Anda di halaman 1dari 55

Silikon

unsur kimia dengan lambang Si dan


nomor atom 14

Silikon adalah suatu unsur kimia dalam


tabel periodik yang memiliki lambang Si
dan nomor atom 14. Senyawa yang
dibentuk bersifat paramagnetik. Unsur
kimia yang juga disebut sebagai zat pasir
ini ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius.
Silikon merupakan unsur metaloid
tetravalensi, bersifat lebih tidak reaktif
daripada karbon (unsur nonlogam yang
tepat berada di atasnya pada tabel
periodik, tetapi lebih reaktif daripada
germanium, metaloid yang berada persis
di bawahnya pada tabel periodik.
Kontroversi mengenai sifat-sifat silikon
bermula sejak penemuannya: silikon
pertama kali dibuat dalam bentuk
murninya pada tahun 1824 dengan nama
silisium (dari kata bahasa Latin: silicis),
dengan akhiran -ium yang berarti logam.
Meski begitu, pada tahun 1831, namanya
diganti menjadi silikon karena sifat-sifat
fisiknya lebih mirip dengan karbon dan
boron.
Silikon, 14 Si

Sepotong silikon yang telah dimurnikan

Garis spektrum silikon

Sifat umum
Nama, lambang silikon, Si
Pengucapan /silikon/[1]
Alotrop lihat alotrop silikon
Penampilan kristalin, reflektif
dengan muka
berwarna kebiruan

Silikon dalam tabel periodik


C

Si

Ge
Nomor atom (Z) 14
aluminium ← silikon → fosforus

Golongan golongan 14
(golongan karbon)
Periode periode 3
Blok blok-p
Kategori unsur metaloid
Berat atom [28,084, 28,086]
standar (Ar) 28,085 ± 0,001 (diringkas)
Konfigurasi elektron [Ne] 3s2 3p2
Elektron per kelopak 2, 8, 4
Sifat fisik
Fase pada STS (0 °C padat
dan 101,325 kPa)
Titik lebur 1687 K (1414 °C,
2577 °F)
Titik didih 3538 K (3265 °C,
5909 °F)
Kepadatan 2,3290 g/cm3
mendekati s.k.
saat cair, pada t.l. 2,57 g/cm3
Kalor peleburan 50,21 kJ/mol
Kalor penguapan 383 kJ/mol
Kapasitas kalor 19,789 J/(mol·K)
molar
Tekanan uap
P (Pa) 1 10 100 1k 10 k 100 k

pada T (K) 1908 2102 2339 2636 3021 3537

Sifat atom
Bilangan oksidasi −4, −3, −2, −1, 0,[2]
+1,[3] +2, +3, +4
(oksida amfoter)
Elektronegativitas Skala Pauling: 1,90
Energi ionisasi ke-1: 786,5 kJ/mol
ke-2: 1577,1 kJ/mol
ke-3: 3231,6 kJ/mol
(artikel)
Jari-jari atom empiris: 111 pm
Jari-jari kovalen 111 pm
Jari-jari van der 222 pm
Waals
Lain-lain
Kelimpahan alami primordial
Struktur kristal kubus-rombus acuan
muka

Kecepatan suara 8433 m/s


batang ringan (suhu 20 °C)
Ekspansi kalor 2,6 µm/(m·K)
(suhu 25 °C)
Konduktivitas 149 W/(m·K)
termal
Resistivitas listrik 2,3 × 103 Ω·m
(suhu 20 °C)[4]
Celah pita 1,12 eV (suhu 300 K)
Arah magnet Diamagnetik[5]
Suseptibilitas −3,9 × 10−6 cm3/mol
magnetik molar (298 K)[6]
Modulus Young 130–188 GPa[7]
Modulus Shear 51–80 GPa[7]
Modulus curah 97,6 GPa[7]
Rasio Poisson 0,064–0,28[7]
Skala Mohs 6,5
Nomor CAS 7440-21-3
Sejarah
Penamaan dari Latin silex atau
silicis, 'batu api'
Prediksi A. Lavoisier (1787)
Penemuan J. Berzelius[8][9]
(1823)
Isolasi pertama J. Berzelius (1824)
Asal nama T. Thomson (1817)
Isotop silikon yang utama

Iso top Kelimpahan Waktu paruh (t1/2) Mode peluruhan Pro duk

28
Si 92,2% st abil

29Si 4,7% st abil

30
Si 3,1% st abil

31Si renik 2,62 jam β− 31P


32
Si renik 153 t hn β− 32
P

Untuk sejenis polimer, lihat silikone.

