Anda di halaman 1dari 24

Review Jurnal Internasional

1. Comparison of the Health Service System and the Universal Health Insurance among Indonesia's
Neighboring Countries
a) Urgensi/argumentasi
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan perkiraan 17.504 pulau dan
memiliki penduduk keempat terbanyak di dunia (Statistik, 2017). Kesehatan merupakan
kebutuhan dan hak dasar bagi setiap manusia serta telah diamanatkan di dalam UUD 1945
(Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia & Indonesia, 1945).
Terdapat kesenjangan karena tidak semua masyarakat Indonesia memiliki akses pelayanan
kesehatan akibat biaya kesehatan yang tinggi serta sistem pelayanan kesehatan yang belum
handal di masa sebelum adanya Jaminan Kesehatan Semesta, di mana Indonesia disebut
sebagai Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

b) Kebaruan jurnal
Kebaruan dari artikel ini dimana pendanaan yang beragam pada sistem layanan kesehatan
Indonesia, dengan pendanaan dari pemerintah dan sektor swasta. Selain itu juga disebutkan
komitmen peningkatan alokasi anggaran kesehatan dan target pencapaian cakupan kesehatan
semesta oleh BPJS. Pasal tersebut juga menguraikan lima program jaminan sosial, termasuk
jaminan kesehatan, yang dikelola oleh BPJS, sebagaimana diamanatkan dalam UU SJSN.
Artikel ini juga membahas keunikan Indonesia sebagai negara kepulauan yang majemuk
dengan jumlah penduduk yang besar serta tantangan dalam memberikan akses layanan
kesehatan kepada seluruh warga negara, khususnya masyarakat miskin. Hal ini menyoroti
peningkatan signifikan dalam biaya layanan kesehatan dan komitmen untuk meningkatkan
alokasi anggaran layanan kesehatan. Artikel ini memberikan wawasan mengenai perubahan
dan perkembangan sistem layanan kesehatan di Indonesia, termasuk implementasi Jaminan
Kesehatan Nasional dan tantangan yang dihadapi dalam mencapai cakupan kesehatan
semesta.

c) Metodologi penelitian
Penelitian dalam artikel ini menggunakan metode tinjauan pustaka untuk menganalisis
perbandingan sistem pelayanan kesehatan dan implementasi asuransi kesehatan universal di
negara-negara tetangga Indonesia.

d) Variabel
 Jumlah tenaga kesehatan melalui universitas-universitas
 Kebijakan jaminan kesehatan semesta (Universal Health Coverage/UHC)
 Biaya iuran untuk jaminan kesehatan semesta (UHC)
 Strategi kebijakan untuk meningkatkan pendapatan kesehatan
 Sistem pelayanan kesehatan di Filipina
e) Analisis data
Analisis ini melibatkan perbandingan karakteristik, kebijakan, dan tantangan sistem
layanan kesehatan di berbagai negara, memberikan pemahaman komprehensif tentang variasi
dan kesamaan dalam penerapan jaminan kesehatan universal di wilayah tersebut.

f) Hasil
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Indonesia menghadapi tantangan besar dalam
sistem layanan kesehatannya, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kualitas dan
aksesibilitas layanan kesehatan. Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
merupakan langkah penting dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan dalam mengakses
layanan kesehatan bagi seluruh warga negara Indonesia. Namun studi ini menyoroti bahwa
masih terdapat disparitas dalam akses layanan kesehatan akibat tingginya biaya layanan
kesehatan dan belum berkembangnya sistem layanan kesehatan sebelum berlakunya Cakupan
Kesehatan Universal (Universal Health Coverage/UHC).
Perbandingan sistem layanan kesehatan dan penerapan asuransi kesehatan universal antar
negara tetangga di Indonesia memberikan wawasan mengenai karakteristik unik dan
tantangan yang dihadapi masing-masing negara. Studi ini menekankan pentingnya
membangun sistem layanan kesehatan yang kuat, stabil, dan berkualitas untuk memastikan
bahwa setiap warga negara dapat menikmati akses yang setara terhadap layanan kesehatan.
Temuan ini menggarisbawahi pentingnya upaya berkelanjutan untuk memperkuat sistem
layanan kesehatan dan meningkatkan cakupan kesehatan universal di Indonesia dan negara-
negara tetangganya.

g) Implikasi dari penelitian tersebut.


Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya upaya yang berkelanjutan untuk memperkuat
sistem kesehatan Indonesia, terutama dalam mencapai cakupan kesehatan universal. Dengan
adanya disparitas akses kesehatan dan peningkatan biaya kesehatan, diperlukan langkah-
langkah konkret untuk meningkatkan kualitas dan aksesibilitas layanan kesehatan bagi semua
warga negara. Selain itu, perubahan epidemiologi penyakit dan dampak pandemi COVID-19
menunjukkan perlunya peningkatan dalam respons sistem kesehatan Indonesia untuk
menghadapi tantangan kesehatan yang terus berkembang.
Langkah-langkah kebijakan yang diusulkan dalam penelitian ini, seperti peningkatan
alokasi anggaran kesehatan, peningkatan pendapatan kesehatan, dan peningkatan efisiensi
sistem jaminan kesehatan, dapat menjadi landasan bagi perbaikan sistem kesehatan Indonesia
menuju cakupan kesehatan universal yang lebih baik.
Implikasi dari penelitian ini juga mencakup pentingnya memahami karakteristik unik dan
tantangan yang dihadapi oleh negara-negara tetangga dalam implementasi jaminan kesehatan
semesta, sehingga Indonesia dapat belajar dari pengalaman mereka dalam memperkuat sistem
kesehatannya sendiri.

h) Kelebihan dan kelemahan


 Keuntungan:
1. Peningkatan Akses terhadap Layanan Kesehatan: Penerapan asuransi kesehatan universal
bertujuan untuk memberikan akses yang setara terhadap layanan kesehatan bagi semua warga
negara, sehingga berkontribusi terhadap peningkatan hasil kesehatan dan kesejahteraan.
2. Penguatan Sistem Kesehatan: Upaya untuk membangun sistem layanan kesehatan yang
kuat dan stabil dapat menghasilkan layanan kesehatan yang lebih berkualitas dan lebih mudah
diakses oleh masyarakat.
3. Analisis Komparatif: Membandingkan sistem layanan kesehatan dan penerapan asuransi
kesehatan universal di negara-negara tetangga memberikan wawasan dan pembelajaran
berharga yang dapat diterapkan untuk memperkuat sistem layanan kesehatan Indonesia.
 Kekurangan:
1. Kesenjangan dalam Akses: Meskipun asuransi kesehatan universal telah diterapkan,
kesenjangan dalam akses layanan kesehatan dan tingginya biaya layanan kesehatan masih
ada, sehingga berdampak pada segmen masyarakat tertentu.
2. Sistem Pelayanan Kesehatan yang Terbelakang: Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia
masih tergolong rendah dibandingkan beberapa negara berkembang dan negara tetangga,
sehingga mengindikasikan perlunya perbaikan lebih lanjut.
3. Tantangan dalam Implementasi: Implementasi asuransi kesehatan universal masih menjadi
tantangan bagi Indonesia, sehingga memerlukan upaya berkelanjutan untuk mengatasi
hambatan dan memastikan cakupan yang efektif bagi seluruh warga negara.
Review Jurnal Internasional
2. Service evaluation and retrospective audit of electronic HEEADSSS (e-HEEADSSS) screening
device in paediatric inpatient service in Western Australia
a) Urgensi/argumentasi
Menyoroti pentingnya peningkatan sumber daya dan waktu yang dihabiskan untuk
kelompok usia remaja di Australia Barat, mengingat prevalensi masalah kesehatan mental
yang lebih tinggi pada kelompok usia ini . Dengan populasi remaja yang diperkirakan akan
meningkat, investasi pada kesehatan remaja dianggap akan memberikan manfaat ganda, baik
saat ini maupun di masa depan .
Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi sistem skrining e-HEEADSSS
pada pasien pediatrik di rumah sakit menunjukkan peningkatan signifikan dalam tingkat
partisipasi dan tingkat pengungkapan masalah oleh pasien muda . Hal ini menunjukkan bahwa
sistem skrining ini efisien dan mudah diimplementasikan, serta layak untuk diperluas guna
meningkatkan kesejahteraan psikososial remaja .
Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan urgensi untuk meningkatkan sumber daya
dan perhatian pada kesehatan remaja, serta untuk melanjutkan penelitian lebih lanjut terkait
kesehatan psikososial remaja

b) Kebaruan jurnal
Kebaruan dari artikel ini adalah implementasi sistem skrining elektronik e-HEEADSSS
pada pasien pediatrik di rumah sakit di Australia Barat . Penelitian ini menunjukkan
peningkatan signifikan dalam tingkat partisipasi dan tingkat pengungkapan masalah oleh
pasien muda dengan penggunaan sistem skrining ini . Selain itu, penelitian ini juga menyoroti
urgensi untuk meningkatkan sumber daya dan perhatian pada kesehatan remaja, serta untuk
melanjutkan penelitian lebih lanjut terkait kesehatan psikososial remaja . Ini menunjukkan
bahwa jurnal ini memberikan kontribusi baru dalam pemahaman dan implementasi sistem
skrining elektronik untuk meningkatkan kesejahteraan psikososial remaja.

