Anda di halaman 1dari 9

Surat Ar-Rum ayat 22-25

Allah SWT berfirman:

‫َو ِم ْن ٰا ٰي ِتٖه َخ ْلُق الَّسٰم ٰو ِت َو ا َاْل ْر ِض َو ا ْخ ِتاَل ُف َاْلِس َنِتُك ْم َو َا ْلَو ا ِنُك ْم ۗ  ِاَّن ِفْي ٰذ ِلَك ٰاَل ٰي ٍت ِّلْلٰع ِلِم ْيَن‬
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan
bahasamu, dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi orang-orang yang mengetahui."
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 22)

‫َو ِم ْن ٰا ٰي ِتٖه َم َنا ُم ُك ْم ِبا َّلْيِل َو ا لَّنَها ِر َو ا ْبِتَغٓا ُؤ ُك ْم ِّم ْن َفْض ِلٖه ۗ  ِاَّن ِفْي ٰذ ِلَك ٰاَل ٰي ٍت ِّلَقْو ٍم َّيْس َم ُعْو َن‬
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari
dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan."
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 23)

‫َو ِم ْن ٰا ٰي ِتٖه ُيِرْيُك ُم اْلَبْر َق َخ ْو ًفا َّو َطَم ًعا َّوُيَنِّز ُل ِم َن الَّس َم ٓاِء َم ٓاًء َفُيْح ٖي ِبِه اَاْل ْر َض َبْع َد َم ْو ِتَها ۗ  ِاَّن ِفْي ٰذ ِلَك ٰاَل ٰي ٍت‬
‫ِّلَقْو ٍم َّيْع ِقُلْو َن‬
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya, Dia memperlihatkan kilat kepadamu untuk
(menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu
dengan air itu dihidupkannya bumi setelah mati (kering). Sungguh, pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mengerti."
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 24)

‫َو ِم ْن ٰا ٰي ِتٖۤه َاْن َتُقْو َم الَّس َم ٓاُء َو ا َاْل ْر ُض ِبَا ْم ِر ٖه ۗ  ُثَّم ِاَذ ا َدَعا ُك ْم َد ْع َو ًةۖ  ِّم َن اَاْل ْر ِضۖ  ِاَذ ۤا َاْنـُتْم َتْخ ُرُجْو َن‬
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan kehendak-
Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu kamu keluar
(dari kubur)."
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 25)
Asababun Nuzul
Dalam Al-Quran dan Tafsirnya, Surat Ar-Rum yang berarti Bangsa Romawi. Surat ini
terdiri atas 60 ayat, dan termasuk pada golongan Makkiyah. Dinamakan Ar-Rum karena pada
surat ini terdapat pemberitaan bangsa Romawi yang mulanya dikalahkan oleh bangsa Persia,
tetapi setelah beberapa tahun kemudian kerajaan Ar-Rum dapat menuntut bebas dan
mengalahkan kerajaan Persia kembali. Ini adalah salah satu dari mukjizat Al-Quran yaitu
memberitakan hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dan juga sebagai isyarat
bahwa kaum muslimin yang demikian lemahnya di waktu itu akan memenangi peperangan
dengan kaum musyrikin.

Tafsir Jalalain Surat Ar-rum ayat 22-25

{ ‫أي لغاتكم من عربية وعجمية وغيرها } ومن آياته خلق السماوات واألرض واختالف ألسنتكم‬
‫{ وألوانكم } من بياض وسواد وغيرهما وأنتم أوالد رجل واحد وامرأة واحدة { إن في ذلك آليات } دالالت‬
‫على قدرته تعالى { للعالمين } بفتح الالم وكسرها أي ذوي العقول وأولي العلم‬
22. (Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-
lainan bahasa kalian) maksudnya dengan bahasa yang berlainan, ada yang berbahasa Arab dan
ada yang berbahasa Ajam serta berbagai bahasa lainnya (dan berlain-lainan pula warna kulit
kalian) di antara kalian ada yang berkulit putih, ada yang hitam dan lain sebagainya, padahal
kalian berasal dari seorang lelaki dan seorang perempuan, yaitu Nabi Adam dan Siti Hawa.
(Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda) yang menunjukkan
kekuasaan Allah (bagi orang-orang yang mengetahui) yaitu bagi orang-orang yang berakal dan
berilmu. Dapat dibaca lil'aalamiina dan lil'aalimiina
{ ‫بإرادته راحة لكم { وابتغاؤكم } بالنهار { من فضله } أي تصرفكم في } ومن آياته منامكم بالليل والنهار‬
‫طلب المعيشة بإرادته { إن في ذلك آليات لقوم يسمعون } سماع تدبر واعتبار‬
23. (Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidur kalian di waktu malam dan siang hari)
dengan kehendak-Nya sebagai waktu istirahat buat kalian (dan usaha kalian) di siang hari
(mencari sebagian dari karunia-Nya) mencari rezeki dan penghidupan berkat kehendak-Nya.
(Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
mendengarkan) dengan pendengaran yang dibarengi pemikiran dan mengambil pelajaran.

