Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN. G DENGAN BRONKITIS

Disusun untuk Memenuhi Kompetensi


Departemen Keperawatan

Disusun Oleh :

Afirsta Irvi Bustania 20223114

BIDANG KEPERAWATAN
RS WAVA HUSADA
2023
BRONKITIS
A. Definisi
Bronkitis adalah infeksi saluran pernafasan yang menyebabkan inflamasi
yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang kebanyakan
disebabkan virus RSV, Virus influenza, virus parainfluensa dengan tanda dan
gejala timbulnya suara nafas yang berat dan kasar, demam dan produksi
dahak yang berlebihan (Nanda, 2014).
Bronkitis adalah proses inflamasi selintas yang mengenai trakea, bronkus
utama dan menengah yang memanifestasi sebagai batuk dan sesak karena
terjadi peningkatan pembentukan mukus, serta biasanya akan membaik tanpa
terapi dalam 2 minggu (IDAI, 2010).
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamasi
dan batuk sebagai tanda paling dominan, disebabkan oleh virus dan bakteri
dengan factor presdiposisi alergi, perubahan cuaca, dan polusi udara
(Ngastiyah, 2012).
Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernafasan yang menyebabkan
inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang
bermanifestasi sebagai batuk, dan biasanya akan membaik tanpa terapi dalam
2 minggu. Bronkitis umumnya disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus,
RSV, virus influenza, virus parainfluenza, Adenovirus, virus rubeola, dan
Paramixovirus dan bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan
Mycoplasma pneumonia, Bordetella pertussis, atau Corynebacterium
diphtheria (Rahajoe, 2012).
Corynebacterium diphtheriae bronkitis dibagi menjadi dua:

1. Bronkitis akut

Merupakan infeksi saluran pernapasan akut bawah. Ditandai dengan


awitan gejala yang mendadak dan berlangsung lebih singkat. Pada
bronkitis jenis ini, inflamasi (peradangan bronkus biasanya disebabkan
oleh infeksi virus atau bakteri, dan kondisinya diperparah oleh pemaparan
terhadap iritan, seperti asap rokok, udara kotor, debu, asap kimiawi, dll.

[Date]
40
2. Bronkitis kronis

Ditandai dengan gejala yang berlangsung lama (3 bulan dalam setahun


selama 2 tahun berturut-turut). Pada bronkitis kronik peradangan bronkus
tetap berlanjut selama beberapa waktu dan terjadi obstruksi/hambatan pada
aliran udara yang normal didalam bronkus.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa bronkitis


adalah proses inflamasi yang mengenai trakea dan bronkus yang disebabkan
oleh banyak faktor diantaranya disebabkan oleh virus dan bakteri ditambah
alergi, perubahan cuaca, polusi udara sebagai factor presdiposisi dengan
tanda gejala yang sering terjadi seperti batuk, sesak nafas, suara nafas yang
berat dan kasar, demam dan prosuksi dahak yang berlebihan.

B. Etiologi
Menurut Marni (2014), penyakit ini bisa disebabkan oleh virus dan
bakteri. Virus yang sering menyebabkan penyakit Respiratorik Syncytial
Virus. Penyebab lain yang sering terjadi pada bronkhitis ini adalah asap
rokok, baik perokok aktif maupun perokok pasif, atau sering menghirup udara
yang mengandung zat iritan.

Bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma


pneumonia yang dapat menyebabkan bronkitis akut dan biasanya terjadi
pada anak usia diatas 5 tahun atau remaja, bordetella pertussis dan
Corynebacterium diphtheria biasa terjadi pada anak yang tidak diimunisasi
dan dihubungkan dengan kejadian trakeobronkitis, yang selama stadium
kataral pertussis, gejala-gejala infeksi respiratori lebih dominan. Gejala khas
berupa batuk kuat berturut-turut dala satu ekspirasi yang diikuti dengan usaha
keras dan mendadak untuk inspirasi, sehingga menimbulkan whoop. Batuk
biasanya menghasilkan mucus yang kental dan lengket (Rahajoe, 2012).

Bronkitis disebabkan oleh virus seperti Rinivirus, RSV, virus influenza,


virus parainfluenza, Adenovirus, Virus rubeola, dan Paramyxovirus. Menerut
laporan penyebab lainnya dapat terjadi melalui zat iritan asam lambung,
seperti asam lambung, atau polusi lingkungan dan dapat ditemukan dan
setelah pejanan yang berat, seperti saat aspirasi setelah muntah, atau pejanan
dalam jumlah besar yang disesaskan zat kimia dan menjadikan bronchitis
kronis.

