A. AGD
Analisa gas darah (AGD) adalah prosedur pemeriksaan medis yang bertujuan untuk mengukur
jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah. AGD juga dapat digunakan untuk menentukan
tingkat keasaman atau pH darah.
Implikasi Klinik:
1. Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada penyakit paru obstruksi kronik, PPOK,
penyakit obstruksi paru, anemia, hipoventilasi akibat gangguan fisik atau
neoromuskular dan gangguan fungsi jantung. Nilai PaO2 kurang dari 40 mmHg
perlu mendapatkan perhatian khusus.
2. Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran O2 oleh
alat bantu, contohnya nasal prongs, alat ventilasi mekanik hiperventilasi dan
polisitemia, peningkatan sel darah merah dan daya angkut oksigen.
3. D. Interpretasi Hasil Saturasi Oksigen, (SaO2).
Jumlah oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis sebagai persentasi total
oksigen yang terikat pada hemoglobin.
Nilai Normal : 95 - 99 % O2
Implikasi Klinik:
1. Saturasi oksigen digunakan untuk mengevaluasi kadar oksigenasi hemoglobin
dan kecakupan oksigen pada jaringan
2. Tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma menggambarkan jumlah oksigen
yang terikat pada hemoglobin sebagai ion bikarbonat
d. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Karbon Dioksida, (CO2).
Dalam plasma normal, 95% dari total CO2 terdapat sebagai ion bikarbonat, 5% sebagai
larutan gas CO2 terlarut dan asam karbonat. Kandungan CO2 plasma terutama adalah
bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini
terutama bersifat asam dan diatur oleh paru-paru. Oleh karena itu nilai CO2 plasma
menunjukkan konsentrasi bikarbonat.
Nilai Normal Karbon Dioksida (CO2) : 22 - 32 mEq/L
SI : 22 - 32 mmol/L
Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa
dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama yang bersifat asam dan diatur oleh
paru-paru. oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi bikarbonat.
Implikasi Klinik:
1. Peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada muntah yang parah, emfisema, dan
aldosteronisme
2. Penurunan kadar CO2 dapat terjadi pada gagal ginjal akut, diabetik asidosis dan
hiperventilasi
3. Peningkatan dan penurunan dapat terjadi pada penggunaan nitrofurantoin
B. KLASIFIKASI GAGAL NAPAS
Menurut (Syarani, 2017), gagal nafas dibagi menjadi dua yaitu gagal nafas tipe I dan
gagal nafas tipe II.
(1) Gagal Nafas Tipe I
Gagal nafas tipe I (Kegagalan oksigenasi) biasa disebut gagal nafas
hipoksemia dan merupakan kegagalan paru untuk mengoksigenasi darah, ditandai
dengan PaO2 menurun dan PaCO2 normal atau menurun. Gagal napas tipe I ini
terjadi pada kelainan pulmoner dan tidak disebabkan oleh kelainan ekstrapulmoner.
Mekanisme terjadinya hipoksemia terutama terjadi akibat:
a) Gangguan ventilasi/perfusi (V/Q mismatch), terjadi bila darah mengalir kebagian paru
yang ventilasinya buruk atau rendah. Contohnya adalah posisi terlentang ditempat tidur,
ARDS, atelectasis, pneumonia, emboli paru dan dysplasia bronkopulmonal.
b) Gangguan difusi disebabkan oleh penebalan membrane alveolar atau pembentukan
cairan interstitial pada sambungan alveolar-kapiler. Contohnya: edema paru, ARDS dan
pneumonia interstitial.
c) Pirau intrapulmonal yang terjadi bila aliran darah melalui area paru-paru yang tidak
pernah mengalami ventilasi. Contohnya: malformasi arterio-vena paru, malformasi
adenomatoid kongenital.
Biasa disebut gagal nafas Hiperkapnia (kegagalan ventilasi) : PaO2 rendah dan PCO2
Tinggi dan merupakan kegagalan tubuh untuk mengeluarkan CO2, pada umumnya
disebabkan oleh kegagalan ventilasi yang ditandai dengan retensi CO2 (peningkatan PaCO2
atau hiperkapnia) disertai dengan penurunan pH yang abnormal dan penurunan PaO2 atau
hipoksemia. Gagal napas hiperkapnia (tipe II) ditandai dengan meningkatnya PaCO2 melebihi
50 mm Hg. Hipoksemia biasa terjadi pada pasien dengan gagal napas tipe ini yang bernapas
dengan udara ruangan. Keasaman atau pH bergantung pada kadar bikarbonat, yang kembali
lagi bergantung pada durasi hiperkapnia. Etiologi umum termasuk overdosis obat, penyakit
neuromuskular, abnormalitas dinding dada, dan gangguan jalan napas berat (contohnya
pada asma dan PPOK / penyakit paru obstruktif kronis).
Gagal nafas tipe III menunjukkan gambaran baik hipoksemia dan hiperkapnia
(penurunan PaO2). Penyebab tersering : ARDS, asma, dan PPOK.
D. CEK KESADARAN