Anda di halaman 1dari 106

Bumitama Gunajaya Agro

Oil Palm Plantations and Mills


HAMA DAN PENYAKIT
TANAMAN PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT

Pundu Learning Centre - 2012


Bumitama Gunajaya Agro
Oil Palm Plantations and Mills

PENDAHULUAN

Pundu Learning Centre - 2012


Defenisi Hama
1. Hama secara Biologi
Organisme yang mengganggu
tanaman secara Biologi karena
merusak bagian tanaman tertentu
yang mengakibatkan
terganggunya proses biologi dari
tanaman.
Misalnya, jika yang diserang
adalah bagian daun maka akan
mengganggu proses foto sintesa
dari tanaman

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Defenisi Hama
2. Hama secara Ekonomi

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang merusak tanaman


inang (tanaman utama) sehingga merugikan secara ekonomi
karena mengakibatkan kehilangan hasil yang diharapkan. Hal ini
terjadi karena populasi hama telah melampaui batas Ambang
Ekonomi
Misalnya, Akibat Serangan hama tikus, akan membuat gagal
panen sehingga para petani akan merugi secara ekonomi.
DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA
Grafik Ambang Ekonomi

ALE

AE Hama Ekonomi

AKU
Hama Biologi

Keterangan :
ALE : Ambang Luka Ekonomi
AE : Ambang Ekonomi
AKU : Ambang Keseimbangan Umum
DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA
Early Warning System

Early Warning Sistem Verifikasi Hasil EWS


(1 bulan sekali) LAPORAN EWS (Oleh : Riset Dept.. Asis & Manager.
1. Riset Departemen Kebun)
2. Asisten & manager

BENAR
KATEGORI SALAH
RINGAN (R)
Sangsi/pinalti
Dari Riset Deprt &
Adsisten Divisi
Kondisi Serangan Ke Pengamat
Kondisi
Ringan {R} Sedang {S},Berat {B}

Pengamatan Dilakukan
Kondisi Serangan EWS setelah aplikasi
Sedang {S},Berat {B} Pengendalian
Atau Deteksi Ulang

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Flow chart Sensus Hama dan Penyakit

Faktor Lingkungan :
Hama • Penghambat (Musuh alami, dll)
• Pendorong

Monitoring Populasi (Sensus)

Ringan
Padat Populasi

Sedang s/d Berat


Rekomendasi Riset

Pengendalian

Sedang s/d Berat Evaluasi Ringan

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Grafik populasi hama di alam

Serangga Organisma lain

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Tikus (Rattus-rattus sp.)
1. Rattus ratus tiomanicus
(Tikus pohon)
2. Rattus ratus argentiventer
(Tikus sawah)
3. Rattus ratus diardi (tikus rumah)
4. Rattus ratus exulans (T.Ladang)
5. Bandicota indica (Tikus wirok)
dan lain sebagainya

Merupakan Hama mamalia dari kelompok binatang pengerat. Tikus


menyerang tanaman kelapa sawit pada semua umur tanaman.
TBM : Pada TBM tikus menggerek pangkal pelepah dan batang yang
dapat menyebabkan tanaman mati.
TM : Pada TM tikus merusak bunga jantan, bunga betina, tandan
buah segar, dan brondolan yang berakibat hilangnya produksi.

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Tikus (Rattus-rattus sp.)

Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh tikus cukup besar yaitu


kematian tanaman muda mencapai 20%, kehilangan produksi
sebesar 20%, penurunan kualitas buah, dan penurunan populasi
serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus.

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Kemampuan fisik tikus (Rattus-rattus sp.)
Pendengaran (hearing), Mata : kurang baik dan buta
sangat tajam mampu warna tetapi peka terhadap
mendengar audible cahaya (mampu mengenal
frekuensi 40 khz & sinyal benda jarak 10 m)
ultrasonik frekuensi 100 khz
(2 puncak tanggap akustik = Penciuman (smell), sangat
bimodal cochlear) tajam & berguna mengenali
zona jelajah/jejak
kelompoknya, serta dapat
Perasa (taste), sensitif & mendeteksi tikus betina
mampu membedakan Bulu panjang (vibrissae) &
birahi (estrus) bagi tikus
pakan yang steril & toksit kumis (misai) berfungsi
jantan
atau enak & tidak enak meraba & mampu
bergerak di kegelapan)

Kemampuan fisik sangat baik (menggali/digging, memanjat/


climbing, meloncat/jumping, mengerat/gnawing, berenang/
swimming & menyelam/diving)

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Pengendalian

Untuk mencegah adanya


peledakan hama, maka pada
saat penanaman awal
dilakukan aplikasi rodentisida
(durat) secara campaign.

