Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karuniaNya, Pedoman Pelayanan Kefarmasian di UPT Puskesmas Rejosari telah dapat
diselesaikan.
Tim Pelayanan Klinis UPT Puskesmas Rejosari telah menyusun suatu pedoman
pelayanan kefarmasian di puskesmas yang diharapkan dapat melengkapi pedoman pengelolaan
obat dari Departemen Kesehatan yang sudah ada.
Pedoman ini memuat uraian tentang pengelolaan sumber daya manusia, pengelolaan
sarana dan prasarana, pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan, administrasi,
pelayanan resep, pelayanan informasi obat, monitoring dan evaluasi penggunaan obat. Pedoman
ini diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan kemampuan tenaga farmasi yang bekerja di
Puskesmas Rejosari.
Dengan adanya buku ini diharapkan tenaga pelatih maupun peserta latih akan mempunyai
pemahaman yang sama tentang pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas dan
dengan tersebarnya buku pedoman ini juga diharapkan kualitas pengelolaan obat dan perbekalan
kesehatan untuk petugas di Puskesmas Rejosari menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan pedoman ini. Saran serta
kritik yang membangun tentunya sangat kami harapkan untuk penyempurnaan dan perbaikan di
masa mendatang. Akhir kata, semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi tenaga farmasi dalam
memberikan pelayanan kefarmasian di Puskesmas Rejosari.

Kudus, Januari 2016


Apoteker UPT Puskesmas Rejosari

Indriati Hapsari, S.Farm, Apt


NIP. 19861013 201101 2 015

Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Rejosari Page 1


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara
nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan
terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas
dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa/ kelurahan atau dusun/rukun warga
(RW).
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Rejosari adalah
tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu lingkungan
sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan
penduduk. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas Rejosari adalah
mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Untuk mencapai visi tersebut, Puskesmas Rejosari
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di Puskesmas
Rejosari perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu.
Sesuai dengan perkembangan di bidang kefarmasian telah terjadi pergeseran orientasi
pelayanan kefarmasian dari pengelolaan obat sebagai komoditi kepada pelayanan yang
komprehensif dalam pengertian tidak saja sebagai pengelola obat, namun lebih luasnya
mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional
(Pharmaceutical Care). Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker/asisten
apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien.
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana,
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik
(penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan pencatatan/penyimpanan
resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai
dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan.

1.2. Tujuan
Tujuan Umum : Terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di Puskesmas Rejosari
Tujuan Khusus :
- Sebagai acuan bagi apoteker dan asisten apoteker untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian
di Puskesmas Rejosari
- Sebagai pedoman bagi Dinas Kesehatan dalam pembinaan pelayanan kefarmasian di
Puskesmas Rejosari

Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Rejosari Page 2


BAB II
PENGELOLAAN SUMBER DAYA

2.1. Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas Rejosari
adalah Apoteker dan dibantu Asisten Apoteker (Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan).
Kompetensi apoteker di Puskesmas sebagai berikut:
• Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu
• Mampu mengambil keputusan secara profesional
• Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi kesehatan
lainnya dengan menggunakan bahasa verbal, nonverbal maupun bahasa lokal
• Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun informal, sehingga ilmu dan
keterampilan yang dimiliki selalu baru (up to date).
Sedangkan asisten apoteker hendaknya dapat membantu pekerjaan apoteker dalam
melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut.

2.2. Prasarana dan Sarana


Prasarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara tidak langsung mendukung
pelayanan kefarmasian, sedangkan sarana adalah suatu tempat, fasilitas dan peralatan yang
secara langsung terkait dengan pelayanan kefarmasian. Dalam upaya mendukung pelayanan
kefarmasian di Puskesmas Rejosari diperlukan prasarana dan sarana yang memadai disesuaikan
dengan kebutuhan dengan memperhatikan luas cakupan, ketersediaan ruang rawat inap, jumlah
karyawan, angka kunjungan dan kepuasan pasien.
Prasarana dan sarana yang harus dimiliki Puskesmas Rejosari untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kefarmasian adalah sebagai berikut :
• Papan nama “apotek” atau “kamar obat” yang dapat terlihat jelas oleh pasien
• Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
• Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, antara lain timbangan gram dan miligram, mortir-
stamper, gelas ukur, corong, rak alat-alat, dan lain-lain
• Tersedia tempat dan alat untuk mendisplai informasi obat bebas dalam upaya penyuluhan
pasien, misalnya untuk memasang poster, tempat brosur, leaflet, booklet dan majalah kesehatan
• Tersedia sumber informasi dan literatur obat yang memadai untuk pelayanan informasi obat.
Antara lain Farmakope Indonesia edisi terakhir, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO) dan
Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI).
• Tersedia tempat dan alat untuk melakukan peracikan obat yang memadai
• Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es untuk supositoria, serum dan vaksin, dan
lemari terkunci untuk penyimpanan narkotika sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.

Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Rejosari Page 3


• Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat atau komputer agar pemasukan dan
pengeluaran obat, termasuk tanggal kadaluarsa obat, dapat dipantau dengan baik.
• Tempat penyerahan obat yang memadai, yang memungkinkan untuk melakukan pelayanan
informasi obat.

2.3. Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan


Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Perbekalan
kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan kesehatan. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan (Lihat pada
Buku Pedoman Obat Publik dan Perbekalan Obat di Puskesmas, Ditjen Yanfar dan Alkes, 2004).

2.4. Administrasi
Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan, pengarsipan dalam rangka
penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang tertib baik untuk sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan maupun pengelolaan resep supaya lebih mudah dimonitor dan dievaluasi.
Administrasi untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan meliputi semua tahap
pengelolaan dan pelayanan kefarmasian, yaitu :
- Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan
untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat di
Puskesmas. Perencanaan kebutuhan obat untuk Puskesmas Rejosari dilakukan setiap periode dan
dilaksanakan oleh Pengelola Obat dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas Rejosari dalam hal
ini adalah Apoteker.
Dalam proses perencanaan kebutuhan obat per tahun, Puskesmas Rejosari diminta
menyediakan data pemakaian obat dengan mengunakan LPLPO. Selanjutnya Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota yang akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat
Puskesmas Rejosari. Ketepatan dan kebenaran data perencanaan ini akan berpengaruh terhadap
ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan
- Permintaan obat ke instalasi farmasi kabupaten/ kota
Sumber penyediaan obat di Puskemas Rejosari berasal dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas Rejosari adalah obat
esensial yang jenis dan itemnya telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dengan merujuk pada
Daftar Obat Esensial Nasional. Selain itu, sesuai dengan kesepakatan global maupun Keputusan
Menteri Ke sehatan No. 085 tahun 1989 tentang Kewajiban Menuliskan Resep dan atau
Menggunakan Obat Generik di Pelayanan Kesehatan Milik Pemerintah dan Permenkes RI No.
HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kewajban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Pemerintah, maka hanya obat generik saja yang diperkenankan tersedia di
Puskesmas Rejosari.
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di Puskesmas Rejosari diajukan oleh
Kepala Puskesmas Rejosari kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit pelayanan ke kepala
Puskesmas Rejosari dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub unit.

Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Rejosari Page 4


- Penerimaan
Setiap penyerahan obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota kepada Puskesmas
dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Petugas penerima obat bertanggung jawab atas pemeriksaan fisik, penyimpanan, pemindahan,
pemeliharaan dan penggunaan obat berikut kelengkapan catatan yang menyertainya. Pelaksanaan
fungsi pengendalian distribusi obat kepada Puskesmas Pembantu dan sub unit pelayanan
kesehatan lainnya merupakan tanggung jawab Kepala Puskesmas. Petugas penerima obat wajib
melakukan pengecekan terhadap obat yang diserahterimakan, meliputi kemasan, jenis dan
jumlah obat, bentuk sediaan obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO), dan ditanda tangani
oleh petugas penerima serta diketahui oleh Kepala Puskesmas. Petugas penerima dapat menolak
apabila terdapat kekurangan dan kerusakan obat. Setiap penambahan obat, dicatat dan dibukukan
pada buku penerimaan obat dan kartu stok.
- Penyimpanan mengunakan kartu stok atau computer
1) Persyaratan gudang
a) Luas minimal 3 x 4 m2 dan atau disesuaikan dengan jumlah obat yang disimpan.
b) Ruangan kering dan tidak lembab.
c) Memiliki ventilasi yang cukup.
d) Memiliki cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung untuk
menghindarkan adanya cahaya langsung dan berteralis.
e) Lantai dibuat dari semen/tegel/keramik/papan (bahan lain) yang tidak memungkinkan
bertumpuknya debu dan kotoran lain. Harus diberi alas papan (palet).
f) Dinding dibuat licin dan dicat warna cerah.
g) Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam.
h) Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat.
i) Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda.
j) Tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu terkunci dan terjamin
keamanannya.
k) Harus ada pengukur suhu dan higrometer ruangan.
2) Pengaturan penyimpanan obat
a) Obat di susun secara alfabetis untuk setiap bentuk sediaan.
b) Obat dirotasi dengan sistem FEFO dan FIFO.
c) Obat disimpan pada rak.
d) Obat yang disimpan pada lantai harus di letakan diatas palet.
e) Tumpukan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk.
f) Sediaan obat cairan dipisahkan dari sediaan padatan.
g) Sera, vaksin dan supositoria disimpan dalam lemari pendingin.
h) Lisol dan desinfektan diletakkan terpisah dari obat lainnya.

Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Rejosari Page 5


Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan kondisi penyimpanan sebagai berikut :
a) Kelembaban
Udara lembab dapat mempengaruhi obat-obatan sehingga mempercepat kerusakan. Untuk
menghindari udara lembab tersebut maka perlu dilakukan upaya-upaya berikut :
 Ventilasi harus baik, jendela dibuka.
 Simpan obat ditempat yang kering.
 Wadah harus selalu tertutup rapat, jangan dibiarkan terbuka.
 Bila memungkinkan pasang kipas angin atau AC. Karenamakin panas udara di dalam
ruangan maka udara semakin lembab.
 Biarkan pengering (silica gel) tetap dalam wadah tablet dan kapsul.
 Kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki.
b) Sinar Matahari
Sebagian besar cairan, larutan dan injeksi cepat rusak karena pengaruh sinar matahari. Cara
mencegah kerusakan karena sinar matahari antara lain:
 Jendela-jendela diberi gorden.
 Kaca jendela dicat putih.
c) Temperatur/Panas
Obat seperti salep, krim dan supositoria sangat sensitive terhadap pengaruh panas, dapat meleleh.
Oleh karena itu hindarkan obat dari udara panas. Ruangan obat harus sejuk, beberapa jenis obat
harus disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu 4 – 8 oC, seperti:
• Vaksin
• Sera dan produk darah
• Antitoksin
• Insulin
• Injeksi antibiotika yang sudah dipakai (sisa)
• Injeksi oksitosin
• Injeksi Metil Ergometrin
Untuk DPT, DT, TT, vaksin atau kontrasepsi jangan dibekukan karena akan menjadi rusak. Cara
mencegah kerusakan karena panas antara lain :
• Bangunan harus memiliki ventilasi/sirkulasi udara yang memadai.
• Hindari atap gedung dari bahan metal.
• Jika memungkinkan dipasang Exhaust Fan atau AC.
d) Kerusakan Fisik
Untuk menghindari kerusakan fisik dapat dilakukan antara lain:
 Penumpukan dus obat harus sesuai dengan petunjuk pada karton, jika tidak tertulis pada
karton maka maksimal ketinggian tumpukan delapan dus, karena obat yang ada di dalam
dus bagian tengah ke bawah dapat pecah dan rusak, selain itu akan menyulitkan
pengambilan obat.
 Hindari kontak dengan benda - benda yang tajam

Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Rejosari Page 6


e) Kontaminasi
Wadah obat harus selalu tertutup rapat. Apabila wadah terbuka, maka obat mudah tercemar oleh
bakteri atau jamur.
f) Pengotoran
Ruangan yang kotor dapat mengundang tikus dan seranggalain yang kemudian merusak obat.
Etiket dapat menjadi kotor dan sulit terbaca. Oleh karena itu bersihkan ruangan setiap hari.
Lantai disapu dan dipel, dinding dan rak dibersihkan.

3) Tata Cara Penyusunan Obat


a) Penerapan sistem FEFO dan FIFO
Penyusunan dilakukan dengan sistem First Expired First Out (FEFO) untuk masing-masing
obat, artinya obat yang lebih awal kadaluwarsa harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang
kadaluwarsa kemudian, dan First In First Out (FIFO) untuk masing-masing obat, artinya obat
yang datang pertama kali harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang datang kemudian. Hal
ini sangat penting karena obat yang sudah terlalu lama biasanya kekuatannya atau potensinya
berkurang.
b) Pemindahan harus hati-hati supaya obat tidak pecah/rusak.
c) Golongan antibiotik harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya
matahari, disimpan di tempat kering.
d) Vaksin dan serum harus dalam wadah yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan
disimpan dalam lemari pendingin (suhu 4 – 8 oC). Kartu temperatur yang ada harus selalu diisi
setiap pagi dan sore.
e) Obat injeksi disimpan dalam tempat yang terhindar dari cahaya matahari langsung.
f) Bentuk dragee (tablet salut) disimpan dalam wadah tertutup rapat dan pengambilannya
menggunakan sendok.
g) Untuk obat dengan waktu kadaluwarsa yang sudah dekat supaya diberi tanda khusus,
misalnya dengan menuliskan waktu kadaluarsa pada dus luar dengan mengunakan spidol.
h) Penyimpanan obat dengan kondisi khusus, seperti lemari tertutup rapat, lemari pendingin,
kotak kedap udara dan lain sebagainya.
i) Cairan diletakkan di rak bagian bawah.
j) Kondisi penyimpanan beberapa obat.
 Beri tanda/kode pada wadah obat.
 Beri tanda semua wadah obat dengan jelas.
 Apabila ditemukan obat dengan wadah tanpa etiket, jangan digunakan.
 Apabila obat disimpan di dalam dus besar maka pada dus harus tercantum :
Jumlah isi dus, misalnya : 20 kaleng @ 500 tablet.
Kode lokasi.
Tanggal diterima.
Tanggal kadaluwarsa.
Nama produk/obat.

Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Rejosari Page 7


 Beri tanda khusus untuk obat yang akan habis masa pakainya pada tahun tersebut. Jangan
menyimpan vaksin lebih dari satu bulan di unit pelayanan kesehatan (Puskesmas).

4) Pengamatan mutu
Setiap pengelola obat, perlu melakukan pengamatan mutu obat secara berkala, setiap bulan.
Pengamatan mutu obat dilakukan secara visual dengan melihat tanda–tanda sebagai berikut :
a) Tablet
• Terjadi perubahan warna, bau dan rasa, serta lembab.
• Kerusakan fisik seperti pecah, retak, sumbing, gripis dan rapuh.
• Kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu obat.
• Untuk tablet salut, disamping informasi di atas, juga basah dan lengket satu dengan lainnya.
• Wadah yang rusak.
b) Kapsul
• Cangkangnya terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan lainnya.
• Wadah rusak.
• Terjadi perubahan warna baik cangkang ataupun lainnya.
c) Cairan
• Cairan jernih menjadi keruh, timbul endapan.
• Cairan suspensi tidak bisa dikocok.
• Cairan emulsi memisah dan tidak tercampur kembali.
d) Salep
• Konsistensi warna dan bau berubah (tengik).
• Pot/tube rusak atau bocor.
e) Injeksi
• Kebocoran
• Terdapat partikel untuk sediaan injeksi yang seharusnya jernih sehingga keruh atau partikel
asing dalam serbuk untuk injeksi.
• Wadah rusak atau terjadi perubahan warna.

Laporkan perubahan yang terjadi kepada Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota untuk diteliti lebih
lanjut.
Jangan menggunakan obat yang sudah rusak atau kadaluwarsa
Hal ini penting untuk diketahui terutama penggunaan antibiotik yang sudah kadaluwarsa karena
dapat menimbulkan resistensi mikroba. Resistensi mikroba berdampak terhadap mahalnya biaya
pengobatan.
Obat dapat berubah menjadi toksis
Selama penyimpanan beberapa obat dapat terurai menjadi substansi-substansi yang toksik.
- Pendistribusian
Distribusi/penyaluran adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara merata
dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan kesehatan antara lain :
1) Sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan Puskesmas
2) Puskesmas Pembantu.
Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Rejosari Page 8
3) Puskesmas Keliling.
4) Posyandu.
5) Polindes.

- Pencatatan dan Pelaporan Obat


Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas Rejosari merupakan rangkaian kegiatan
dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima,
disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas Rejosari dan atau unit pelayanan lainnya.
Puskesmas bertanggung jawab atas terlaksananya pencatatan dan pelaporan obat yang
tertib dan lengkap serta tepat waktu untuk mendukung pelaksanaan seluruh pengelolaan obat.
Sarana Pencatatan Dan Pelaporan
Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas Rejosari
adalah Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan kartu stok. LPLPO yang
dibuat oleh petugas Puskesmas Rejosari harus tepat data, tepat isi dan dikirim tepat waktu serta
disimpan dan diarsipkan dengan baik. LPLPO juga dimanfaatkan untuk analisis penggunaan,
perencanaan kebutuhan obat, pengendalian persediaan dan pembuatan laporan pengelolaan obat.
 Di dalam gedung Puskesmas (gudang puskesmas, kamar obat, kamar suntik, UGD
puskesmas, poli) :
Kartu stok obat
LPLPO
LPLPO sub unit
Catatan harian penggunaan obat
 Di luar gedung Puskesmas (Puskesmas keliling, Posyandu, Pustu, Polindes) :
LPLPO sub unit
Kartu stok
Alur Pelaporan
Data LPLPO merupakan kompilasi dari data LPLPO sub unit. LPLPO dibuat 3 (tiga)
rangkap, diberikan ke Dinkes Kabupaten/Kota melalui Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, untuk
diisi jumlah yang diserahkan. Setelah ditanda tangani oleh kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota,
satu rangkap untuk Kepala Dinas Kesehatan, satu rangkap untuk Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota dan satu rangkap dikembalikan ke Puskesmas Rejosari.
Periode Pelaporan
LPLPO sudah harus diterima oleh Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota paling lambat
tanggal 10 setiap bulannya.
- Supervisi dan Evaluasi Pengelolaan Obat
Tujuan supervisi adalah untuk meningkatkan produktivitas para petugas pengelola obat agar
mutu pelayanan obat dapat ditingkatkan secara optimum. Evaluasi adalah serangkaian prosedur
untuk menilai suatu program dan memperoleh informasi tentang keberhasilan pencapaian tujuan,
kegiatan, hasil dan dampak serta biayanya. Fokus utama dari evaluasi adalah mencapai perkiraan
yang sistematis dari dampak program.

Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Rejosari Page 9


INDIKATOR PENGELOLAAN OBAT
Terdapat beberapa batasan indikator pengelolaan obat, yaitu :
1. Indikator merupakan jenis data berdasarkan sifat/gejala/keadaan yang dapat diukur dan diolah
secara mudah dan cepat dengan tidak memerlukan data lain dalam pengukurannya.
2. Indikator merupakan ukuran untuk mengukur perubahan.
Indikator Pengelolaan Obat di Puskesmas
Yang dapat dijadikan sebagai indikator pengelolaan obat di Puskesmas Rejosari adalah :
1. Kesesuaian item obat yang tersedia dengan DOEN.
2. Kesesuaian ketersediaan obat dengan formularium.
3. Tingkat ketersediaan obat.
4. Ketepatan permintaan obat.
5. Prosentase dan nilai obat rusak/kadaluarsa.
6. Ketepatan distribusi obat.
7. Prosentase rata-rata bobot dari variasi persediaan.
8. Prosentase rata-rata waktu kekosongan obat.
9. Prosentase obat yang tidak diresepkan.
10. Prosentase penulisan resep obat generik.

Administrasi untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep berdasarkan pasien (umum, miskin,
asuransi), penyimpanan bendel resep harian secara teratur selama 3 tahun dan pemusnahan resep
yang dilengkapi dengan berita acara.
Pengadministrasian termasuk juga untuk:
- Kesalahan pengobatan (medication error)
- Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
- Medication Record

Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Rejosari Page 10


BAB III
PELAYANAN FARMASI KLINIK

3.1. Pelayanan Resep


Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang
berlaku.Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang
harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan obat
kepada pasien. Pelayanan resep di Puskesmas Rejosari dilakukan sebagai berikut :
3.1.1. Penerimaan Resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter, nomor surat izin praktek
(SIP), alamat praktek dokter, paraf dokter, tanggal, penulisan resep, nama obat, jumlah obat, cara
penggunaan, nama pasien, umur pasien, dan jenis kelamin pasien
b. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, cara dan
lama penggunaan obat.
c. Pertimbangkan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan kesesuaian dosis.
d. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau obatnya tidak
tersedia
3.1.2. Peracikan Obat
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan menggunakan alat, dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat
b. Peracikan obat
c. Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan etiket warna biru untuk obat luar,
serta menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan obat dalam bentuk larutan
d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat yang berbeda untuk
menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah
3.1.3. Penyerahan Obat
Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali mengenai
penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian
antara penulisan etiket dengan resep).
b. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien.
c. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien.
d. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat.
e. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait dengan obat
tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan
efek samping, cara
penyimpanan obat, dll.

Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Rejosari Page 11


f. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan sopan,
mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat
mungkin emosinya kurang stabil.
g. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.
h. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh apoteker (apabila
diperlukan).
i. Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikan yang memudahkan untuk
pelaporan.

3.2. Pelayanan Informasi Obat


Pelayanan informasi obat didefinisikan sebagai kegiatan penyediaan dan pemberian
informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, lengkap, terkini oleh tenaga kefarmasian
yang kompeten kepada pasien, tenaga kesehatan, masyarakat maupun pihak yang memerlukan.
Informasi umum tentang nama obat, cara pemakaian dan lama penggunaan dapat disampaikan
oleh tenaga kefarmasian atau tenaga kesehatan lain yang terlatih.
Pelayanan Informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias,etis,
bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang rasional oleh pasien.
Sumber informasi obat adalah Buku Farmakope Indonesia, Informasi Spesialite Obat Indonesia
(ISO), Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI), Farmakologi dan Terapi, serta buku-buku
lainnya.
Kegiatan pelayanan informasi obat yang dapat dilaksanakan di Puskesmas Rejosari,
meliputi :
1. Menjawab pertanyaan.
2. Mengkaji dan menyampaikan informasi bagi yang memerlukan.
3. Menyiapkan materi dan membuat buletin, brosur, leaflet, dll.
Informasi obat juga dapat diperoleh dari setiap kemasan atau brosur obat yang berisi :
• Nama dagang obat jadi
• Komposisi
• Bobot, isi atau jumlah tiap wadah
• Dosis pemakaian
• Cara pemakaian
• Khasiat atau kegunaan
• Kontra indikasi (bila ada)
• Tanggal kadaluarsa
• Nomor ijin edar/nomor registrasi
• Nomor kode produksi
• Nama dan alamat industri
Informasi obat yang diperlukan pasien adalah :
a. Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari, apakah di waktu
pagi, siang, sore, atau malam. Dalam hal ini termasuk apakah obat diminum sebelum atau
sesudah makan.

Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Rejosari Page 12


b. Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus dihabiskan meskipun
sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi.
c. Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan. Oleh karena itu
pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara penggunaan obat yang benar terutama untuk
sediaan farmasi tertentu seperti obat oral, obat tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat
semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal dan tablet vagina
d. Efek yang akan timbul dari penggunaan obat yang akan dirasakan, misalnya berkeringat,
mengantuk, kurang waspada, tinja berubah warna, air kencing berubah warna dan sebagainya
e. Hal-hal lain yang mungkin timbul, misalnya efek samping obat, interaksi obat dengan obat
lain atau makanan tertentu, dan kontraindikasi obat tertentu dengan diet rendah kalori,
kehamilan, dan menyusui.
f. Cara penyimpanan obat
Penyimpanan Obat secara Umum adalah :
a. Ikuti petunjuk penyimpanan pada label/ kemasan
b. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
c. Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung.
d. Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab.
e. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali jika
tertulis pada etiket obat.
f. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.
g. Jangan meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka waktu lama.
h. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.
Beberapa obat perlu disimpan pada tempat khusus untuk memudahkan pengawasan, yaitu :
􀁄 Obat golongan narkotika dan psikotropika masing-masing disimpan dalam lemari khusus dan
terkunci.
􀁄 Obat-obat seperti vaksin dan supositoria harus disimpan dalam lemari pendingin untuk
menjamin stabilitas sediaan.
􀁄 Beberapa cairan mudah terbakar seperti aseton, eter dan alkohol disimpan dalam lemari yang
berventilasi baik, jauh dari bahan yang mudah terbakar dan peralatan elektronik. Cairan ini
disimpan terpisah dari obat-obatan.
Dokumentasi
Semua kegiatan pelayanan informasi obat harus didokumentasikan.
Manfaat dokumentasi adalah :
1. Sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa.
2. Memprioritaskan penyediaan sumber informasi yang diperlukan dalam menjawab pertanyaan.
3. Media pelatihan tenaga farmasi.
4. Basis data pencapaian kinerja, penelitian, analisis, evaluasi dan perencanaan layanan.
Dokumentasi memuat :
a. Tanggal dan waktu pertanyaan dimasukkan.
b. Nama dan umur pasien.
c. Informasi yang diberikan.

Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Rejosari Page 13


3.3 Konseling Obat
Konseling obat adalah suatu proses diskusi antara tenaga kefarmasian dengan
pasien/keluarga pasien yang dilakukan secara sistematis untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat.
Konseling diberikan atas permintaan pasien atau hasil penilaian tenaga kefarmasian atas
kebutuhan pasien akan informasi berkaitan dengan penggunaan obat yang lebih detail.
Konseling di Puskesmas Rejosari dapat dilakukan pada :
1. Pasien dengan penyakit kronik seperti diabetes, tuberkulosis, asma dan lain-lain.
2. Pasien dengan sejarah ketidakpatuhan dalam pengobatan.
3. Pasien dengan multirejimen obat/polifarmasi.
4. Pasien lanjut usia.
5. Pasien anak melalui orang tua.
6. Pasien yang mengalami masalah terkait penggunaan obatnya.
Tahapan Konseling Obat
1. Melakukan konseling sesuai dengan kondisi penyakit pasien.
2. Membuka komunikasi antara tenaga kefarmasian dengan pasien/keluarga pasien.
3. Menanyakan tiga pertanyaan kunci menyangkut obat yang diberikan oleh pasien, yaitu :
a. Apa yang telah dijelaskan dokter mengenai obat Anda ?
b. Bagaimana cara pemakaian obat yang telah dijelaskan oleh dokter ?
c. Apa yang diharapkan dalam pengobatan ini ?
4. Memperagakan dan menjelaskan mengenai pemakaian obat-obatan tertentu (inhaler,
supositoria, dan lain-lain).
5. Melakukan verifikasi akhir meliputi :
a. Mengecek pemahaman pasien.
b. Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan
obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
6. Melakukan pencatatan konseling yang dilakukan pada kartu pengobatan.

Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Rejosari Page 14


BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI

Sebagai tindak lanjut terhadap pelayanan kefarmasian di Puskesmas Rejosari perlu


dilakukan monitoring dan evaluasi kegiatan secara berkala. Monitoring merupakan kegiatan
pemantauan terhadap pelayanan kefarmasian dan evaluasi merupakan proses penilaian kinerja
pelayanan kefarmasian itu sendiri.
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan memantau seluruh kegiatan pelayanan
kefarmasian mulai dari pelayanan resep sampai kepada pelayanan informasi obat kepada pasien
sehingga diperoleh gambaran mutu pelayanan kefarmasian sebagai dasar perbaikan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas Rejosari selanjutnya.
Hal-hal yang perlu dimonitor dan dievaluasi dalam pelayanan kefarmasian di Puskesmas
Rejosari, antara lain :
- Sumber daya manusia (SDM)
- Pengelolaan sediaan farmasi (perencanaan, dasar perencanaan, pengadaan, penerimaan dan
distribusi)
- Pelayanan farmasi klinik (pemeriksaan kelengkapan resep, skrining resep, penyiapan sediaan,
pengecekan hasil peracikan dan penyerahan obat yang disertai informasinya serta pemantauan
pemakaian obat bagi penderita penyakit tertentu seperti TB, Malaria dan Diare)
- Mutu pelayanan (tingkat kepuasan konsumen)
Untuk mengukur kinerja pelayanan kefarmasian tersebut harus ada indikator yang
digunakan. Indikator yang dapat digunakan dalam mengukur tingkat keberhasilan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas Rejosari antara lain :
1. Tingkat kepuasan konsumen : dilakukan dengan survei berupa angket melalui kotak saran atau
wawancara langsung
2. Dimensi waktu : lama pelayanan diukur dengan waktu (yang telah ditetapkan)
3. Prosedur tetap (Protap) Pelayanan Kefarmasian : untuk menjamin mutu pelayanan sesuai
standar yang telah ditetapkan
4. Daftar tilik pelayanan kefarmasian di Puskesmas Rejosari (terlampir)

Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Rejosari Page 15


BAB V
PENUTUP

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Konsep kesatuan
upaya kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) menjadi pedoman dan pegangan
bagi semua fasilitas kesehatan termasuk Puskesmas Rejosari yang merupakan unit pelaksana
kesehatan tingkat pertama (primary health care). Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah
pelayanan yang bersifat pokok (basic health services) yang sangat dibutuhkan oleh sebagian
besar masyarakat termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas Rejosari.
Dengan bergesernya paradigma kefarmasian yang semula hanya berfokus pada
pengelolaan obat menjadi pelayanan yang komprehensif, maka diharapkan dengan tersusunnya
buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Rejosari ini akan terjadi peningkatan mutu
pelayanan kefarmasian di Puskesmas Rejosari kepada masyarakat. Disamping itu pula
diharapkan pedoman ini bermanfaat bagi apoteker dan asisten apoteker yang bertugas di
Puskesmas Rejosari dalam memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu agar tercapai
penggunaan obat yang rasional.

Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Rejosari Page 16


DAFTAR PUSTAKA.

1. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.


2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
3. Departemen Kesehatan R.I, Ditjen Binfar dan Alkes, Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes,
Materi Pelatihan Pengelolaan Obat Kabupaten/Kota, 2003.
4. Departemen Kesehatan R.I, Ditjen Binfar dan Alkes, Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes,
Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2005.
5. Departemen Kesehatan R.I, Ditjen Binfar dan Alkes, Dit. Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, 2006.
6. Departemen Kesehatan R.I, Ditjen Binfar dan Alkes, Dit. Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
Modul TOT Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, 2008.
7. Departemen Kesehatan R.I, Ditjen Binfar dan Alkes, Dit. Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
Pedoman Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit, 2006.
8. Departemen Kesehatan R.I, Ditjen Binfar dan Alkes, Dit. Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana Kesehatan, 2007.

Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Rejosari Page 17


Lampiran 1.
PROSEDUR TETAP PELAYANAN KEFARMASIAN

Prosedur Tetap Penerimaan Resep


1. Menerima resep pasien
2. Memeriksa kelengkapan resep, yaitu: nama, nomor surat ijin praktek, alamat dan tanda tangan/
paraf dokter penulis resep, tanggal resep, nama obat, dosis, jumlah yang diminta, cara
pemakaian, nama pasien, umur pasien dan jenis kelamin.
3. Memeriksa kesesuaian farmasetik, yaitu: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
4. Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep
dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu meminta persetujuan
setelah pemberitahuan.

Prosedur Tetap Peracikan Obat


1. Membersihkan tempat dan peralatan kerja
2. Mengambil wadah obat dari rak sesuai dengan nama dan jumlah obat yang diminta dan
memeriksa mutu dan tanggal kadaluarsa obat yang akan diserahkan pada pasien
3. Mengambil obat/ bahan obat dari wadahnya dengan menggunakan alat yang sesuai misalnya
sendok/ spatula
4. Memberikan sediaan sirup kering harus dalam keadaan sudah dicampur air matang sesuai
dengan takarannya pada saat akan diserahkan kepada pasien
5. Untuk sediaan obat racikan, langkah – langkah sebagai berikut :
􀂃 Menghitung kesesuaian dosis
􀂃 Menyiapkan pembungkus dan wadah obat racikan sesuai dengan kebutuhan
􀂃 Menggerus obat yang jumlahnya sedikit terlebih dahulu, lalu digabungkan dengan obat yang
jumlahnya lebih besar, digerus sampai homogen.
􀂃 Membagi dan membungkus obat dengan merata.
􀂃 Tidak mencampur antibiotika di dalam sediaan puyer
􀂃 Sebaiknya puyer tidak disediakan dalam jumlah besar sekaligus.
6. Menuliskan nama pasien dan cara penggunaan obat pada etiket yang sesuai dengan permintaan
dalam resep dengan jelas dan dapat dibaca.
7. Memeriksa kembali jenis dan jumlah obat sesuai permintaan pada resep, lalu memasukkan
obat ke dalam wadah yang sesuai agar terjaga mutunya.

