Anda di halaman 1dari 3

Permasalahan mengenai tenaga kerja di Indonesia merupakan masalah yang krusial karena berkaitan dengan bagaimana individu tersebut

memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Apalagi saat ini kita menghadapi tantangan baru di Era Industri 4.0. Pengaruh paling besar adanya revolusi
industri 4.0 yang ciri utamanya adalah proses otomatisasi pekerjaan dengan digitalisasi pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kondisi
ketenagakerjaan.
Selanjutnya, selama tahun 2020 pandemi Covid-19 telah berdampak terhadap kondisi ketenagakerjaan di Indonesia. Hasil studi OECD (2020)
menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 telah mempercepat upaya otomatisasi dengan alasan utama untuk menghindarkan risiko akibat kontak antara
tenaga kerja. Selama hampir dua tahun, pandemi Covid-19 telah memengaruhi perekonomian dan kondisi ketenagakerjaaan. Hal ini dibuktikan dengan
tingkat pengangguran terbuka yang meningkat cukup besar dari 5,23 persen pada tahun 2019 menjadi 7,07 persen pada tahun 2020. Secara umum
masalah ketenagakerjaan di Indonesia terkait dengan keterbatasan daya serap perekonomian dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja yang yang
terus mengalami peningkatan.

Berikut merupakan beberapa masalah yang saat ini dihadapi oleh Indonesia mengenai ketenagakerjaan diantaranya adalah:
1. Kualitas pekerja yang relatif rendah.
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya mutu tenaga kerja di Indonesia adalah tingkat pendidikan. Sektor pendidikan salah satu yang
menjadi sorotan. Penyebabnya adalah tidak meratanya kualitas standar pengajar, rendahnya kualitas calon tenaga kerja, karakter kebiasaan
calon tenaga kerja yang kurang baik, serta kurangnya lapangan kerja yang sesuai dengan bidang pendidikan.
2. Kelebihan Tenaga Kerja (Labour Surplus Economy)
Jumlah tenaga kerja yang banyak menjadi masalah apabila jumlah lapangan kerjanya tidak semakin banyak juga. Dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir ini Indonesia mengalami peningkatan dalam hal pertumbuhan lapangan kerja, namun tetap saja pencari kerja lebih banyak. Kelebihan
tenaga kerja ini dapat menyebabkan pasar kerja kurang berkualitas, sehingga produktivitas tenaga kerja juga rendah.
3. Persebaran tenaga kerja yang belum merata.
Pulau Jawa saat ini menjadi pusat pekerja dimana hampir setiap orang bercita-cita bekerja di Pulau Jawa. Pulau Jawa masih menjadi sasaran
bagi warga luar pulau untuk mengadu nasib dan mencari penghasilan atau pun pekerjaan yang lebih baik. Hal ini tentu berdampak pada tidak
meratanya pembangunan dan pengembangan sumber daya di daerah lain.
4. Ketersediaan Lapangan Kerja
Minimnya lapangan pekerjaan serta lambatnya pertumbuhan lapangan kerja menjadi masalah ketenagakerjaan saat ini karena jumlah lapangan
kerja yang tidak sebanding dengan para pencari kerja menyebabkan munculnya ketimpangan.
5. Link and Match
Dilansir dari Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan tahun 2019, masalah lainnya adalah munculnya ketidaksesuaian antara
perusahaan dengan tenaga kerja yang sesuai keahlian. Link and match adalah konsep keterkaitan dan kesepadanan antara keahlian yang dimiliki
oleh tenaga kerja dengan kebutuhan tenaga kerja perusahaan. Semakin besarnya ketidakcocokan antara tenaga kerja dengan perusahaan, maka
akan semakin rendah tenaga kerja tersebut diterima bekerja. Hal itu dapat meningkatkan pengangguran dan menjadi permasalahan
ketenagakerjaan lain
6. PHK
Kondisi pandemi corona membuat ekonomi lesu yang mengakibatkan banyak perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)
dan membuat pekerja kehilangan pekerjaan. Awal tahun 2020 berita-berita di media massa dihiasi dengan pemberitaan mengenai wabah
penyakit corona atau yang biasa disebut covid 19. Pemberitaan mengenai covid 19, tidak hanya seputar masalah kesehatan, namun juga dampak
lain pandemi ini ke berbagai bidang lainnya seperti hukum, politik, keamanan serta masalah-masalah sosial lain seperti ekonomi dan
ketenagakerjaan.

Cara Mengatasi Permasalahan Ketenagakerjaan di Indonesia


Setelah mengetahui mengenai apa saja permasalahan ketenagakerjaan yang terjadi, maka dibutuhkan strategi untuk mengatasi permasalahan
tersebut.
1. Mengadakan pelatihan kerja agar para calon tenaga kerja sudah memiliki ilmu dan keterampilan yang dibutuhkan oleh para pencari
kerja.
Memiliki sejumlah keterampilan sangat diperlukan bagi tenaga kerja. Dengan mengantongi keterampilan tertentu dapat menjadi nilai tambah
para tenaga kerja dalam persaingan mendapatkan pekerjaan. Saat ini sudah banyak program pelatihan, workshop, maupun sertifikasi yang bisa
diakses secara gratis guna meningkatkan daya saing.
2. Mengembangkan usaha industri yang padat karya.
Tujuan utama dari program padat karya adalah untuk membuka lapangan kerja bagi keluarga-keluarga miskin atau kurang mampu yang
mengalami kehilangan penghasilan atau pekerjaan tetap.
3. Mewujudkan sistem pengupahan yang adil.
4. Meningkatkan perlindungan tenaga kerja, seperti penerapan norma kerja dan jamsostek.
5. Penyempurnaan dan perbaikan terhadap peraturan perundang-undangan bidang ketenagakerjaan yang dirasakan masih
menghambat, multitafsir dan tumpang tindih.
6. Pengembangan ekosistem digital ketenagakerjaan dan reformasi birokrasi
7. Pelatihan dan pengembangan terhadap UMKM
Jika kita dapat menciptakan satu lagi kursi lapangan pekerjaan, paling tidak tingkat persaingan perebutan lapangan pekerjaan akan sedikit
berkurang. Bahkan justru dapat menambah lapangan kerja dan membantu menyerap tenaga kerja dan mengurangi angka pengangguran. Oleh
karena itu Kewirausahaan bisa menjadi alternatif solusi dari permasalahan pengangguran ini, karena dengan adanya wirausaha harapan
terciptanya lapangan kerja baru dalam menyerap tenaga kerja bisa terwujud.

Anda mungkin juga menyukai