c) Metodologi penelitian
Penelitian dalam artikel ini menggunakan Metode statistik seperti uji eksak Fisher
digunakan untuk membandingkan tingkat penyerapan e-HEEADSSS secara keseluruhan
dengan era sebelum e-HEEADSSS dan untuk menganalisis peningkatan tingkat penyerapan.
Audit retrospektif dan evaluasi layanan sistem penyaringan HEEADSSS elektronik (e-
HEEADSSS) di rawat inap anak di rumah sakit regional di Australia Barat dilakukan dalam
dua kerangka waktu yang berbeda: sebelum penerapan e-HEEADSSS dan pasca
implementasi e-HEEADSSS

d) Variabel
Penelitian ini menggunakan beberapa variabel usia, jenis kelamin, tanggal masuk,
diagnosis saat masuk, etnis, tingkat pengungkapan e-HEEADSSS, tingkat perolehan
persetujuan, rata-rata waktu penyelesaian e-HEEADSSS, kekhawatiran yang muncul dari
skrining, dan manajemen oleh dokter sebelum memulangkan.

e) Analisis data
Studi ini melaporkan peningkatan yang signifikan secara statistik dalam tingkat
penggunaan sistem penyaringan e-HEEADSSS, dengan peningkatan sebesar 450% dan nilai p
0,005 sebagaimana ditentukan oleh uji Fisher Exact. Penelitian ini melibatkan 26 pasien pada
periode pra e-HEEADSSS dan 24 pasien pada periode pasca e-HEEADSSS, dengan usia rata-
rata masing-masing 13,8 dan 13,4 tahun.
f) Hasil
Peningkatan yang signifikan secara statistik dalam tingkat penggunaan sistem penyaringan
e-HEEADSSS, dengan peningkatan sebesar 450% dan nilai p 0,005 sebagaimana ditentukan
oleh uji Fisher Exact. Sistem e-HEEADSSS terbukti efektif dalam meningkatkan
kesejahteraan psikososial remaja, dan diketahui bahwa sistem tersebut telah diterapkan pada
semua pasien rawat inap di bangsal anak, baik untuk pasien medis maupun bedah.

g) Implikasi dari penelitian


Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan sistem e-HEEADSSS telah terbukti
signifikan dalam meningkatkan tingkat penerimaan dan efektivitas dalam meningkatkan
kesejahteraan psikososial remaja di lingkungan rawat inap pediatrik. Studi ini juga menyoroti
tantangan dalam penggunaan e-HEEADSSS, seperti waktu yang diperlukan untuk meninjau
dan mengelola hasil dengan tepat waktu, serta masalah mediko-legal dan kontrol infeksi
selama pandemi COVID-19. Meskipun demikian, penelitian ini merekomendasikan
penggunaan e-HEEADSSS sebagai alat skrining dalam berbagai pengaturan klinis dan non-
klinis, termasuk kesehatan masyarakat, kantor dokter umum, survei online, dan sekolah.

h) Kelebihan dan kelemahan


 Keuntungan:
Kelebihan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan signifikan dalam tingkat
penerimaan e-HEEADSSS, dengan peningkatan sebesar 450% dan nilai p sebesar 0.005
yang didukung oleh uji Fisher Exact. Sistem e-HEEADSSS juga terbukti efektif dalam
meningkatkan kesejahteraan psikososial remaja, dan telah diimplementasikan untuk semua
pasien yang masuk ke ruang rawat inap pediatrik baik pasien medis maupun pasien bedah.
 Kekurangan:
Namun, penelitian ini juga memiliki kelemahan, seperti ukuran sampel yang kecil dan
ketidakmampuan untuk menganalisis tingkat pengungkapan data kelompok HEEADSSS
konvensional. Selain itu, penelitian ini juga menyoroti tantangan dalam penggunaan e-
HEEADSSS, seperti waktu yang diperlukan untuk meninjau dan mengelola hasil dengan
tepat waktu, serta masalah mediko-legal dan kontrol infeksi selama pandemi COVID-19.
3. Impact of universal health insurance coverage in Thailand on sales and market share of medicines
for non-communicable diseases: an interrupted time series study
a) Urgensi/argumentasi
Urgensi penelitian ini adalah kebutuhan untuk mengevaluasi dampak perluasan cakupan
asuransi kesehatan terhadap penggunaan obat-obatan di Thailand, khususnya dalam konteks
mencapai cakupan kesehatan universal. Hal ini penting untuk memberikan informasi dalam
pengambilan kebijakan dan memastikan akses yang adil terhadap obat-obatan bagi seluruh
masyarakat.

b) Kebaruan jurnal
Kebaruan jurnal ini terletak pada evaluasinya terhadap dampak perluasan cakupan asuransi
kesehatan terhadap penggunaan obat-obatan di Thailand, khususnya dalam konteks
pencapaian cakupan kesehatan universal. Studi ini membahas potensi keterbatasan desain
penelitian dan analisis statistik, dan juga menyoroti pentingnya temuan dalam kaitannya
dengan perubahan penjualan obat dan penetrasi pasar. Selain itu, penelitian ini menekankan
pentingnya menilai kualitas dan kesetaraan penggunaan obat-obatan ketika menerapkan
kebijakan untuk mencapai cakupan kesehatan universal.

c) Metodologi penelitian
Metodologi penelitian ini menggunakan desain rangkaian waktu interupsi kuasi-
eksperimental untuk mengevaluasi dampak perluasan cakupan asuransi kesehatan terhadap
penggunaan obat-obatan di Thailand. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan validitas
internal dan berfokus pada mengatasi tantangan dalam mencapai cakupan pengobatan
universal. Studi ini juga menggunakan metode statistik, analisis regresi tersegmentasi, dan
analisis sensitivitas untuk memastikan kekuatan dan keandalan temuan.

d) Variabel
Variabel penelitian mencakup dampak perluasan cakupan asuransi kesehatan terhadap
penjualan obat untuk penyakit tidak menular (NCD) di Thailand, serta potensi keterbatasan
desain penelitian dan analisis statistik.

e) Analisis data
Penelitian ini menggunakan analisis regresi tersegmentasi untuk menilai dampak perluasan
cakupan asuransi kesehatan terhadap penjualan obat-obatan untuk penyakit tidak menular
(NCD) di Thailand. Analisis ini berfokus pada evaluasi perubahan tingkat langsung dan
perubahan tren pasca reformasi, dan juga mencakup analisis sensitivitas untuk menentukan
model yang paling sesuai untuk periode intervensi terpendek.
Studi ini mengontrol autokorelasi serial menggunakan model kesalahan autoregresif dan
melaporkan perbedaan absolut dan relatif dengan interval kepercayaan 95% antara volume
total yang diamati dan diperkirakan pada 1 dan 5 tahun pasca reformasi. Selain itu, penelitian
ini melakukan analisis sensitivitas dengan memperpanjang periode pelaksanaan intervensi
untuk memperhitungkan potensi penundaan dalam pelaksanaan dan partisipasi aktual dalam
skema tersebut.

f) Hasil
Temuan penelitian menunjukkan bahwa perluasan cakupan asuransi kesehatan di Thailand
mempunyai dampak yang signifikan terhadap penjualan obat-obatan untuk penyakit tidak
menular (NCD). Hasilnya menunjukkan peningkatan substansial dalam penjualan obat-obatan
pasca reformasi, khususnya untuk penyakit tidak menular, yang menunjukkan potensi
asuransi kesehatan untuk meningkatkan penggunaan obat-obatan. Studi ini juga menyoroti
peluang unik yang muncul dari cepatnya penerapan jaminan kesehatan universal di Thailand
untuk mengukur dampak perluasan asuransi kesehatan dan kapitasi pembayaran terhadap
penggunaan obat-obatan.

g) Implikasi dari penelitian


Penelitian ini memiliki implikasi yang signifikan terhadap kebijakan dan praktik di
Thailand dan mungkin juga di negara-negara lain dengan sistem layanan kesehatan serupa.
Temuan ini menunjukkan bahwa perluasan cakupan asuransi kesehatan mempunyai dampak
besar terhadap penjualan obat-obatan untuk penyakit tidak menular (PTM), yang
menunjukkan potensi asuransi kesehatan untuk meningkatkan penggunaan obat-obatan. Hal
ini menggarisbawahi pentingnya upaya berkelanjutan untuk mencapai cakupan kesehatan
universal dan potensi manfaat yang dapat diperoleh dari akses dan penggunaan obat untuk
PTM.

