Cerita Seorang pelajar yang masih sekolah SMA Negeri berharap suatu saat ketika umurnya genap tujuh belas tahun dia ingin sekali mengendarai motor ke sekolahnya. Setiap hari dia menyisakan uang sakunya untuk ditabung untuk membeli helm dan membuat SIM. Naskah Nabung Keselamatan Seperti biasa, ketika pulang sekolah Ani jalan kaki ke rumahnya. Di tengah jalan Ani kehausan dan melihat orang-orang pada membeli es dan meminumnya. Ani membayangkan begitu enaknya di tengah terik matahari minum es. Ani mendekat dan ingin membeli juga untuk melepas dahaga dan membasahi tenggorokannya yang kering. Ani mengambil uang dari sakunya dan dibuka. Ani Sebenarnya ingin, tapi tidak jadi (Ani melanjutkan perjalanan pulang) Anu (mengelap sepedanya) Sepertinya, Adik capek Ani Iya, kak, (Sambil salim ke kakaknya) hari ini begitu panas (masuk ke kamarnya, dilihatlah tabungannya, lalu mengambil uang di sakunya dan memasukkan uang ke celengan yang dibuatnya sambil membaca sholawat). Melihat kegigihan adiknya menabung untuk membuat SIM dan membeli helm, hati Anu terasa terenyuh merasa bahwa dia gagal memenuhi kebutuhan adiknya. Dengan muka pura-pura tegar tapi kenyataannya sangat terpukul, Anu memberikan es teh kepada adiknya. Anu Semoga doa dan impian adik terkabulkan ya... (duduk berdua sambil melihat ke arah jauh seakan-akan dikejahuan sana ada harapan yang akan mengambulkan doa-doanya) Ani Amin (sambil mengusap tangannya) Sebentar lagi umurku sudah genap tujuh belas tahun, (raut wajah senang) semoga tabunganku cukup buat SIM dan beli helm (tiba-tiba mukanya muram karena takut uangnya tak cukup membuat SIM dan helm) Anu Sana istirahat, kamu kan capek (dengan nada tegar, padahal kenyataannya rapuh) Ani (tidur di kamarnya) Anu Selamat ulang tahun, adik (sambil membawa hadiah berupa helm bekas tapi masih layak digunakan) maaf, ya, kakak hanya mampu belikan helm bekas, semoga adik tidak malu Ani Tidak apa-apa, kak, saya senang sekali akhirnya saya punya helm biar bisa naik motor ke sekolah (sambil dipakai helmnya sambil mondar mandir seperti naik motor dan berhenti di depan celengan dan memecahkan celengan tersebut) Ayo kak, bantu menghitung (ditariknya lengan kakanya dan dihitung bersama-sama) Ya..masih kurang, kak (dengan nada sedih) Anu Tidak usah sedih, biar kakak yang nambah kekurangannya Ani Beneran, Kak? (Sambil menedekat ke kakaknya) Anu Iya, yuk kita berangkat buat SIM (Sambil pasang helm dan berangkat dan berhenti di lampu merah)