Prosedur Tetap Penyerahan Obat


1. Memeriksa kembali kesesuaian antara jenis, jumlah dan cara penggunaan obat dengan
permintaan pada resep
2. Memanggil dan memastikan nomor urut/ nama pasien
3. Menyerahkan obat disertai pemberian informasi obat
4. Memastikan bahwa pasien telah memahami cara penggunaan obat
Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Rejosari Page 18
5. Meminta pasien untuk menyimpan obat di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-
anak

Prosedur Tetap Pelayanan Informasi Obat


1. Menyediakan dan memasang spanduk, poster, booklet, leaflet yang berisi informasi obat pada
tempat yang mudah dilihat oleh pasien
2. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tertulis, langsung atau tidak langsung dengan jelas
dan mudah dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana melalui penelusuran literatur secara
sistematis untuk memberikan informasi yang dibutuhkan.
3. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat secara sistematis

Prosedur Tetap Penanganan Obat Rusak atau Kadaluarsa


1. Identifikasi obat yang sudah rusak atau kadaluarsa
2. Memisahkan obat rusak atau kadaluarsa dari penyimpanan obat lainnya
3. Membuat catatan jenis dan jumlah obat yang rusak atau kadaluwarsa untuk dikirim kembali ke
instalasi farmasi kabupaten/kota.

Prosedur Tetap Pencatatan dan Penyimpanan Resep


1. Pencatatan jumlah resep harian berdasarkan jenis pelayanan (umum,gakin/gratis, Asuransi)
2. Membendel resep yang mempunyai tanggal yang sama berdasarkan urutan nomor resep dan
kelompok pembiayaan pasien
3. Membendel secara terpisah resep yang ada narkotiknya
4. Menyimpan bendel resep pada tempat yang ditentukan secara berurutan berdasarkan tanggal
agar memudahkan dalam penelusuran resep.
5. Memusnahkan resep yang telah tersimpan selama 3 (tiga) tahun dengan cara dibakar
6. Membuat berita acara pemusnahan resep dan dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Prosedur Tetap Pemusnahan Resep


1. Memusnahkan resep yang telah disimpan tiga tahun atau lebih.
2. Tata cara pemusnahan:
• Resep narkotika dihitung lembarannya
• Resep lain ditimbang
• Resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar
3. Membuat berita acara pemusnahan sesuai dengan format terlampir.

Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Rejosari Page 19


Lampiran 5.

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS


UPT PUSKESMAS REJOSARI
Jl. Bareng Colo Km 13  (0291) 3310555
KUDUS

BERITA ACARA SERAH TERIMA

OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN KADALUARSA / RUSAK

No. ………………………………………

Pada hari ini SELASA, tanggal 15, bulan DESEMBER, tahun 2015
Kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : dr. ANDINI ARIDEWI, M.Kes
NIP : 19731008 200501 2 009
Jabatan : Kepala UPT Puskesmas Rejosari

Sebagai pihak pertama yang menyerahkan barang kepada

Nama : ROKHISYANI, S.Farm, Apt


NIP : 19840516 200903 2 010
Jabatan : Staf Sumber Daya Kesehatan
Sebagai pihak kedua yang menerima barang

Berdasarkan hasil pemeriksaan obat dan perbekalan kesehatan yang kadaluarsa / rusak, kedua belah pihak
telah melakukan serah terima obat-obatan tersebut sebagaimana daftar terlampir untuk ditindaklanjuti
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian berita acara ini dibuat menurut keadaan yang sebenarnya sebanyak tiga rangkap untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Kudus, 15 Desember 2015
Yang menerima Yang menyerahkan
Staf Seksi Farmasi & Perbekes Kepala UPT Puskesmas Rejosari

ROKHISYANI,S.Farm,Apt dr. ANDINI ARIDEWI, M.Kes


NIP. 19840516 200903 2010 NIP. 197310082005012009

Mengetahui
Kepala Dinas Kesehatan

Dr. MARYATA
Pembina Utama Muda

Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Rejosari Page 20


BUKU PEDOMAN
PELAYANAN KEFARMASIAN
DI UPT PUSKESMAS REJOSARI

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS


DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUDUS

UPT PUSKESMAS REJOSARI


Jl. Bareng – Colo Km. 13  (0291) 3310555 Kudus (59353)
Email :uptpuskesmasrejosari@yahoo.co.id
Website : puskesmasrejosari.com

Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Rejosari Page 21

Anda mungkin juga menyukai