h) Kelebihan dan kelemahan


 Keuntungan:
Kelebihan dari penelitian ini termasuk penggunaan desain rangkaian waktu terputus
yang merupakan pendekatan kuasi-eksperimental yang kuat untuk mengevaluasi dampak
intervensi, serta penggunaan analisis regresi tersegmentasi yang memungkinkan evaluasi
perubahan level dan tren pasca-reformasi. Selain itu, penelitian ini juga melakukan analisis
sensitivitas untuk menentukan model yang paling sesuai untuk periode intervensi
terpendek, menunjukkan kehati-hatian dalam analisis data
 Kekurangan:
Kelemahan dari Penelitian ini adalah keterbatasan potensial karena desain penelitian
dan analisis statistik. Meskipun telah dilakukan upaya untuk mengatasi ancaman terhadap
validitas internal dengan menilai kebijakan atau peristiwa pasar lain yang terjadi pada saat
implementasi cakupan universal, tetap mungkin terdapat faktor-faktor yang tidak terkontrol
yang dapat memengaruhi hasil penelitian. Selain itu, penelitian ini mengasumsikan tren
linier dan titik henti yang terdefinisi dengan baik dalam analisis regresi tersegmentasi, yang
mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan kompleksitas perubahan dalam penggunaan
obat-obatan.
4. Development and Effectiveness of a Patient Safety Education Program for Inpatients
a) Urgensi/argumentasi
Urgensi yang tinggi karena menyoroti pentingnya pendidikan keselamatan pasien dan
partisipasi aktif pasien dalam kegiatan keselamatan pasien.

b) Kebaruan jurnal
Terdapat beberapa Kebaruan penelitian yang membahas pendidikan keselamatan pasien
dan dampaknya pada pengetahuan, persepsi, dan partisipasi pasien. Namun, tidak ada
informasi yang menunjukkan kebaruan jurnal tertentu dari kutipan tersebut. Untuk
mengidentifikasi kebaruan jurnal, perlu informasi tambahan seperti judul artikel, nama jurnal,
dan tahun publikasi. Dengan informasi tersebut, dapat dilakukan penelusuran lebih lanjut
untuk mengidentifikasi kebaruan jurnal yang relevan.

c) Metodologi penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif untuk menyelidiki dampak
pendidikan keselamatan pasien pada pasien rawat inap. Desain penelitian melibatkan
penggunaan kelompok eksperimen dan kontrol, dengan total 80 individu yang dipilih
berdasarkan kriteria tertentu. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
kuesioner yang dikembangkan untuk mengukur pengetahuan keselamatan pasien dan persepsi
keselamatan pasien.

d) Variabel
Penelitian ini mencakup beberapa variabel, seperti pengetahuan keselamatan pasien,
persepsi keselamatan pasien, dan kemauan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keselamatan
pasien. Variabel-variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen tertentu dan dianalisis
untuk menilai dampak pendidikan keselamatan pasien pada pasien rawat inap.
Penelitian ini juga mempertimbangkan efektivitas kelompok eksperimen dan kontrol
sebelum dan sesudah pendidikan, serta perbedaan besaran peningkatan variabel yang diukur
untuk masing-masing kelompok. Selain itu, penelitian ini melibatkan pengembangan dan
validasi alat pengukuran pengetahuan keselamatan pasien dan kemauan untuk berpartisipasi
dalam keselamatan pasien.

e) Analisis data
Data yang dikumpulkan terkait pengaruh pendidikan keselamatan pasien dianalisis
menggunakan program statistik SPSS/WIN 25.0. Karakteristik umum subjek dianalisis
dengan frekuensi, persentase, mean, dan standar deviasi, dan verifikasi homogenitas prior
kelompok eksperimen dan kontrol dianalisis dengan uji X2 dan uji t independen. Efektivitas
kelompok eksperimen dan kontrol sebelum dan sesudah pendidikan dianalisis menggunakan
uji t berpasangan, dan perbedaan besaran kenaikan variabel terukur tiap kelompok dianalisis
menggunakan uji t independen. Semua tingkat signifikansi statistik ditetapkan ke 0,05.
Penelitian ini menggunakan periode pengumpulan data yang berbeda untuk kelompok
eksperimen dan kontrol untuk mencegah penyebaran efek pengobatan. Proses pengumpulan
data melibatkan penggunaan kuesioner yang dikembangkan untuk mengukur pengetahuan
keselamatan pasien dan persepsi keselamatan pasien. Kuesioner divalidasi dengan verifikasi
validitas isi untuk mengukur pengetahuan keselamatan pasien. Instrumen pengetahuan
keselamatan pasien terdiri dari 31 pertanyaan, dan instrumen persepsi keselamatan pasien
terdiri dari 18 pertanyaan dan 5 subfaktor. Keandalan alat diverifikasi menggunakan Kuder–
Richardson Formula 20 (KR-20) dan Cronbach's α.
Hasil analisis perbedaan besaran kenaikan variabel yang diukur oleh kedua kelompok
diwakilkan dalam penelitian. Setelah penerapan program pendidikan keselamatan pasien, skor
pengetahuan keselamatan pasien pada kelompok eksperimen secara signifikan lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok kontrol, dan perbedaan jumlah peningkatan antara kedua
kelompok adalah signifikan. Demikian pula, skor persepsi keselamatan pasien pada kelompok
eksperimen secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol, dan
perbedaan jumlah peningkatan antara kedua kelompok adalah signifikan.
Penelitian ini juga mempertimbangkan pertimbangan etis, memastikan bahwa semua
subjek memberikan persetujuan mereka untuk dimasukkan sebelum berpartisipasi dalam
penelitian. Persetujuan penelitian diperoleh dari Institutional Review Board, dan data survei
yang dikumpulkan dianonimkan, diberi kode, dan dianalisis. Subjek yang berpartisipasi dalam
penelitian ini masing-masing diberikan sertifikat hadiah setelah menyelesaikan survei
sebelum dan sesudah. Proses analisis data melibatkan berbagai uji statistik dan memastikan
keandalan dan validitas alat pengukuran yang digunakan dalam penelitian. Pertimbangan etis
juga diperhitungkan selama proses penelitian.

f) Hasil
Studi ini mengungkapkan bahwa program pendidikan keselamatan pasien, yang
memanfaatkan materi video dan akses tablet PC, secara signifikan meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran keselamatan pasien pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan
kelompok kontrol.
Penelitian ini juga menegaskan perlunya partisipasi aktif pasien dalam kegiatan
keselamatan pasien dan pentingnya komunikasi yang baik antara pasien dan penyedia layanan
kesehatan. Pertimbangan etis diperhitungkan selama proses penelitian, memastikan bahwa
semua subjek memberikan persetujuan untuk dimasukkan sebelum berpartisipasi dalam
penelitian.

g) Implikasi dari penelitian


Penelitian ini mempunyai beberapa implikasi. Pertama, hal ini menyoroti pentingnya
pendidikan keselamatan pasien dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasien rawat
inap terhadap keselamatan pasien. Hal ini menunjukkan perlunya fasilitas kesehatan untuk
menerapkan program pendidikan keselamatan pasien yang efektif dengan memanfaatkan
teknologi modern, seperti materi video dan akses tablet PC, untuk meningkatkan pengetahuan
keselamatan pasien.
Kedua, penelitian ini menekankan perlunya partisipasi aktif pasien dalam kegiatan
keselamatan pasien dan pentingnya komunikasi yang baik antara pasien dan penyedia layanan
kesehatan. Hal ini menunjukkan perlunya fasilitas kesehatan untuk mendorong dan
memfasilitasi keterlibatan pasien dalam kegiatan keselamatan dan untuk meningkatkan
komunikasi yang efektif antara pasien dan penyedia layanan kesehatan untuk meningkatkan
keselamatan pasien.
Lebih lanjut, penelitian ini menyarankan perlunya pengembangan program pendidikan
keselamatan pasien yang disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik medis pasien. Hal ini
menyiratkan pentingnya mempertimbangkan tingkat keparahan dan karakteristik medis dari
kondisi pasien ketika merancang program pendidikan keselamatan pasien untuk memastikan
efektivitasnya.
Secara keseluruhan, temuan penelitian ini mempunyai implikasi terhadap peningkatan
keselamatan pasien di rangkaian layanan kesehatan, menekankan pentingnya pendidikan
pasien, partisipasi aktif, dan komunikasi yang efektif dalam meningkatkan keselamatan
pasien dan mengurangi kejadian buruk.

