Anda di halaman 1dari 7

AVERTEBRATA AIR

Oleh:
ANWAR
2240101031

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
AVERTEBRATA YANG HIDUP DI KEDALAMAN
CONTINENTAL SHELF
Ada banyak jenis organisme tidak bertulang belakang yang hidup di kedalaman
continental shelf, yang merupakan area dangkal di lepas pantai di bawah permukaan
laut. Berikut adalah beberapa jenis organisme tersebut:
• Mollusca: Beberapa jenis kerang, tiram, dan siput laut hidup di dasar continental
shelf. Mereka sering digunakan sebagai sumber daya perikanan.
• Kraken (Cephalopoda): Gurita, cumi-cumi, dan sotong adalah contoh-contoh
moluska cephalopoda yang hidup di kedalaman continental shelf. Mereka memiliki
kemampuan untuk berenang dan sering berburu di perairan ini.
• Artropoda: Kepiting, udang, lobster, dan krustasea lainnya sering ditemukan di
dasar laut continental shelf.
• Echinodermata: Bintang laut, teripang, bulu babi laut, dan organisme
echinodermata lainnya sering mendiami dasar laut dan struktur batu karang di
continental shelf.
• Ikan: Banyak jenis ikan hidup di continental shelf, termasuk ikan komersial
seperti salmon, cod, mackerel, dan banyak lagi. Beberapa ikan demersal juga menjadikan
dasar laut sebagai habitat mereka.
• Annelida: Beberapa jenis cacing laut seperti cacing palolo dan cacing pipih hidup
di continental shelf.
• Cnidaria: Organisme seperti karang lunak dan anemon laut juga bisa ditemukan
di perairan dangkal di atas continental shelf.
• Spongia (Porifera): Beberapa jenis spons laut dapat ditemukan di substrat batu
dan karang di continental shelf.
• Bryozoa: Bryozoa adalah hewan yang membentuk koloni di substrat laut, dan
beberapa spesiesnya mendiami continental shelf.
• Kura-kura: Beberapa spesies kura-kura laut, seperti penyu hijau, sering
berkunjung ke continental shelf untuk mencari makanan atau bertelur.
CONTINENTAL SLOPE
Kedalaman continental slope adalah daerah yang lebih dalam di bawah laut,
yang berada di antara continental shelf (dataran kontinental) dan dasar laut yang lebih
dalam. Organisme yang hidup di kedalaman continental slope sering kali memiliki
adaptasi khusus untuk bertahan dalam tekanan dan lingkungan yang berbeda di perairan
dalam. Berikut adalah beberapa contoh hewan air tidak bertulang belakang yang hidup
di kedalaman continental slope:
• Cumi-Cumi (Cephalopoda): Beberapa jenis cumi-cumi hidup di kedalaman
continental slope. Mereka sering memiliki kemampuan untuk hidup di dalam perairan
yang lebih dalam dan memiliki tubuh yang kuat serta sistem kromatofor yang digunakan
untuk berkomunikasi dan berburu di dalam air yang gelap.
• Teripang (Holothuroidea): Teripang atau sea cucumber sering ditemukan di dasar
continental slope. Mereka adalah hewan penghancur dasar laut yang memakan sisa-sisa
organik.
• Bintang Laut (Asteroidea): Beberapa spesies bintang laut hidup di kedalaman
continental slope. Mereka berperan sebagai predator yang mencari makanan di dasar
laut.
• Bulu Babi Laut (Echinoidea): Organisme ini, seperti sea urchin, juga dapat
ditemukan di lingkungan ini. Mereka memakan alga dan sisa-sisa organik yang ada di
dasar laut.
• Cnidaria: Beberapa spesies koral dan anemon laut hidup di kedalaman
continental slope. Mereka memiliki adaptasi untuk bertahan di tekanan dan kondisi
lingkungan yang lebih dalam.
• Mollusca: Beberapa jenis siput laut dan kerang juga dapat ditemukan di
continental slope, meskipun mereka lebih sering ditemukan di continental shelf.
• Bryozoa: Beberapa spesies bryozoa hidup di dasar laut continental slope,
membentuk koloni yang melekat pada substrat.
• Artropoda: Krustasea seperti kepiting, udang, dan lobster, juga dapat ditemukan
di kedalaman continental slope.
CONTINENTAL RISE
Kedalaman continental rise adalah daerah yang lebih dalam di bawah laut yang
berada di bawah continental slope dan sebelum dasar laut yang lebih dalam. Meskipun
ini adalah zona yang kurang dipahami dan kurang dieksplorasi dibandingkan dengan zona
lain di bawah laut, beberapa organisme tidak bertulang belakang telah ditemukan hidup
di kedalaman continental rise. Namun, informasi tentang organisme yang hidup di zona
ini masih terbatas. Beberapa contoh organisme yang dapat ditemukan di kedalaman
continental rise termasuk:
• Bintang Laut: Beberapa spesies bintang laut hidup di kedalaman continental rise.
Mereka sering berperan sebagai predator yang mencari makanan di dasar laut.
• Teripang (Holothuroidea): Teripang atau sea cucumber juga ditemukan di
kedalaman continental rise. Mereka adalah hewan penghancur dasar laut yang
memakan sisa-sisa organik.
• Krustasea: Beberapa jenis kepiting, udang, dan lobster dapat ditemukan di zona
ini, seperti yang juga ditemukan di continental slope.
• Cumi-Cumi (Cephalopoda): Cumi-cumi adalah hewan yang sering berenang di
berbagai kedalaman laut, termasuk di kedalaman continental rise.
• Ikan: Beberapa spesies ikan, terutama yang mendiami kedalaman yang lebih
dalam, juga dapat ditemukan di zona ini.