Silikon merupakan elemen terbanyak


kedelapan di alam semesta dari segi
massanya, tetapi sangat jarang
ditemukan dalam bentuk murni di alam.
Silikon paling banyak terdistribusi pada
debu, pasir, planetoid, dan planet dalam
berbagai bentuk seperti silikon dioksida
atau silikat. Lebih dari 90% kerak bumi
terdiri dari mineral silikat, menjadikan
silikon sebagai unsur kedua paling
melimpah di kerak bumi (sekitar 28%
massa) setelah oksigen.[10]
Silikon sering digunakan untuk membuat
serat optik dan dalam operasi plastik
digunakan untuk mengisi bagian tubuh
pasien dalam bentuk silikone.

Silikon dalam bentuk mineral dikenal pula


sebagai zat kersik.

Sebagian besar silikon digunakan secara


komersial tanpa dipisahkan, terkadang
dengan sedikit pemrosesan dari
senyawanya di alam. Contohnya adalah
pemakaian langsung batuan, pasir silika,
dan tanah liat dalam pembangunan
gedung. Silika juga terdapat pada
keramik. Banyak senyawa silikon modern
seperti silikon karbida yang dipakai
dalam pembuatan keramik berdaya tahan
tinggi. Silikon juga dipakai sebagai
monomer dalam pembuatan polimer
sintetik silikone.

Unsur silikon juga berperan besar


terhadap ekonomi modern. Meski banyak
silikon digunakan pada proses
penyulingan baja, pengecoran aluminium,
dan beberapa proses industri kimia
lainnya, sebagian silikon juga digunakan
sebagai bahan semikonduktor pada
elektronik-elektronik. Karena
penggunaannya yang besar pada sirkuit
terintegrasi, dasar dari komputer, maka
kelangsungan teknologi modern
bergantung pada silikon.
Silikon juga merupakan elemen esensial
pada biologi, meskipun hanya dibutuhkan
hewan dalam jumlah amat kecil.[11]
Beberapa jenis makhluk hidup yang
membutuhkannya antara lain jenis
porifera dan mikroorganisme jenis
diatom. Silikon digunakan untuk
membuat struktur tubuh mereka.

Karakteristik

Fisik

Silikon mengkristal pada


struktur kristal kubus
berlian
Silikon berbentuk padat pada suhu
ruangan, dengan titik lebur dan titik didih
masing-masing 1.400 dan 2.800 derajat
celsius.[12] Yang menarik, silikon
mempunyai massa jenis yang lebih besar
ketika dalam bentuk cair dibanding
dalam bentuk padatannya. Tapi seperti
kebanyakan substansi lainnya, silikon
tidak akan bercampur ketika dalam fase
padatnya, tetapi hanya meluas, sama
seperti es yang memiliki massa jenis
lebih kecil daripada air. Karena
mempunyai konduktivitas termal yang
tinggi (149 W·m−1·K−1), silikon bersifat
mengalirkan panas sehingga tidak pernah
dipakai untuk menginsulasi benda panas.
Dalam bentuk kristalnya, silikon murni
berwarna abu-abu metalik. Seperti
germanium, silikon agak kuat tetapi
sangat rapuh dan mudah mengelupas.
Seperti karbon dan germanium, silikon
mengkristal dalam struktur kristal kubus
berlian, dengan jarak kisi 0,5430710 nm
(5.430710 Å).[13]

Orbital elektron terluar dari silikon


mempunyai 4 elektron valensi. Kulit atom
1s,2s,2p, dan 3s terisi penuh, sedangkan
kulit atom 3p hanya terisi 2 dari jumlah
maksimumnya 6.

Silikon bersifat semikonduktor.

Kimia
Bubuk Silikon

Silikon merupakan metaloid, siap untuk


memberikan atau berbagi 4 atom
terluarnya, sehingga memungkinkan
banyak ikatan kimia. Meski silikon
bersifat relatif inert seperti karbon, silikon
masih dapat bereaksi dengan halogen
dan alkali encer. Kebanyakan asam
(kecuali asam nitrat dan asam
hidrofluorat) tidak bereaksi dengan
silikon. Silikon dengan 4 elektron
valensinya mempunyai kemungkinan
untuk bergabung dengan elemen atau
senyawa kimia lainnya pada kondisi yang
sesuai.