[Date]
41
Ikatan Dokter Anak Indonesia tahun (2010) mengatakan:

a. Virus

Sebagian besar disebabkan oleh virus, antara lain yaitu Rhinovirus, RSV,
Virus Influenza, Virus para influenza, Adenovirus, virus rubeola dan
paramyxovirus. Tetapi zat iritan seperti asam lambung, atau polusi
lingkungan.

b. Bakteri

Jumlah bronkitis akut bacterial jauh lebih sedikit dari pada bronkitis akut
viral. Invasi bakteri ke bronkus dapat merupakan infeksi sekunder setelah
terjadi kerusakan permukaan mukosa oleh virus sebelumnya. Bakteri
penyebabnya diantaranya staphylococcus aureus, streptococcus
pnumoniae dan haemophilus influenza.

c. Faktor lingkungan

Karena terpapar polusi udara yang terus menerus seperti karena asap
rokok, perubahan cuaca.

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada bronkitis akut biasanya batuk, terdengar ronki,
suara yang berat dan kasar, wheezing, menghilang dalam 10-14 hari, demam,
produksi sputum. Kemudian untuk tanda dan gejala bronkitis kronis yaitu
batuk yang parah pada pagi hari dan pada kondisi lembab, sering mengalami
infeksi saluran napas (seperti pilek atau flu) yang dibarengi dengan batuk,
gejala bronchitis akut lebih dari 2-3 minggu, demam tinggi, sesak napas jika
saluran tersumbat, produksi dahak bertambah banyak berwarna kuning atau
hijau. Menurut Corwin (2009) tanda dan gejala bronchitis adalah:

a. Demam dengan kisaran suhu normal 40˚ C

b. Batuk produktif dengan mukus kental dan sputum berlebih

c. Takipnea

d. Dispnea

e. Terdengar suara ronkhi dan wheezing

f. Sianosis

g. Anoreksia dan sukar makan

[Date]
42
D. Patosfisiologi
Serangan bronkitis terjadi karena tubuh terpapar oleh agen infeksi seperti
virus maupun bakteri atau oleh agen non infeksi seperti asap rokok. Virus
masuk melalui saluran pernafasan, masa intubasi virus ini adalah selama 5
sampai 8 hari, setelah itu akan timbul gejala infeksi, agen infeksi ini akan
menyebabkan iritasi akan timbul respons inflamasi yang akan menyebabkan
edema mukosa yang akan mengganggu system pembersihan di paru.

Normalnya paru-paru memiliki kemampuan pembersihan yaitu


kemampuan yang dilakukan oleh mukus dan silia, namun pada pasien dengan
bronkitis kemampuan ini akan mengalami kerusakan sehingga saluran
pernafasan mudah terkena infeksi. Kelenjar mukus akan menjadi hipertropi
dan hiperplasi saat terjadi infeksi hal ini akan menyebabkan produksi mukus
yang meningkat, infeksi juga menyebabkan dinding bronchial meradang,
menebal dan mengeluarkan mucus kental. Peradangan pada bronchial juga
memicu tubuh produksi mukus kental dari peradangan dinding bronchial
ditambah dengan peningkatan mukus dari kelenjar mukus akan
mengakibatkan terhambatnya beberapa saluran udara kecil dan
mempersempit saluran udara besar yang akan mengakibatkan obstruksi jalan
nafas terutama selama ekspirasi, sehingga sering kali terjadi kekurangan
oksigen tubuh dengan munculnya tanda sianosis dan juga keletihan karena
penggunaan otot bantu pernafasan yang berlebihan (IDAI 2010 dan Nanda
2014).