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Pengendalian
Pelaksanaan Sensus
Januari April Juli Oktober

SENSUS • Sensus dilakukan dengan


sampel 10% jumlah pokok
• Setiap 10 baris tanaman
diamati seluruhnya

Pengendalian
dengan Campaign
system

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Pengendalian
Pelaksanaan Sensus
Baris 3 Baris 13
Contoh Format Sensus

Catatan: Untuk menghitung persentase serangan untuk serangan lama dan serangan baru
diperoleh dari:
( jumlah serangan baru / jumlah seluruh pokok dalam 1 baris) x 100%

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Aplikasi racun tikus

4 hari setelah
aplikasi
+50 cm

Aplikasi tahap pertama Aplikasi tahap kedua mengganti


100% pokok diaplikasikan racun yang hilang
Evaluasi
Racun hilang
< 20%

Sensus
Racun hilang
> 20%
< 20%

Jika racun hilang


> 20% aplikasi Aplikasi tahap ketiga karena
rotasi keempat racun yang hilang > 20%
Contoh format aplikasi racun tikus

Keterangan : Aplikasi dan pengulangannya dicatat pada tabel diatas

Aplikasi durat dilakukan dengan menggunakan sarung tangan sehingga di


umpan durat tersebut tidak terdapat bau manusia sehingga tikus yang
mempunyai insting cepat tanggap terhadap bahaya tidak terpegaruh dengan
bau manusia di umpan tersebut.

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Pengendalian hama tikus secara biologi

Kandang Pemikat Gupon

Tyto alba yang akan dilepaskan di lapangan, terlebih dahulu dirawat


pada kandang pemikat selama + 21 hari, kemudian dipindahkan ke
Gupon yang tekah dipasang di tengah blok

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Pengendalian hama tikus secara biologi

Sepasang Tyto alba pada kandang pemikat


1 pasang Tyto alba dapat mengendalikan tikus secara alami seluas
+ 25 Hektar

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Kumbang tanduk Oryctes rhinoceros L.

Kumbang tanduk menyerang


kelapa sawit
Mengakibatkan pupus tanaman kelapa
sawit menjadi patah

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Siklus Hidup Kumbang Tanduk

Telur
9 -14 hari

Imago (dewasa)
4-9 bulan Larva
106-141 Hari

Pupa 18-23 Hari


DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA
Kerugian Akibat Serangan Kumbang Tanduk

Pupus busuk akibat gerekan

Efek Lanjutan

Pokok menjadi mati

Menurunkan Produksi 1 - 2,5% atau 0,2


s/d 0,3 ton / Ha selama 18 bulan produksi.
DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA
Permasalahan

Wilayah II :
PHRE; PNBE; KAGE; KRYE

Wilayah VI :
PAGE; SDME; SAGE; BKLE; SBHE
Hama Utama Perkebunan BGA
Group Wilayah V :
MUTE

Kumbang tanduk Oryctes rhinoceros telah menjadi hama


utama di perkebunan BGA Group

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Langkah Pengendalian

Langkah Awal
Sensus

Peta Isometrik Sebaran


Pengendalian
serangan O.rhinocerso

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Langkah Pengendalian

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Perilaku hidup Oryctes rhinoceros

Pemasangan Ferotrap berdasarkan Perilaku O.rhinoceros

Perilaku kumbang terbang lurus

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Pelaksanaan Pengendalian
Pengendalian kumbang O.rhinocersos dengan Feromon

Alur Pemasangan Ferotrap

Kekurangan :
Kurang efektif
memerangkap kumbang
karena posisi lubang ada
diatas.

