Anda di halaman 1dari 4

BAB III

PENUTUP

A. REFLEKSI
Cara pandang saya terhadap agency atau kepemimpinan murid.
Agency bisa ditumbuhkan melalui kegiatan sederhana yang memberikan
keleluasaan bagi murid untuk memberikan suara (voice), pilihan (choice),
dan kepemilikan (ownership). Perlu menciptakan lingkungan yang dapat
menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Menjalin kolaborasi dengan
banyak pihak untuk membangun lingkungan yang dapat
menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Menggali impian dengan
menggunakan BAGJA untuk membuat program yang berdampak pada
murid. Buat pertanyaan kritis yang bisa menggali impian untuk membuat
program yang dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan murid.
Tantangan selanjutnya adalah membangun kolaborasi dengan banyak
pihak. Membangun relasi membutuhkan usaha yang cukup besar untuk
meyakinkan orang lain mengenai program yang telah direncanakan. Tidak
semua orang memiliki pendapat yang sama mengenai pembelajaran atau
pun program yang berpihak pada murid. Perlu memberikan pemahaman
mengenai kepemimpinan murid, lingkungan positif yang
menumbuhkembangkan kepemimpinan murid untuk menyamakan
persepsi.
Sumber-sumber dukungan yang saya miliki untuk membantu saya
menyusun program yang berdampak pada murid. Sumber yang dimiliki
untuk menyusun program yang berdampak pada murid yaitu tujuh modal
utama sumber daya yang dimiliki sekolah. Ketujuh modal utama tersebut
bisa digunakan secara maksimal untuk mendukung kegiatan yang
bermanfaat bagi sekolah.
B. Tindak Lanjuti