ABYSSAL RISE
Kedalaman abyssal plain adalah area laut yang sangat dalam, terletak jauh di bawah
permukaan laut, dan cenderung memiliki tekanan yang sangat tinggi serta kurangnya
cahaya matahari. Meskipun lingkungan ini sangat keras, masih ada sejumlah organisme
tidak bertulang belakang yang telah beradaptasi untuk hidup di sana. Beberapa contoh
hewan air tidak bertulang belakang yang hidup di kedalaman abyssal plain adalah:
• Polychaeta: Polychaeta adalah kelompok cacing yang sering ditemukan di dasar
laut abyssal plain. Mereka memiliki berbagai bentuk tubuh dan sering berperan sebagai
pemakan detritus.
• Holothuroidea (Teripang): Teripang abyssal adalah organisme yang hidup di
kedalaman abyssal plain. Mereka adalah penghancur dasar laut yang memakan sisa-sisa
organik.
• Isopoda: Isopoda adalah kelompok krustasea yang juga dapat ditemukan di
abyssal plain. Mereka termasuk krustasea yang memiliki bentuk tubuh yang datar.
• Amfipoda: Amfipoda adalah krustasea kecil yang banyak ditemukan di
lingkungan laut dalam termasuk abyssal plain.
• Bivalvia: Beberapa jenis kerang dan tiram juga dapat ditemukan di dasar laut
abyssal plain.
• Cumi-Cumi Abyssal: Cumi-cumi abyssal seperti Architeuthis adalah contoh cumi-
cumi yang dapat ditemukan di kedalaman abyssal plain.
• Foraminifera Abyssal: Foraminifera adalah protista yang memiliki cangkang dan
banyak ditemukan di sedimen abyssal plain.
• Spongia (Porifera): Beberapa jenis spons juga dapat ditemukan di dasar laut
abyssal plain.
• Nematoda Abyssal: Nematoda, yang juga dikenal sebagai cacing bulu, dapat
ditemukan di kedalaman ini.