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Pelaksanaan Pengendalian

Kelebihan :
Lebih efektif
memerangkap
kumbang tanduk karena
posisi lubang ferotrap
terdapat disamping

Kekurangan :
Biaya pembuatan lebih mahal dan
pembuatannya lebih rumit dibanding
ferotrap biasa

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Pelaksanaan Pengendalian

Kelebihan :
Lebih efektif
memerangkap
kumbang tanduk
karena posisi
lubang ferotrap
terdapat disamping

Kekurangan :
Biaya pembuatan lebih mahal,
meskipun pembuatannya lebih
mudah

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Pelaksanaan Pengendalian
Tangkapan Kumbang tanduk pada masing-masing ferotrap
berdasarkan hasil penelitian
Ulangan Rata-
Perlakuan Total
I II III rata
Ferotrap biasa 23 21 22 66 b 22.000
Ferotrap parabola 39 34 39 112 a 37.333
Pipa paralon 48 37 33 118 a 39.333
Total 110 92 94 296 98.67
Catatan : Angka yang diiukuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5% Uji Jarak Duncan (UJD)

Total Tangkapan kumbang Tanduk menggunakan pipa


paralon lebih tinggi dibandingkan ferotrap yang lain.
DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA
Pelaksanaan Pengendalian
6

4
Jumlah
3

2
Ferotrap Biasa
1 Ferotrap Parabola
Pipa paralon
0
I II III IV V VI VII VIII IX X
Pengamatan

Dari Grafik pengamatan diatas, tangkapan kumbang tanduk


menggunakan ferotrap biasa jauh lebih rendah dibanding ferotrap
parabola dan pipa paralon

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Perilaku hidup Oryctes rhinoceros
• Penggunaan Insektisida Karbofuran

Tidak semua kumbang tanduk masuk kedalam


ferotrap

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Pelaksanaan Pengendalian

Kumbang yang tidak masuk ke dalam ferotrap pada


malam hari diberi warna merah dan pagi hari
dilakukan pengamatan terhadap kumbang tersebut

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Pelaksanaan Pengendalian
Penggunaan Insektisida Karbofuran

Keterangan :
Pokok yang harus
aplikasi
karbofuran
Lakosi
pemasangan
ferotrap
Pokok sawit yang
tidak aplikasi

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Pelaksanaan Pengendalian
Penggunaan Insektisida Karbofuran

Aplikasi Karbofuran pada pupus


sawit

Kumbang yang mati pada pokok


sawit

Catatan:Dosis karbofuran yang digunakan


adalah 10 gr/pokok (dari percobaan)
Kumbang yang mati setelah
dikumpulkan
SA 2/12-14 Agustus 2009/Holiday Inn Hotel_Bandung
DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA
Perilaku hidup Oryctes rhinoceros

Kumbang tanduk mempunyai kecenderungan menyerang


pokok yang telah terserang sebelumnya (pokok yang sama)
berulang-ulang.

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Perilaku hidup Oryctes rhinoceros

Pokok disekitarnya tetapi


tidak terdapat bekas
serangan sama sekali

Pokok yang diserang lebih dari satu kali terlihat


dari bekas serangan lama dan yang baru

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Pelaksanaan Pengendalian
Penggunaan Insektisida Karbofuran

Pokok

Pokok terserang

Pokok yang ikut


diaplikasikan
karbofuran

Aplikasi dilakukan pada


pokok yang terserang dan
6 pokok disekitarnya.

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Pengendalian Larva

Larva kumbang tanduk pada bahan


organik Kutip Manual larva

Larva yang telah dikumpulkan setelah


dikutip manual

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Pengendalian Larva

Untuk mencegah perkembangbiakan larva, maka aplikasi Janjangan kosong


tidak boleh lebih dari 1 lapis dan percepatan penanaman LCC

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Pengendalian Larva

Lokasi Pemasangan janjangan kosong untuk aplikasi


jamur O.rhynoceros.

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Pengendalian Larva

Biakan Murni
Diaplikasikan
M.anisopliae

Aplikasi dengan cara


disemprot secara merata pada Janjangan Kosong
denga ukuran 2 x 2 m
(Dilakukan pada sore hari)

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Pengendalian Larva

Pengendalian Pada Fase Larva dengan


Entomopatogen M.anisopliae

Larva yang terinfeksi M.anisopliae (a) dan Teknik Aplikasi


M.anisopliae di lapangan (b)

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Hama rayap

Merupakan hama dari kelas serangga ordo isoptera. Hama ini terutama
menyerang tanaman di areal gambut dan pasir

