Kelas: 3/ G-1
Dosen: Mirsa Astuti, S.H., M.H.
Disusun Oleh:
Kelompok A 3:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2022/2023
PENDAHULUAN
2
Sujatmoko, A. (2005). Tanggung jawab negara atas pelanggaran berat HAM: Indonesia, Timor Leste, dan
lainnya. Grasindo.
terjadi di Indonesia yang merupakan masalah yang serius dan menjadi fokus presiden
Habibie.
Keluarnya resolusi-resolusi PBB yang menyerukan penarikan pasukan Indonesia dari
Timor Timur adalah gambaran bahwa integrasi Timor Timur dengan Indonesia masih
dipersoalkan masyarakat internasional. Terlepas dari latar belakang sosio-politik situasi
perang dingin ketika itu, di mata masyarakat internasional keputusan Presiden Soeharto
mengirimkan pasukan ke Timor Timur adalah menyalahi aturan internasional. Sehingga PBB
mendesak Indonesia untuk segera memberikan hak referendum kepada Timor Leste.
Perserikatan Bangsa-Bangsa juga menilai bahwa dengan adanya krisis ekonomi yang
menimpa Indonesia membuat berbagai masalah berat bagi seorang BJ Habibie sebagai
presiden pengganti Soeharto. Tuntutan-tuntutan reformasi harus dapat diselesaikan olehnya
sebagai pengganti presiden sebelumnya yang dilengserkan oleh tuntutan rakyat. Salah satu
masalah yang terberat bagi Habibie adalah menangani krisis ekonomi yang melanda asia
yang terjadi pada tahun 1997, yang juga melanda Indonesia. inflasi secara besar-besaran
terjadi di Indonesia yang jika tidak segera diselesaikan oleh seorang BJ Habibie, maka
masalah krisis moneter ini akan semakin menyulitkan Indonesia, dibawah pemerintahannya.
Untuk itu, pemerintah telah merundingkan elemen-elemen substantif dengan PBB dan
Portugal. Pada tanggal 18 Juni 1998, usulan tersebut telah di- jelaskan oleh Menteri Luar
Negeri Republik Indonesia dan Sekjen PBB telah menyambut baik usulan tersebut. Usulan
tersebut juga sudah dikonsultasikan dengan pimpinan DPR dan pimpinan fraksi-fraksi.
Pemerintah Portugal menyepakati dirundingkannya paket otonomi luas untuk Timor
Timur, namun sebagai solusi antara (transisi), di mana solusi akhirnya adalah referendum.
Dengan kata lain, Portugal melihat penerapan otonomi luas sebagai masa transisi atau
persiapan men- jelang dilaksanakannya referendum yang akan mengantarkan Timor Timur
menuju kemerdekaan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh pihak Australia. Hal ini
ditunjukkan dengan pernyataan Austrsalia melalui Menteri John Howard yang mengirim surat
ke presiden Habibie. Dia menulis surat kepada Habibie pada 19 Desember 1998, yang
menyatakan tentang otonomi Timor Leste adalah langkah awal bagi rakyat setempat yang
akan merdeka beberapa tahun kemudian. Surat Howard memuat syarat yang menegaskan
bahwa nanti pa-da akhirnya jajak pendapat akan terjadi.3
Kemudian disepakati bahwa masyarakat Timor Leste akan diberikan dua opsi untuk
memilih antara diberikan otonomi seluas-luasnya dan tetap men- jadi bagian dari NKRI, atau
diberikan kesempatan untuk melakukan jajak pendapat untuk memilih menyetujui otonomi
yang ditawarkan Indoneia atau menolaknya dan merdeka. Pemberian opsi tersebut disepakati
dalam perundingan Tripartit setelah dua orang menteri Luar Negeri dari Indonesia dan
Portugal, yaitu Ali Alatas dan Jaime Gama secara konsisten telah melakukan negosiasi secara
berturut-turut di New York pada tanggal 7 dan 8 Februaruari 1999. Dengan hasil akan
menawarkan pilihan pemberian otonomi kepada Timor Leste yang ditawarkan pemerintah
Indonesia. kemudian pertemuan kembali dilakukan pada tanggal 10-11 Maret 1999 di New
York, dengan hasil kedua meneteri tersebut setuju untuk melakukan jajak pendapat dengan
memberikan kesempatan bagi rakyat Timor Leste yang usianya memenuhi persyaratan agar
3
Kusuma, A. J. (2017). Pengaruh Norma HAM Terhadap Proses Kemerdekaan Timor Leste dari Indonesia.