Isotop

Silikon yang eksis di alam terdiri dari 3


isotop yang stabil, yaitu silikon-28,
silikon-29, dan silikon-30, dengan silikon-
28 yang paling melimpah (92%
kelimpahan alami).[14] Out of these, only
silicon-29 is of use in NMR and EPR
spectroscopy.[15] Dua puluh radioisotop
telah diketahui, dengan silikon-32
sebagai yang paling stabil dengan paruh
waktu 170 tahun dan silikon-31 dengan
waktu paruh 157,3 menit.[14] Sisa isotop
radioaktif lainnya mempunyai paruh
waktu kurang dari 7 detik dan
kebanyakan malah kurang dari 0,1
detik.[14] Silikon tidak mempunyai isomer
nuklir.[14]

Isotop dari silikon mempunyai nomor


massa berkisar antara 22 sampai 44.[14]
Bentuk peluruhan paling umum dari 6
isotop yang nomor massanya dibawah
isotop paling stabil (silikon-28) adalah β+,
utamanya membentuk isotop aluminium
(13 proton) sebagai produk
peluruhannya.[14] Untuk 16 isotop yang
nomor massanya diatas 28, bentuk
peluruhan paling umumnya adalah β−,
utamanya membentuk isotop fosfor (15
proton) sebagai produk peluruhan.[14]
Keberadaan

Gugusan kristal kuarsa dari


Tibet. Mineral alami ini
mempunyai rumus kimia
SiO2.

Jika diukur berdasarkan massanya,


silikon membentuk 27,7% massa kerak
bumi dan merupakan unsur kedua yang
paling melimpah di kerak bumi setelah
oksigen.[16] Silikon biasanya ditemukan
dalam bentuk mineral silikat yang
kompleks, dan lebih jarang lagi dalam
bentuk silikon dioksida (silika, komponen
utama pada pasir). Kristal silikon murni
amat sangat jarang ditemukan di alam.
Mineral silikat- berbagai macam mineral
yang terdiri dari silikon, oksigen, dan
berbagai logam reaktif—membentuk 90%
massa kerak bumi. Hal ini dikarenakan
suhu panas pada proses pembentukan
sistem tata surya, silikon dan oksigen
mempunyai afinitas yang besar satu
sama lain, sehingga membentuk
senyawa kimia. Karena oksigen dan
silikon adalah unsur non-gas dan non-
logam terbanyak pada puing supernova,
mereka membentuk banyak silikat
kompleks yang kemudian bergabung ke
batuan planetesimal yang membentuk
planet kebumian. Disini, mstriks mineral
silikat yang tereduksi menangkap logam-
logam yang reaktif untuk teroksidasi
(aluminium, kalsium, natrium, kalium, dan
magnesium). Setelah gas-gasnya lepas,
campuran silikat ini kemudian
membentuk sebagian besar kerak bumi.
Karena silikat-silikat ini bermassa jenis
rendah, baja, nikel, dan logam non-reaktif
lainnya masuk ke dalam inti bumi,
sehingga menyisakan magnesium dan
silikat besi di lapisan atas.

Beberapa contoh mineral silikat yang ada


di kerak bumi antara lain kelompok
piroksena, amfibol, mika, dan feldspar.
Mineral-mineral ini terdapat pada tanah
liat dan beberapa jenis batuan seperti
granit dan batu kapur.
Silika terdapat pada mineral-mineral yang
terdiri dari silikon dioksida murni dengan
bentuk kristal yang berbeda-beda: quartz,
agate ametis, rock crystal, chalcedony,
flint, jasper, dan opal. Kristal-kristal ini
memiliki rumus empiris silikon dioksida,
tetapi tidak terdiri dari molekul-molekul
silikon dioksida. Silika secara struktur
mirip dengan berlian, terdiri daripadatan
kristal tiga dimensi yang terdiri dari
silikon dan oksigen. Silika yang tidak
murni membentuk kaca alam obsidian.
Silika biogenik ada pada struktur diatom,
radiolaria dan siliceous sponge.

Silikon juga merupakan komponen utama


meteorit, dan merupakan komponen dari
tektit, mineral silikat yang mungkin
berasal dari bulan.

Produksi

Campuran

Campuran Ferrosilikon

Ferrosilikon, campuran silikon-besi yang


terdiri dari unsur silikon dan besi dengan
rasio yang berbagai macam, merupakan
produk utama dari proses pengolahan
unsur silikon, dengan persentase 80%
dari seluruh produksi dunia. China
merupakan negara pemasok silikon
terbesar di dunia, dengan jumlah 4,6 juta
ton (atau 2/3 produksi dunia),
kebanyakan dalam bentuk ferrosilikon.
Disusul kemudian oleh Rusia (610.000
ton), Norwegia (330.000 ton), Brasil
(240.000 ton), dan Amerika Serikat
(170.000 ton).[17] Ferrosilikon paling
banyak digunakan oleh industri baja.

