Anda di halaman 1dari 6

1.

Perhitungan
Capital Gain = (Pt - Pt-1)/Pt-1
Dividdent Yield = Dt/Pt-1
Return = Capital Gain + Dividend Yield

Periode Harga Saham (Pt) Deviden (Dt) Capital Gain Dividend Yield Return
2014 2000 - - - -
2015 2050 140 2.5% 7% 9.5%
2016 2150 180 4.9% 8.8% 13.7%
2017 2200 200 2.3% 9.3% 11.6%
2018 2180 200 -0.9% 9.1% 8.2%
2019 2050 160 -6% 7.3% 1.3%
2020 2100 160 2.4% 7.8% 10.2%
2021 2120 160 1% 7.6% 8.6%

2. R1= (Rp 1000 – Rp 850) / Rp 850


= 0.1765 atau 17.76%

R2= (Rp 900 – Rp 1000) / Rp 1000


= – 0,1 atau – 10%

Selanjutnya, menghitung rata-rata return dengan dua metode:


a) Rata-rata Aritmatika:
Perhitungan: 0.1765+(−0.1)2=0.038220.1765+(−0.1)
=0.0382 (atau 3.82%)

b) Rata-rata Geometrik:
Perhitungan: (1+0.1765)×(1−0.1)−1=0.0290(1+0.1765)×(1−0.1)−1
=0.0290 (atau 2.90%)

3. Berikut ini adalah data return saham ABC:

1 2 3 4 5 6
Probabilitas [(Ri - E(R))]
Return (Ri) (1) x (2) Ri - E(R) [(Ri - E(R)]2 2
(pri) pri
0.08 0.2 0.016 -0.01 0.0001 0.00002
0.02 0.2 0.004 -0.07 0.0049 0.00098
0.09 0.3 0.027 0.00 0.0000 0.00000
0.11 0.1 0.011 0.02 0.0004 0.00004
0.16 0.2 0.032 0.07 0.0049 0.00098
Total probabilitas adalah 1.0, E(R) adalah 0.09 atau 9%, dan varians adalah 0.00202.
Jika varians menjadi 0.002, maka deviasi standar akan menjadi:

 Varians (σ^2): 0.002


 Deviasi Standar (σ): 0.044721 atau 4.4721%
 Besar koefisien variasi dari data return saham ABC adalah 0.4969 atau 49.69%.

4. Portofolio Efisien dan Portofolio Optimal adalah konsep yang berasal dari teori
portofolio modern, yang dikembangkan oleh Harry Markowitz pada tahun 1952.
Portofolio efisien adalah konsep teknis yang berhubungan dengan kombinasi aset untuk
mencapai efisiensi dalam hal risiko dan return, sementara portofolio optimal adalah
konsep yang lebih subjektif yang memperhitungkan preferensi individu. Berikut ini
penjelasannya:

Portofolio Efisien

Portofolio efisien adalah set portofolio yang memberikan return maksimum untuk setiap
tingkat risiko tertentu, atau secara alternatif, memiliki risiko minimum untuk setiap
tingkat return tertentu. Dalam konteks diversifikasi portofolio, konsep efisiensi ini berarti
bahwa tidak ada portofolio lain dengan tingkat return yang sama yang memiliki risiko
yang lebih rendah, dan tidak ada portofolio dengan risiko yang sama yang memiliki
return yang lebih tinggi.

Portofolio efisien terletak pada batas efisien (efficient frontier) dalam grafik risiko-return,
yang juga dikenal sebagai kurva Markowitz. Setiap titik pada batas efisien menunjukkan
portofolio yang tidak dapat di-dominasi dalam hal risiko dan return oleh portofolio
lainnya.