h) Kelebihan dan kelemahan


 Keuntungan:
Kelebihan dari penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, yang
memungkinkan pengumpulan data numerik dan analisis statistik, memberikan hasil yang
obyektif dan terukur. Desain penelitian melibatkan penggunaan kelompok eksperimen dan
kontrol, yang memungkinkan dilakukannya perbandingan efektivitas program pendidikan
keselamatan pasien. Penelitian ini juga mempertimbangkan pertimbangan etis, memastikan
bahwa semua subjek memberikan persetujuan mereka untuk dimasukkan sebelum
berpartisipasi dalam penelitian.
 Kekurangan:
Kelemahan dari Penelitian ini adalah kurangnya sampel relatif kecil, dan subjek dipilih
melalui partisipasi sukarela, yang mungkin membatasi generalisasi hasil. Selain itu,
penelitian ini tidak mempertimbangkan lamanya pasien dirawat di rumah sakit, yang dapat
mempengaruhi efektivitas program pendidikan keselamatan pasien. Lebih lanjut, penelitian
ini mengakui keterbatasan dalam memverifikasi validitas instrumen yang mengukur
pengetahuan tentang keselamatan pasien karena kurangnya penelitian sebelumnya yang
dilakukan pada pasien rawat inap. Keterbatasan ini menunjukkan perlunya penelitian lebih
lanjut dengan sampel yang lebih besar dan beragam untuk meningkatkan kemampuan
generalisasi temuan dan untuk memvalidasi alat pengukuran yang digunakan dalam
penelitian.
5. Health System Implementation of a Tobacco Quitline eReferral
a) Urgensi/argumentasi
Penelitian ini menekankan pentingnya umpan balik dua arah kepada penyedia pesanan,
karena hal ini dapat mendorong penggunaan sistem eReferral secara berkelanjutan. Namun,
kurangnya peningkatan pesanan bulanan yang signifikan dari waktu ke waktu menunjukkan
bahwa penelitian tambahan diperlukan untuk mengoptimalkan penyampaian pesan, waktu,
dan perlunya umpan balik dua arah bagi penyedia. Hal ini sejalan dengan perlunya evaluasi
berkelanjutan dan penyempurnaan strategi implementasi, sebagaimana disoroti dalam
kerangka RE-AIM untuk mengevaluasi dampak program promosi kesehatan.

b) Kebaruan jurnal
Terdapat beberapa kebaruan jurnal yang dapat diidentifikasi, Implementasi eReferral untuk
sistem quitline tembakau dalam rekam medis elektronik (EHR) di sistem kesehatan tanpa
peringatan praktik terbaik. Penelitian menggunakan kerangka kerja RE-AIM untuk
mengevaluasi jangkauan, efektivitas, adopsi, implementasi, dan pemeliharaan sistem
eReferral.

c) Metodologi penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode campuran, yang menggabungkan data
kuantitatif mengenai jumlah pesanan eReferral dan wawasan kualitatif mengenai tantangan
dan strategi penerapan eReferral untuk penghentian tembakau. Studi ini juga tampaknya
mengacu pada literatur dan kerangka kerja yang ada, seperti kerangka RE-AIM, untuk
memandu evaluasi implementasi eReferral. Selain itu, penelitian ini mungkin melibatkan
analisis data yang diperoleh dari catatan kesehatan elektronik untuk menilai dampak sistem
eReferral terhadap upaya berhenti merokok.

d) Variabel
enelitian ini mungkin mencakup variabel yang terkait dengan penerapan dan
pemanfaatan sistem eReferral untuk penghentian tembakau, seperti jumlah pesanan eReferral,
keterlibatan pasien dengan layanan penghentian, karakteristik penyedia layanan, populasi
pasien, dan dampak umpan balik dua arah terhadap penggunaan eReferral. Selain itu,
penelitian ini mungkin telah mempertimbangkan variabel-variabel yang berkaitan dengan
tingkat jangkauan dan berhenti dari sistem eReferral, serta potensi hambatan dan fasilitator
dalam penerapannya.

e) Analisis data
Analisis data dalam penelitian ini melibatkan penilaian efektivitas penerima eReferral
yang melaporkan penggunaan tembakau saat ini pada saat pesanan kunjungan tindak lanjut
status tembakau. Beberapa pesanan tidak dimasukkan dalam analisis utama, dan hasil
penghentian untuk semua pesanan dimasukkan dalam analisis. Status berhenti didefinisikan
sebagai status prevalensi tidak merokok yang diberi cap waktu dan titik pada kunjungan
klinik lanjutan selama periode waktu tertentu
Analisis chi-square digunakan untuk menggambarkan proporsi pasien yang berhenti di
antara mereka yang melakukan kunjungan klinik lanjutan, dan proporsi pasien yang berhenti
di antara semua pasien dengan eReferral pertama juga dievaluasi.

f) Hasil
Penelitian ini menemukan bahwa klinik residen berbasis rumah sakit memiliki penggunaan
pesanan eReferral yang lebih besar dibandingkan klinik berbasis fakultas, yang berpotensi
mencerminkan perbedaan dalam karakteristik pasien atau penyedia layanan, keterlibatan
dokter residen, atau strategi promosi . Studi ini juga membahas penerapan sistem eReferral,
termasuk pendanaan yang disediakan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
untuk membangun eReferral dua arah California pertama ke Saluran Bantuan, serta
modifikasi EHR yang dilakukan untuk meningkatkan pemanfaatan eReferral .
Selain itu, studi ini juga menyoroti dampak potensial dari promosi langsung ke pasien
yang dilakukan oleh sistem kesehatan dan pengiriman surat yang ditargetkan kepada para
perokok yang teridentifikasi sebagai metode tambahan untuk melibatkan perokok melalui
jalur berhenti merokok. Studi tersebut juga menyebutkan bahwa jangkauan pengobatan
Saluran Bantuan sebesar 61% sebanding atau lebih tinggi daripada yang lain yang dilaporkan
dalam uji klinis.

g) Implikasi dari penelitian


Implikasi dari penelitian ini beragam. Temuan ini menunjukkan bahwa sistem eReferral
dapat berhasil diintegrasikan ke dalam sistem kesehatan akademis, sehingga menghasilkan
tingkat jangkauan dan berhenti yang sebanding dengan yang terlihat dalam penelitian lain.
Studi ini juga menyoroti dampak potensial dari promosi langsung ke pasien yang
dilakukan oleh sistem kesehatan dan pengiriman surat yang ditargetkan kepada para perokok
yang teridentifikasi sebagai metode tambahan untuk mengajak perokok agar berhenti
merokok. Selain itu, penelitian ini menggarisbawahi pentingnya menyesuaikan strategi untuk
mengatasi hambatan unik yang dihadapi oleh populasi pasien yang berbeda, seperti pasien
yang sudah pulang dan mungkin terlalu sakit untuk terlibat atau tidak bisa hadir.
Selain itu, penggunaan kerangka RE-AIM dalam penelitian ini untuk mengevaluasi
implementasi sistem eReferral menunjukkan bahwa sistem ini memberikan penilaian
komprehensif baik dari sudut pandang pasien maupun sistem, dengan mempertimbangkan
komponen seperti jangkauan, efektivitas, adopsi, implementasi, dan pemeliharaan .
Implikasi ini menyoroti potensi sistem eReferral untuk secara efektif melibatkan perokok
dalam layanan berhenti merokok dan pentingnya mempertimbangkan populasi pasien yang
beragam dan strategi yang disesuaikan dalam penerapan sistem tersebut.

h) Kelebihan dan kelemahan


 Keuntungan:
Kelebihan dari penelitian ini adalah kemampuannya untuk menunjukkan bahwa
eReferral dapat diintegrasikan dengan sukses ke dalam sistem kesehatan akademis,
menghasilkan tingkat pencapaian dan tingkat berhenti merokok yang sebanding dengan
penelitian lainnya (). Selain itu, penelitian ini juga menyoroti dampak potensial dari
promosi langsung kepada pasien oleh sistem kesehatan dan pengiriman surat kepada
perokok yang diidentifikasi sebagai metode tambahan untuk melibatkan perokok dengan
layanan quitline
 Kekurangan:
Kelemahan dari penelitian ini adalah bahwa terdapat perbedaan dalam tingkat
penerimaan layanan antara pasien klinik dan pasien rumah sakit, yang mungkin disebabkan
oleh kondisi pasien yang sedang pulih dari penyakit akut. Selain itu, penelitian ini juga
menyoroti bahwa pesanan bulanan tidak meningkat dari waktu ke waktu, menunjukkan
bahwa penyedia tidak mulai menggunakan eReferral lebih sering setelah umpan balik. Hal
ini menunjukkan bahwa perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi
apakah umpan balik bidireksional benar-benar diperlukan bagi penyedia, pesan atau waktu
umpan balik bidireksional, atau manfaat tambahan dari pelatihan penyedia yang lebih
intensif atau integrasi ke dalam alur kerja klinis
Review Jurnal Nasional
6. Rekonstruksi Sistem Hukum Kesehatan Di Indonesia Dengan Pendekatan Perbandingan Sistem
Kesehatan Di Negara Maju
a) Urgensi/argumentasi
Penelitian ini mengangkat urgensi rekonstruksi sistem hukum kesehatan di Indonesia
dengan pendekatan perbandingan sistem kesehatan di negara maju seperti Australia dan
Jepang. Hal ini penting karena sistem kesehatan di Indonesia perlu diperbaiki agar dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan merata sesuai dengan amanat UUD
1945. Dengan melihat contoh sistem kesehatan negara maju, seperti Australia dan Jepang,
dapat membantu dalam melakukan rekonstruksi sistem hukum kesehatan di Indonesia. Selain
itu, dengan jumlah penduduk yang besar, masalah kesehatan di Indonesia menjadi semakin
kompleks, sehingga perlunya perubahan dalam sistem kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.