Campuran aluminium-silikon paling


banyak digunakan dalam industri
pengecoran aluminium, dengan silikon
sebagai bahan aditif tunggal utama untuk
meningkatkan kekuatan cornya. Karena
aluminium cor paling banyak digunakan
pada industri otomotif, maka
penggunaan silikon ini adalah
penggunaan industri tunggal terbesar
dari silikon murni "metallurgical
grade".[18]

Metallurgical grade

Silikon tidaklah dicampur dengan unsur-


unsur lain dalam jumlah besar, biasanya
lebih dari 95% disebut dengan logam
silikon. Logam silikon ini jumlahnya 20%
dari total produksi elemen silikon dunia,
dengan kurang dari 1-2% dari total
elemen silikon (5–10% dari silikon
metallurgical grade) yang dimurnikan lagi
untuk digunakan pada semikonduktor.
Silikon metallurgical grade adalah silikon
yang dibuat secara komersial dengan
mereaksikan silika dengan kayu, arang,
dan batu bara pada sebuah perapian
listrik menggunakan elektrode karbon.
Pada suhu lebih dari 1.900 °C (3.450 °F),
karbon dari bahan-bahan tadi dan silikon
akan mengalami reaksi kimia SiO2 + 2 C
→ Si + 2 CO. Silikon cair ada di bagian
dasar tungku, yang kemudian dialirkan
dan didingingkan. Silikon yang diproduksi
melalui proses ini disebut silikon
metallurgical grade dengan tingkat
kemurnian paling kecil 98%. Dalam
metode ini, silikon karbida (SiC) juga
dapat terbentuk karena adanya karbon
berlebih dengan reaksi kimia: SiO2 + C →
SiO + CO atau SiO + 2 C → SiC + CO.
Meski begitu, jika konsentrasi SiO2 tinggi,
maka silikon karbida dapat dieliminasi
dengan reaksi kimia 2 SiC + SiO2 → 3 Si +
2 CO.

Seperti yang telah dikatakan diatas,


silikon, metallurgical grade digunakan
pada umumnya di industri pengecoran
aluminium untuk membentuk campuran
aluminium-silikon. Sisanya, digunakan
oleh industri kimia untuk membentuk
bubuk silika.[19]

Sampai bulan September 2008, silikon


metallurgical grade dihargai 1,45 US$ per
pound ($3.20/kg),[20] naik dari $0,77 per
pound ($1.70/kg) pada tahun 2005.[21]

Kualitas elektronik
Ingot silikon monokristalin
didapatkan dari proses
Czochralski

Penggunaan silikon untuk peralatan


semikonduktor membutuhkan kemurnian
yang jauh lebih tinggi daripada silikon
metallurgical grade. Silikon sangat murni
(>99.9%) dapat diekstraksi daripadatan
silika atau senyawa silika lainnya dengan
elektrolisis molten salt.[22][23] Metode ini,
yang sudah dikenal paling tidak dari
tahun 1854[24] (lihat juga proses FFC
Cambridge), punya potensi untuk
memproduksi silikon solar-grade tanpa
emisi karbon dioksida.

Silikon solar-grade tidak dapat digunakan


untuk semikonduktor, karena tingkat
kemurniannya harus sangat tinggi. Wafer
silikon yang digunakan sebagai bahan
baku integrated circuit harus dimurnikan
sampai 99.9999999%, proses yang
membutuhkan teknologi tinggi.

Sebagian besar kristal silikon yang


digunakan untuk produksi alat elektronik
didapatkan dari proses Czochralski (CZ-
Si) karena metode ini merupakan metode
termurah saat ini dan dapat
menghasilkan kristal yang besar, meski
masih mengandung pengotor.

Teknik pemurnian silikon generasi awal


didasarkan pada fakta apabila silikon
dicairkan dan dipadatkan kembali, maka
material yang terakhir memadat
kebanyakan merupakan pengotornya.
Metode awal untuk memurnikan silikon,
pertama kali tahun 1919, digunakan
untuk memproduksi komponen radar
selama Perang Dunia II, dibuat dengan
menghancurkan silikon metallurgical
grade dan melarutkan sebagian bubuk
silikon pada asam. Ketika dihancurkan,
pengotor-pengotor yang terdapat pada
silikon terkumpul di lapisan paling luar,
sehingga jika terkena asam akan larut
kembali dan menghasilkan produk silikon
yang lebih murni.

