Anda di halaman 1dari 2

MEMAKNAI FENOMENA HUJAN

UNTUK MENGUATKAN KEIMANAN

‫َأَفاَل َيَتَد َّبُر وَن اْلُقْر آَن ۚ َو َلْو اَك َن ِم ْن ِع ْنِد َغِرْي اِهَّلل َلَو َج ُد وا ِف يِه اْخ ِتاَل ًفا َكث‬
“Maka apakah mereka tidak merenungkan Al-Qur`an? Kalau kiranya Al-Qur`an itu bukan dari sisi
Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya” (QS. An-Nisa`: 82).

Kita, jika tidak ada Al Quran mungkin bisa jadi tidak menemukan Tuhan yang Haq, Al Quran sebagai
media mengenal DzatNya agar tidak salah menyembah. Mari kita lihat surat An-Naml 90

‫َأَّمْن َخ َلَق ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر َض َو َأنَز َل َلمُك ِّم َن ٱلَّس َم ٓاِء َم ٓاًء َفَأۢنَبْتَنا ِبِه ۦ َح َد ٓاِئَق َذ اَت ْهَبَج ٍة َّم ا‬
‫و‬‫ُل‬ ‫ِد‬ ‫َق‬ ‫ْل‬ ۚ ‫ِهَّلل‬‫اَك َلْمُك َأن ُت ِب و۟ا َجَش َه ٓاۗ َأِء ٌه ٱ‬
‫ۢن ُت َر َٰل َّم َع َب ْمُه ْو ٌم َيْع َن‬ ‫َن‬
Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari
langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu
sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang
lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).

Secara ilmiah, saintis memaparkan proses terjadinya hujan dimulai dari awan yang didorong angin.
Awan Cumulonimbus terbentuk ketika angin mendorong sejumlah awan kecil ke wilayah awan itu
bergabung hingga kemudian terjadi hujan

Dalam Al Quran dijelaskan

Surat An-Nur Ayat 43


‫َأَلْم َتَر َأَّن ٱَهَّلل ُيْز ِج ى َسَح اًبا ُثَّم ُيَؤ ِّلُف َبْيَنُهۥ ُثَّم َيْج َع ُلُهۥ ُر َك اًم ا َفَتَر ى ٱْلَو ْد َق َيْخ ُرُج ِم ْن ِخ َٰل ِلِهۦ‬
‫ن َبَر ٍد َفُيِص يُب ِبِهۦ َم ن َيَش ٓاُء َو َيْص ِر ُفُهۥ َعن َّم ن َيَش ٓاُء ۖ َيَك اُد‬ ۢ ‫َو ُيَنِّز ُل ِم َن ٱلَّس َم ٓاِء ِم ن ِج َباٍل ِفيَها ِم‬
‫َس َنا َبْر ِقِهۦ َيْذ َهُب ِبٱَأْلْبَٰص ِر‬
Artinya: Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara
(bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan
keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari
(gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu
kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan
kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. (Annur ayat 43)

Hadits dari Ummul Mukminin, ’Aisyah radhiyallahu ’anha,


‫ اَك َن َذ ا َر َأى اْلَم َط َر َقاَل « الَّلُهَّم َص ِّي بًا اَن ِف عًا‬-‫صىل هللا عليه وسمل‬- ‫َّن الَّنَّىِب‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, ”Allahumma shoyyiban nafi’an” [Ya Allah turunkanlah pada kami
hujan yang bermanfaat]”.[4]

Hujan, celah kemusrikan dan azab


Surat Al-Baqarah Ayat 22
‫ٱ‬ ‫ٱ‬ ‫ٱ‬ ‫ٱ‬ ‫ٱ‬
‫ِذَّل ى َجَع َل َلُمُك َأْلْر َض ِف َٰر ًش ا َو لَّس َم ٓاَء ِبَنٓاًء َو َأنَز َل ِم َن لَّس َم ٓاِء َم ٓاًء َفَأْخ َر َج ِبِه ۦ ِم َن لَّثَم َٰر ِت ِرْز ًقا َّلْمُك ۖ َفاَل ْجَت َع ُلو۟ا ِهَّلِل َأنَد اًدا َو َأنْمُت َتْع َلُم وَن‬

Artinya: Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan
sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal
kamu mengetahui.

Dalam sebuah hadis qudsi, Allah swt berfirman,

‫ِبَفْض ِل ِهللا َو َر َمْحِتِه َفَذ َكِل ُمْؤ ِم ٌن يِب اَك ِف ٌر‬ ‫ ُم ِط ْر اَن‬: ‫ َفَأَّم ا َمْن َقاَل‬، ‫ َأْص َبَح ِم ْن ِع َباِد ي ُمْؤ ِم ٌن يِب َو اَك ِف ٌر‬: ‫َقاَل‬
" ‫ُمْؤ ِم ٌن اِب ْلَكْو َكِب‬ ‫ ُم ِط ْر اَن ِبَنْو ِء َكَذ ا َو َكَذ ا َفَذ َكِل اَك ِف ٌر يِب‬: ‫ َو َأَّم ا َمْن َقاَل‬، ‫اِب ْلَكْو َكِب‬
Allah berfirman, “Di pagi ini ada hamba-hamba Ku yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir.
Orang yang berkata: 'Hujan turun kepada kita karena karunia Allah dan rahmat-Nya', maka dia
adalah yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun yang berkata: '(Hujan
turun disebabkan) bintang ini atau itu', maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada
bintang-bintang'. " (HR. Bukhari 801).

Bagi orang beriman, hujan pun bisa turun sebagai azab, siksaan bagi orang-orang yang durhaka
kepada Allah swt. Bahkan dengan kekuasaan-Nya, bukan air yang hujan, tetapi batu kerikil. Seperti
diunggkapkan dalam ayat berikut.

‫َفاًّلُك َاَخ ْذ اَن ِبَذ ْۢنِبٖۙه َفِم ُهْنْم َّمْن َاْر َس ْلَنا َعَلْي ِه َح اِص ًباۚ َو ِم ُهْنْم َّمْن َاَخ َذ ْتُه الَّص ْي َح ُة ۚ َو ِم ُهْنْم َّمْن َخ َس ْفَنا ِبِه‬
‫اَاْلْر َۚض َو ِم ُهْنْم َّمْن َاْغَر ْقَنۚا َو َم ا اَك َن اُهّٰلل ِلَيْظ ِلَم ُهْم َو ٰلِكْن اَك ُنْٓوا َاْنُفَس ُهْم َيْظ ِلُمْو َن‬
Masing-masing (dari mereka) Kami azab karena dosanya. Di antara mereka ada yang Kami
timpakan angin kencang (yang mengandung) batu kerikil (Kaum Luth), ada yang ditimpa suara
keras yang mengguntur (Kaum Tsamud), ada yang Kami benamkan ke dalam bumi (qarun), dan
ada pula yang Kami tenggelamkan (Kaum Nuh dan Fir’aun). Tidaklah Allah menzalimi mereka,
tetapi merekalah yang menzalimi dirinya sendiri. (QS. Al-Ankabut: 40

Anda mungkin juga menyukai