Anda di halaman 1dari 3

Majelis Pengkajian Tauhid Tasawuf Indonesia (MPTTI) tengah hangat dibicarakan.

Pangkalnya, MUI Sumatera Utara menuding MPTTI sesat karena mengajarkan Muhammad
adalah Allah tanpa melakukan klarifikasi (tabayyun) kepada MPTTI. Padahal MPTTI, tidak
pernah menyatakan hal tersebut.

Abuya Syekh H
Amran Waly Al-Khalidi bersama Prof Rubaidi, Guru Besar UIN Surabaya. (Foto: Istimewa)
Guru Besar Ilmu Tasawuf Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya Prof. Dr.
Rubaidi, M.Ag mengatakan MPTTI didirikan oleh ulama besar Aceh Abuya Syekh H Amran
Waly al-Khalidi sejak 20 tahun lalu. MPTTI telah mengadakan Muzakarah Tasawuf Asia
Tenggara sebanyak 7 kali di berbagai kota seperti Banda Aceh, Gorontalo, Bogor, Batam dan
Selangor Malaysia.

“Di era Indonesia modern ini Abuya Syekh H Amran Waly Al-Khalidi adalah adalah salah
satu ulama tasawuf (sufi) besar yang dimiliki oleh umat Islam Indonesia, khususnya Aceh.
Abuya adalah sedikit ulama sufi yang memiliki pengetahuan yang begitu luas dan mendalam
di bidang tasawuf,” ujar Rubaidi.

Ia menambahkan, sudah selayaknya, umat Islam Indonesia, khususnya Aceh harus merasa
bersyukur terhadap sosoknya yang begitu peduli dan membimbing umat dengan segala
ketulusan dan keikhlasannya.

Menurut Rubaidi, Abuya tidak hanya sekadar ulama tasawuf yang berbasis kepada membaca
dan menulis. Dalam pandangan tasawuf, ilmu yang hanya didasarkan atas bacaan maupun
tulisan tidak ada artinya kalau tidak diamalkan. Wujud pengamalan ilmu tasawuf Abuya tidak
lain adalah rasa cinta tanpa batas terhadap setiap umat. Inilah wujud sejati dari makna rahmat
li al-‘Alamin (rahmat bagi semesta alam).
Ribuan jamaah menghadiri acara dzikir yang diselenggarakan MPTTI di Masjid
Baiturahman, Banda Aceh.. (Foto: Istimewa)

Abuya. Imbuhnya dilahirkan dari rahim keturunan salah seorang ulama besar Aceh di akhir
abad ke-20 yakni Abuya Muhammad Waly al-Khalidi.

“Ayahanda beliau tidak lain adalah Abuya Muhammad Waly al-Khalidi yang sering disebut
sebagai Abuya Muda Waly, seorang ulama besar Aceh. Ia seorang faqih, kalam, tauhid, dan
tasawuf. Di kalangan masyarakat muslim Aceh, eksistensi Abuya Muda Waly tidak
diragukan dan dibantah lagi peran-peran diberikan dalam membimbing dan mendidik umat
Islam di Aceh, bahkan Sumatera pada umumnya,” tandasnya.

Menurutnya, Abuya dalam kehidupan sehari-hari begitu sederhana. Selama 24 jam waktunya
didedikasikan untuk umat.

“Saya berkeyakinan, bahwa, Abuya adalah min jumlati Khawas al_Khawas. Betapa sulitnya
pada zaman modern seperti ini mencari figur ulama yang begitu rendah hati, wara’,ihtiyat,
lemah lembut, dan penuh kasih sayang kepada umat,” ujarnya.
Ribu
an jamaah menghadiri acara dzikir yang diselenggarakan MPTTI di Masjid Baiturahman,
Banda Aceh.. (Foto: Istimewa)
Ia menegaskan, bagi yang belum mengetahui dan memahami terhadap Abuya sebagai pendiri
MPTTI, agar datang kepada Abuya.

“Lihatlah khaliyah setiap harinya. Tanda-tanda min jumlati Khawas al-Khawas lihatlah
dalam kesehariannya. Adakah waktu sekadar santai untuk dirinya sendiri, bahkan, kepada
istri maupun anak-anaknya. Lebih dari itu, lihat dan amati kehidupan malam-malam beliau.
Adakah waktu malam-malamnya untuk tidur pulas sebagaimana umumnya umat manusia,”
tegas Rubaidi.

Ia menegaskan, jika kita umat pada umumnya mengetahui secara benar terhadap khaliyah
ulama seperti Abuya Amran Waly ini, niscaya kita akan menangis seraya bersimpuh untuk
minta dibimbingnya.

“Saya bersaksi, bahwa, sosok Abuya Amran Waly al-Khalidi adalah ulama sufi besar abad
ini. Jangan karena ketidak tahuan kita, jangan karena sedikitnya ilmu kita, jangan karena
sedikitnya bacaan kita-kitab kita lalu menghukumi sedemikian rupa kepada beliau. Ber-
tabayyun-lah sebelum menghakimi dan menghukumi,” pungkasnya. (Rangga)

Anda mungkin juga menyukai