{ ‫أي إراءتكم { البرق خوفا } للمسافر من الصواعق { وطمعا } للمقيم في المطر } ومن آياته يريكم‬
‫ يبسطها بأن تنبت { إن في ذلك } المذكور‬: ‫{ وينزل من السماء ماء فيحيي به األرض بعد موتها } أي‬
‫{ آليات لقوم يعقلون } يتدبرون‬
24. (Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepada kalian) Dia
mempersaksikan kepada kalian (kilat untuk menimbulkan ketakutan) bagi orang yang melakukan
perjalanan karena takut disambar petir (dan harapan) bagi orang yang bermukim akan turunnya
hujan (dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah
matinya) Dia mengembangkannya dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan padanya.
(Sesungguhnya pada yang demikian itu) hal yang telah disebutkan tadi (benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya) yaitu bagi mereka yang berpikir.

{ ‫بإرادته من غير عمد { ثم إذا دعاكم دعوة من األرض } بأن } ومن آياته أن تقوم السماء واألرض بأمره‬
‫ينفخ إسرافيل في الصور للبعث من القبور { إذا أنتم تخرجون } منها أحياء فخروجكم منها بدعوة من آياته‬
‫تعالى‬
25. (Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan perintah-
Nya) dengan kehendak-Nya tanpa tiang penyangga. (Kemudian apabila Dia memanggil kalian
sekali panggil dari bumi) melalui tiupan sangkakala malaikat Israfil untuk membangunkan
orang-orang yang telah mati dari kuburnya (seketika itu juga kalian keluar) dari kubur, kalian
keluar dari dalam kubur melalui sekali seruan itu, merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah.

1
Tafsir KEMENEAG:
Ayat 22: Ayat ini menerangkan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah yang lain, yaitu
penciptaan langit dan bumi sebagai peristiwa yang luar biasa besarnya, sangat teliti, dan cermat.
Orang yang mengetahui rahasia kejadian itu sangat sedikit sekali jumlahnya. Hanya sedikit