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Hama rayap
Jenis rayap yang menyerang tanaman kelapa sawit :
1. Coptotermes curvignatus
Merupakan jenis rayap yang utama menyerang kelapa
sawit karena kasta pekerjanya mampu merusak jaringan
mati dan jaringan hidup tanaman.
2. Macrotermes gilvus
Rayap jenis ini mempunyai kasta pekerja hanya memakan
jaringan yang mati. Rayap ini akan sangat merugikan
tanaman jika koloninya membuat sarang di dekat batang
kelapa sawit karena dapat mengakibatkan batang menjadi
miring dan akhirnya tumbang. Jika pembentukan sarang
oleh koloni berada di gawangan, maka rayap ini tidak
membahayakan.
DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA
Hama rayap

Serangan Rayap jenis Macrotermes


gilvus pada pokok kelapa sawit
Serangan Rayap jenis Coptotermes
curvignatus pada pokok kelapa sawit

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Hama Rayap

Kasta Ratu dari rayap jenis Macrotermes gilvus yang dikelilingi oleh rayap
pekerja pada saat dilakukan pembongkaran rayap

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Pengendalian hama rayap
1. Dilakukan sensus sekaligus pengendalian pada areal yang terserang
dan diberi tanda pada kertas sensus dan pokok yang terserang
2. Pelaksanaan sensus dilakukan bersamaan dengan aplikasi termisida
dimana frekuensi sensus dilakukan berdasarkan volume serangan rayap
dan jenis tanahnya:
Pada Tanah Gambut:
- Serangan > 4 pohon per hektar, rotasi setiap 1 bulan
- Serangan < 4 pohon per hektar, rotasi setiap 2 bulan
pada tanah mineral sensus dilakukan jika terdapat serangan.
3. Pohon yang terserang dilakukan pembersikan serasah di sekitar pangkal
batang dan disemprot atau disiram dengan termisida.
4. Untuk mempermudah pengamatan,evaluasi dan penentuan rotasi
pengendalian, pokok yang terserang diberi tanda dengan cat dan pada
lembar sensus diberi tanda.
DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA
Pengendalian hama rayap
5. Aplikasi menggunakan Metode bariier
yaitu dengan cara menyemprot atau
menyiram secara merata pada pangkal
batang dan piringan pohon yang
terserang.
Piringan disemprot pada tanah radius
50 cm, dan pada pangkal batang
ketinggian 50 cm dari tanah, volume
aplikasi 2 ltr/pohon
aplikasi penyemprotan juga dilakukan
pada sekeliling pokok yang terserang
(mata lima)
Termisida yang dianjurkan adalah: Radius + 50 Cm
• Fipronil 50 g/l, konsentrasi 3-5 cc per
liter
• Chlorpyrifos 400 g/l, konsentrasi 7-10 Tinggi + 50Cm
cc per liter air
DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA
Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
a. Ulat Api Setothosea asigna Van Eecke
Ini merupakan salah satu jenis
ulat api terpenting pada kelapa
sawit. Ulatnya berwarna hijau
kekuningan dengan bercak
khas di punggungnya,
panjangnya 30-36mm dan
lebarnya 14mm. Telur

Larva kecil Larva sedang


DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA
Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
a. Ulat Api Setothosea asigna Van Eecke
Larva besar

Pupa 40 Hari

Dewasa

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
b. Ulat Api Setora nitens Walker
Ulatnya berwarna hijau, hingga kekuningan, panjangnya mencapai
40mm, mempunyai 2 rumpun bulu kasar di kepala dan 2 rumpun di
bagian ekor. Telurnya pipih dan bening, lebarnya 3 mm, diletakkan pada
permukaan bawah daun dalam 3-5 deretan, kadang kala mencapai 20
deret. Ngengatnya coklat kelabu dengan garis hitam pada tepi sayap,
yang betina panjangnya 20mm, dan yang jantan lebih kecil.
Kepompongnya bulat berdiameter 15mm, berwarna coklat.
Larva kecil Larva sedang

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
b. Ulat Api Setora nitens Walker

Pupa : hari ke 23

Dewasat
Larva kecil

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
b. Ulat Api Darna trima Moore
Telur : 3-5 hari
Ulat berwarna coklat muda
dengan bercak-bercak jingga di
punggungnya, panjangnya 13-15
mm. Stadium ulat 25-35 hari,
umumnya menyerang daun tua
pada tanaman muda dan dewasa.