b) Kebaruan jurnal
Jurnal ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang masalah kesehatan di
Indonesia dan pentingnya melakukan rekonstruksi sistem hukum kesehatan. Dimana
membahas tentang kurangnya tenaga kesehatan, akses pelayanan kesehatan yang kurang
merata, dan pembiayaan kesehatan yang tidak tercover dengan baik di Indonesia.

c) Metodologi penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif, yang merupakan
suatu prosedur ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dan
sisi normatifnya. Dengan demikian, penelitian ini memberikan landasan yang kuat untuk
melakukan rekonstruksi sistem hukum kesehatan di Indonesia melalui pendekatan
perbandingan dengan negara maju.

d) Variabel
Variabel dalam penelitian ini meliputi sistem kesehatan yang ada di Indonesia,
perbandingan sistem kesehatan di negara maju seperti Australia dan Jepang, kurangnya tenaga
kesehatan, kesenjangan akses terhadap layanan kesehatan, pembiayaan kesehatan yang tidak
memadai, dan fasilitas yang tidak lengkap dalam layanan kesehatan Indonesia. sistem. Studi
ini juga mempertimbangkan struktur kelembagaan, sistem pembayaran, dan layanan
kesehatan dalam sistem hukum kesehatan yang direstrukturisasi.

e) Analisis data
Studi ini menekankan perlunya analisis komprehensif terhadap sistem kesehatan
Indonesia, dengan mempertimbangkan perubahan kebijakan hukum dan kesenjangan kualitas
layanan kesehatan dibandingkan negara lain. Lebih lanjut, penelitian ini menyoroti
pentingnya restrukturisasi sistem hukum kesehatan di Indonesia untuk menjamin layanan
kesehatan yang setara dan berkualitas bagi seluruh warga negara, sejalan dengan amanat
konstitusi UUD 1945.
Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan analisis komprehensif mengenai urgensi
dan alasan untuk merekonstruksi sistem hukum kesehatan di Indonesia, dengan
mempertimbangkan kesenjangan dalam kualitas layanan kesehatan dan perlunya
menyelaraskan dengan mandat konstitusi dan standar internasional.

f) Hasil
Urgensi untuk merekonstruksi sistem hukum kesehatan di Indonesia terlihat dari adanya
kesenjangan dalam kualitas layanan kesehatan dibandingkan dengan negara-negara lain,
sehingga menekankan perlunya reformasi sistem hukum kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan layanan kesehatan bagi sebagian besar masyarakat.
Sistem kesehatan yang ada di Indonesia, perbandingan sistem kesehatan di negara-negara
maju seperti Australia dan Jepang, kurangnya tenaga kesehatan profesional, akses yang tidak
setara terhadap layanan kesehatan, pembiayaan kesehatan yang tidak memadai, dan fasilitas
yang tidak lengkap dalam sistem kesehatan Indonesia dipertimbangkan dalam penelitian ini. .
Rekonstruksi yang diusulkan mencakup penerapan sistem pembayaran pajak terpadu
berdasarkan data sensus penduduk dan tingkat pendapatan, untuk memastikan akses yang adil
dan setara terhadap layanan kesehatan tanpa memandang tingkat pendapatan.
Studi ini juga menekankan perlunya analisis komprehensif terhadap sistem kesehatan
Indonesia, dengan mempertimbangkan perubahan kebijakan hukum dan kesenjangan kualitas
layanan kesehatan dibandingkan negara lain.
Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan analisis komprehensif mengenai urgensi
dan alasan untuk merekonstruksi sistem hukum kesehatan di Indonesia, dengan
mempertimbangkan kesenjangan dalam kualitas layanan kesehatan dan perlunya
menyelaraskan dengan mandat konstitusi dan standar internasional.

g) Implikasi dari penelitian


Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya revisi undang-undang terkait BPJS Kesehatan
dan BPJS Ketenagakerjaan untuk memastikan sinkronisasi dan koordinasi yang lebih baik
dalam pengurusan kesehatan di Indonesia. Hal ini juga menunjukkan perlunya sistem
pengawasan dan evaluasi yang lebih baik terhadap penerapan kebijakan kesehatan di
masyarakat secara luas agar dapat dioptimalkan dengan sebaik-baiknya. Selain itu,
rekonstruksi sistem hukum kesehatan juga harus memperhatikan kelembagaan, sistem
pembayaran, dan sistem pelayanan kesehatan yang mengacu pada kebijakan pemerintah dan
ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia.

h) Kelebihan dan kelemahan


 Keuntungan:
Kelebihan dari penelitian ini adalah memberikan pemahaman yang mendalam tentang
masalah kesehatan di Indonesia dan pentingnya melakukan rekonstruksi sistem hukum
kesehatan dengan pendekatan perbandingan sistem kesehatan di negara maju seperti
Australia dan Jepang . Penelitian ini juga memberikan rekomendasi untuk memastikan
sinkronisasi dan koordinasi yang lebih baik dalam pengurusan kesehatan di Indonesia, serta
perlunya sistem pengawasan dan evaluasi yang lebih baik terhadap penerapan kebijakan
kesehatan di masyarakat secara luas
 Kekurangan:
kelemahan dari penelitian ini adalah kurangnya analisis mendalam terkait dengan
implementasi rekonstruksi sistem hukum kesehatan yang diusulkan. Selain itu, penelitian
ini juga belum memberikan gambaran yang jelas terkait dengan dampak sosial, ekonomi,
dan politik dari rekonstruksi sistem hukum kesehatan yang diusulkan
7. Memahami Implementasi Tujuan Keselamatan Pasien Kerangka Kerja di Unit Rawat Inap RSUD
Ciracas, Indonesia
a) Urgensi/argumentasi
Penerapan Sasaran Keselamatan Pasien (PSGs) di fasilitas kesehatan sangat penting untuk
menjamin keselamatan pasien dan meminimalkan risiko kesalahan medis. Keselamatan
pasien merupakan prioritas strategis, dan American Hospital Association (AHA) telah
menetapkan peningkatan terukur dalam keselamatan pengobatan sebagai target utama. Hal ini
termasuk kolaborasi dengan Institute for Safe Medication Practices (ISMP) untuk
mempromosikan penilaian mandiri terhadap keamanan pengobatan di semua rumah sakit di
Amerika Serikat.
Transformasi puskesmas menjadi rumah sakit umum juga merupakan langkah signifikan
dalam meningkatkan fasilitas kesehatan. penerapan Sasaran Keselamatan Pasien sangat
penting untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas perawatan pasien di fasilitas kesehatan.
Hal ini tidak hanya sejalan dengan prioritas strategis tetapi juga berfungsi sebagai persyaratan
peraturan untuk menjamin kesejahteraan pasien.

b) Kebaruan jurnal
Artikel ini merupakan sebuah penelitian baru yang memberikan kontribusi baru terhadap
topik keselamatan pasien di unit rawat inap RSUD Ciracas, Indonesia. Penelitian ini juga
menyoroti bahwa meskipun rumah sakit ini sudah lulus akreditasi, masih ada yang belum
mengetahui PSGS, menunjukkan bahwa artikel ini mungkin membahas kesenjangan
pengetahuan yang belum terungkap sebelumnya.

c) Metodologi penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif seperti wawancara mendalam dan focus group Discussion (FGD) dengan informan
kunci dari unit rawat inap RSUD Ciracas. Pendekatan kualitatif bertujuan untuk mengevaluasi
penerapan Sasaran Keselamatan Pasien dan dilakukan sesuai dengan standar etika penelitian.
Selain itu, observasi dilakukan dengan memeriksa dokumen terkait, memotret fasilitas rumah
sakit, dan memperoleh informasi dari pasien dan keluarganya. Penelitian ini juga memperoleh
izin etis.
Wawancara mendalam dilakukan terhadap informan terpilih berdasarkan jabatan, tugas,
dan pengetahuannya untuk mendapatkan wawasan mengenai implementasi tujuan
keselamatan pasien dan upaya mencegah kesalahan medis. Metodologi penelitian ini
memungkinkan dilakukannya evaluasi komprehensif terhadap penerapan Sasaran
Keselamatan Pasien di RSUD Ciracas, sehingga memberikan wawasan berharga mengenai
kondisi keselamatan pasien di rumah sakit saat ini.

d) Variabel
Penelitian ini melibatkan variabel-variabel sebagai berikut:
1. Wawancara mendalam dan focus group Discussion (FGD) dengan key informan dari unit
rawat inap RSUD Ciracas.
2. Observasi melalui pemeriksaan dokumen terkait, pengambilan foto fasilitas rumah sakit,
dan perolehan informasi dari pasien dan keluarganya.
3. Izin etis diperoleh untuk penelitian ini.
4. Pemahaman keselamatan pasien sebagai sistem pelayanan keselamatan pasien dengan
risiko minimal.
5. Informasi tertulis mengenai pengertian keselamatan pasien.