1
https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-30-ar-rum/ayat-22#
sekali yang mengetahui bahwa di langit ada galaksi-galaksi*) yang tidak terbilang jumlahnya.
Tiap-tiap galaksi itu mempunyai bintang, planet, satelit, dan benda angkasa lainnya yang berjuta-
juta jumlahnya. Bumi yang didiami manusia ini tidak ubahnya seperti atom yang sangat kecil
yang hampir saja tidak mempunyai berat dan bayangan, jika dibandingkan dengan semua galaksi
tersebut. Sesungguhnya galaksi-galaksi itu banyak jumlahnya di angkasa luas, dan masing-
masing galaksi itu merupakan sistem peredaran yang paling teratur, mereka tidak pernah
berantakan akibat bertubrukan antara yang satu dengan yang lain, atau antara planet-planet yang
ada pada masing-masing galaksi itu. Semuanya itu berjalan menurut aturan yang telah
ditentukan. Itu adalah dari segi jumlah dan sistemnya. Adapun rahasia-rahasia benda-benda alam
besar itu, sifat-sifatnya, apa yang tersembunyi dan yang tampak padanya, hukum-hukum alam
yang menjaga, mengatur, dan menjalankannya, hal itu amat banyak macam dan ragamnya
dibanding dengan apa yang telah diketahui manusia. Apa yang telah diketahui manusia itu hanya
sebagian kecil saja, walaupun para ahli telah menyelidiki keadaan alam semesta bertahun-tahun
lamanya. Mereka mengetahui bahwa semua itu telah berlangsung berjuta-juta tahun lamanya
sesuai dengan hukum alam dan berjalan dengan amat teratur. Setelah menyebutkan kebesaran
Allah melalui penciptaan langit dan bumi, ayat di atas menyatakan adanya keanekaragaman
bahasa dan warna kulit. Di sini Allah menyatakan bahwa Dia secara haq menjadikan manusia
terdiri atas banyak ras yang kedudukannya sama di mata-Nya. Berbicara mengenai ras, Allah
menjelaskannya melalui lidah atau lisan. Dalam hal ini, kata lidah mempunyai dua arti. Pertama,
lidah yang secara fisik berada pada rongga mulut dan sangat berperan dalam mengeluarkan
bunyi. Bunyi inilah yang menjadi dasar munculnya bahasa untuk keperluan berkomunikasi.
Kedua, lidah adalah bahasa itu sendiri. Menurut para saintis, lidah adalah organ yang terletak
pada rongga mulut. Organ ini merupakan struktur berotot yang terdiri atas tujuh belas otot yang
memiliki beberapa fungsi. Lidah di antaranya berfungsi untuk turut membantu mengatur bunyi
untuk berkomunikasi atau berbicara. Fungsi lainnya adalah untuk membantu menelan makanan
dan alat pengecap. Diperkirakan terdapat sekitar 10.000 titik pengecap di lidah. Titik-titik ini
sangat aktif untuk selalu memperbaharui diri. Lidah dapat merasakan berbagai rasa. Lidah,
dalam bidang agama, hampir selalu dikaitkan dengan hati, dan digunakan untuk mengukur baik-
buruknya perilaku seseorang. Berbicara adalah suatu kegiatan yang sangat kompleks. Ia dimulai
dengan perasaan yang mendorong untuk mengucapkan satu maksud. Selanjutnya bergeraklah
bibir, lidah, rahang, serta alat bantu ucap lainnya, yang setelah mengalami proses yang rumit,
bunyi yang dikeluarkannya dipahami oleh mitra bicaranya. Pada tahap selanjutnya, akan tercipta
suatu bahasa. Bahasa diduga sudah digunakan manusia sekitar 45.000 tahun sebelum Masehi.
Jumlah bahasa di dunia dipercaya berkisar di sekitar angka 6.000. Rahasia kejadian langit dan
bumi, perbedaan bahasa dan warna kulit, serta sifat-sifat kejiwaan manusia itu tidak akan
diketahui, kecuali oleh orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, ayat ini
ditutup dengan "sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang mengetahui (berilmu pengetahuan).".