Larva kecil Larva sedang

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
b. Ulat Api Darna trima Moore
Larva besar

26 – 33 hari Pupa
7 instar 10 -14 Hari

Dewasa

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
d. Ulat Api Birthosea bisura Moore
Ulat jenis ini biasanya menyerang daun pada tanaman muda. Ulat
instar terakhir panjangnya 15 mm, tubuhnya pipih, berwarna kuning
kehijauan dengan garis ungu pada tengah punggungnya dan kuning di
bagian ujungnya. Kepompong diletakkan pada pangkal anak daun atau
pada ketiak-ketiak pelepah, bentuknya lonjong, panjangnya 10 mm dan
lebar 8 mm, berwarna coklat tua dengan permukaan yang halus. Siklus
hidupnya berlangsung 2 bulan. Tingkat populasi kritis 10-20 ulat per
pelepah.

Gambar :
Ulat api jenis Birthosea bisura

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
e. Ulat Kantong Mahasena corbetti Tams
Hama ini menyerang daun pada semua tingkat umur tanaman. Ulat hidup di
dalam kantong yang terbuat dari potongan dedaunan diikat dengan benang-
benang air liurnya. Panjang ulat bisa mencapai 30mm, berwarna coklat
kemerahan. Ulat muda berada di permukaan atas daun, selanjutnya
merambat ke permukaan bawah daun. Serangan biasanya pada daun-daun
bagian atas. Ngengat betina tetap berbentuk ulat dan tidak pernah
meninggalkan kantongnya, panjangnya 50 mm. Ngengat jantan berupa kupu-
kupu berwarna coklat, rentang sayapnya 30 mm.
Larva kecil Larva sedang

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)

Larva besar

Instar larva 80 Hari Pupa 30 Hari

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
f. Ulat Kantong Metisa plana Walker
Panjang ulat jenis ini 12 mm,
berwarna coklat kemerahan, hidup
dalam kantong yang panjangnya
15-17 mm. kantong-kantong
terkait menggantung pada
permukaan bawah daun. Ngengat
jantan berupa kupu-kupu, rentang
sayapnya 17-20 mm, Ngengat
betina berbentuk seperti ulat

50 Hari terdiri
Pupa 25 Hari
Dari 4-5 instar
DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA
Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
Crematopsyche pendula

Siklus hidup terdiri dari 80 Hari yang


menyerang bagian epidermis daun
dan berbentuk ulat yang
terbungkus dalam kantong.

17 days for
pupation

50 days for
4-5 larval instars

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)

DETEKSI

TUJUAN DETEKSI

• ADA TIDAKNYA HAMA DAN JENISNYA.

• TINGKAT SERANGAN.

• LUAS SERANGAN.

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)

Petugas berjalan pada pasar pikul dan mengamati


secara visual hama-hama yang terlihat pada separuh
lingkaran kanopi kiri kanan pasar panen tersebut.

• Hama yang nampak dicatat pada kertas deteksi menurut jenis dan
kriteria serangan yang telah ditentukan.

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)

INTENSITAS DETEKSI
Tidak ada serangan = Setiap 5 pasar pikul.
(kelang 4 pasar pikul)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1 2 3 4 1 2 3 4

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
Serangan Ringan = Setiap 3 pasar pikul.
(kelang 2 pasar pikul)

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1 2 1 2 1 2 1 2

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
Serangan Sedang/Berat = Kelang 1 pasar pikul.
(kelang 2 pasar pikul)

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)

TINGKAT SERANGAN

RINGAN 1-5 larva per pokok

SEDANG 5-10 larva per pokok

BERAT >10 larva per pokok

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
SENSUS
TUJUAN SENSUS :

• BESAR POPULASI HAMA.

• STADIA HAMA.

• % HIDUP DAN MATI.

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)

LOKASI TITIK SENSUS


Berdasarkan pada tingkat serangan :
BERAT - SEDANG - RINGAN
Letaknya harus cukup mewakili pokok - pokok yang
ada disekitarnya.

JUMLAH TITIK SENSUS


• 5 pokok untuk luas < 10 Ha
• 7 pokok untuk luas 10 - 20 Ha
• 10 pokok untuk luas > 20 Ha

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)

PELAKSANAAN
• Dengan mengambil sample sebanyak 3 pelepah yang akan
mewakili pelepah bagian atas, tengah dan bawah.
Hitung semua : TELUR - LARVA - PUPA
Hidup atau mati.

• Cukup dihitung 1/2 pelepah bila populasi terlalu tinggi.