ADAPTASI LINGKUNGAN ZONA


Organisme yang hidup di zona antara continental shelf, continental slope,
continental rise, dan abyssal plain telah mengembangkan berbagai adaptasi untuk
mengatasi perubahan lingkungan yang signifikan seiring dengan peningkatan kedalaman.
Berikut adalah beberapa adaptasi umum yang dimiliki oleh organisme yang hidup di zona
ini:
• Adaptasi Tekanan Air: Seiring dengan peningkatan kedalaman, tekanan air
meningkat secara signifikan. Organisme di zona ini sering memiliki tubuh yang lebih
tahan terhadap tekanan yang tinggi. Struktur tubuh mereka sering terbuat dari materi
yang padat dan tahan tekanan.
• Adaptasi Terhadap Suhu: Suhu air biasanya semakin dingin dengan peningkatan
kedalaman. Beberapa organisme telah mengembangkan isolasi tubuh atau kemampuan
untuk mengatur suhu tubuh mereka untuk bertahan dalam suhu yang lebih rendah.
• Adaptasi Terhadap Cahaya: Cahaya matahari tidak mencapai kedalaman yang
lebih dalam, sehingga organisme di zona ini sering memiliki adaptasi untuk bertahan
dalam kondisi minim cahaya atau kegelapan total. Beberapa organisme memiliki organ
khusus seperti fotofora yang menghasilkan cahaya sendiri (bioluminesensi) untuk
berkomunikasi atau memikat mangsa.
• Adaptasi Terhadap Kekurangan Makanan: Kedalaman yang lebih dalam sering
kali berarti kurangnya sumber daya makanan yang stabil. Beberapa organisme di zona ini
memiliki adaptasi untuk menangkap mangsa yang lewat secara efisien atau untuk
memproses sumber daya makanan yang langka.
• Adaptasi Terhadap Tekanan Hidrostatik: Tekanan hidrostatik yang tinggi dapat
memengaruhi organisme secara fisik dan biokimia. Beberapa organisme telah
mengembangkan enzim atau struktur tubuh yang memungkinkan mereka untuk
berfungsi dengan baik dalam kondisi tekanan hidrostatik yang tinggi.
• Adaptasi Terhadap Laju Sedimen: Di zona ini, laju sedimen yang jatuh ke dasar
laut mungkin lebih tinggi daripada di zona lainnya. Organisme yang hidup di sini sering
memiliki adaptasi untuk bertahan dari sedimentasi yang berlebihan atau untuk menggali
lubang di substrat untuk bersembunyi.
• Adaptasi Reproduksi: Beberapa organisme di zona ini dapat memiliki strategi
reproduksi yang berbeda, seperti reproduksi yang jarang tetapi menghasilkan banyak
keturunan untuk meningkatkan peluang bertahan hidup.
• Adaptasi terhadap Kekurangan Oksigen: Terutama di abyssal plain, kekurangan
oksigen dapat menjadi masalah. Beberapa organisme telah mengembangkan
kemampuan untuk mengambil oksigen dari air yang memiliki konsentrasi oksigen yang
rendah.