[Date]
43
Saluran nafas dalam Invasi virus atau bakteri

MK. Hipertermia Radang bronkial

Inflamasi pada Gangguan


bronkial pembersihan di paru

Akumulasi mukus Produksi mukus Kontriksi berlebihan

Edema Hiperventilasi
Timbul reaksi balik
paru

Atelectasis
Kelelahan MK. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Hipoksemial
Pengeluaran energi MK. Intoleran aktivitas
berlebih

MK. Ketidakseimbangan Kompensasi


Anoreksia nutrisi kurang dari kebutuhan frekeunsi nafas
tubuh

MK. Ketidakefektifan
pola nafas
Kebersihan mulut
menurun

Dikembangkan dari Nanda NIC NOC (2014)

[Date]
44
E. Komplikasi
Menurut Marni (2014) komplikasi bronchitis dengan kondisi kesehatan
yang jelek, antara lain:

a. Sinusitis

b. Otitis media

c. Bronkhietasis

d. PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)

e. Gagal napas

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fungsi paru

Bertujuan untuk melihat batas normal kapasitas paru dan volume, apabila
ada kelebih atau kekurang itu menunjukkan malfungsi pada system paru.
Normalnya yaitu 12-16x / menit, yang dapat mengangkat udara sekitar
lima liter pada usia dewasa, dan pada usia anak normalnya adalah 24x /
menit. Nama alatnya yaitu spirometer.

2. Rontgen thoraks

Jika melihat konsolidasi di bagian paru itu menunjukan kapasitas paru


menurun.

3. Kadar gas darah

Untuk mengetahui ukuran oksigenasi, saturasi O2, kadar pada CO2,


pH/keseimbangan asam basa, kadar bikarbonat, dan kurang lebihnya basa.
Analisa pengukuran pada gas darah:

a. Saturasi O2 lebih dari 90%

b. PaCO2 normal 35-45 mmHg

c. PH normal 7,35-7,45

d. Nilai normal PaO2 adalah 80-100 mmHg

e. Total nilai normal CO2 yang terdapat pada plasma yaitu 24-31 mEq/l

f. Nilai normal HCO3 yaitu 21-30 mEq/l

[Date]
45
4. Pemeriksaan laboratorium

Tujuan dari pemeriksaan laboratorium agar dapat melihat perubahan


terhadap peningkatan eosinophil Sputum (Nanda, 2015).

G. Penatalaksanaan
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita
dewasa bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak
sebaiknya hanya diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan
minum banyak cairan.

Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa


penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau
dan demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki
penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprim-
sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan
walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada
penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak
diberikan antibiotik.

Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat,
maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan
apakah perlu dilakukan penggantian antibiotik.

A. PENGELOLAAN UMUM

Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis, meliputi:

a) Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien :

Contoh :

 Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.

 Mencegah / menghentikan rokok

 Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya.

b) Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk


dikerjakan adalah sebagai berikut :

 Melakukan drainase postural

Pasien dilelatakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga


dapat dicapai drainase sputum secara maksimum. Tiap kali

[Date]
46
melakukan drainase postural dilakukan selama 10 – 20 menit, tiap
hari dilakukan 2 sampai 4 kali. Prinsip drainase postural ini adalah
usaha mengeluarkan sputum (secret bronkus ) dengan bantuan gaya
gravitasi. Posisi tubuh saat dilakukan drainase postural harus
disesuaikan dengan letak kelainan bronchitisnya, dan dapat dibantu
dengan tindakan memberikan ketukan padapada punggung pasien
dengan punggung jari.

 Mencairkan sputum yang kental

Dapat dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas,


mengguanakan obat-obat mukolitik dan sebagainya.Mengatur
posisi tepat tidur pasien
Sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk memudahkan
drainase sputum.

 Mengontrol infeksi saluran nafas.

Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil dengan


jalan mencegah penyebaran kuman, apabila telah ada infeksi perlu
adanya antibiotic yang sesuai agar infeksi tidak berkelanjutan.

B. PENGELOLAAN KHUSUS

1. Kemotherapi pada bronchitis

Kemotherapi dapat digunakan secara continue untuk mengontrol


infeksi bronkus ( ISPA ) untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut
pada bronkus/paru atau kedua-duanya digunakan Kemotherapi
menggunakan obat-obat antibiotic terpilih, pemkaian antibiotic
antibiotic sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas kuman
terhadap antibiotic secara empiric.

Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada pengelolaan


bronchitis, tidak pada setiap pasien harus diberikan antibiotic.
Antibiotik diberikan jika terdapat aksaserbasi infeki akut, antibiotic
diberikan selama 7-10 hari dengan therapy tunggal atau dengan
beberapa antibiotic, sampai terjadi konversi warna sputum yang
semula berwarna kuning/hijau menjadi mukoid ( putih jernih ).
Kemotherapi dengan antibiotic ini apabila berhasil akan dapat
mengurangi gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama
pada saat terjadi aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya
bersifat sementara. Drainase secret dengan bronkoskop. Cara ini
penting dikerjakan terutama pada saat permulaan perawatan pasien.
Keperluannya antara lain:

[Date]
47
o Menentukan dari mana asal secret

o Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus

o Menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage


daerah obstruksi.

