Anda di halaman 1dari 5

Shujinkou x Rival-san

Fanmade

Setelah seharian penuh menghabiskan hari dengan kencan sebagai


sepasang kekasih, mereka berdua pun sampai di halaman depan rumah
Honoka. Menghentikan langkahnya ke arah pintu masuk berbahan kayu
itu, Honoka terdiam sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke arah
Yurina yang berdiri selangkah mundur darinya.

Honoka menatap Yurina bingung,

“Ada apa, Yurina?”

Sadar bahwa tangannya di genggam Honoka, Yurina menggeleng


gugup. Ia tidak bisa bilang kalau sekarang ini, Ia sangat menyadari
betapa memalukannya tingkah lakunya kepada Honoka tadi, yang
merengek layaknya anak bayi agar memintanya untuk menginap
dirumah Honoka malam ini.

Yurina tak bisa mengontrol detak jantungnya, sehingga dia menjaga


jarak dari Honoka agar detak jantungnya itu tak terdengar. Namun, tak
ada gunanya untuk khawatir sekarang, karena semua sudah terlanjur,
maka mau tak mau Yurina mengikuti Honoka yang sambil menarik
tangannya itu masuk ke dalam rumah.

“Pe-permisi….”
“Ibuku sedang tidak ada dirumah. Dia akan pulang besok pagi, jadi
bersantailah, dan anggaplah seperti di rumah sendiri.”

Sambil merapikan sepatu dan menatanya dengan rapi, Yurina lagi-lagi


hanya bisa mengangguk gugup dengan balutan pikiran-pikiran aneh
yang mulai muncul di otaknya. Ia lalu mengikuti Honoka dari samping,
yang dia tau pasti mereka akan langsung pergi ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, Yurina mengambil tempat duduk di lantai, di


depan kotatsu untuk merehatkan sebentar otot kakinya yang mulai kaku
karena kencan seharian tadi. Melihat itu, Honoka tersenyum, lalu
mengikuti Yurina dengan duduk di sampingnya.

“E-eh? Kenapa duduk disini!?” Yurina tersentak begitu merasakan bahu


Honoka menempel dan bersandar ditubuhnya. Detak jantungnya
semakin cepat saat Honoka mulai mengaitkan kedua jari-jemari mereka.

“Hm? Kenapa? Apa aku tidak boleh duduk disamping pacarku sendiri?”
Seperti biasa, Honoka sudah tahu ekspresi macam apa yang akan dibuat
Yurina. Karena tahu itu, Ia memang sengaja melakukan ini. Menurut
Honoka, sisi Yurina yang seperti ini adalah yang terimut baginya.

“Lagipula, kamu sendiri tadi, kan, yang merengek padaku untuk


membiarkanmu menginap?”

“T-tolong jangan ingatkan aku tentang hal itu… Aku saat itu benar-
benar diambang kemabukan…”
Tawa Honoka lepas begitu mendengar jawaban Yurina. Memang benar,
di kencan tadi mereka bedua sempat minum-minum. Tapi tentunya
karena keterbatasan usia, mereka hanya baru bisa minum yang bersoda,
dan non alcohol.

“Apa yang kamu katakana, pfpft… Yurina benar-benar lucu, ya”

“A- kenapa kamu tertawa!! Aku serius!!”

Melihat Yurina mengembangkan pipinya itu, satu Hasrat di dalam


Honoka langsung muncul. Honoka mengangkat tangan kanannya dan
mulai mendekati wajah Yurina, lalu dengan itu, Ia pun mencium bibir
Yurina dengan lembut. Ia tahu tingkahnya ini pasti membuat Yurina
terkejut, tapi dari Yurina sendiri, tak ada perlawanan untuk melepas
ciuman mereka itu.

Ciuman hangat yang disalurkan dengan perasaan murni. Ini adalah


ciuman mereka pertama kali di hari ini. Karena sejak kencan tadi,
mereka belum melakukannya, atau bisa dibilang tak ada tempat dan
waktu yang bagus untuk itu.

Yurina merasakan lidah Honoka yang masuk ke dalam bibirnya.


Tangannya membalas kehangatan tangan Honoka yang ada di pipinya.

Keduanya saling melakukan french kiss. Sampai tak sadar, mereka


akhirnya sudah kehabisan nafas satu sama lain, dan melepaskan ciuman
tersebut.
Keduanya saling menatap, dengan wajah yang memerah.

“Hey… menurutmu, apa kita hanya akan tidur sampai pagi dan tidak
melakukan apa-apa…?”

“Apa-apa…Apa maksudmu…”

“Kita akan melakukannya…kan?”

Honoka bertanya, dengan tatapan yang seperti menyiratkan bahwa dia


menginginkan hal itu terjadi. Sama halnya, Yurina juga sebenarnya
memikirkan itu. Ia juga ingin melakukan itu dengan Honoka. Meski
sudah bukan pertama kalinya, namun jika dilihat dari waktu dan kapan
terakhir kali mereka melakukannya… itu sudah cukup lama sekali.

“T-tapi orang tuamu…ah,”

Yurina sadar. Sekarang, hanya ada mereka berdua yang di rumah ini
sampai besok pagi. Yurina meneguk Salivanya. Sudah tak ada kata tidak
ataupun alasan lain bagi mereka berdua untuk tidak melakukan ini.

Hanya ada satu pilihan.

“Y-yah, kalau Honoka pengen… U-um… Maka, kita akan


melakukannya…”

Honoka tersenyum senang. Ia sendiri sudah tahu kalau Yurina pasti tak
akan menolak. Jadi, dengan keadaan yang sangat mendukung mereka
sekarang ini… maka sudah waktunya untuk mereka berdua untuk
terlelap dalam kenikmatan itu malam ini.

Anda mungkin juga menyukai