Portofolio Optimal:

Portofolio optimal adalah portofolio efisien yang paling sesuai dengan preferensi risiko-
return individu investor. Portofolio ini ditemukan dengan menambahkan garis pasar
modal, yang merupakan representasi dari hubungan antara risiko dan return yang
diharapkan dalam pasar yang efisien, ke set portofolio efisien. Titik di mana garis pasar
modal bersinggungan dengan batas efisien adalah portofolio pasar, yang merupakan
portofolio optimal bagi sebagian besar investor.

Portofolio optimal secara khusus dipersonalisasi sesuai dengan kecenderungan risiko


investor dan harapan return. Misalnya, investor yang tidak ingin mengambil banyak
risiko mungkin akan memilih portofolio dengan volatilitas yang lebih rendah, meskipun
hal itu mungkin berarti mengorbankan potensi return yang lebih tinggi. Sebaliknya,
investor yang bersedia mengambil risiko yang lebih tinggi mungkin akan memilih
portofolio dengan return yang diharapkan lebih tinggi, meskipun dengan risiko yang lebih
besar.
5. Analisis top-down adalah pendekatan yang digunakan dalam ekonomi dan keuangan
untuk analisis makroekonomi, sektoral, dan perusahaan. Proses analisis ini melibatkan
beberapa langkah yang dimulai dari tingkat paling luas dan bergerak ke tingkat yang
lebih rinci dan spesifik. Pendekatan top-down dimulai dengan memeriksa kondisi
ekonomi secara keseluruhan. Analis akan melihat indikator ekonomi makro seperti PDB,
tingkat inflasi, tingkat suku bunga, pengangguran, dan kebijakan moneter atau fiskal
pemerintah. Tujuannya adalah untuk menilai iklim ekonomi saat ini dan memproyeksikan
tren ekonomi masa depan. Setelah mendapatkan pemahaman tentang kondisi
makroekonomi, analisis berpindah ke tingkat sektor atau industri. Analis akan
mengevaluasi industri yang mungkin berkembang atau menyusut berdasarkan kondisi
ekonomi yang ada. Hal ini melibatkan mempelajari struktur pasar, siklus bisnis, kekuatan
dan kelemahan sektor, serta faktor-faktor seperti inovasi teknologi, regulasi pemerintah,
dan perubahan dalam preferensi konsumen.

Langkah selanjutnya adalah memilih perusahaan individu dalam sektor yang telah
diidentifikasi sebagai prospektif. Analis akan melihat laporan keuangan perusahaan,
model bisnis, manajemen, posisi kompetitif, dan strategi pertumbuhan. Ini melibatkan
penggunaan rasio keuangan, seperti rasio harga-keuntungan (P/E), return on equity
(ROE), dan banyak lagi, untuk menilai kesehatan dan prospek pertumbuhan perusahaan.
Pada tahap akhir, setelah menentukan perusahaan yang prospektif, analis akan melihat
lebih dekat pada instrumen investasi yang tersedia, seperti saham, obligasi, atau derivatif
perusahaan tersebut. Ini termasuk mengevaluasi nilai pasar, likuiditas, dan profil risiko
terkait dengan instrumen tersebut. erdasarkan analisis pada semua tingkatan tersebut,
investor atau analis membuat keputusan tentang di mana menempatkan modal.
Keputusan ini akan bergantung pada tujuan investasi, toleransi risiko, dan cakupan waktu
investasi investor.