2. Pengobatan simtomatik

Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin


mengganggu atau mebahayakan pasien.

3. Pengobatan obstruksi bronkus

Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil


uji faal paru (%FEV 1 < 70% ) dapat diberikan obat bronkodilator.

4. Pengobatan hipoksia.

Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan oksigen.

5. Pengobatan haemaptoe.

Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya menghentikan


perdarahan. Dari berbagai penelitian pemberian obat-obatan
hemostatik dilaporkan hasilnya memuaskan walau sulit diketahui
mekanisme kerja obat tersebut untuk menghentikan perdarahan.

6. Pengobatan demam.

Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut sering


terdapat demam, lebih-lebih kalau terjadi septikemi. Pada kasus ini
selain diberikan antibiotic perlu juga diberikan obat antipiretik.

7. Pengobatan pembedahan

Tujuan pembedahan : mengangkat ( reseksi ) segmen/ lobus paru


yang terkena.

o Indikasi pembedahan:

Pasien bronchitis yang yang terbatas dan resektabel, yang tidak


berespon yang tidak berespon terhadap tindakan-tindakan
konservatif yang adekuat. Pasien perlu dipertimbangkan untuk
operasi

[Date]
48
Pasien bronchitis yang terbatas tetapi sering mengaami infeksi
berulang atau haemaptoe dari daerakh tersebut. Pasien dengan
haemaptoe massif seperti ini mutlak perlu tindakan operasi.

o Kontra indikasi

Pasien bronchitis dengan COPD, Pasien bronchitis berat, Pasien


bronchitis dengan koplikasi kor pulmonal kronik dekompensasi.

o Syarat-ayarat operasi.

- Kelainan ( bronchitis ) harus terbatas dan resektabel

- Daerah paru yang terkena telah mengalami perubahan


ireversibel

- Bagian paru yang lain harus masih baik misalnya tidak ada
bronchitis atau bronchitis kronik.

o Cara operasi.

- Operasi elektif : pasien-pasien yang memenuhi indikasi dan


tidak terdaat kontra indikasi, yang gagal dalam pengobatan
konservatif dipersiapkan secara baik utuk operasi.
Umumnya operasi berhasil baik apabila syarat dan
persiapan operasinya baik.

- Operasi paliatif : ditujukan pada pasien bronchitis yang


mengalami keadaan gawat darurat paru, misalnya terjadi
haemaptoe masif ( perdarahan arterial ) yang memenuhi
syarat-syarat dan tidak terdapat kontra indikasi operasi.

o Persiapan operasi :

- Pemeriksaan faal paru : pemeriksaan spirometri,analisis gas


darah, pemeriksaan broncospirometri ( uji fungsi paru
regional )

- Scanning dan USG

- Meneliti ada atau tidaknya kontra indikasi operasi pada


pasien

- Memperbaiki keadaan umum pasien.

[Date]
49
H. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan
penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,
observasi, psikal assesment.
1. Identitas klien
Penderita berjenis kelamin laki-laki, usia antara 50-60 tahun, biasanya
pasien menderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik bekerja di pabrik atau
merokok.

2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering pada klien Penyakit Paru Obstruksi Krinis
yaitu: sesak nafas, batuk tak kunjung sembuh, ditemukan suara nafas
wheezing.

3. Riwayat penyakit sekarang


Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang diderita
oleh klien mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai klien dibawa ke
Rumah sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ke tempat lain selain
rumah sakit umum serta pengobatan apa yang pernah diberikan dan
bagaimana perubahannya dan data yang didapatkan saat pengkajian.

4. Riwayat penyakit dahulu


Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat sebelumnya misalnya
bronkitiskronik, riwayat penggunaan obat-obatan (antitrypsin)

5. Riwayat penyakit keluarga


Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit paru-
paru lainnya

6. Pemeriksaan fisik (head to toe)

a) Keadaan umum

Tampak lemah, sakit berat

b) Tanda – tanda vital

TD menurun, nafas sesak, nadi lemah dan cepat, suhu meningkat,


sianosis.

c) TB/BB

Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan

[Date]
50
d) Kulit

Inspeksi : biasanya tampak pucat dan sianosis

Palpasi : biasanya turgor kulit jelek

e) Rambut

Inspeksi : lihat distribusi rambut merata atau tidak, bersih atau


bercabang, halus dan kasar.

