Apa tujuan investasi? Secara sederhana, tujuan orang melakukan investasi adalah
untuk ‘menghasilkan sejumlah uang’ di kemudian hari. Tujuan melakukan investasi adalah
meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan
moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini
pendapatan masa mendatang
PROSES INVESTASI
a. Tahap 1. Menentukan kebijakan investasi
Pemodal perlu tentukan apa tujuan investasinya, dan berapa banyak investasi
tersebut akan dilakukan. Menyadari bahwa ada kemungkinan dia menderita rugi.
Tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko.
b. Tahap 2. Analisis sekuritas
Melakukan analisis terhadap sekuritas individu atau sekelompok sekuritas. Ada
berbagai cara untuk melakukan analisis ini, tetapi pada garis besarnya cara-cara
tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu analisis teknikal dan analisis
fundamental.
c. Tahap 3. Pembentukan portofolio
Portofolio berarti sekumpulan investasi. Indentifikasi sekuritas-sekuritas mana
yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-
masing sekuritas tersebut.
d. Tahap 4. Melakukan revisi portofolio
Pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud bila pemodal
perlu untuk melakukan perubahan terhadap portofolio yang telah dimiliki.
Apabila merasa portofolio yang sekarang dimiliki tidak lagi optimal.
e. Tahap 5. Evaluasi kinerja portofolio
Melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio, baik pada aspek tingkat
keuntungan yang diperolehnya maupun risiko yang ditanggung.
DASAR KEPUTUSAN INVESTASI
a. Return
Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan.
Dalam konteks manajemen investasi tingkat keuntungan investasi
disebut sebagai return. Return yang diharapkan investor dari investasi
yang dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya kesempatan
(opportunity cost) dan risiko penurunan daya beli akibat adanya
pengaruh inflasi.
Return aktual berbeda dengan return yang diharapan. Return aktual
adalah tingkat keuntungan investor yang telah diperoleh di masa lalu.
Sedangkan Return yang diharapkan (expected return) adalah tingkat
keuntungan investor yang akan diperoleh di masa mendatang dan perlu
diantisipasi.
b. Risiko
Pada umumnya semakin besar risiko, maka semakin besar pula tingkat
return yang diharapkan (expected return). Demikian pula sebaliknya,
investor yang tidak mau menanggung risiko terlalu tinggi, tentunya tidak
akan bisa mengharapkan tingkat return yang terlalu tinggi.
c. Hubungan antara risiko dan return yang diharapkan
merupakan hubungan yang bersifat searah dan linear. Artinya, semakin
besar risiko suatu aset, semakin besar pula return yang diharapkan atas
aset tersebut, demikian pula sebaliknya. Return dan risiko merupakan
dua hal yang tidak terpisah, karena pertimbangan suatu investasi
merupakan trade-off dari kedua faktor ini. Return dan risiko mempunyai
hubungan yang positif, semakin besar risiko yang harus ditanggung,
semakin besar return yang harus dikompensasikan (Jogiyanto, 2013).
2. Ada contoh perbandngan harga 2 saham
kita hitung return sahamnya
berikan analisisnya
Periode Harga Close Return (Ri) Probabilitas (pri) Expected Return E(R) Varians
2 2
2017 4.380 (Ri) x (pri) (Ri) - E(R) [(Ri) - E(R)] [(Ri) - E(R)] x pri
2018 5.200 0,1872 0,2000 0,0374 0,0402 0,0016 0,0003
2019 6.685 0,2856 0,2000 0,0571 0,1386 0,0192 0,0038
2020 6.770 0,0127 0,2000 0,0025 - 0,1343 0,0180 0,0036
2021 7.300 0,0783 0,2000 0,0157 - 0,0687 0,0047 0,0009
2022 8.550 0,1712 0,2000 0,0342 0,0242 0,0006 0,0001
2
1,00 E(R) = 0,1470 Varians = s = 0,0088
2 1/2 2
Deviasi Standar = s = (s ) = (s ) = 0,0940
= 9,40%
V
BBCA Koefisien Variasi =
ܧሺܴ ሻ
= 0,6393
3. Hitung aritmatik kedua saham di nomor 2, kemudian hitung estimasi resiko, sampai dengan
koefisien
berikan analisis, saham mana yg lebih baik
4. Membedakan portofoli efisien dgn portofolio optimal
kemudian menghitung bobot saham optimal (Markowitz)
bobot portofolio beresiko (100% dikurang bobot portofolio bebas resiko) X std
deviasi portofolio beresiko