Otoritas: Jurnal Ilmu Pemerintahan, 7(1), 1-13.
melakukan pemilihan langsung untuk menerima atau menolak status otonomi yang
ditawarkan Indonesia (Perserikatan Bangsa-Bangsa, 1999).4
Pemerintah Indonesia dibawah presiden BJ Habibie dengan segenap jajaran kabinet
telah sepakat untuk memberikan opsi referendum tersebut. selain itu sebelum
penandatanganan kesepakatan pemberian opsi tersebut BJ Habibie juga telah mendapat
persetujuan dari parlemen Indonesia dan jajaran kabinetnya setelah Habibie melakukan
konsultasi. Setelah melaksanakan persiapan secara sistematis, konsisten dengan iktikad yang
jujur, jajak pendapat secara demokratis, tertib dan adil siap dilaksanakan. Berbagai pihak
terlibat dan menyaksikan jajak pendapat tersebut, yaitu: aparatur Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, ABRI, Polri, Unamet, Organisasi Multilateral, LSM nasional maupun
internasional, semua media mas- sa nasional dan internasional. Maka tibalah hari yang
dinanti nantikan, yaitu hari yang akan menentukan nasib rakyat Timor Timur (Habibie,
2006).5
Dan akhirnya setelah referendum benar-benar dilakukan Pada tanggal 30 Agustus
1999, rakyat Timor Timur memilih merdeka (78,5%). Sehingga setelah penghitungan suara
hasil referendum dilakukan, Timor-timur tidak lagi menjadi wilayah Indonesia. Pada tanggal
20 Oktober 1999, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mencabut keputusan penyatuan
Timor Timur dengan Indonesia. Dengan keputusan MPR Indonesia yang mencabut keputusan
penyatuan Timor Timur dengan Indonesia, Timor Timur secara resmi merdeka pada tanggal
20 Mei 2002. Ketika Timor Timur menjadi anggota PBB, mereka memutuskan untuk
memakai nama Portugis yaitu Timor Leste sebagai nama resmi negara mereka. Keputusan
simbolik yang menggambarkan pemisahan sepenuhnya dari Indonesia. 6
4
Risse, T. (1999). The Power of Human Rights-International Norms and Domestic Change. New York:
Cambridge University Press.
5
Habibie, B. J. (2006). Detik-Detik yang Menentukan Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi. Jakarta:
THC Mandiri.
6
Seran, R. (2018). Strategi Pemerintah Republik Indonesia dalam Penanganan Masalah Pelintas Batas
Indonesia-Timor Leste (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
memilih merdeka dari Indonesia. Timor Timur menjadi negara berdaulat pertama pada abad
ke-21 yaitu pada tanggal 20 Mei 2002.7
Referendum yang berbunyi “Timor Leste berpisah dengan Bangsa Indonesia sebagai
Provinsi yang ke 27 dengan nama Timor Timur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).”