Palpasi : mudah rontok atau tidak

f) Kuku

Inspeksi : lihat kondisi kukunpucat atau tidak, ada sianosis atau tidak

Palpasi : CRT <2 detik

g) Kepala

Inspeksi : lihat kesimetrisan, biasanya kliean mengeluh sakit kepala

Palpasi : periksa adanya benjolan atau nyeri

h) Mata

Inspeksi : biasanya konjungtiva dan sclera berwarna normal, lihat


reflek kedip baik atau tidak, terdapat radang atau tidak dan pupil
isokor.

i) Hidung

Inspeksi : biasanya terdapat pernafasan cuping hidung, terdapat


secret berlebih dan terpasang 02.

Palpasi : adanya nyeri tekan dan benjolan

j) Mulut dan faring

Pucat sianosis, membrane mukosa kering, bibir kering dan pucat

k) Telinga

Inspeksi : adanya kotoran atau cairan dan bagaimana bentuk tulang


rawannya

Palpasi : adanya respon nyeri pada daun telinga

[Date]
51
l) Thorax

Inspeksi : biasanya dada simetris, tidak kembung

Auskultasi : adanya stridor atau wheezing menunjukkan tanda bahaya

m) Abdomen

Inspeksi : lihat kesimetrisan dan adanya pembesaran abdomen

Palpasi : adanya nyeri tekan dan abdomen

n) Genetalia

Inspeksi : adanya kelainan genetalia, adanya pembesaran skrotum atau


adanya lesi pada genetalia

Palpasi : adanya nyeri tekan dan benjolan

o) Ekstremitas

Inspeksi : adanya oedem, tanda sianosis dan sulit bergerak

Palpasi : adanya nyeri tekan dan benjolan

Perkusi : periksa reflek patelki dengan reflek hummer

7. Pola fungsi kesehatan

a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan kesehatan

b) Pola Nutrisi

Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan elektrolit, nafsu


makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah, dan
makanan kesukaan.

c) Pola eliminasi

Menjelaskan pola fungsi ekskresi, kandung kemih, defekasi, ada


tidaknya defekasi, masalah nutrisi, dan penggunan kateter.

d) Pola tidur dan istirahat

Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap energy,


jumlah jam tidur siang dan malam, masalah tidur dan insomnia.

[Date]
52
e) Pola aktifitas dan istirahat

Menggambarkan pola latihan, aktifitas, fungsi pernafasan, dan


sirkulasi, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan kedalaman
pernafasan.

f) Pola hubungan dan peran

Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap


anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan.

g) Pola sensori dan kognitif

Pola persepsi sensori meliputi pengkajian penglihatan, pendengaran


dan penciuman. Pada klien katarak dapat ditemukan gejala gangguan
penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan merasa
diruang gelap. Sedang tandanya adalah tampak kecoklatan atau putih
susu pada pupil, peningkatan air mata.

h) Pola persepsi

Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap


kemampuan konsep diri.

i) Pola seksual dan reproduksi

Menggambarkan kepuasan/ masalah terhadap seksualitas.

j) Pola mekanisme/penanggulangan stress.

Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress.

k) Pola nilai dan kepercayaan

Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk


spiritual.

I. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasa terjadi pada pasien dengan bronkitis yaitu :
1. (D.0001) Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif bd proses infeksi dd mengi,
wheezing dan/ atau ronkhi kering
2. (D.0005) Pola Nafas Tidak Efektif bd depresi pusat pernafasan dd pola
nafas abnormal
3. (D.0130) Hipertermia bd proses penyakit dd suhu tubuh diatas nilai normal

[Date]
53
J. Perencanaan Keperawatan
1. (D.0001) Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif bd proses infeksi dd mengi,
wheezing dan/ atau ronkhi kering
Observasi:
a) Monitor pola napas (frekuensi,irama, kedalaman, upaya napas)

b) Monitor saturasi oksigen

c) Monitor hasil x- ray thoraks

Terapeutik

a) Dokumentasikan hasil pemantauan respirasi

b) Atur posisi semi fowler atau fowler

Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

b) Informasikan hasil pemantauan,jika perlu

Kolaborasi

a) Kolaborasi dengan medis


Tujuan : untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten
Kriteria hasil : pasien bisa melakukan batuk efektif, ronkhi menurun