e) Analisis data
Analisis data dalam penelitian ini meliputi pemeriksaan dokumen terkait penerapan
Sasaran Keselamatan Pasien di RSUD Ciracas, termasuk rekam medis dan laporan kejadian
internal. Selain itu, foto fasilitas rumah sakit diambil untuk memberikan bukti visual terkait
perawatan pasien. Penelitian ini juga melibatkan perolehan informasi dari pasien dan keluarga
mereka, yang kemungkinan besar berkontribusi pada analisis kualitatif situasi keselamatan
pasien di rumah sakit.
Pendekatan kualitatif, termasuk wawancara mendalam dan diskusi kelompok terfokus,
memungkinkan dilakukannya evaluasi komprehensif terhadap penerapan Sasaran
Keselamatan Pasien di RSUD Ciracas. Pendekatan ini memberikan wawasan berharga
mengenai kondisi keselamatan pasien di rumah sakit saat ini dan upaya yang dilakukan untuk
mencegah kesalahan medis.
Penelitian tersebut juga menyebutkan izin etis yang diperoleh, yang menunjukkan bahwa
penelitian dilakukan sesuai dengan standar etika.Secara keseluruhan, metode analisis data
yang digunakan dalam penelitian memberikan pemahaman komprehensif mengenai
implementasi Sasaran Keselamatan Pasien di RSUD Ciracas serta tantangan dan peluang
peningkatan keselamatan pasien di rumah sakit.

f) Hasil
Hasil jurnal penelitian ini menunjukkan beberapa temuan penting terkait implementasi
tujuan keselamatan pasien di Unit Rawat Inap RSUD Ciracas, Indonesia. Beberapa temuan
tersebut antara lain, Masih terdapat indikator keselamatan pasien yang belum berjalan dengan
baik di unit rawat inap RSUD Ciracas, menunjukkan adanya potensi perbaikan dalam
penerapan keselamatan pasien di rumah sakit tersebut. Meskipun RSUD Ciracas sudah lolos
akreditasi, masih ada karyawan/SDM yang belum mengetahui tentang Patient Safety Goals
(PSGS), menunjukkan adanya kebutuhan akan peningkatan pengetahuan dan pemahaman
tentang keselamatan pasien di rumah sakit tersebut.

Observasi terhadap sarana prasarana dan dokumentasi di rumah sakit dilakukan untuk
mengevaluasi penerapan PSGS dan administrasi lainnya, menunjukkan pendekatan
komprehensif dalam menilai keselamatan pasien di rumah sakit. Penelitian ini juga menyoroti
pentingnya strategi untuk meningkatkan keselamatan pasien dalam layanan kesehatan,
termasuk komunikasi dan transfer informasi antar tenaga kesehatan.

Temuan-temuan ini memberikan wawasan yang berharga terkait dengan tantangan dan
peluang dalam meningkatkan keselamatan pasien di RSUD Ciracas, serta menunjukkan
pentingnya peningkatan pemahaman dan penerapan PSGS di rumah sakit tersebut.

g) Implikasi dari penelitian


Implikasi dari penelitian ini mencakup beberapa aspek penting. Pertama, temuan bahwa
masih terdapat indikator keselamatan pasien yang belum berjalan dengan baik di unit rawat
inap RSUD Ciracas menunjukkan perlunya perbaikan dalam penerapan keselamatan pasien di
rumah sakit tersebut. Hal ini mengindikasikan perlunya perhatian lebih dalam upaya
meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit tersebut.
Kedua, adanya karyawan/SDM yang belum mengetahui tentang Patient Safety Goals
(PSGS) meskipun RSUD Ciracas sudah lolos akreditasi menunjukkan perlunya peningkatan
pengetahuan dan pemahaman tentang keselamatan pasien di rumah sakit tersebut. Hal ini
menunjukkan perlunya pelatihan dan sosialisasi yang lebih efektif terkait PSGS di rumah
sakit tersebut.
Ketiga, observasi terhadap sarana prasarana dan dokumentasi di rumah sakit dilakukan
untuk mengevaluasi penerapan PSGS dan administrasi lainnya, menunjukkan perlunya
pendekatan komprehensif dalam menilai keselamatan pasien di rumah sakit. Hal ini dapat
menjadi dasar untuk perbaikan infrastruktur dan administrasi guna meningkatkan keselamatan
pasien.
Keempat, penelitian ini juga menyoroti pentingnya strategi untuk meningkatkan
keselamatan pasien dalam layanan kesehatan, termasuk komunikasi dan transfer informasi
antar tenaga kesehatan. Implikasi dari temuan ini adalah perlunya perhatian lebih terhadap
komunikasi dan koordinasi antar tenaga kesehatan guna meningkatkan keselamatan pasien di
rumah sakit.

h) Kelebihan dan kelemahan


 Keuntungan:
Kelebihan dari penelitian ini termasuk penggunaan pendekatan kualitatif melalui
wawancara mendalam dan diskusi kelompok, yang memberikan wawasan yang mendalam
tentang implementasi tujuan keselamatan pasien di RSUD Ciracas . Selain itu, observasi
terhadap sarana prasarana dan dokumentasi di rumah sakit memberikan pemahaman yang
komprehensif tentang penerapan PSGS dan administrasi lainnya . Hal ini memungkinkan
untuk identifikasi kebutuhan perbaikan infrastruktur dan administrasi guna meningkatkan
keselamatan pasien.
 Kekurangan:
Kelemahan penelitian ini mungkin termasuk kurangnya representasi yang luas dari
berbagai perspektif, terutama dari pasien dan keluarga pasien. Selain itu, penelitian ini
mungkin tidak mencakup evaluasi kuantitatif yang lebih mendalam terhadap indikator
keselamatan pasien di rumah sakit tersebut . Dengan demikian, penelitian ini mungkin
memiliki keterbatasan dalam memberikan gambaran yang komprehensif tentang
keselamatan pasien di RSUD Ciracas.
8. Kesiapan Penerapan Pelayanan Kelas Standar Rawat Inap dan Persepsi Pemangku Kepentingan
a) Urgensi/argumentasi
Menekankan pentingnya pemahaman persepsi pemangku kepentingan dalam penerapan
standar pelayanan rawat inap. Pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan
pelayanan rawat inap standar antara lain regulator seperti Dewan Jaminan Sosial Nasional
(DJSN), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Kementerian Keuangan Republik
Indonesia, dan BPJS Kesehatan, serta penyedia layanan kesehatan seperti Persatuan Rumah
Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA), Asosiasi Rumah
Sakit Swasta (ARSSI), dan manajemen rumah sakit. Selain itu, studi ini menyoroti pentingnya
memahami persepsi peserta JKN-KIS yang memanfaatkan layanan rawat inap di rumah sakit.
Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya memahami persepsi pemangku kepentingan,
sikap masyarakat, dan potensi dampak dari layanan rawat inap standar, serta perlunya
pendekatan yang dirumuskan dengan baik untuk mengatasi kompleksitas standar kelas dalam
layanan kesehatan.

b) Kebaruan jurnal
Pendekatan baru untuk memahami persepsi pemangku kepentingan dalam penerapan
pelayanan rawat inap standar di Indonesia. Studi ini menggunakan pendekatan metode
campuran, yang menggabungkan survei kuantitatif terhadap peserta JKN-KIS dan wawancara
mendalam kualitatif serta diskusi kelompok terfokus dengan pemangku kepentingan dari
badan regulasi dan penyedia layanan kesehatan. Pendekatan komprehensif ini memberikan
analisis menyeluruh tentang kelayakan dan langkah-langkah persiapan yang diperlukan untuk
penerapan standar perawatan rawat inap, menyoroti kompleksitas standar kelas dalam layanan
kesehatan dan potensi dampaknya terhadap sikap masyarakat dan kualitas layanan kesehatan.

c) Metodologi penelitian
Menggunakan metode campuran, yang menggabungkan survei kuantitatif terhadap 520
peserta JKN-KIS dan wawancara mendalam kualitatif serta diskusi kelompok terfokus dengan
pemangku kepentingan dari badan regulasi dan penyedia layanan kesehatan. Metode
kuantitatif meliputi survei peserta JKN-KIS dan perhitungan potensi perubahan tarif untuk
berbagai jenis rumah sakit. Metode kualitatif melibatkan wawancara mendalam dan diskusi
kelompok terfokus dengan pemangku kepentingan dari entitas penyedia layanan kesehatan
dan regulator. Pendekatan ini memungkinkan dilakukannya analisis menyeluruh terhadap
kelayakan dan langkah-langkah persiapan yang diperlukan untuk penerapan perawatan rawat
inap standar.

d) Variabel
Penelitian ini mencakup variabel-variabel seperti persepsi pemangku kepentingan,
kesepakatan dengan kelas standar, alasan setuju atau tidak setuju, status sosial ekonomi, dan
potensi perubahan tarif untuk berbagai jenis rumah sakit. Variabel-variabel ini dinilai melalui
survei kuantitatif dan wawancara kualitatif serta diskusi dengan para pemangku kepentingan.

e) Analisis data
Menggunakan pendekatan metode campuran untuk menganalisis data. Metode kuantitatif
yang digunakan adalah survei terhadap 520 peserta JKN-KIS untuk mengukur kesediaan
mereka membayar iuran rawat inap standar dan persepsi mereka terhadap layanan rawat inap
standar. Selain itu, metode kuantitatif digunakan untuk menghitung potensi perubahan tarif
untuk berbagai jenis rumah sakit dan untuk menilai ketersediaan tempat tidur rawat inap
standar di rumah sakit. Analisis kualitatif melibatkan wawancara mendalam dan diskusi
kelompok terfokus dengan pemangku kepentingan dari lembaga pembuat peraturan dan
penyedia layanan kesehatan untuk memahami persepsi mereka dan menganalisis kelayakan
dan langkah-langkah persiapan yang diperlukan untuk penerapan layanan rawat inap standar.

