Anda di halaman 1dari 4

Mensyukuri Nikmat Musim Hujan

Khutbah Pertama:

Ibadallah,

Bersyukurlah kepada Allah atas nikmat dan kebaikan-Nya yang tiada hendtinya. Kenikmatan
yang terus datang kepada kita. Ucapkanlah syukur pada setiap nikmat tersebut. Kita telah
kedatangan musim hujan yang kita nanti-nantikan. Hari ini, Alhamdulillah, sudah Allah beri
jalan keluar terhadap permasalahan kekeringan bahkan kebarakaran alam yang kita rasakan.
Dia menghilangkan musibah kepada kita dengan menurunkan hukan. Bersyukurlah
kepadanya atas nikmat ini. Puji dan agungkan Dia. Meminta tolong dan mohonlah ampun
kepada-Nya.

Ibadallah,

Sesungguhnya Allah menurunkan hujan kepada makhluknya adalah sebagai tanda kebesaran-
Nya dan pelajaran untuk para makhluk. Allah mengirimkan angin, mengumpulkan awan,
kemudian memperjalankan awan tersebut dengan angin, dan menghujani bagian bumi yang
Dia kehendaki. Allah berfirman,

Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami
turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali
bukanlah kamu yang menyimpannya. (QS:Al-Hijr | Ayat: 22).

Setelah itu, awan berhenti menumpahkan air sesuai dengan kadar yang telah Allah
tetapkan. Ada bumi yang terkena curahan hujannya da nada pula yang tidak. Ada masyarakat
yang basah terhujani, dan ada pula yang tidak. Semua itu memiliki hikmah yang besar.

Dan cara Allah menurunkan air hujan dari langit pun luar biasa. Ia jadikan dalam bentuk
tetesan-tetesan yang banyak yang rata. Bukan seperti air mancur yang keras hantamannya dan
sempit cakupannya. Dengan hujan seperti yang kita saksikan ini, basah di bumi menyebar.
Yang demikian telah Allah perintahkan dan takdirkan.

Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak
menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu. (QS:Al-Hijr | Ayat: 21).

Semua ini memiliki hikmah dan pelajaran bagi siapa yang ingin merenungkan.
Di dalam air hujan, Allah jadikan kandungan-kadungan tertentu yang dapat menumbuhkan
tanaman, menghilangkan kekeringan, dan rasa dahaga. Ini adalah bentuk kasih sayang Allah
kepada hamba-hamba-Nya.

* *

Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang
menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami
jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur? (QS:Al-Waaqiah | Ayat: 68).

Kalau Allah berkehendak, Dia mampu menjadikan air hujan ini asin, tidak bisa diminum
dan tidak pula menumbuhkan tanaman. Namun Allah jadikan rasa dan sifat air hujan
sebagaimana yang kita rasakan. Sehingga tumbuhan tumbuh dan bermanfaat. Kemudian air
hujan itu Allah simpan di bumi yang bisa dimanfaatkan manusia di masa mendatang.

Ini semua nikmat dan kasih sayang Allah kepada kita. Hendaknya kita merenungkannya.
Jika Dia menghendaki, Dia tahan hujan dari kita. Renungkanlah, Dia menurunkannya kepada
siapa yang Dia kehendaki. Renungkanlah bagaimana cara Dia menurunkannya. Dia
memperjalankan hujan tersebut di atas bumi, kemudian menurunkannya di tempat yang Dia
kehendaki dan tidak menurunkannya di tempat yang juga Dia kehendaki.

Kesempurnaan dalam pengaturan hujan tersebut hendaknya membuat kita sadar dan
merasakan betapa agung dan hebatnya kekuasaan Allah . Agung dan besar kasih sayangnya
kepada para hamba-Nya. Tujuannya agar manusia mewujudkan peribadatan hanya kepada
Dia. Tidak menyembah kepada selain-Nya. Karena Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa.

