Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Melimpahnya Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan segala sesuatu yang berhubungn dengan tenaga kerja, pada waktu
sebelum,selama,sesudah masa kerja ,tenaga kerja juga adalah orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang/jasa baik memenuhi kebutuhan sendiri atau masyarakat lainnya. Tenaga kerja meliputi
pegawai negeri(PNS), pekerja formal(Guru,Pengacara,Dokter), pekerja informal(Supir Angkot,Tukang Becak),
dan orang yang belum bekerja sama sekali atau pengangguran.

Masalah angkatan kerja dan tenaga kerja di Indonesia pembangunan dalam berbagai sektor yang dilakukan
Indonesia sangat membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai keahlian dengan kualifikasi tertentu. Berbagai
lapangan pekerjaan terbuka setiap waktu di seluruh Indonesia, tapi pencari pekerjaan jauh lebih banyak
dibandingkan lapangan pekerjaan/kuota yang tersedia.Badan Pusat Statistik(BPS) pada Tahun sekitaran 1970-
an menentukan batas usia kerja bila seseorang berumur 10 tahun atau lebih. Semenjak dilaksanakan
SAKERNAS (survei angkatan kerja) batas usia kerja berubah menjadi 15 Tahun atau lebih, ini dilaksanakan
karna dianjurkan oleh International Labour Organization (ILO).

Melimpahnya ketenaga kerjaan adalah fenomena yang melibatkan ketidakseimbangan antara jumlah pekerjaan
yang tersedia dengan jumlah individu yang siap bekerja atau mencari pekerjaan. Ini bisa terjadi karena
berbagai faktor ekonomi, sosial, dan teknologi yang kompleks. Ketika permintaan akan tenaga kerja melebihi
pasokan yang tersedia, situasi ini dapat menghasilkan serangkaian konsekuensi yang memiliki dampak
signifikan pada ekosistem pasar kerja.

Pertama-tama, melimpahnya ketenaga kerjaan sering kali terjadi di sektor-sektor tertentu yang sedang
berkembang pesat, seperti teknologi, sains, dan layanan keuangan. Hal ini bisa dipicu oleh inovasi teknologi
baru, perubahan kebutuhan pasar, atau pergeseran dalam struktur ekonomi. Dalam beberapa kasus, perusahaan-
perusahaan yang sedang berkembang pesat mungkin menghadapi kesulitan dalam menemukan individu yang
memiliki keterampilan khusus atau pengetahuan yang diperlukan untuk mengisi posisi-posisi yang tersedia.

Di sisi lain, melimpahnya ketenaga kerjaan juga dapat menciptakan peluang besar bagi para pencari kerja,
terutama mereka yang memiliki keterampilan atau latar belakang pendidikan yang sesuai dengan permintaan
pasar. Peningkatan jumlah pekerjaan yang tersedia sering kali diiringi dengan peningkatan dalam variasi
pekerjaan yang ditawarkan, termasuk peran-peran yang lebih fleksibel, kreatif, dan berbasis teknologi.

Namun, kesenjangan keterampilan sering kali menjadi hambatan utama dalam mengatasi melimpahnya
ketenaga kerjaan. Ada situasi di mana pekerjaan yang tersedia membutuhkan keterampilan yang tidak dimiliki
oleh mayoritas pencari kerja. Hal ini bisa menciptakan kesenjangan antara apa yang diajarkan oleh sistem
pendidikan dan apa yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Untuk mengatasi hal ini, upaya kolaboratif antara
pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta menjadi penting untuk meningkatkan relevansi kurikulum
pendidikan, memberikan pelatihan keterampilan, dan mempersiapkan tenaga kerja masa depan.

Selain itu, fenomena melimpahnya ketenaga kerjaan juga dapat mempengaruhi dinamika upah. Jika permintaan
tenaga kerja melebihi pasokan yang tersedia, perusahaan-perusahaan mungkin cenderung menawarkan gaji
yang lebih tinggi untuk menarik dan mempertahankan bakat yang mereka butuhkan.

Dalam keseluruhan, melimpahnya ketenaga kerjaan adalah fenomena yang kompleks dengan berbagai dampak
dan implikasi. Mencari keseimbangan antara pasokan dan permintaan tenaga kerja serta mempersiapkan tenaga
kerja dengan keterampilan yang sesuai akan menjadi kunci dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan
peluang yang muncul dalam dunia kerja yang terus berkembang.

Seperti halnya yang terjadi di provinsi Jawa Tengah tengah kerja melimpah di era industri 4.0 dimana besar dari
sebelumnya. Tercatat sekarang sudah lebih dari ratusan situs dan apps yang membuat kita lebih cepat dan murah untuk
memesan tiket online atau hotel. Di sisi lain banyak hal yang tak terpikirkan sebelumnya, tiba-tiba muncul dan menjadi
inovasi baru, serta membuka lahan bisnis yang sangat besar. Munculnya transportasi dengan sistem ride-sharing seperti
Go-jek, Uber, dan Grab. Kehadiran revolusi industri 4.0 memang menghadirkan usaha baru, lapangan kerja baru, profesi
baru yang tak terpikirkan sebelumnya.

Menurut data dari BPS hasil pendataan survei angkatan kerja nasional 2018 total penduduk Jawa Tengah berusia 15 tahun
ke atas berjumlah 26.341.544 orang. Merupakan angkatan kerja sebesar 18.059.895 orang, proporsi yang bekerja 95,49
persen atau dengan kata lain angkatan kerja yang bekerja 17.245.548 orang. Dari para pekerja tertinggi bekerja di sektor
pertanian yaitu 24,38 persen atau 4.204.249 orang, peringkat kedua bekerja di sektor industri yaitu 21,78 persen atau
3.756.317 orang dan peringkat ketiga 18,69 persen bekerja di sektor perdagangan. Meskipun sektor pertanian menyerap
tenaga kerja lebih besar namun kontribusi terhadap PDRB masih di bawah kategori industri yakni 14,04 persen.
Sedangkan untuk industri sebanyak 34,50 persen. Untuk sektor perdagangan dengan tenaga kerja yang besar cukup besar
memberi kontribusi urutan ke tiga terhadap PDRB yaitu sebesar 13,51 persen. Sementara tingkat partisipasi angkatan
kerja Jawa Tengah (TPAK) dari tahun 2017 ke 2018 naik dari 67,86 persen menjadi 69,11 persen dan TPT (tingkat
pengangguran terbuka ) yang merupakan persentase angkatan kerja yang termasuk dalam pengangguran di Jawa Tengah
dari tahun 2017 ke tahun 2018 menurun dari 4,57 menjadi 4,51.

Anda mungkin juga menyukai