Studi ini juga menganalisis persepsi pemangku kepentingan, termasuk pasien dan
pengambil kebijakan, mengenai penerapan standar pelayanan rawat inap. Mayoritas
responden dari pasien dan pengambil kebijakan mendukung penerapan standar ruang rawat
inap dengan preferensi yang berbeda-beda, dan direkomendasikan agar seluruh pemangku
kepentingan terkait mendukung kebijakan standar ruang rawat inap dengan merevisi timeline
penerapan dalam dokumen Road Map JKN, menetapkan peraturan teknis, dan kampanye
intensif.
Selanjutnya penelitian menganalisis kesiapan penerapan standar pelayanan rawat inap
tahun 2019 berdasarkan kelas rawat inap. Laporan ini juga menilai kesiapan jumlah tempat
tidur rawat inap standar dan persepsi pemangku kepentingan, dengan fokus pada kedua aspek
tersebut untuk memahami potensi penerapan layanan rawat inap standar.

f) Hasil
Penelitian ini memberikan wawasan mengenai persepsi para pemangku kepentingan dan
kelayakan penerapan standar pelayanan rawat inap di Indonesia, menyoroti kompleksitas
standar kelas dalam layanan kesehatan dan potensi dampaknya terhadap sikap masyarakat dan
kualitas layanan Kesehatan.

g) Implikasi dari penelitian


Pertama, penelitian ini memberikan wawasan mengenai persepsi para pemangku
kepentingan, termasuk pasien, pengambil kebijakan, dan penyedia layanan kesehatan,
mengenai penerapan standar pelayanan rawat inap di Indonesia. Pemahaman ini sangat
penting bagi pembuat kebijakan dan badan pengatur untuk membuat keputusan yang tepat
mengenai kelayakan dan langkah-langkah persiapan yang diperlukan untuk penerapan
layanan rawat inap standar.
Kedua, temuan penelitian ini menyoroti kompleksitas standar kelas dalam layanan
kesehatan dan potensi dampaknya terhadap sikap masyarakat dan kualitas layanan kesehatan.
Memahami persepsi dan kesiapan pemangku kepentingan sangat penting untuk memastikan
keberhasilan penerapan layanan rawat inap standar dan untuk mengatasi potensi tantangan,
seperti perbedaan preferensi peserta dari kelas yang berbeda dan implikasi keuangan bagi
rumah sakit dan pasien.
Lebih lanjut, penelitian ini menyoroti perlunya dukungan komprehensif dari seluruh
pemangku kepentingan terkait agar berhasil menerapkan kebijakan standar ruang rawat inap.
Hal ini termasuk merevisi jadwal pelaksanaan dokumen Peta Jalan JKN, menetapkan
peraturan teknis, dan melakukan kampanye intensif untuk menggalang dukungan terhadap
kebijakan tersebut.
Secara keseluruhan, implikasi penelitian ini menggarisbawahi pentingnya
mempertimbangkan persepsi dan kesiapan pemangku kepentingan dalam penerapan layanan
rawat inap standar, serta perlunya upaya kolaboratif antara badan pengawas, penyedia layanan
kesehatan, dan peserta untuk memastikan keberhasilan penerapan layanan rawat inap standar
di Indonesia.

h) Kelebihan dan kelemahan


 Keuntungan:
Pendekatan Campuran: Studi ini menggunakan pendekatan campuran, menggabungkan
survei kuantitatif dan wawancara kualitatif, sehingga memberikan pemahaman yang
komprehensif tentang persepsi pemangku kepentingan terkait implementasi kelas standar
rawat inap. Relevansi Kebijakan: Temuan studi ini memberikan wawasan yang relevan bagi
pembuat kebijakan dalam memahami kesiapan dan persepsi pemangku kepentingan terkait
implementasi kelas standar rawat inap, sehingga dapat mendukung pengambilan keputusan
yang lebih terinformasi .

 Kekurangan:
Keterbatasan Umum: Studi ini hanya melibatkan responden dari 13 daerah, sehingga
hasilnya mungkin tidak sepenuhnya mewakili situasi di seluruh Indonesia. Kondisi
eksternal seperti perubahan kebijakan atau situasi sosial ekonomi yang tidak terduga
mungkin mempengaruhi validitas temuan studi ini .Dengan demikian, meskipun studi ini
memberikan wawasan yang berharga, perlu diingat bahwa hasilnya harus dipertimbangkan
dengan memperhatikan keterbatasan-keterbatasan tersebut
9. Kesiapan RSUD Dr. H. Moch Anshari Shaleh Banjarmasin Menghadapi Regulasi PP No 47 2021
Tentang Implementasi Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) JKN di Tahun 2022

a) Urgensi/argumentasi
Implementasi kebijakan publik di rumah sakit sangat dipengaruhi oleh kesiapan dalam
memenuhi standar dan persyaratan yang telah ditetapkan. Menurut penelitian, kesiapan
RSUD dr.H. Moch Anshari Saleh dalam mengimplementasikan KRIS sesuai rancangan
konsensus 12 kriteria KRIS JKN di tahun 2022 sedang disiapkan sebesar 85%. Hal ini
menunjukkan bahwa kesiapan dalam memenuhi standar merupakan faktor penting dalam
keberhasilan implementasi kebijakan publik di rumah sakit.
Selain itu, dukungan dan sikap implementator juga merupakan kunci keberhasilan
pelaksanaan kebijakan secara efektif. Hal ini menunjukkan bahwa sikap dan dukungan dari
pihak pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi hasil implementasi kebijakan publik di
rumah sakit.
Dalam konteks kesiapan, data kuantitatif menunjukkan bahwa RSUD dr.H. Moch Anshari
Saleh memiliki presentase kesiapan yang tinggi dalam memenuhi beberapa kriteria KRIS
JKN, seperti ventilasi udara dan pencahayaan ruangan. Hal ini menunjukkan bahwa rumah
sakit tersebut telah memenuhi beberapa standar kesehatan yang diperlukan untuk
implementasi kebijakan publik
Selain itu, sumber daya manusia dan sumber daya finansial juga menjadi faktor utama
dalam keberhasilan implementasi kebijakan. Dukungan dari sumber daya manusia dan
sumber daya finansial sangat diperlukan untuk memastikan kelancaran implementasi
kebijakan publik di rumah sakit.
Dengan demikian, kesiapan dalam memenuhi standar, dukungan dan sikap implementator,
serta ketersediaan sumber daya menjadi faktor-faktor utama yang mendukung keberhasilan
implementasi kebijakan publik di rumah sakit.

b) Kebaruan jurnal
Penelitian ini membahas kesiapan RSUD dr. Moch Anshari Saleh dalam
mengimplementasikan KRIS sesuai rancangan konsensus 12 kriteria KRIS JKN di tahun
2022, yang sedang disiapkan sebesar 85%.
Artikel ini memberikan gambaran tentang hasil penelitian terkait kesiapan rumah sakit
dalam memenuhi kriteria KRIS JKN, serta aspek-aspek yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi kebijakan, seperti standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, karakteristik
organisasi pelaksana, komunikasi antar organisasi, kegiatan pelaksana, dan sikap para
pelaksana.

c) Metodologi penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan mixed method, yang
menggabungkan analisis data kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini juga menggunakan
pendekatan mixed-method yang menggabungkan analisis data kuantitatif dan kualitatif untuk
memberikan pemahaman menyeluruh mengenai kesiapan rumah sakit dalam memenuhi
kriteria KRIS JKN.

d) Variabel
Penelitian ini mencakup variabel-variabel seperti data terkini mengenai kesiapan rumah
sakit dalam menerapkan kriteria KRIS JKN, memberikan wawasan mengenai kriteria spesifik
yang harus dipenuhi, seperti bahan bangunan, ventilasi udara, dan pencahayaan ruangan.

e) Analisis data
Analisis data juga menyoroti pemahaman teoretis dan konseptual mengenai implementasi
kebijakan, dengan menekankan sifat proses implementasi yang bertahap dan penuh tantangan.