Ibadallah,

Lalu, muncul orang-orang yang mengingkari nikmat ini. Mereka menisbatkannya bukan
kepada Allah yang menciptakan dan memberikan nikmat tersebut. Mereka menisbatkan
hujan kepada selain Allah, yakni kepada bintang-bintang, cuaca, dan gejala alam atau musim.
Dan perkataan-perkataan lain yang jauh dari nilai-nilai keimanan. Allah menyifati mereka
dengan firman-Nya,

Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Quran ini? Kamu mengganti rezeki (yang
Allah berikan) dengan mendustakan Allah. (QS:Al-Waaqiah | Ayat: 82-83).

Mereka menisbatkan hujan bukan kepada penciptanya tetapi kepada gejala alam. Padahal
hujan adalah dari kebijaksanaan Allah dan kekuasaan-Nya. Dialah yang menurunkannya dan
menahannya jika Dia menghendaki.

Hujan tidak disandarkan dengan kemampuan teknologi dan kondisi geografis. Betapa banyak
negara-negara maju namun curah hujan rendah. Dan kita saksikan pula negara-negara tropis
namun mengalami kekeringan.



Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu diantara manusia supaya mereka
mengambil pelajaran (dari padanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali
mengingkari (nikmat). (QS:Al-Furqaan | Ayat: 50).

Apa yang mereka lakukan sama seperti yang dilakukan orang-orang kafir Quraisy, mereka
menisbatkan hujan kepada bintang-bintang. Dan Nabi telah memperingatkan mereka
dengan peringatan yang keras. Beliau bersabda kepada para sahabatnya selepas shalat
subuh ketika melihat bekas-bekas langit malam, atau melihat bekas hujan yang turun
semalam,



: . : ( ) :







.

Dari sahabat Zaid bin Khalid al-Juhani radhiallahu anhu ia menuturkan, Rasulullah
mengimami kami shalat subuh di Hudaibiyyah dalam keadaan masih basah akibat hujan tadi
malam. Seusai shalat, beliau menghadap kepada para sahabatnya, lalu berkata, Tahukah
kalian apa yang difirmankan oleh Tuhan kalian? Mereka menjawab, Allah dan rasul-Nya
yang lebih mengetahui. Beliau bersabda, Allah berfirman, Ada sebagian dari hamba-Ku
yang beriman kepada-Ku dan kafir. Adapun orang yang berkata, Kita telah dihujani atas
karunia dan rahmat Allah, maka itulah orang yang beriman kepada-Ku dan kufur dengan
bintang. Dan orang yang berkata, Kita dihujani atas pengaruh bintang ini dan itu, maka
itulah orang yang kufur dengan-Ku dan beriman dengan bintang. (Muttafaqun alaih).

Khutbah Kedua:


)
* *









Ketika terlihat awan mendung di Kota Madinah, raut wajah Rasulullah berubah. Beliau
tampak gelisah, keluar dan masuk rumah. Beliau takut kalau awan itu adalah awan yang
membawa adzab. Sebagaimana adzab yang menimpa Kaum Ad. Dan ketika hujan sudah
turun barulah beliau tampak bahagia. Saat hujan turun, beliau berdoa,

Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah.

Ya Allah jadikanlah hujan ini sebagi hujan yang bermanfaat.


Dan apabila hujan turun dengan lebat, dan khawatir menimbulkan bahaya, maka Rasulullah
membaca doa,

Ya Allah, Hujanilah di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya, Allah, Berilah hujan ke
daratan tinggi, beberapa anak bukit, perut lembah, dan beberapa tanah yang menumbuhkan
pepohonan. (HR. al-Bukhari).

Inilah petunjuk Nabi yang patut kita teladani.

Mari kita ambil pelajaran dari peristiwa hujan ini. Semoga menambah rasa takut kepada
Allah . Saat awan telah menebal, hendaknya kita berdoa kepada Allah agar Dia
menurunkan rahmat dan kasih sayang, bukan menurunkan adzab.

Sebagian orang apabila huja turun, dan dataran rendah dialiri air, mereka keluar ke tempat
tertentu dan melakukan sesuatu yang merusak. Merusak akidah dan lingkungan mereka.
Tentu ini bukan cara mensyukuri nikmat. Allah berfirman,

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS:Ibrahim | Ayat: 7).



(


)




( ) .

Anda mungkin juga menyukai