6. Variabel ekonomi makro adalah indikator yang mencerminkan kondisi ekonomi suatu
negara secara keseluruhan, dan dapat memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja
perusahaan. Berikut adalah beberapa variabel ekonomi makro utama dan contoh
pengaruhnya terhadap perusahaan:
a. Produk Domestik Bruto (PDB): PDB mengukur nilai total barang dan jasa yang
diproduksi dalam ekonomi. Pertumbuhan PDB yang kuat sering kali menunjukkan
ekonomi yang sehat, yang dapat meningkatkan pendapatan konsumen dan
permintaan terhadap produk perusahaan. Sebaliknya, PDB yang menurun dapat
mengindikasikan resesi, yang bisa menurunkan penjualan dan keuntungan
perusahaan.
b. Tingkat Suku Bunga: Suku bunga yang ditetapkan oleh bank sentral mempengaruhi
biaya pinjaman untuk individu dan bisnis. Suku bunga yang rendah dapat
merangsang investasi dan pengeluaran oleh bisnis, yang positif untuk kinerja
perusahaan. Namun, suku bunga yang tinggi dapat meningkatkan biaya pinjaman,
mengurangi investasi, dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
c. Tingkat Inflasi: Inflasi mengukur tingkat perubahan harga barang dan jasa dari
waktu ke waktu. Inflasi yang moderat dapat menandakan ekonomi yang tumbuh,
tetapi inflasi yang tinggi dapat mengikis daya beli konsumen dan meningkatkan
biaya bahan baku, yang bisa merugikan margin keuntungan perusahaan.
d. Tingkat Pengangguran: Tingkat pengangguran yang tinggi mengindikasikan bahwa
lebih sedikit orang yang bekerja dan memiliki pendapatan untuk dibelanjakan, yang
dapat berdampak negatif pada penjualan perusahaan. Tingkat pengangguran yang
rendah umumnya menggambarkan ekonomi yang kuat, yang positif untuk konsumsi
dan oleh karena itu untuk pendapatan perusahaan.
e. Nilai Tukar Mata Uang: Fluktuasi nilai tukar dapat mempengaruhi biaya impor dan
keuntungan ekspor. Misalnya, perusahaan yang banyak melakukan ekspor akan
mendapat keuntungan dari nilai tukar mata uang domestik yang lemah, yang
membuat produk mereka lebih kompetitif di pasar global. Sebaliknya, mata uang
domestik yang kuat dapat membuat impor lebih murah tapi ekspor menjadi kurang
bersaing.
f. Kebijakan Fiskal dan Moneter: Kebijakan pemerintah, termasuk pengeluaran
pemerintah dan perpajakan, dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi. Kebijakan fiskal
yang ekspansif (seperti pengurangan pajak atau peningkatan pengeluaran
pemerintah) biasanya dirancang untuk merangsang pertumbuhan, yang dapat
meningkatkan penjualan perusahaan. Kebijakan moneter dapat menyesuaikan
likuiditas di pasar dan mempengaruhi suku bunga.
g. Stabilitas Politik dan Ekonomi: Stabilitas politik dan kepastian hukum penting
untuk kepercayaan investor. Kekacauan politik atau kebijakan yang tidak menentu
dapat menyebabkan ketidakpastian ekonomi, yang bisa mengurangi investasi dan
pertumbuhan.

7. Diversifikasi adalah strategi investasi yang bertujuan untuk menyeimbangkan risiko dan
reward dengan menyebarkan eksposur investasi di berbagai aset, sektor, industri, atau
geografi. Dalam praktiknya, diversifikasi melibatkan pemilihan aset yang berbeda-beda
yang diharapkan tidak akan bergerak dalam pola yang sama. Sebagai contoh, ketika pasar
saham sedang suram, obligasi mungkin berkinerja lebih baik, dan sebaliknya. Dengan
memiliki keduanya dalam portofolio, seorang investor dapat mengurangi potensi
kerugian dari penurunan nilai saham karena kinerja yang lebih baik dari obligasi dapat
menyeimbangkannya.

Selain itu, diversifikasi tidak hanya terbatas pada pembagian investasi antara saham dan
obligasi. Seorang investor mungkin juga memilih untuk menyebarkan investasi mereka di
antara berbagai sektor ekonomi, seperti teknologi, kesehatan, dan energi, yang masing-
masing mungkin bereaksi secara berbeda terhadap perubahan ekonomi. Lebih jauh lagi,
dengan melihat ke pasar di luar negara asal, diversifikasi geografis dapat mengurangi
risiko yang terkait dengan volatilitas pasar atau kebijakan politik domestik. Meskipun
diversifikasi dapat mengurangi risiko tertentu, seperti risiko yang spesifik untuk
perusahaan atau sektor, penting untuk diingat bahwa risiko sistematis yang
mempengaruhi seluruh pasar, seperti resesi ekonomi atau krisis global, tidak dapat
dihilangkan sepenuhnya dengan diversifikasi.
8. Analisis Rasio Keuangan
 Hitunglah Rasio Likuiditas (Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR) dan Cash Ratio))
serta jelaskan hasilnya!