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
KRITERIA STADIA
Ukuran Larva (mm)
Jenis hama
Kecil Sedang Besar
ULAT KANTONG
Mahasena corbetti < 15 15 – 25 > 25
Metisa plana < 5 5 – 10 > 10
Chremastopsyche pendula < 3 3-6 > 6

ULAT API
Thosea asigna < 15 15 – 25 > 25
Thosea bisura < 10 10 – 15 > 15
Setora nitens < 10 10 – 20 > 20
Darna trima < 5 5–8 > 8
Ploneta diducta < 5 5-8 > 8

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)

PENGENDALIAN
ERADIKASI ATAU MENURUNKAN POPULASI SAMPAI DI BAWAH
AMBANG EKONOMI.

BIOLOGICAL INSECTICIDES

Bacillus thuringiensis : THURICIDE HP, DIPEL WP


CONDOR 70 F.
Virus : Mahasena corbetti, Thosea asigna dll.
Jamur : Cordyceps sp.

CHEMICAL INSECTICIDES

Insektisida sistemik : Infus akar dan Injeksi batang

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
Hubungan antara musuh alami
dan beneficial plants
Parasitoid Setora nitens

Telur

Berkembang
Menetas

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
Hubungan antara musuh alami
dan beneficial plants

NEKTAR

PERKAWINAN
RE-GENERASI

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
Beneficial Plants

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)

Tanaman berguna Turnera sp (Kiri) dan Antigonon leptocus (kanan)


yang ditanam di sepinggir jalan

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)

MUSUH ALAMI

• ENTOMOPHAGOUS PREDATORS
• ENTOMOPHAGOUS PARASITOIDS
• VIRAL DEISEASES
• FUNGAL DISEASES

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
ENTOMOPHAGOUS PREDATORS
HEMIPTERA
EOCANTHECONA FURCELLATA

Jenis yang dimangsa :


Semua jenis ulat pemakan daun
Stadia
Ulat.

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
ENTOMOPHAGOUS PREDATORS
HEMIPTERA
SYCANUS SPP
Jenis yang dimangsa :
Semua jenis ulat pemakan daun dan
ulat kantung
Stadia
Ulat.

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
ENTOMOPHAGOUS PARASITOIDS
TACHINIDAE GONIINAE
Chaetoxorista javana
Jenis yang diparasit :
Setora nitens, Setothosea asigna,
B. bisura, Darna trima, Susica
malayana.

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
ENTOMOPHAGOUS PARASITOIDS
TACHINIDAE GONIINAE
Eozenillia equatorialis

Jenis yang diparasit :


Mahasena corbetti
Stadia
Ulat instar terakhir

BOMBYLIIDAE
Systropus roepkei

Jenis yang diparasit :


Birthamula chara, Darna trima,
Setora nitens.
Stadia
Ulat instar terakhir

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)

TRICHOGRAMMATOIDAE

Trichogrammatoidae thoseae Nag.

Jenis yang diparasit :


Setora nitens, Setothosea asigna, Darna trima, Darna bradleyi.
Stadia
Telur

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)

BRACONIDAE BRACONINAE
Spinaria spinator

Jenis yang diparasit :


Setora nitens

Stadia
Ulat instar 4 - 8.

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
BRACONIDAE Micrograterine

Apenteles aluella

Jenis yang diparasit :


Setora nitens, Setothosea asigna,
Darna trima, Darna bradleyi.
Stadia
Ulat

BRACONIDAE Micrograterine
Apenteles metisae

Jenis yang diparasit :


Mahasena corbetti, Metisa plana, C.
pendula.
Stadia
Ulat muda

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
BRACONIDAE Microgasterinae

Fornicia sp

Jenis yang diparasit :


Setora nitens, Setothosea asigna,
Birthamula chara.
Stadia
Ulat menengah

SYSTROPUS ROEPKEI
BOMBYLIIDAE

HOST
Birthamula chara, Darna trima, Setora
nitens.
Parasit : PUPA

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
FUNGAL DISEASE
Cordyceps

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
VIRAL DISEASE

BETA NUDAURELIA CYTOPLASMIC POLYHEDROSIS


Thosea asigna Thosea asigna

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)