Ayat 23: Ayat ini masih membicarakan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah, alam
semesta dan hubungannya dengan keadaan manusia, pergantian siang dan malam, serta tidur
manusia di malam hari dan bangunnya mencari rezeki di siang hari. Manusia tidur di malam hari
agar badannya mendapatkan ketenangan dan istirahat, untuk memulihkan tenaga-tenaga yang
digunakan waktu bangunnya. Tidur dan bangun itu silih berganti dalam kehidupan manusia,
seperti silih bergantinya siang dan malam di alam semesta ini. Dengan keadaan yang silih
berganti itu, manusia akan mengetahui nikmat Allah serta kebaikan-Nya. Di waktu tidur manusia
mengistirahatkan tubuhnya. Dia akan mendapatkan pergerakan anggota tubuhnya dengan leluasa
di waktu bangun. Dalam ayat ini, tidur didahulukan daripada bangun, padahal kelihatannya
bangun itu lebih penting daripada tidur karena ketika bangun orang bekerja, berusaha, dan
melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam hidup, sebagaimana terkandung dalam firman-
Nya, "dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Pada umumnya manusia itu sedikit
sekali yang memperhatikan kenikmatan tidur. Kebanyakan mereka memandang tidur itu sebagai
suatu hal yang tidak penting. Ini adalah pengertian yang salah dalam memahami nikmat besar
yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Tidur merupakan pengasingan manusia dari
kesibukan-kesibukan hidup, dan terputusnya hubungan antara jiwa dengan zatnya sendiri,
seakan-akan identitasnya hilang waktu itu. Ketika tidur atau dalam keadaan antara bangun dan
tidur, manusia pergi ke mana saja yang ia sukai dengan akal dan rohnya. Ia bisa melanglang
buana ke balik alam materi yang tidak mempunyai belenggu dan halangan. Di sana dia dapat
merealisir apa yang tidak dapat direalisasikannya di dalam dunia serba benda ini. Dalam alam
mimpi itu dia akan mendapat kepuasan. Berapa banyak orang yang miskin, tapi dalam mimpinya
ia dapat memakan apa yang diinginkannya. Berapa banyak orang yang teraniaya, tapi dalam
mimpinya ia dapat mengobati jiwanya dari keganasan dan kezaliman. Berapa banyaknya orang
yang berjauhan tempat tinggal, tetapi dalam mimpi mereka dapat berjumpa dengan sepuas
hatinya. Banyak lagi contoh lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Menurut ahli
ilmu jiwa, mimpi yang dialami pada waktu tidur merupakan penetralisir, yakni pemurni dan
penawar bagi jiwa. Bagi orang-orang yang sedang lapar umpamanya, mereka dapat mewujudkan
apa yang diinginkan atau dikhayalkannya di waktu bangun. Demikian pula halnya dengan orang-
orang yang teraniaya, haus, dan sebagainya. Dengan situasi itu jiwa akan lega dan tenteram.
Kalau tidak demikian, tentu akan terjadi ketegangan-ketegangan jiwa yang sangat berbahaya.
Jadi dalam dunia tidur, manusia akan mendapat kepuasan akal, rohani, dan jiwanya. Hal mana
tidak dapat diperolehnya di waktu bangun atau jaga. Apabila tubuh manusia memerlukan makan
dan minum, maka roh, jiwa, dan akal pun memerlukan makan dan minum. Kedua hal itu
dilakukannya di waktu tidur. Tidur itu tidak lain merupakan belenggu bagi tubuh, tetapi
kebebasan bagi jiwa. Dengan demikian, segi kejiwaan mendapatkan kebahagiaannya di waktu
tidur, serta bebas dari kebendaan, tekanan, dan kezaliman. Kalau tidak demikian, roh itu akan
selalu terbelenggu dalam tubuh dan cahayanya akan pudar. Orang-orang yang menganggap tidur
sebagai suatu hal yang remeh, kemestian yang berat dan diharuskan bagi tubuh manusia, serta
suatu obat yang mencekam kepribadiannya, seperti pada masa kanak-kanak dan masa tua, maka
anggapan demikian itu disebabkan karena mereka tidak mengetahui kecuali apa yang dapat
diraba oleh tangan, atau dilihat oleh mata sendiri. Adapun yang di balik itu, mereka tidak
mengetahui atau mempercayainya, atau karena mereka materialistis, yang hanya melihat kepada
materi saja. Mereka bergaul dengan manusia hanyalah atas dasar materi. Apabila tidur dianggap
sebagai nikmat yang nyata, maka sesungguhnya Allah telah menyediakan malam sebagai waktu
yang tepat untuknya. Tidur adalah nikmat yang jelas, seperti dalam firman Allah: Katakanlah
(Muhammad), "Bagaimana pendapatmu, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus-menerus
sampai hari Kiamat. Siapakah tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu
sebagai waktu istirahatmu? Apakah kamu tidak memperhatikan?" (al-Qashash/28: 72) Malam itu
tidak ubahnya sebagai layar yang menutupi makhluk-makhluk hidup termasuk manusia. Lalu dia
mengantarkan mereka kepada ketenangan, kemudian tidur. Sesungguhnya malam merupakan
sesuatu yang tidak terelakkan datangnya, sebagaimana juga siang. Malam adalah waktu untuk
istirahat dan siang adalah waktu untuk bekerja. Adapun bagi mereka yang bekerja pada malam
hari, baginya tetap dituntut untuk memelihara hak badannya dalam arti mengistirahatkannya.
Allah berfirman: Dan Dialah yang menidurkan kamu pada malam hari dan Dia mengetahui apa
yang kamu kerjakan pada siang hari. Kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk
disempurnakan umurmu yang telah ditetapkan. Kemudian kepada-Nya tempat kamu kembali,
lalu Dia memberitahukan ke-padamu apa yang telah kamu kerjakan. (al-Anam/6: 60) Karena
malam adalah waktu yang penting dan tepat untuk tidur, Allah banyak sekali bersumpah dalam
Al-Qur'an dengan malam, seperti Surah al-Lail (Malam), sebagai penghargaan bagi waktu
malam. Dalam surah ini terdapat isyarat bahwa di kala malam itu datang, tertutuplah cahaya
siang, dan terjadilah kegelapan dan keheningan yang merata. Waktu semacam itu sesuai betul
untuk tidur dan beristirahatnya tubuh dan jiwa. Apabila siang datang, maka terang benderanglah
alam ini dan waktu semacam itu amat tepatlah untuk bekerja, berusaha, dan berjuang. Allah
berfirman: Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), demi siang apabila terang benderang.
(al-Lail/92: 1-2) Dalam ayat yang lain Allah berfirman: Demi matahari dan sinarnya pada pagi
hari, demi bulan apabila mengiringinya, demi siang apabila menampakkannya, demi malam
apabila menutupinya (gelap gulita). (asy-Syams/91: 1-4) Dalam ayat 23 ini, siang disamakan
dengan malam, yakni dengan firman-Nya, "?tidurmu di waktu malam dan siang hari." Hal
demikian itu sebagai penegasan bahwa malam, walaupun waktu yang tepat untuk tidur, tetapi
tidak melarang orang mempergunakan waktu siang untuk tidur. Pada umumnya, manusia tidur di
waktu malam, tetapi tidak sedikit pula di antara mereka yang tidur di waktu siang, atau
sebahagian dari tidurnya dilaksanakan di siang hari. Oleh karena itu, malam didahulukan
penyebutannya. Ayat ini ditutup dengan ungkapan, "Sungguh, pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan." Dalam ungkapan ini seruan
ditujukan kepada pendengaran, bukan pancaindra yang lain. Hal ini merupakan suatu isyarat
bahwa pendengaran itu mewujudkan pengetahuan, dan juga memberi pengertian bahwa tidur di
malam dan siang hari, serta berusaha mencari karunia Allah adalah sebagian dari tanda-tanda
kekuasaan dan kebesaran-Nya. Hanya orang yang mempunyai pendengaran yang tajam dan peka
yang dapat mem-perhatikan apa yang didengarnya, terutama sekali ayat-ayat Al-Qur'an yang
dibacakan kepadanya.