Setiap program yang selesai dilaksanakan membutuhkan Rencana Tindak Lanjut


(RTL). Hal ini karena RTL merupakan salah satu jaminan bagi keberlangsungan
dan keberlanjutan program. Dengan adanya RTL akan lebih memudahkan dalam
implementasi program ke depannya. Bukan saja terkait bentuk-bentuk program
lanjutan, melainkan juga bentuk-bentuk intervensi pihak lain untuk
menyelenggarakan program sejenis. Membutuhkan perencanaan yang matang
untuk bisa menyusun RTL yang baik sesuai program berdasarkan potensi dan
kekuatan yang dimiliki. Selain itu, membutuhkan juga pertimbangan aset yang
telah dimiliki dan akan dikembangkan. Termasuk di dalamnya adalah sumber
daya manusia sebagai aset untuk koordinasi dan kolaborasi.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, berikut ini beberapa RTL yang akan
dilaksanakan setelah mengikuti Pendikan Guru Penggerak 1. Melakukan refleksi
akhir program Pendidikan Guru Penggerak. Kegiatan bertujuan untuk mengetahui
kekuatan yang harus ditingkatkan dan kelemahan yang harus diperbaiki oleh diri
sendiri selama mengikuti program. Kegiatan dilaksanakan melalui umpan balik
dari kepala sekolah, rekan sejawat, murid, dan orang tua/wali murid. Selain itu
juga melalui diskusi-diskusi informal dengan sejawat dalam komunitas praktisi di
sekolah; 2. Mengembangkan sosialisasi program Pendidikan Guru Penggerak bagi
Komunitas Praktisi di dalam dan sekitar sekolah. Tujuannya adalah untuk
menggalang kekuatan dan potensi di lingkungan sekolah dan sekitar untuk
bersama-sama tergerak, bergerak, dan menggerakkan. Sosialisasi yang dilakukan
menyangkut garis besar pengalaman dan praktik baik selama mengikuti
Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 2. Selain itu, juga menyebarluaskan
pemahaman dan pengetahuan lainnya terkait pembelajaran berpusat pada murid;
3. Melaksanakan peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
dalam komunitas praktisi sekolah melalui pelatihan terkait IT (Ms Office, Google
Sites, Blog, Video Pembelajaran, Canva for Education, dan lain-lain). Tujuannya
adalah untuk mempersiapkan sekolah menghadapi era digital yang pada akhirnya
berdampak pada murid. Program dilaksanakan dalam bentuk pelatihan-pelatihan
secara rutin setiap bulan; 4. Mengelola program berdampak pada murid di tingkat
sekolah, terutama terkait literasi berdiferensiasi. Tujuan utama program ini adalah
meningkatkan kepemimpinan murid dalam literasi berdiferensiasi di kelas secara
komunal di sekolah. Kegiatan dilaksanakan dengan terlebih dahulu memberikan
penguatan kepada wali kelas dalam implementasi literasi berdiferensiasi.
5. Menyelenggarakan pelatihan komputer bagi murid. Tujuannya untuk
mempersiapkan kemampuan murid dalam memanfaatkan komputer sebagai
persiapan mengikuti Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). Selain itu
juga meningkatkan murid yang cakap digital; 6. Mengembangkan sosialisasi
tentang pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional. Tujuannya agar
terselenggara pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional di tingkat
komunal sekolah. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pelatihan pembuatan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Berdiferensiasi dan Sosial Emosional;
7. Mengembangkan budaya positif literasi dalam bentuk kesepakatan kelas ke
tingkat komunal sekolah. Tujuannya agar budaya positif literasi dalam bentuk
kesepakatan kelas dapat dilaksanakan di semua kelas yang ada di sekolah.
Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk penguatan terhadap wali kelas dalam
pembuatan kesepakatan kelas; 8. Mengembangkan program pengelolaan kelas
yang menyenangkan bagi murid dalam proses pembelajaran. Tujuannya untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran berpusat pada murid. Kegiatan dilakukan
dalam bentuk penguatan wali kelas dalam menciptakan kelas yang menyenangkan
bagi murid; 9. Mengembangkan kegiatan coaching di tingkat sekolah bagi murid
melalui penyusunan program kerja Komunitas Praktisi di sekolah. Tujuannya
untuk menumbuhkan mindset anggota komunitas praktisi, bahwa mengajar adalah
praktik coaching. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk penyusunan rencana kerja
tahunan komunitas praktisi di sekolah; 10. Pertemuan dengan Komunitas Praktisi
di sekolah dan sekitarnya guna membahas program-program lain yang berdampak
pada murid di sekolah. Tujuannya untuk memetakan bentuk program berdampak
ada murid yang dapat dilaksanakan di sekolah. Kegiatan dilaksanakan dalam
bentuk diskusi secara intensif dan rutin dengan Komunitas Praktisi di sekolah; 11.
Melakukan sosialisasi kiprah sekolah kepada komunitas luar sekolah, masyarakat,
dan orang tua murid. Tujuannya untuk menyebarluaskan kemajuan yang dialami
sekolah kepada masyarakat luas. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pembuatan
brosur sekolah atau secara daring melalui media sosial sekolah. Demikian RTL
yang akan dilaksanakan ke depannya. RTL yang disusun bersifat jangka panjang
dan berkelanjutan. Pelaksanaan masing-masing program disesuaikan dengan
situasi dan kondisi di sekolah. Sebelum implementasi RTL terlebih dahulu
diperlukan koordinasi dengan Kepala Sekolah dan kolaborasi dengan sejawat.
Tujuannya agar semua program tindak lanjut dapat dilaksanakan dengan
sebaikbaiknya. Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya risiko dalam
pelaksanaan RTL, penting menyusun manajemen risiko.
Guru perlu membangun kolaborasi dengan berbagai pihak, membuat inovasi
dalam kegiatan, membangun agency murid dengan menciptakan lingkungan
belajar yang menunjang. Penulis juga menemukan bahwa ada miskonsepsi
mengenai kepemimpinan murid yang selama ini dipahami.

Anda mungkin juga menyukai