VIRAL DISEASE

VIRUS GRANULOSIS DAN BETA.N PICORNAVIRUS


Darna trima Darna trima

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)
VIRAL DISEASE

VIRUS BETA NUDAURELIA VIRUS MC


Birthosea bisura Mahasena corbetti

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Babi hutan

Sus scrofa Sus barbatus


Jenis babi hutan yang paling sering merusak di perkebunan
kelapa sawit adalah Sus scrofa. Babi hutan mempunyai berat
badan sekitar 210 kg dengan bagian-bagian tubuhnya yang
tampak kurang proporsional. Hewan ini mampu hidup dalam
berbagi kondisi dan hidup secara berkelompok antara 20-30
ekor, dan mencari makan pada malam hari. Masa kehamilan
babi hutan sekitar 115 hari dan satu induk betina dapat
melahirkan sampai 15 ekor.
DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA
Pengendalian babi hutan
1. Pengamatan secara kolektif umumnya dilakukan pada areal
dengan populasi babi hutan yang tinggi, dengan
menggunakan jerat kawat ataupun sling.
2. Pengamatan individu, umumnya dilakukan pada areal
sisipan dengan menggunakan kawat duri.
3. Pengamatan secara koletif maupun individu harus tetap
dilakukan sampai tanaman memasuki periode TM.
4. Penggunaan racun atau memburu babi
Pengendalian dengan menggunakan racun adalah dengan
menggunakan durat dosis tinggi yang diaplikasikan 10-20
bite per titik aplikasi di jalan-jalan yang sering dilalui babi.
Jarak satu titik aplikasi + 10 m. Selain menggunakan
durat tersebut, aplikasi dilakukan bersama-sama
dengan brondolan yang telah direndam Bromadiolon 1
malam agar menimbulkan aroma memikat.
DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA
Pengendalian babi hutan

Aplikasi durat bersama brondolan yang telah direndam Bromadiolon


(Kiri) dan bekas titik aplikasi setelah umpan habis dimakan babi
(kanan)

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Landak (Hytrix javanicus)

Landak merupakan hama


tanaman perkebunan
terutama perkebunan kelapa
sawit khususnya di daerah
pengembangan.

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Landak (Hytrix javanicus)
Hama Landak merusak tanaman kelapa sawit muda dengan
cara mengerat kelapa sawit tersebut.
Landak Aktif pada malam hari dan bersembunyi di dalam
lorong-lorong di dalam tanah,

Pengendalian

1. Jerat (Penangkapan manual dengan perangkap).

2. Racun (menggunakan buah-buahan yang diberi racun)

3. Memasang kawat pada saat awal penanaman

4. Pengasapan dengan Belerang pada lubang-lubang yang menjadi


Sarang dari landak

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Landak (Hytrix javanicus)

Contoh pemasangan kawat pengait

Pemasangan kawat individu untuk mengurangi tingkat kematian


pokok karena serangan landak

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Penyakit Tanaman

Penyakit tanaman secara sederhana didefenisikan sebagai


kerusakan pada tumbuhan yang diakibatkan oleh
mikroorganisme (patogen)
Mikroorganisme yang umum menyerang tumbuhan :
Virus
Jamur
Bakteri

Mikoplasma

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Busuk pupus
Penyakit ini pada umumnya dijumpai menyerang tanaman
menghasilkan berumur 5-15 tahun, biasanya muncul pada awal
musim hujan setelah mengalami kemarau (Kering). Penyebab
utamanya adalah bakter, diduga Erwinia yang berasosiasi dengan
beberapa genera jamur.
Gejala awal dimulai dengan daun-daun pupus menguning,
mengering dan berwarna coklat. Awalnya pupus masih berdiri tegak,
makin lama makin condong dan selanjutnya patah pada pengkalnya.
Selanjutnya jaringan akan menjadi busuk dan mati dan
mengeluarkan aroma yang tidak sedap.

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Busuk pupus

Busuk pada pupus yang mudah dicabut tampak berlendir

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Busuk pupus

Efek dari pupus yang busuk akan mengakibatkan tanaman menjadi


mati dan kering sampai terjadi pembusukan pada akar

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Busuk pupus

Pengendalian
1. Membuang bagian daun (pupus) yang busuk dan
membiarkan terkena sinar matahari sehingga bagian
yang busuk menjadi kering.
2. Untuk penyemprotan, dilakukan pencampuran
formulasi fungisida dan bakterisida (antibiotik)
3. Penyemprotan juga dilakukan pada tanaman sekitar
agar tidak terjadi penyebaran penyakit semakin luas

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Busuk pupus

Tanaman yang telah mati dna kering, dibongkar sampai semua


bongkol akar tercabut, kemudian ditaburi dengan fungisida

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Busuk buah
Gejala, berupa benang-benang jamur yang berwarna putih
mengkilat meluas di permukaan tandan buah. Pada tingkatan ini
jamur belum menimbulkan kerugian pada tandan. Miselium
lebih banyak terdapat pada pangkal tandan yang melekat pada
pangkal pelepah daun yang mendukungnya, karena disini
kelembabannya sangat tinggi. Keadaan ini dapat dilihat pada
buah-buah yang masih mentah. Pada tingkatan berikutnya
miselium yang berada di permukaan buah itu mengadakan
penetrasi masuk ke dalam daging buah (mesocarp) yang
menyebabkan busuk basah. Buah berawarna cokelat muda,
berbeda jelas dari buah yang sehat. Jika buah yang sakit tidak
diambil, miselium dapat meluas dalam tajuk (mahkota) tanaman
sehingga semua tandan yang berkembang akan terserang.
Penyebab penyakit, Penyakit disebabkan oleh jamur Marasmius
palmivorus Sharples
DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA
Busuk buah

Penyebaran busuk buah yang mengakibat busuk buah disekitar buah yang
terserang dan dapat mengakibatkan semua buah pada pokok menjadi
busuk.

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Busuk buah
Alternatif Pengendalian
Mengurangi kelembaban kebun seperti tidak terlambat dalam
melakukan pemangkasan daun (Penunasan), pengaturan
jarak tanam yang sesuai, dan sebagainya.
Tandan yang lewat masak jangan dibiarkan tetap berada di
pohon, khususnya untuk kebun muda. Tandan-tandan yang
belum mencapai ukuran tertentu dipotong dengan teratur.
Kastrasri dilakukan dengan tepat, meskiupun buah belum
layak untuk diolah di pabrik, tandan buah yang masak harus
dipotong.
Sebagai langkah pengendalian terakhir dilakukan dengan
penyemprotan menggunakan fungisida. Bekas pemotongan
tandan yang terserang busuk buah disemprot dengan
fungisida Benomyl atau Mankozeb atau Kloratalonil
konsentrasi 3% volume semprot 1 liter larutan per pohon

DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA


Layu Fusarium
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Fusarium spp yang bersimbiosis
dengan patogen jenis lain.
Gejalanya dimulai dengan ujung daun muda yang tampak
menguninng dan layu, dalam waktu singkat layu tersebut akan
semakin meluas menuju titik tumbuh sehingga mengakibatkan
pokok tiba-tiba layu dan mati. Gejala yang paling khas adalah
pelepah yang tampah menguning ketika dipotong melintang akan
tampak bercak coklat muda sampai coklat tua sepanjang pelepah.

Kondisi daun yang tampak layu (kiri) dan bagian dalam pelepah yang busuk
(Kanan)
DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA
Pengendalian layu Fusarium
Melakukan sensus tanaman yang terserang penyakit Fusarium dan
memberi tanda, Memangkas pelepah yang terinfeksi pada
tanaman. Pemangkasan dilakukan dengan hati-hati, bagian
yang dipotong pada pelepah adalah bagian yang telah terinfeksi
yaitu yang terdapat bercak-bercak coklat hingga bagian yang
masih segar (tidak terdapat bercak-bercak coklat).
Pada bagian pelepah yang terluka akibat dipotong diolesi larutan
fungisida.
Potongan pelepah yang terinfeksi dikumpulkan di suatu tempat
tersendiri dan kemudian dibakar.
Pada tanaman yang titik tumbuhnya telah terserang dan mengalami
pembusukan, tanaman harus dibongkar, bekas lubang tanamnya
dibersihkan dengan membuat lubang berukuran 1 x 1 x 1 m.
Tanah galiannya yang bercampur dengan perakarannya
dikumpulkan ke tempat tersendiri dan kemudian dibakar.
Dilakukan pemantauan berkala tehadap tanaman yang telah
dipangkas untuk menjaga kemungkinan masih terdapat pelepah
yang masih terinfeksi Fusarium.
DISAMPAIKAN PADA MATERI KELAS PAMA

Anda mungkin juga menyukai