Ayat 24: Ayat ini menerangkan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah yang lain, yaitu
kilat. Ini adalah suatu fenomena (gejala) alam yang dapat disaksikan oleh pancaindra dan dapat
pula diterangkan secara ilmiah. Kilat timbul dari bunga api listrik yang terjadi di kala bersatunya
listrik positif yang berada di kelompok awan yang mengandung air dengan listrik negatif yang
berada di bumi, sewaktu keduanya sedang berdekatan, umpamanya di waktu awan itu sedang
berada di puncak gunung. Dari persatuan kedua macam listrik itu timbullah pengosongan udara
yang mengakibatkan kilat, lalu diikuti oleh petir, dan turunnya hujan. Jadi kilat itu merupakan
suatu fenomena (gejala) alam yang timbul dari aturan yang diciptakan Tuhan untuk mengatur
alam ini. Al-Qur'an sesuai dengan keadaannya sebagai kitab dakwah, tidak memerinci hakikat
fenomena-fenomena alam itu, dan tidak menerangkan sebab-sebabnya. Al-Qur'an hanya
menyebutkan hal itu sebagai alat untuk menghubungkan hati manusia dengan alam dan
Penciptanya. Oleh karena itu, dalam ayat ini dia menetapkan salah satu tanda adanya Allah, yaitu
dengan memperlihatkan keadaan kilat yang menimbulkan takut dan harapan. Kedua perasaan
naluri itu datang silih berganti pada jiwa manusia dalam menghadapi fenomena itu. Perasaan
takut muncul di kala melihat kilat karena ia diikuti oleh petir yang bila menyambar sesuatu, akan
membinasakannya. Bila manusia disambarnya, maka ia akan mati terbakar. Bila metal (logam)
yang disambar, maka benda itu akan mencair dan melebur. Bila batu dan bangunan yang
disambarnya, maka akan hancur. Sesudah kata-kata takut dan harapan, ayat ini dilanjutkan
dengan "Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan air itu dihidupkannya bumi setelah
mati (kering)." Ungkapan hidup dan mati itu jika dihubungkan dengan tanah adalah suatu
ungkapan yang menggambarkan bahwa tanah itu dapat hidup dan dapat pula mati. Begitulah
hakikat yang digambarkan Al-Qur'an. Alam ini adalah makhluk hidup, yang tunduk dan patuh
kepada Allah, mengerjakan perintah-Nya dengan bertasbih dan beribadah kepada-Nya. Manusia
yang hidup di atas bumi adalah salah satu dari makhluk-makhluk Allah itu. Mereka beserta
makhluk-makhluk itu berada dalam satu parade (pawai) besar menghadap Allah, Tuhan semesta
alam. Di samping itu air apabila menyirami tanah, dia akan menyuburkannya. Kemudian
tumbuhlah tumbuh-tumbuhan dan daun-daunnya berkembang. Begitu pula halnya dengan hewan
dan manusia. Air itu merupakan rasul dan pembawa kehidupan. Di mana ada air di sana ada
kehidupan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan
Allah bagi kaum yang mempergunakan akalnya. Ayat ini diakhiri dengan kata "akal", sebagai
media untuk berpikir dan menyelidik.

