4(2), Article 2.
https://jurnal.iainbone.ac.id/index.php/aladalah/article/view/434

Dahlan Abdul Aziz, Ensiklopedia Hukum Islam (Jakarta: Ictiar van Hoeve, 1996)

Diab, A. L. (2018). Legalisasi Nikah Sirri Melalui Isbat Nikah Perspektif Fikih (
Telaah Terhadap Kompilasi Hukum Islam). Al-’Adl, 11(2), Article 2.
https://doi.org/10.31332/aladl.v11i2.1248

Gunawan, E., & Hakim, B. R. (2018). Pelaksanaan Itsbat Nikah Pasca Berlakunya
UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan di Pengadilan Agama. Syariah:
Jurnal Hukum Dan Pemikiran, 18(2), 258–283.
https://doi.org/10.18592/sy.v18i2.2319

Habibullah, I., & Untung, S. H. (2018). Pernikahan Beda Agama: Kritik terhadap
Argumen Kaum Liberal. Kalimah: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam,
16(2), Article 2. https://doi.org/10.21111/klm.v16i2.2874

Happy Susanto, Nikah Sirri Apa Untungnya? (Cet. I; Jakarta: Visimedia, 2007).

Mahkamah Agung Republik Indonesia,”Permohonan Itsbat/Pengesahan Nikah”, Tigaraksa,

34
November 08, 2023,
https://pa-tigaraksa.go.id/permohonan-itsbat-pengesahan-nikah/

Sulastri Caniago, “Pencatatan Nikah Dalam Pendekatan Maslahah”, Jurnal JURIS, Vol. 14,
No. 2, 2015.

Tanwirul Afkar, Fiqh Rakyat (Yogyakarta: LKIS, 2000)

Tsuroya Kiswati dkk, Perkawinan di Bawah Tangan (Sirri) dan Dampaknya Bagi
Kesejahteraan Istri dan Anak di Daeah Tapal Kuda Jawa Timur.

U. Syafrudin,”Islam Dan Budaya:Tentang Fenomena Nikah Sirri, Jurnal Mahkamah,


Vol.9, No.1, 2015

Widiastuti, Beberapa Faktor Penyebab Pasangan Suami Isteri Melakukan


Pernikahan di Bawah Tangan, Jurnal Eksplorasi, Vol. XX (1) tahun 2008, LPPM
Slamet Riyadi.

Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996).

Nasiri, Praktik Prostitusi Gigolo ala Yusuf Al-Qardawi (Tinjauan Hukum Islam),
(Surabaya: Khalista, 2010).

Undang-Undang:

Pasal 64 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Pasal 7 ayat (4) Kompilasi Hukum Islam.

Narasumber :

Herman Sawiran, Wawancara,Palembang,30 0ktober 2023

Zulfikar Ali Fajri, Wawancara,Palembang,30 0ktober 2023

Venty Febrianti, Wawancara, 10 Oktober 2023

35
LAMPIRAN / DOKUMENTASI

Gambar 1. 1 Gambar 1. 2
Penerimaan Mahasiswa KKL di KUA Kegiatan Rutinan KULHU di KUA
IT1 Palembang. IT1 Palembang.

Palembang

Gambar 1. 3 Gambar 1. 4
Membantu membuat administrasi Di Penyerahan mahasiswa kkl ke dpl
KUA IT1 Palembang. oleh dpl instansi KUA IT1 Palembang
ke DPL fakultas

36

Anda mungkin juga menyukai