Current Ratio (CR) CR = Aset Lancar / Kewajiban Lancar


= 3,001,510 / 1,412,507
= 2,12x
Hasil Current Ratio 2,12x menunjukkan bahwa setiap Rp 1 kewajiban lancar dijamin
dengan Rp 2,12 aset lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya.

Quick Ratio (QR) QR = (Aset Lancar - Persediaan) / Kewajiban Lancar


= (3,001,510 - 1,142,272) / 1,412,507
= 1,38x
Hasil Quick Ratio 1,38x masih cukup baik dalam memenuhi kewajiban jangka
pendek tanpa bergantung pada penjualan persediaan.

Cash Ratio Cash Ratio = Kas dan Setara Kas / Kewajiban Lancar
= 351,613 / 1,412,507
= 0,25x
Hasil Cash Ratio sebesar 0,25x menunjukkan bahwa kas dan setara kas hanya
mampu menutupi sekitar 25% total kewajiban lancar. Hal ini berarti perusahaan
masih sangat bergantung pada aset lancar selain kas dan setara kas.

 Hitunglah Rasio Solvabilitas (Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Asset Ratio
(DAR)) serta jelaskan hasilnya!

Rasio Solvabilitas:
Debt to Equity Ratio (DER) DER = Total Kewajiban / Total Ekuitas
= 2,640,302 / 5,237,438
= 0,50x
Hasil DER 0,50x menunjukkan bahwa sekitar 50% dari total aset perusahaan dibiayai
melalui utang. Semakin rendah DER maka semakin baik.

Debt to Asset Ratio (DAR)


DAR = Total Kewajiban / Total Aset
= 2,640,302 / 7,877,740
= 0,34x
Hasil DAR 0,34x berarti sekitar 34% dari total aset perusahaan dibiayai oleh utang.
Semakin rendah DAR maka semakin baik.

 Hitunglah Rasio Profitabilitas (Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit Margin
(OPM), Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE) dan Return On Asset
(ROA)) serta jelaskan hasilnya!

Rasio Profitabilitas:
Gross Profit Margin (GPM)
GPM = Laba Kotor / Penjualan Bersih
= 2,811,859 / 6,324,256
= 0,44x = 44%
GPM sebesar 44% menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
kotor dari setiap penjualan sebesar 44%. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik.

Operating Profit Margin (OPM) OPM = Laba Usaha / Penjualan Bersih


= 893,394 / 6,324,256
= 0,14x
= 14%
OPM sebesar 14% menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
usaha dari setiap penjualan sebesar 14%. Semakin tinggi rasio ini maka semakin
baik.

Net Profit Margin (NPM) NPM = Laba Bersih / Penjualan Bersih


= 762,418 / 6,324,256
= 0,12x
= 12%
NPM sebesar 12% menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
bersih setelah pajak dari setiap penjualan sebesar 12%. Semakin tinggi NPM maka
semakin baik.

Return On Equity (ROE)


ROE = Laba Bersih / Total Ekuitas
= 762,418 / 5,237,438
= 0,15x
= 15%
ROE sebesar 15% berarti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih
dari setiap modal sendiri yang diinvestasikan sebesar 15%.
Return On Asset (ROA) ROA = Laba Bersih / Total Aset = 762,418/ 7,877,740 =
0,10x = 10%
ROA sebesar 10% menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
bersih dari total aset yang dimiliki sebesar 10%.

Anda mungkin juga menyukai