Hasil Referendum tersebut maka Timor Leste berpisah dengan Bangsa Indonesia
sebagai Provinsi yang ke 27 dengan nama Timor Timur dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Setelah pasca Jajak pendapat terjadi tindakan kekerasan, pembunuhan,
terror, deportasi penduduk Timor Leste ke Wilayah Nusa Tenggarah Timur/NTT, di seluruh
kota di Timor Leste oleh Kelompok Pro Otonomi maka melalui lembaga PBB mengirim
International Peacekeeping Force for East Timor (INTERFET) pada tanggal 21 September
1999 untuk menormalkan situasi dan kondisi keamanan dari kelompok pro Otonomi. Mulai
tanggal 25 Oktober 1999 sampai tanggal 20 Mei 2002 semua administrasi di Timor Leste
dijalankan oleh PBB melalui lembaga UNTAET dengan resolusi 1272 Dewan Keamanan
PBB sehingga tugas utama lembaga ini adalah mempersiapakan lembaga-lembaga Negara
dan para pemimpin pribumi.
Timor Leste sebagai suatu Negara merdeka dan berdaulat mendapat Pengakuan dari
komonitas Internasional terhadap kedaulatan Negara Timor Leste pada tangggal 20 Mei 2002
dengan ditandai Lembaga UNTAET yang menyerahkan Kekuasaan Administrasi Kepada
Pimpinan Timor Leste melalui upacara di Dili Tacitolu. Namun misi PBB belum selesai
karena melaui lembaga United Nations Mission Support in East Timor (UNMISET) masih
berada di Negara Timor Leste dalam bentuk mendampingi Pemerintah Timor Leste, seperti
keamanan, kapasitas, dll. 8
Pengakuan Amerika serikat atas Kemerdekaan Timor
Amerika Serikat mengakui Timor-Leste, yang saat itu dikenal sebagai Timor Timur ,
pada tanggal 20 Mei 2002, ketika negara tersebut mencapai kemerdekaan resmi. Sebelumnya,
wilayah tersebut pernah menjadi jajahan Portugis hingga tahun 1975 dan berada di bawah
kedaulatan Indonesia dari tahun 1976 hingga 1999. Setelah referendum populer pada tahun
1999, yang diadakan di bawah naungan PBB, Pasukan Internasional untuk Timor Timur
menjaga perdamaian hingga kemerdekaan formal tercapai. pada tahun 2002.9
Alasan Timor Leste Belum di Terima sebagai Anggota ASEAN setelah kemerdekaan
Timor Leste
Jajak pendapat yang dilaksanakan pada 30 Agustus 1999 di bawah pengawasan
United Nations Mission in East Timor (UNAMET) telah menghantarkan wilayah Timor
Leste memasuki babakan sejarah baru. Setelah penyerahan kedaulatan penuh oleh UNTAET
(United Nation Transition in East Timor) kepada pemerintah baru Timor Leste pada 20 Mei
2002, rakyat Timor Leste menyelenggarakan pemerintahan sebagai negara yang Merdeka.
Pengakuan internasional terhadap kemerdekaan semakin mengukuhkan posisinya sebagai
negara berdaulat, dengan sebutan resmi Republica Democratica de Timor Leste (RDTL).
7
Dhiyaulhaq, RPULplus sd,(Jakarta:PT.wahyumedia.2015) hlm. 247
8
www.timor-Leste.gov.tl
9
https://history-state gov.translate.goog/countries/timorleste?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
Sebagai sebuah negara yang baru, tentunya Timor Leste membutuhkan kerjasama
dengan negara lain khususnya dengan negara-negara tetangganya untuk memajukan
pembangunan dalam negeri dan memenuhi kepentingan nasional Timor Leste. Dalam sejarah
negara bangsa, tidak dipungkiri bahwa RDTL sebagai sebuah negara baru menghadapi
berbagai tantangan multidimensi yang hampir tidak dapat dihindarkan dalam masa
transisinya.
