Banten
Pahlawan Revolusi Kemerdekaan
Kematian 1692
Batavia, Hindia
Belanda
Wangsa Azmatkhan
Pemerintahan
Pada masa pemerintahannya, Kesultanan
Banten mencapai masa kejayaanya. Ia
berusaha keras melakukan modernisasi
terhadap Banten dan menjadikannya
sebagai pusat kegiatan Muslim di
Kepulauan Indonesia. Dia mengirim
putranya ke Mekah dengan perintah untuk
pergi dari sana ke Turki dengan harapan
dapat menjalin hubungan baik dengan
kekuatan utama Islam. Pada saat itu
juga, ia dan putranya mencoba
menghimpun pengikut di kalangan para
penasihat dan petualang Eropa.[6]
Prestasi terbesar dalam
pemerintahannya adalah penataan
perdagangan luar negeri. Seperti raja
Makassar, ia menyambut baik pedagang
dari Britania, Denmark, Prancis di
pelabuhan-pelabuhannya. Melalui
bantuan-bantuan orang Eropa ini dia
mulai melengkapi kapal-kapalnya sendiri
yang dibawa nahkoda asal Eropa
berlayar ke Filipina, Makau, Benggala, dan
Persia. Saudagar-saudagar India, Cina,
dan Arab berkumpul di Banten setelah
tersingkir dari Malaka dan Makassar.
Barang dagangan yang dijual di pasar
Batavia sebagian datang dari pelabuhan
pesaing di Banten dan gengsi Sultan
Tirtayasa naik begitu tinggi sehingga ia
menuntut bagian dalam perdagangan
pala di Ambon dan dalam perdagangan
timah di Semenanjung Malaya, sebuah
tuntutan yang ditolak oleh pemerintah di
Batavia. Sebelumnya, bahkan bukan di
zaman sebelum kedatangan Portugis,
perdagangan yang begitu luas terjadi di
suatu pelabuhan Indonesia seperti di
Banten pada waktu di mana VOC sedang
berada di puncak kekuatannya.[6]
Perjuangan
Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa di
Kesultanan Banten pada periode 1651–
1683. Dia memimpin banyak perlawanan
terhadap Belanda. Pada masa itu, VOC
menerapkan perjanjian monopoli
perdagangan yang merugikan Kesultanan
Banten. Kemudian Tirtayasa menolak
perjanjian ini dan menjadikan Banten
sebagai pelabuhan terbuka. Saat itu,
Sultan Ageng Tirtayasa ingin mewujudkan
Banten sebagai kerajaan Islam terbesar
di Indonesia (Nusantara).
Keluarga
Sultan Ageng Tirtayasa memiliki 18 orang
putera:[16][17]
Waqidah
binti Amr
Naufal
Umayyah
Harb Abūl-Āsh
Abū Sufyān al-Ḥakam ʿUtsmān
Muʿāwiyah I Marwān I
Bani
Umayyah