2. (D.0005) Pola Nafas Tidak Efektif bd depresi pusat pernafasan dd pola


nafas abnormal
Observasi
a) Monitor pola napas

b) Monitor saturasi oksigen

c) Monitor hasil x – ray thoraks

Terapeutik

a) Posisikan pasien semi fowler atau fowler

b) Dokumentasikan hasil pemantauan respirasi

[Date]
54
Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan repirasi

b) Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

a) Kolaborasi dengan medis untuk pemberian obat inhalasi


Tujuan : untuk membuat pola nafas efektif dan adekuat 20x/menit
Kriteria hasil : frekuensi nafas membaik, sesak berkurang

3. (D.0130) Hipertermia bd proses penyakit dd suhu tubuh diatas nilai normal


Observasi
a) Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan incubator)

b) Monitor Suhu tubuh

Terapeutik
a) Sediakan lingkungan yang dingin

b) Berikan cairan oral

Edukasi

a) Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

a) Kolaborasi dengan medis


Tujuan : suhu menurun
Kriteria hasil : untuk membuat suhu tubuh kembali normal 36,5 C

K. Evaluasi
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan proses infeksi
ditandai dengan mengi, wheezing dan/ atau ronkhi kering. Kriteria hasil
yang telah di tetapakan dalam tinjauan pustaka sebagai berikut pasien bisa
melakukan batuk efektif, ronkhi menurun.
2. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungann dengan depresi pusat pernafasan
ditandai dengan pola nafas abnormal. Kriteria hasil yang telah ditetapkan

[Date]
55
dalam tinjauan pustaka yaitu frekuensi nafas pasien membaik, sesak
berkurang.
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu
tubuh diatas nilai normal. Kriteria yang telah ditentukan tinjauan
pustakayaitu suhu tubuh kembali normal 36,5 C

[Date]
56
DAFTAR PUSTAKA

Dhananjaya, Arya J, 2012; Pernafasan (Bronchitis), diakses tanggal 2 Mei


2016, dari ayoncrayon4.blogspot.co.id/2012/11/bronchitis.html

Hartono. 2015. Peningkatan Kapasitas Vital Paru pada Pasien PPOK


Menggunakan metode Pernapasan Pursed Lips. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan.
Volume 4 Nomor 1, Mei 2015. Hal 62.

Ikawati Zullies. 2011. Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana


Terapinya. Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Kurniyawati Efi, 2015, Chest Physical Therapy dan Terapi Latihan (CPT)
PadaKardiopulmonal, diakses tanggal 2 Mei 2016, dari
efikurniyawati61.blogspot.co.id/2015/04/chest-physical-therapy-dan- terapi.html

Lehrer Steven. Tanpa tahun. Memahami Bunyi Paru Dalam Praktik


Sehari-hari. Dialihbahasakan oleh Lyndon Saputra. Tangerang: Binarupa Aksara
Publisher.

Parker, Steve. 2007. Ensiklopedia Tubuh Manusia. Di alihbahasakan oleh


Winardini. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Putri H dan Soemarno S. 2013. Perbedaan Postural Drainage dan Latihan


Batuk Efektif pada Intervensi Nebulizer Terhadap Penurunan Frekuensi Batuk 11
Pada Asma Bronchiale Anak Usia 3-5 Tahun. Jurnal Fisioterapi. Volume 13
Nomor1, April 2013. Hal: 7.

Ringel Edward. 2012. Buku Saku Hitam Kedokteran Paru. Dialih


bahasakan oleh DanielK.Onion. Jakarta Barat: Permata Puri Media

Widagdo 2012. Tatalaksanaan Masalah Penyakit Anak Dengan Ikterus cv


sagung seto Jakarta

PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus


2015 ISSN2302 - 249300.

Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri Volume 4, No. 2, Desember 2011

[Date]
57
Asuhan keperawatan pada Tn, G di Rawat jalan
1. Asesmen Rawat Jalan

[Date]
58
[Date]
59
[Date]
60
[Date]
61
[Date]
62
[Date]
63
2. Data Penunjang

[Date]
64
[Date]
65
[Date]
66
46

Anda mungkin juga menyukai