Timor leste menyadari akan kemampuan dan kualitas bangsanya yang masih sangat
terbatas, tentunya Timor Leste menyadari pentingnya mengambil bagian dalam organisasi
regional bersama ASEAN. Terkait keinginan Timor Leste bergabung dengan ASEAN,
Sekretariat Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan mengatakan tidak ada penolakan dari negara-
negara anggota ASEAN. Hanya saja, belum ada kecocokan waktu dan kesiapan dari kedua
belah pihak. Namun, di sela- sela Konferensi Tingkat Menteri Ke-16 Gerakan Nonblok di
Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, Bali, Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa
menyatakan bahwa, mayoritas negara anggota ASEAN sudah menyetujui bergabungnya
Timor Leste menjadi anggota ke-11 perhimpunan bangsa-bangsa di Asia Tenggara tersebut.
Hal ini berkaitan dengan masalah politik dan keamanan serta persoalan ekonomi dan
sumber daya manusia Timor Leste yang menjadi pertanyaan bagi negara anggota ASEAN
terhadap kesiapan untuk memenuhi tanggung jawab dan tugas di saat bergabung dengan
ASEAN.
Upaya Timor Leste Menjadi Anggota Asean
Sejak Timor Leste mendapatkan pengakuan dari dunia internasional terhadap
kemerdekaannya. Secara langsung menempatkan posisinya untuk terlibat dan mengambil
bagian dalam komunitas ASEAN. Langkah awal yang ditempuh yaitu dengan berpartisipasi
dalam rapat dengan negara-negara yang bernaung dalam wadah. ASEAN sebagai pengamat.
Setelah mendapatkan status pengamat dalam ASEAN pada tahun 2002, Timor Leste
telah mempercepat usahanya dalam mempersiapkan sumber daya manusia yangmapan untuk
mengisi pada pos-pos yang di perlukan untuk berpartisipasi dalam organisasi ASEAN.
Tahun 2005 Timor Leste telah bergabung dengan ASEAN Regional Forum (ARF)
dan pada tahun 2007 menandatangani Treaty of Amity and Cooperation (TAC). Langkah ini
menunjukkan makna bagi kepentingan Timor Leste bergabung dengan ASEAN. 10 Timor
Leste memiliki hubungan diplomasi dengan 10 negara ASEAN.
Kini Timor Leste telah membuka kantor perwakilan di Jakarta, Kuala Lumpur,
Manila, dan Bangkok. Kedutaan besar Timor Leste di Bangkok juga menangani hubungan
dengan Kamboja dan Laos, sedangkan di Kuala Lumpur juga menangani hubungan dengan
Myanmar dan Vietnam.
Selanjutnya, dengan membentuk hubungan diplomatis di 10 negara-negara anggota
ASEAN dan membuka Sekretaris ASEAN nasional di ibu kota negara, Dili, di tahun 2009.
Timor Leste juga menghadiri sejumlah pertemuan ASEAN untuk melengkapi kesiapan dan
membangun kapasitasnya.11 Usaha seriusnya dalam memasukikancah keanggotaan ASEAN
ditandai saat Timor Leste akhirnya mengajukan permohonannya secara formal pada 04 Maret
10
Hhtp://English.peopledaily.com diakses Pada maret 2016
11
Ibid
2011. Hal ini mengindikasikan adanya pengakuan kedaulatan dan komitmen akan keinginan
Timor Leste untuk bekerjasama dengan ASEAN.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
Alkatiri. Ibnu Masshud. 2012. “Hambatan Timor Leste Mendapatkan Status Keanggotaan
Penuh ASEAN” Yogyakarta Universitas Pembangunan Nasional.(hlm: 1)
Thomas Aquinas. “pengakuan internasional terhadap status Timor Leste sebagai suatu bangsa
kemerdekaan” Yogjakarta Universitas atma jaya.
Syifa Ayunda Swastia. 2016. “Diplomatik Timor Leste bergabung dalam keanggotaan tetap
asean” vol. 3 No. 2 Oktober 2016, Riau Universitas Riau.
Artikel
Hhtp://English.peopledaily.com diakses Pada maret 2016
www.timor-Leste.gov.tl
Buku