Batang Polikristalin silikon


dibuat dengan proses
Siemens

Pada suatu waktu, DuPont memproduksi


silikon ultra-murni dengan mereaksikan
silikon tetraklorida dengan seng pada
950 °C, dihasilkan silikon melalui SiCl4 + 2
Zn → Si + 2 ZnCl2. Meskipun begitu,
teknik ini memiliki masalah lain,
(misalnya produk samping berupa seng
klorida yang dihasilkan yang menyumbat)
sehingga akhirnya ditemukan proses
Siemens. Pada proses Siemens, atang
silikon dengan kemurnian tinggi
direaksikan dengan triklorosilana pada
1150 °C. Gas triklorosilana
terdekomposisi dan dan tambahan
silikon tersimpan dan memperbesar
karena 2 HSiCl3 → Si + 2 HCl + SiCl4.
Silikon yang diproduksi dari proses ini
disebut Silikon polikristalin. Silikon ini
mempunyai tingkat pengotor kurang dari
satu ppb (part per billion).[25][26][27]

Tahun 2006 REC mengumumkan bahwa


mereka membangun pabrik berbasis
teknologi fluidized bed (FB) yang
menggunakan silana: 3 SiCl4 + Si + 2 H2
→ 4 HSiCl3, 4 HSiCl3 → 3 SiCl4 + SiH4,
SiH4 → Si + 2 H2.[28] Keuntungan proses
teknologi fluid bed adalah proses dapat
berlangsung kontinu dengan hasil lebih
banyak daripada proses Siemens yang
merupakan proses batch.

Saat ini, silikon dimurnikan dengan


mengubahnya menjadi senyawa silikon
yang lebih mudah dimurnikan dengan
distilasi daripada pada kondisi awalnya,
dan lalu mengubah kembali senyawa
silikon tersebut menjadi silikon murni.
Triklorosilana adalah senyawa silikon
yang umumnya digunakan sebagai
intermediate, juga silikon tetraklorida dan
silana.

Selain itu, ada juga proses Schumacher,


yang menggunakan tribromosilana
sebagai pengganti triklorosilana dan
teknologi fluid bed.[29] Meski begitu,
sampai saat ini belum ada pabrikan
besar yang memproduksi silikon dengan
proses ini.

Senyawa

PDMS – sebuah senyawa


silikon

Silikon membentuk senyawa biner yang


disebut dengan silisida dengan banyak
elemen logam yang nantinya
menghasilkan senyawa dengan sifat
yang beragam, misalnya magnesium
silisida, Mg2Si yang sangat reaktif
sampai senyawa tahan panas seperti
molibdenum disilisida, MoSi2.[30]
Silikon karbida, SiC (karborundum)
adalah padatan keras, tahan panas.
Silana, SiH4, adalah gas firoforik
dengan struktur tetrahedral mirip
dengan metana, CH4. Senyawa
murninya sendiri tidak bereaksi dengan
air ataupun asam lemah, tetapi jika
bereaksi dengan alkali maka langsung
akan terjadi hidrolisis.[31] Ada
kelompok silikon hidrida terkatenasi
yang membentuk senyawa yang
homolog, SinH2n+2 dengan n berkisar
2–8. Semua senyawa ini mudah
terhidrolisis dan tidak stabil, terutama
pada senyawa suku tinggi.[32][33]
Disilena, senyawa yang berisi ikatan
rangkap dua silikon-silikon (mirip
alkena) dan secara umum sangat
reaktif, memerlukan gugus subtituen
yang besar untuk menstabilkannya.[34]
Disiluna, senyawa dengan silikon-
silikon rangkap tiga pertama kali
didapatkan tahun 2004, meski
senyawanya berbentuk non-linear,
ikatannya tidak sama dengan
alkuna.[35]
Tetrahalida, SiX4, adalah senyawa yang
dapat dibentuk dengan semua
halogen.[36] Silikon tetraklorida,
misalnya, dapat bereaksi dengan air,
tak sama dengan homolognya, karbon
tetraklorida.[37] Silikon dihalida dapat
dibentuk dengan reaksi dengan suhu
tinggi antara silikon dan tetrahalida;
dengan struktur yang serupa dengan
karbena sehingga senyawa ini adalah
senyawa reaktif. Silikon difluorida
terkondensasi untuk membentuk
senyawa polimer(SiF2)n.[33]
Silikon dioksida adalah padatan tahan
panas berbentuk kristal; mineral yang
paling umum adalah quartz. Pada
mineral quartz, setiap atom silikon
dikelilingi oleh empat atom oksigen
yang menjembatani atom silikon
lainnya untuk membentuk kisi tiga
dimensi.[37] Silika dapat larut dalam air
pada suhu tinggi untuk membentuk
senyawa asam monosilikat, Si(OH)4.[38]
Dengan kondisi yang sesuai, asam
monosilikat dapat terpolimer untuk
membentuk asam silikat yang lebih
kompleks, muali dari senyawa
kondensasi paling sederhana, asam
disilikat (H6Si2O7) sampai struktur
kompleks yang menjadi basis banyak
mineral silikat yang disebut asam
polisilikat {Six(OH)4–2x}n.[38]