HEWAN AVERTEBRATA YANG HIDUP DIKEDALAMAN 6.000 METER, HEWAN APA DAN APA
YANG ,MEMBUAT MEREKA HIDUP
Ada sejumlah hewan tidak bertulang belakang yang dapat hidup di kedalaman
laut sekitar 6.000 meter atau lebih dalam, di zona yang dikenal sebagai hadal zone atau
zona hadal. Kedalaman ini mencakup lingkungan yang sangat keras, dengan tekanan air
yang sangat tinggi, suhu yang rendah, dan kurangnya cahaya matahari. Beberapa hewan
yang ditemukan di zona hadal adalah:
• Ampipoda: Amfipoda adalah kelompok krustasea kecil yang sering ditemukan di
dasar laut dalam, termasuk zona hadal.
• Polychaeta: Cacing polychaeta yang beradaptasi dengan baik dengan kondisi
lingkungan yang ekstrem ini juga ditemukan di zona hadal.
• Cumi-cumi Abyssal: Beberapa jenis cumi-cumi abyssal, seperti Architeuthis,
dapat ditemukan di kedalaman ini.
• Mollusca Abyssal: Beberapa spesies siput laut dan kerang juga dapat ditemukan
di zona hadal.
• Isopoda Abyssal: Isopoda, yang termasuk dalam kelompok krustasea, juga
ditemukan di dasar laut dalam, termasuk zona hadal.
Apa yang membuat hewan-hewan ini dapat bertahan hidup di kedalaman sekitar 6.000
meter adalah sejumlah adaptasi yang mereka miliki:
• Adaptasi Terhadap Tekanan: Organisme di zona hadal telah mengembangkan
struktur tubuh yang kuat dan tahan tekanan yang tinggi. Kepala, kaki, dan tubuh mereka
dapat menahan tekanan ekstrem yang ada di dasar laut dalam.
• Adaptasi Terhadap Suhu: Organisme di zona hadal sering kali memiliki adaptasi
untuk bertahan hidup dalam suhu yang sangat rendah yang umum di lingkungan ini.
Beberapa di antaranya memiliki sistem peredaran darah yang mengandung antifreeze
proteins untuk mencegah pembekuan.
• Adaptasi Terhadap Kekurangan Cahaya: Dengan sedikitnya cahaya matahari yang
mencapai zona hadal, beberapa organisme telah mengembangkan kemampuan untuk
menghasilkan cahaya sendiri (bioluminesensi) sebagai cara untuk berkomunikasi,
mencari makanan, atau menghindari predator.
• Adaptasi Terhadap Kekurangan Makanan: Karena makanan di zona hadal cukup
langka, organisme-organisme ini sering memiliki adaptasi khusus untuk menangkap
mangsa yang lewat atau memproses sumber daya makanan yang langka.
• Adaptasi Reproduksi: Beberapa organisme di zona hadal memiliki strategi
reproduksi yang berbeda, seperti reproduksi yang jarang tetapi menghasilkan banyak
keturunan untuk meningkatkan peluang bertahan hidup.
• Adaptasi Terhadap Oksigen Terbatas: Kehidupan di zona hadal juga menghadapi
kekurangan oksigen, dan beberapa organisme telah mengembangkan adaptasi untuk
mengambil oksigen dari air yang memiliki konsentrasi oksigen yang sangat rendah.

PERBEDAAN ALAT EKSKRESI PRGANISME AIR TAWAR DAN AIR LAUT


Perbedaan dalam Pengaturan Salinitas Internal:
• Organisme air tawar harus menghadapi tekanan osmotik eksternal yang lebih
tinggi daripada salinitas internal mereka. Untuk menjaga keseimbangan air, mereka
cenderung memiliki alat ekskresi yang membantu mengeluarkan air berlebih dan
menahan garam yang masuk. Contoh organisme ini termasuk ikan air tawar dan
invertebrata air tawar.
• Organisme air laut, di sisi lain, memiliki salinitas internal yang lebih tinggi
daripada lingkungan air laut mereka. Mereka cenderung menghadapi tantangan untuk
membuang garam berlebih dan menjaga air di dalam tubuh mereka. Organisme ini
biasanya memiliki alat ekskresi yang membantu mengeluarkan garam berlebihan, seperti
ginjal yang efisien.
Perbedaan dalam Struktur Ginjal:
• Organisme air tawar sering memiliki ginjal yang lebih besar dan lebih efisien
dalam memproses air berlebih dan mengeluarkannya sebagai urin yang encer.
• Organisme air laut memiliki ginjal yang lebih kecil dan lebih efisien dalam
memproses urin yang lebih kental dengan menghilangkan garam-garam berlebihan.
Perbedaan dalam Sumber Air Minum:
• Organisme air tawar biasanya memiliki akses mudah ke air tawar yang dapat
digunakan untuk mengganti air yang hilang melalui ekskresi.
• Organisme air laut tidak memiliki sumber air tawar eksternal yang dapat diakses.
Mereka cenderung bergantung pada proses internal untuk mempertahankan kadar air
tubuh yang tepat.
Perbedaan dalam Cara Mengatasi Kelebihan Garam:
• Organisme air tawar cenderung memiliki sel-sel ekskresi di kulit dan insang
mereka yang membantu mengeluarkan garam yang masuk ke dalam tubuh mereka
melalui osmosis.
• Organisme air laut cenderung memiliki alat ekskresi yang membantu
mengeluarkan garam berlebihan melalui ginjal.

Anda mungkin juga menyukai