Ayat 25: Ayat ini menerangkan bahwa di antara tanda-tanda yang lain dari kekuasaan Allah
adalah langit tanpa tiang penyangga dan bumi yang bulat tanpa ada tiang pancangnya. Berdirinya
langit dan bumi dengan iradat Allah mengandung arti bahwa eksistensi keduanya tetap dalam
penjagaan dan pengaturan-Nya. Dengan iradat Allah (bi amrihi) di sini maksudnya ialah
kekuasaan dan kesanggupan-Nya. Bila seseorang berpendapat bahwa alam semesta ini, baik
langit maupun bumi, telah ada sedemikian rupa menurut tabiatnya, tanpa dipelihara oleh Allah,
bagaimana pula pendapat mereka tentang aturan alam yang sangat harmonis itu, sehingga yang
satu dengan yang lainnya, tak pernah bertabrakan. Sebagian manusia mengingkari alam ini
ciptaan Allah dan berada di bawah penjagaan-Nya karena tidak mau mengakui keesaan-Nya.
Langit dan bumi akan tetap dalam keadaannya yang sekarang ini sampai datangnya suatu saat
yang telah ditentukan, yaitu terjadinya Kiamat. Ketika saat itu datang, manusia akan memenuhi
panggilan Tuhan untuk bangkit dari dalam kubur. Kapan datangnya hari kebangkitan itu tidak
diketahui oleh seorang pun. Suatu hal jelas adalah seruan kebangkitan itu datang setelah manusia
mati semuanya. Ungkapan "seketika itu kamu keluar (dari kubur)", menunjukkan bahwa
kebangkitan dari kubur itu langsung setelah seruan, tidak terlambat walaupun sesaat. Firman
Allah dalam ayat yang lain: Lalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari
kuburnya (dalam keadaan hidup), menuju kepada Tuhannya. (Yasin/36: 51) Kata-kata "seketika
itu" atau kata-kata "tiba-tiba" dalam ayat 25 ini ditujukan kepada mereka yang tidak
menghendaki hari kebangkitan, dan tidak percaya dengan hari akhirat. Oleh karena itu, dapat
dipahami bahwa apabila mereka dibangkitkan pada hari Kiamat, mereka tercengang dan merasa
heran. Lalu mereka berkata seperti yang diceritakan dalam Al-Qur'an: Mereka berkata,
"Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?" Inilah
yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul (-Nya). (Yasin/36: 52).

Anda mungkin juga menyukai