Aplikasi

Senyawa
Sebagian besar senyawa silikon
digunakan di industri tanpa dipisahkan
menjadi elemennya. Lebih dari 90% kerak
bumi terdiri dari mineral silikat yang
merupakan senyawa silikon dan oksigen.
Banyak dari mineral ini digunakan
langsung, seperti tanah liat, pasir silika,
dan berbagai jenis batuan untuk
bangunan. Silika juga menjadi bahan
utama batu keramik. Silikat digunakan
dalam pembuatan semen Portland yang
digabung dengan pasir silika dan gravel
untuk membentuk beton, basis hampir
semua bangunan industri modern saat
ini. [39]

Logam paduan
Elemen silikon ditambahkan pada besi
cor menjadi ferrosilikon atau
silikokalsium untuk meningkatkan
kemampuan pada bagian yang tipis dan
menghindari pembentukan sementit
ketika terkena udara luar. Produksi
ferrosilikon pada industri baja adalah
80% dari total penggunaan silikon dunia.

Karakteristik silikon itu sendiri dapat


digunakan untuk memodifikasi paduan
logam. Campuran silikon pada alumnium
cor membentuk campuran eutektik yang
memadat dengan kontraksi termal
sangat kecil. Silikon juga meningkatkan
kekerasan aluminium.[18] Silikon
merupakan komponen penting pada baja
listrik karena mempengaruhi resistivitas
dan feromagnetiknya.

Silikon metallurgical grade adalah silikon


dengan kemurnian 95-99%. Sekitar 55%
konsumsi silikon metallurgical grade
dunia adalah untuk memproduksi logam
paduan aluminium-silikon untuk
pengecoran aluminium yang banyak
digunakan untuk industri otomotif.[19]
Sisanya digunakan oleh industri kimia
untuk pembuatan fumed silica, silana,
dan silikone.

Elektronik
Wafer silikon

Karena hampir semua elemen silikon


diproduksi sebagai paduan logam
ferrosilikon, hanya sebagian kecil saja
(20%) yang diproduksi menjadi silikon
metallurgical grade (1,3–1,5 juta metrik
ton/tahun). Logam silikon yang
dimurnikan sampai kemurnian
semikonduktor diperkirakan hanya 15%
dari produksi silikon metallurgical
grade.[19] Meskipun begitu, nilai ekonomi
dari silikon semikonduktor ini sangat
tinggi.
Silikon monokristalin murni digunakan
untuk memproduksi wafer silikon yang
digunakan pada industri semikonduktor,
elektronik, dan juga perangkat
photovoltaic. Dalam konduksi muatan,
silikon murni adalah semikonduktor
intrinsik yang berarti ia dapat
mengonduksi lubang elektron dan
elektron dapat dilepaskan dari atom
melalui pemanasan, maka meningkatkan
konduktivitas listrik silikon dengan suhu
tinggi. Silikon murni memiliki
konduktivitas yang terlalu rendah untuk
digunakan pada komponen elektronik.
Pada praktiknya, silikon murni didoping
dengan elemen lain dengan konsentrasi
kecil sehingga meningkatkan
konduktivitasnya secara drastis. Kontrol
penambahan elemen lain ini sangat
penting dan umumnya diaplikasikan di
transistor, solar sel, detektor
semikonduktor dan perangkat
semikonduktor lainnya.