Temuan-temuan ini menggarisbawahi kemajuan rumah sakit dalam memenuhi kriteria


KRIS JKN dan upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kesiapan penerapan kebijakan,
memberikan wawasan berharga tentang kesiapan rumah sakit dan tantangan yang ada dalam
implementasi kebijakan.

f) Hasil
Penelitian ini memberikan wawasan mengenai persepsi para pemangku kepentingan dan
kelayakan penerapan standar pelayanan rawat inap di Indonesia, menyoroti kompleksitas
standar kelas dalam layanan kesehatan dan potensi dampaknya terhadap sikap masyarakat dan
kualitas layanan Kesehatan. Menunjukkan bahwa rumah sakit telah menunjukkan kesiapan
85% dalam memenuhi 12 kriteria KRIS JKN , dengan kriteria tertentu seperti bahan
bangunan, ventilasi udara, dan pencahayaan ruangan terpenuhi dengan persentase yang tinggi.
Hal ini menunjukkan adanya tingkat kesiapan yang signifikan dalam penerapan kriteria KRIS
JKN di RSUD dr. Moch Anshari Saleh.

g) Implikasi dari penelitian


Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa kesiapan RSUD dr.H. Moch Anshari Saleh
dalam mengimplementasikan KRIS JKN di tahun 2022 sebesar 85% menunjukkan kemajuan
yang signifikan dalam memenuhi standar kesehatan yang diperlukan untuk keberhasilan
implementasi kebijakan publik di rumah sakit. Selain itu, hasil penelitian ini juga menyoroti
pentingnya komunikasi yang efektif antar organisasi dan sikap para pelaksana kebijakan
dalam memastikan kelancaran implementasi kebijakan publik di rumah sakit. Implikasi
lainnya adalah perlunya penyesuaian infrastruktur di sebagian rumah sakit untuk memenuhi
persyaratan KRIS JKN, yang menunjukkan bahwa masih diperlukan upaya untuk
meningkatkan kesiapan dalam implementasi kebijakan publik di rumah sakit.

h) Kelebihan dan kelemahan


 Keuntungan:
Kelebihan dari jurnal ini adalah menyajikan data aktual tentang kesiapan RSUD dr.
Moch Anshari Saleh dalam mengimplementasikan KRIS JKN, memberikan gambaran yang
komprehensif tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi
kebijakan publik di rumah sakit, dan menggunakan metode penelitian mixed method yang
menggabungkan analisis data kuantitatif dan kualitatif
 Kekurangan:
Kelemahan jurnal ini adalah kurangnya informasi tentang langkah-langkah konkret
yang diambil oleh RSUD dr. Moch Anshari Saleh untuk meningkatkan kesiapan dalam
mengimplementasikan KRIS JKN, serta kurangnya analisis mendalam tentang dampak
sosial, ekonomi, dan politik terhadap implementasi kebijakan publik di rumah sakit
10. Kajian Kesiapan RSUD Kota Salatiga Dalam Menghadapi Kebijakan Kelas Rawat Inap Standar
(KRIS)
a) Urgensi/argumentasi
Urgensi penelitian ini terletak pada kebutuhan untuk mengevaluasi kesiapan RSUD Kota
Salatiga dalam menghadapi Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) BPJS Kesehatan, terutama
dalam hal pemenuhan standar sarana prasarana yang diperlukan. Penelitian ini menggunakan
metode mixed methods untuk memberikan gambaran yang komprehensif terkait kondisi
sarana prasarana di RSUD Kota Salatiga dan menunjukkan bahwa implementasi kriteria
KRIS akan dilakukan bertahap, dengan beberapa kriteria yang belum sepenuhnya terpenuhi.
Oleh karena itu, penelitian ini memberikan urgensi untuk menilai kesiapan RSUD Kota
Salatiga dalam memenuhi standar KRIS BPJS Kesehatan.Kebaruan jurnal
Penelitian ini membahas kesiapan RSUD dr. Moch Anshari Saleh dalam
mengimplementasikan KRIS sesuai rancangan konsensus 12 kriteria KRIS JKN di tahun
2022, yang sedang disiapkan sebesar 85%.
Artikel ini memberikan gambaran tentang hasil penelitian terkait kesiapan rumah sakit
dalam memenuhi kriteria KRIS JKN, serta aspek-aspek yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi kebijakan, seperti standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, karakteristik
organisasi pelaksana, komunikasi antar organisasi, kegiatan pelaksana, dan sikap para
pelaksana.

b) Kebaruan penelitian
Penelitian ini memiliki kebaruan dalam mengkaji kesiapan RSUD Kota Salatiga dalam
menghadapi kebijakan Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) BPJS Kesehatan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021. Penelitian ini juga memberikan gambaran yang
komprehensif terkait kondisi sarana prasarana di RSUD Kota Salatiga dan menunjukkan
bahwa implementasi kriteria KRIS akan dilakukan bertahap, dengan beberapa kriteria yang
belum sepenuhnya terpenuhi. Oleh karena itu, penelitian ini memberikan urgensi untuk
menilai kesiapan RSUD Kota Salatiga dalam memenuhi standar KRIS BPJS Kesehatan.

c) Metodologi penelitian
Penelitian ini menggunakan metode mixed methods yang merupakan perpaduan antara
penelitian kualitatif dan kuantitatif untuk melihat gambaran fenomena dan deskripsi kegiatan
secara sistematis. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa kondisi sarana prasarana di RSUD
Kota Salatiga belum sepenuhnya memenuhi standar rancangan kriteria KRIS yang ditetapkan
pemerintah melalui BPJS Kesehatan. Misalnya, pada kriteria 2, 3, dan 11 terkait ukuran
minimal, jarak antara tempat tidur dan tepi, serta aksesibilitas kamar mandi yang belum sesuai
standar KRIS. Hal ini menunjukkan bahwa implementasi kriteria KRIS akan dilakukan
bertahap, dengan kriteria 1-10 merupakan kriteria yang wajib, sementara kriteria 11-12
merupakan kriteria wajib dengan bertahap. Oleh karena itu, penelitian ini memberikan urgensi
untuk mengevaluasi kesiapan RSUD Kota Salatiga dalam menghadapi Kelas Rawat Inap
Standar (KRIS) BPJS Kesehatan, terutama dalam hal pemenuhan standar sarana prasarana
yang diperlukan.

d) Variabel
Variabel independen dalam penelitian ini adalah tata kelola dan realisasi kerja, sedangkan
variabel dependennya adalah kesiapan RSUD Kota Salatiga dalam menghadapi Kelas Rawat
Inap Standar BPJS Kesehatan (KRIS).

e) Analisis data
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode campuran yang menggabungkan
penelitian kualitatif dan kuantitatif untuk menilai kepatuhan sarana dan prasarana rumah sakit
terhadap standar KRIS. Hasil penelitian mengungkapkan, meski kesiapan rumah sakit sudah
lebih dari 80% sesuai standar, namun masih terdapat sarana dan prasarana yang belum
memenuhi standar KRIS, seperti kamar mandi yang kurang rambu atau simbol serta jarak
antar tempat tidur yang sempit sehingga menyulitkan akses. Hal ini menyoroti kebaruan
penelitian dalam memberikan penilaian rinci mengenai kesiapan rumah sakit untuk memenuhi
standar KRIS, menekankan pentingnya mengatasi masalah ketidakpatuhan.

f) Hasil
Hasil penelitian mengungkapkan, meski kesiapan rumah sakit sudah lebih dari 80% sesuai
standar, namun masih terdapat sarana dan prasarana yang belum memenuhi standar KRIS,
seperti kamar mandi yang kurang rambu atau simbol serta jarak antar tempat tidur yang
sempit sehingga menyulitkan akses. Hal ini menyoroti kebaruan penelitian dalam
memberikan penilaian rinci mengenai kesiapan rumah sakit untuk memenuhi standar KRIS,
menekankan pentingnya mengatasi masalah ketidakpatuhan.

g) Implikasi dari penelitian


Implikasi dari penelitian ini adalah pentingnya untuk memperhatikan kesiapan RSUD Kota
Salatiga dalam memenuhi standar Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) BPJS Kesehatan.
Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar kriteria telah terpenuhi, masih
terdapat beberapa fasilitas dan infrastruktur yang tidak sesuai dengan standar KRIS. Hal ini
menekankan pentingnya untuk segera mengatasi masalah ketidaksesuaian tersebut agar
RSUD Kota Salatiga dapat memenuhi standar KRIS BPJS Kesehatan dan memberikan
pelayanan kesehatan yang setara dan berkualitas bagi peserta JKN-KIS. Implikasi ini juga
relevan dengan upaya mencapai Universal Health Coverage (UHC) dan mewujudkan keadilan
sosial dalam pelayanan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia.

h) Kelebihan dan kelemahan


 Keuntungan:
Kelebihan dari penelitian ini adalah penggunaan metode mixed methods yang
memberikan gambaran yang komprehensif terkait kondisi sarana prasarana di RSUD Kota
Salatiga. Metode ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan pemahaman yang
mendalam tentang kesiapan rumah sakit dalam menghadapi standar KRIS BPJS Kesehatan
 Kekurangan:
Kelemahan dari penelitian ini adalah kurangnya informasi terkait dengan ukuran
sampel yang digunakan dalam penelitian. Informasi ini dapat memberikan pemahaman
yang lebih jelas terkait generalisasi temuan penelitian terhadap populasi yang lebih luas

Anda mungkin juga menyukai