Referensi
1. "Hasil Pencarian" (https://kbbi.kemdikbu
d.go.id/entri/silikon) . KBBI Daring.
Diakses tanggal 17 Juli 2022.
2. "New Type of Zero-Valent Tin Compound"
(https://www.chemistryviews.org/details/
news/9745121/New_Type_of_Zero-Valen
t_Tin_Compound.html) . Chemistry
Europe. 27 Agustus 2016.
3. Ram, R. S.; et al. (1998). "Fourier
Transform Emission Spectroscopy of the
A2D–X2P Transition of SiH and SiD" (htt
p://bernath.uwaterloo.ca/media/184.pd
f) (PDF). J. Mol. Spectr. 190 (2): 341–
352. doi:10.1006/jmsp.1998.7582 (http
s://doi.org/10.1006%2Fjmsp.1998.7582)
. PMID 9668026 (https://www.ncbi.nlm.ni
h.gov/pubmed/9668026) .
4. Eranna, Golla (2014). Crystal Growth and
Evaluation of Silicon for VLSI and ULSI (ht
tps://books.google.com/books?id=bo6ZB
QAAQBAJ&pg=PA7) . CRC Press. hlm. 7.
ISBN 978-1-4822-3281-3.
5. Magnetic susceptibility of the elements
and inorganic compounds (http://www-d
0.fnal.gov/hardware/cal/lvps_info/engine
ering/elementmagn.pdf) , in Lide, D. R.,
ed. (2005). CRC Handbook of Chemistry
and Physics (edisi ke-86). Boca Raton
(FL): CRC Press. ISBN 0-8493-0486-5.
. Weast, Robert (1984). CRC, Handbook of
Chemistry and Physics. Boca Raton,
Florida: Chemical Rubber Company
Publishing. hlm. E110. ISBN 0-8493-0464-
4.
7. Hopcroft, Matthew A.; Nix, William D.;
Kenny, Thomas W. (2010). "What is the
Young's Modulus of Silicon?" (http://silico
n.reddogresearch.com/) . Journal of
Microelectromechanical Systems. 19 (2):
229. doi:10.1109/JMEMS.2009.2039697
(https://doi.org/10.1109%2FJMEMS.200
9.2039697) .
. Weeks, Mary Elvira (1932). "The discovery
of the elements: XII. Other elements
isolated with the aid of potassium and
sodium: beryllium, boron, silicon, and
aluminum". Journal of Chemical
Education: 1386–1412.
9. Voronkov, M. G. (2007). "Silicon era".
Russian Journal of Applied Chemistry. 80
(12): 2190.
doi:10.1134/S1070427207120397 (http
s://doi.org/10.1134%2FS107042720712
0397) .
10. Nave, R. Abundances of the Elements in
the Earth's Crust (http://hyperphysics.phy-
astr.gsu.edu/hbase/tables/elabund.html)
, Georgia State University
11. Nielsen, Forrest H. (1984). "Ultratrace
Elements in Nutrition". Annual Review of
Nutrition. 4: 21–41.
doi:10.1146/annurev.nu.04.070184.0003
21 (https://doi.org/10.1146%2Fannurev.n
u.04.070184.000321) . PMID 6087860 (h
ttps://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/608
7860) .
12. Gray, Theodore (2009). The ELements: A
Visual Exploration of Every Known Atom
in the Universe (https://archive.org/detail
s/elementsvisualex0000gray) . Black Dog
and Leventhal Publishers. hlm. 43 (http
s://archive.org/details/elementsvisualex0
000gray/page/43) . ISBN 978-1-57912-
814-2.
13. O'Mara, William C. (1990). Handbook of
Semiconductor Silicon Technology (htt
p://books.google.com/?id=COcVgAtqeKk
C&pg=PA351&dq=Czochralski+Silicon+Cr
ystal+Face+Cubic) . William Andrew Inc.
hlm. 349–352. ISBN 0-8155-1237-6.
Diakses tanggal 2008-02-24.
14. NNDC contributors (2008). Alejandro A.
Sonzogni (Database Manager), ed. "Chart
of Nuclides" (https://www.webcitation.or
g/618bSplPt?url=http://www.nndc.bnl.go
v/chart/) . Upton (NY): National Nuclear
Data Center, Brookhaven National
Laboratory. Diarsipkan dari versi asli (htt
p://www.nndc.bnl.gov/chart/) tanggal
2011-08-22. Diakses tanggal 2008-09-13.
15. Jerschow, Alexej. "Interactive NMR
Frequency Map" (http://www.nyu.edu/cgi-
bin/cgiwrap/aj39/NMRmap.cgi) . New
York University. Diakses tanggal
2011-10-20.
1 . Geological Survey (U.S.) (1975).
Geological Survey professional paper (htt
p://books.google.com/books?id=MrlUAA
AAYAAJ&pg=SL1-PA54) .
17. "Silicon Commodities Report 2011" (http
s://minerals.usgs.gov/minerals/pubs/co
mmodity/silicon/mcs-2011-simet.pdf)
(PDF). USGS. Diakses tanggal 2011-10-20.

1 . Apelian, D. (2009) Aluminum Cast Alloys:


Enabling Tools for Improved Performance
(http://www.diecasting.org/research/ww
r/WWR_AluminumCastAlloys.pdf)
Diarsipkan (https://web.archive.org/web/
20120106013105/http://www.diecasting.
org/research/wwr/WWR_AluminumCastA
lloys.pdf) 2012-01-06 di Wayback
Machine.. North American Die Casting
Association, Wheeling, Illinois.
19. Kesalahan pengutipan: Tag <ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk
ref bernama USGS
20. "Metallurgical silicon could become a rare
commodity – just how quickly that
happens depends to a certain extent on
the current financial crisis" (https://web.ar
chive.org/web/20110715082847/http://w
ww.photon-magazine.com/news_archiv/d
etails.aspx?cat=News_PI&sub=worldwide
&pub=4&parent=1555) . Photon
International. Diarsipkan dari versi asli (ht
tp://www.photon-magazine.com/news_ar
chiv/details.aspx?cat=News_PI&sub=worl
dwide&pub=4&parent=1555) tanggal
2011-07-15. Diakses tanggal 2009-03-04.
21. "Silicon" (https://minerals.usgs.gov/miner
als/pubs/commodity/silicon/silicmcs06.
pdf) (PDF). usgs.gov. Diakses tanggal
2008-02-20.
22. Rao, Gopalakrishna M. (1980).
"Electrowinning of Silicon from K2SiF6-
Molten Fluoride Systems". Journal of the
Electrochemical Society. 127 (9): 1940.
doi:10.1149/1.2130041 (https://doi.org/1
0.1149%2F1.2130041) .
23. De Mattei, Robert C. (1981).
"Electrodeposition of Silicon at
Temperatures above Its Melting Point".
Journal of the Electrochemical Society.
128 (8): 1712. doi:10.1149/1.2127716 (ht
tps://doi.org/10.1149%2F1.2127716) .
24. Deville, H. St. C. (1854). "Recherches sur
les métaux, et en particulier sur
l'aluminium et sur une nouvelle forme du
silicium" (http://gallica.bnf.fr/ark:/12148/
bpt6k34784b.image.f31.langFR) . Ann.
Chim. Phys. 43: 31.
25. Yasuda, Kouji; Saegusa, Kunio; Okabe,
Toru H. (2010). "Production of Solar-
grade Silicon by Halidothermic Reduction
of Silicon Tetrachloride". Metallurgical
and Materials Transactions B. 42: 37.
Bibcode:2011MMTB...42...37Y (http://ads
abs.harvard.edu/abs/2011MMTB...42...3
7Y) . doi:10.1007/s11663-010-9440-y (ht
tps://doi.org/10.1007%2Fs11663-010-94
40-y) .
2 . Yasuda, Kouji; Okabe, Toru H. (2010).
"Solar-grade silicon production by
metallothermic reduction". JOM. 62 (12):
94. Bibcode:2010JOM....62l..94Y (http://a
dsabs.harvard.edu/abs/2010JOM....62l..
94Y) . doi:10.1007/s11837-010-0190-8
(https://doi.org/10.1007%2Fs11837-010-
0190-8) .
27. Van Der Linden, P. C.; De Jonge, J. (2010).
"The preparation of pure silicon". Recueil
des Travaux Chimiques des Pays-Bas. 78
(12): 962. doi:10.1002/recl.19590781204
(https://doi.org/10.1002%2Frecl.1959078
1204) .
2 . "Analyst silicon field trip" (http://hugin.inf
o/136555/R/1115224/203491.pdf)
(PDF). hugin.info. March 28, 2007. Diakses
tanggal 2008-02-20.
29. High Purity Polysilicon – Schumacher
Process (http://www.peaksunsilicon.co
m/schumacher-process/) . Peak Sun
Silicon. Retrieved on 2011-08-07.
30. Greenwood 1997, hlm. 335–337.
31. Greenwood 1997, hlm. 339.
32. Greenwood 1997, hlm. 337.
33. Holleman, Arnold F. (2007). Lehrbuch der
anorganischen Chemie (edisi ke-102).
Berlin: de Gruyter. ISBN 3-11-017770-6.
34. F. G. Stone, Robert West, Multiply Bonded
Main Group Metals and Metalloids,
Academic Press, 1996, ISBN 0-12-
031139-9 p. 255 (http://books.google.co
m/books?id=IrcORBkVjGQC&pg=PA255)
35. Sekiguchi, A; Kinjo, R; Ichinohe, M (2004).
"A stable compound containing a silicon-
silicon triple bond". Science. 305 (5691):
1755–7. Bibcode:2004Sci...305.1755S (ht
tp://adsabs.harvard.edu/abs/2004Sci...30
5.1755S) . doi:10.1126/science.1102209
(https://doi.org/10.1126%2Fscience.110
2209) . PMID 15375262 (https://www.nc
bi.nlm.nih.gov/pubmed/15375262) .
3 . Greenwood 1997, hlm. 340–341.
37. Greenwood 1997, hlm. 342.
3 . Greenwood 1997, hlm. 346.
39. Greenwood 1997, hlm. 356.

Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Silikon&oldid=23077861"

Halaman ini terakhir diubah pada 6 Maret 2023,


pukul 18.14. •
Konten tersedia di bawah CC BY-SA 4.0 kecuali
dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai