Anda di halaman 1dari 8

ANALISA GAS DARAH

Jika HCO3 <24


mEq/L ganggaun
primer adalah
asidosis
metabolik.

Langkah-langkah untuk menilai gas


darah: berdasarkan asumsi nilai rata
rata sbb:
pH
PaCO2
HCO3

: 7,4
: 40 mmHg
: 24 mEq/L

1. Pertama-tama perhatikan pH, pH


tinggi,rendah atau normal
pH > 7,4 Alkalosis
pH < 7,4 Asidosis
pH
= Normal
7,4

Dapat
menunjukan gas
darah
yang
benar
benar
normal
atau
mengindikasikan
terjadinya
kompensasi.

2. menentukan penyebab primer


gangguan
dengan
mengevaluasi
PaCO2
dan
HCO3
dalam
hubungannya dengan pH
pH > 7,4
Alkalosis

pH < 7,4
Asidosis

Jika PaCO2 <40


mmHg gangguan
primer adalah
alkalosis
respiratorik.
Jika HCO3 >24
mEq/L ganggaun
primer adalah
alkalosis
metabolik.
Jika PaCO2 >40
mmHg gangguan
primer adalah
asidosis
respiratorik.

3. Langkah berikutnya mencakup


menentukan apakah kompensasi
telah terjadi (hal ini dilakukan
dengan
melihat
nilai
selain
gangguan
primer,
jika
nilai
bergerak yang sama dengan nilai
primer,
kompensasi
sedang
berjalan).
Contoh:
Asidosis metabolik tanpa kompensasi
pH
: 7,2
PaCO2
: 60 mmHg
HCO3
: 24 mEq/L
Asidosis respiratorik terkompesasi
pH
: 7,4
PaCO2
: 60 mmHg
HCO3
: 37 mEq/L

Rentang nilai normal


pH
CO2
PCO2
BE
PO2
saturasi O2
HCO3

:7,35-7,45
: 23-27 mmol/L
: 35-45 mmHg
: 0 2 mEq/L
:80-100 mmHg
: 95 % atau lebih
: 22-26 mEq/L

Tabel gangguan asam basa:

Jenis gangguan
pH
Asidosis
respiratorik
akut
Asidosis
respiratorik
terkompensasi sebagian
Asidosis
respiratorik N
terkompensasi penuh
Asidosis metabolik akut
Asidosis
metabolik
terkompensasi sebagian
Asidosis
metabolik
terkompensasi penuh
Asidosis respiratorik dan
metabolik
Alkalosis
respiratorik
akut
Alkalosis
respiratorik
tekompensasi sebagian
Alkalosis
respiratorik
terkompensasi penuh
Alkalosis metabolik akut
Alkalosis
metabolik
terkompensasi sebagian
Alkalosis
metabolic
terkompensasi penuh
Alkalosis metabolik dan
respiratorik

PCO2

HCO3
N

N
N

Klasifikasi gangguan asam basa primer dan


terkompensasi:
1. Normal bila tekanan CO2 40 mmHg
dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang
diproduksi dapat dikeluarkan melalui
ventilasi.

2. Alkalosis respiratorik. Bila tekanan


CO2 kurang dari 30 mmHg dan
perubahan pH, seluruhnya tergantung
pada penurunan tekanan CO2 di mana
mekanisme kompensasi ginjal belum
terlibat, dan perubahan ventilasi baru
terjadi. Bikarbonat dan base excess
dalam batas normal karena ginjal
belum cukup waktu untuk melakukan
kompensasi. Kesakitan dan kelelahan
merupakan penyebab terbanyak
terjadinya alkalosis respiratorik pada
anak sakit kritis.
3. Asidosis respiratorik. Peningkatan
tekanan CO2 lebih dari normal akibat
hipoventilasi dan dikatakan akut bila
peninggian tekanan CO2 disertai
penurunan pH. Misalnya, pada
intoksikasi obat, blokade
neuromuskuler, atau gangguan SSP.
Dikatakan kronis bila ventilasi yang
tidak adekuat disertai dengan nilai pH
dalam batas normal, seperti pada
bronkopulmonari displasia, penyakit
neuromuskuler, dan gangguan
elektrolit berat.
4. Asidosis metabolik yang tak
terkompensasi. Tekanan CO2 dalam
batas normal dan pH di bawah 7,30.
Merupakan keadaan kritis yang
memerlukan intervensi dengan
perbaikan ventilasi dan koreksi dengan
bikarbonat.
5. Asidosis metabolik terkompensasi.
Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH
7,30--7,40. Asidosis metabolik telah
terkompensasi dengan perbaikan
ventilasi.
6. Alkalosis metabolik tak
terkompensasi. Sistem ventilasi gagal
melakukan kompensasi terhadap
alkalosis metabolik ditandai dengan
tekanan CO2 dalam batas normal dan

pH lebih dari 7,50 misalnya pasien


stenosis pilorik dengan muntah lama.
7. Alkalosis metabolik terkompensasi
sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat
serta pH lebih dari 7,50.

Tujuan AGD

Menilai tingkat keseimbangan


asam dan basa
Mengetahui kondisi fungsi
pernafasan dan kardiovaskuler
Menilai kondisi fungsi
metabolisme tubuh

8. Hipoksemia yang tidak terkoreksi.


Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg
walau telah diberikan oksigen yang
adekuat

9. Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2


dapat mengoreksi hipoksemia yang ada
sehingga normal.

Indikasi

10. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan.


Jika pemberian oksigen dapat
meningkatkan tekanan oksigen
melebihi normal. Keadaan ini
berbahaya pada bayi karena dapat
menimbulkan retinopati of
prematurity, peningkatan aliran darah
paru, atau keracunan oksigen. Oleh
karena itu, perlu dilakukan
pemeriksaan yang lain seperti
konsumsi dan distribusi oksigen

Pasien dengan penyakit


obstruksi paru kronik
Pasien deangan edema pulmo
Pasien akut respiratori
distress sindrom (ARDS)
Infark miokard
Pneumonia
Klien syok
Post pembedahan coronary
arteri baypass
Resusitasi cardiac arrest
Klien dengan perubahan
status respiratori
Anestesi yang terlalu lama

Lokasi pungsi arteri

Arteri radialis dan arteri


ulnaris (sebelumnya dilakukan
allens test)
Arteri brakialis
Arteri femoralis
Arteri tibialis posterior
Arteri dorsalis pedis

Arteri
femoralis
atau
brakialis
sebaiknya tidak digunakan jika masih
ada alternatif lain, karena tidak
mempunyai sirkulasi kolateral yang
cukup untuk mengatasi bila terjadi
spasme atau trombosis. Sedangkan
arteri
temporalis
atau
axillaris

sebaiknya tidak digunakan


adanya risiko emboli otak.

karena

Komplikasi

Apabila jarum sampai menebus


periosteum
tulang
akan
menimbulkan nyeri.
Perdarahan
Cidera syaraf
Spasme arteri

Faktor yang mempengaruhi


pemeriksaan AGD
Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158
mmHg. Jika terdapat udara dalam
sampel darah maka ia cenderung
menyamakan tekanan sehingga bila
tekanan oksigen sampel darah kurang
dari 158 mmHg, maka hasilnya akan
meningkat.
Antikoagulan
Antikoagulan
dapat
mendilusi
konsentrasi gas darah dalam tabung.
Pemberian heparin yang berlebihan
akan menurunkan tekanan CO2,
sedangkan pH tidak terpengaruh
karena efek penurunan CO2 terhadap
pH dihambat oleh keasaman heparin.
Metabolisme
Sampel darah masih merupakan
jaringan yang hidup. Sebagai jaringan
hidup, ia membutuhkan oksigen dan
menghasilkan CO2. Oleh karena itu,
sebaiknya sampel diperiksa dalam 20
menit setelah pengambilan. Jika sampel
tidak
langsung
diperiksa,
dapat
disimpan
dalam
kamar
pendingin
beberapa jam.

Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu
dan tekanan yang menyebabkan
tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH
akan mengikuti perubahan PCO2.
Nilai pH darah yang abnormal
disebut asidosis atau alkalosis
sedangkan nilai PCO2 yang abnormal
terjadi pada keadaan hipo atau
hiperventilasi.
Hubungan
antara
tekanan
dan
saturasi
oksigen
merupakan faktor yang penting pada
nilai oksigenasi darah

Notes:
Pengukuran PH darah,tekanan oksigen dan karbondioksida harusdilakukan saat menangani pasien
dengan masalah masalah pernafasan dan dalam menyesuaikan terapi oksigen seperti yang diperlukan.
Tekanan oksigen arteri (PaO2) menunjukan derajat oksigenasi darah
Tekanan karbondioksida arteri (PaCO 2)menunjukan keadekuatan ventilasi alveolar.
Pasien dengan penyakit
Menentukan terapi dan
Terapi oksigen bila terjadi hipoksemia*
obstruksi paru kronik
mengevaluasi terapi
(terapi oksigenasi)
Pasien deangan edema
pulmo
Pasien akut respiratori
distress sindrom (ARDS)

Pneumonia

Menentukan kriteria
diagnostik ARDS: Salah
satu kriteria diagnostik
ARDS adalah hipoksemia
AGD dilakukan untuk
menentukan kebutuhan
oksigen dan keefektifan
terapi oksigen

Klien dengan perubahan


status respiratori
Infark miokard
Klien syok

AGD diperlukan untuk menilai dan mengevaluasi dampak sistemik syok


fase progresif.
Pada kondisi ini terjadi penurunan aliran darah pulmonari yang
menyebabkan penurunan kadar oksigen dan peningkatan kadar
karbondioksida arteri. Alveoli yang hipoperfusi akan menjadi kolaps
menimbulkan kondisi edema pulmonal -ARDS

Post pembedahan
coronary arteri baypass
Resusitasi cardiac arrest

Gangguan asam basa campuran*

KLASIFIKASI GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM BASA

Jenis gangguan
ASIDOSIS
METABOLIK
(kekurangan
basa
bikarbonat)
HCO3

Etiologi:
Ketoasidosis,
asidosis laktat
dll
Asidosis
metabolik
terjadi pada
gagal ginjal**
ALKALOSIS
METABOLIK
(KELEBIHAN
BASA
BIKARBONAT)
HCO3

Penjelasan
Diakibatkan oleh
penambahan ion
hidrogen atau
kehilangan
bikarbonat. Dapat
diklasifikasikan
menjadi 2
berdasarkan nilai
gap anion*

Manifestasi klinik
Evaluasi diagnostik
Mencakup sakit
Nilai AGD:
kepala,kelam pikir,
- Bikarbonat
memgantuk,peningkat
(HCO3)
an frekuensi dan
< 22 mEq/L
kedalaman
- PH rendah
<
bernafas,mual dan
7,35
muntah.
Vasodilatasi perifer
- Dapat disertai
terjadi jika PH turun
hiperkalemia
dibawah 7,hal ini
menimbulkan gejala
- Hiperventilasi
penurunan TD,perifer
sebagai
dingin,disritmia,manif
mekanisme
estasi syok.
kompensasi

penatalaksanaan
Mengoreksi
defek metabolik.
Pemberian
bikarbonat*

Nilai AGD:
- Bikarbonat
(HCO3)
>26 mEq/L
- PH tinggi> 7,45
- Tekanan parsial
CO2 meningkat
karena paru
paru berusaha
mengkompensasi
kelebihan
bikarbonat
dengan menahan
karbondioksida.

Pengobatan
tergantung pada
situasi yang
mendasari.
Meliputi supply
clorida.
Pemberian KCL
jika disertai
hipokalemi,
antagonis
reseptor H2
histamin untuk
mengurangi
pembentukan
asam lambung.

Nilai AGD:
- PH rendah
7,35
- PaCO2 > 42

Pengobatan
diarahkan untuk
memperbaiki
ventilasi sesuai

Diakibatkan oleh
penambahan
bikarbonat atau
kehilangan ion
hidrogen.

Etiologi :
- Muntah muntah
- Penghisapan
lambung
Alkalosis
- Stenosis pilorus
metabolik
- Situasi yang
kronik
menjadi
disebabkan oleh
predisposisi
pemberian
terjadinya
diuretik jangka
alkalosis
panjang
metabolik
(tiasid/furosemi
seperti
d).
kehilangan
kalium (pada
penggunaan
diuretik)
- Kondisi
hipokalemia*
ASIDOSIS
Diakibatkan tidak
RESPIRATORIK adekuatnya
(KELEBIHAN
ekskresi
ASAM
karbondiokasida

Hiperkapnea
mendadak
(kenaikan PaCO2)
dapat

<

KARBONAT)
Asidosis
respiratorik
akut merupakan
kondisi
kedaruratan
seperti edema
pulmonal akut,
aspirasi benda
asing,
ateletaksis,
pneumothoraks,
pneumonia
berat,
ARDS,dll

ALKALOSIS
RESPIRATORIK
(KEKURANGAN
ASAM
KARBONAT)

dengan tidak
adekuatnya
ventilasi, sehingga
kadar
karbondioksida
plasma meningkat.
Peningkatan PaCO2,
hipoventilasi,
penurunan PaO2.

Diakibatkan oleh
kondisi
hiperventilasi,
yang menyebabkan
kelebihan
karbondioksida

menyebabkan
frekuensi nadi
meningkat,
pernafasan
meningkat, tekanan
darah meningkat,
kelam pikir.
Peningkatan PaCO2
menyebabkan
vasodilatasi
serebrovaskuler
dan peningkatan
aliran darah
serebral. Dapat
terjadi fibrilasi
ventrikular.
Pada kondisi
kronik, misalnya
pada pasien COPD
yang secara
bertahap
mengakumulasi
karbondioksida
secara terus
menerus dapat tidk
mengalami gejala
hiperkapnea
karena perubahan
kompensasi ginjal
telah terjadi.
Asidosis
respiratorik yang
parah dapat
meningkatkan TIK,
papiledema,dan
dilatasi pemb.
Darah konjungtiva,

Pening yang
disebabkan
vasokonstriksi
pembuluh dan
penurunan aliran
darah serebral, sulit

mmHg pada
asidosis akut.
- Bila
terkompensasi
sempurna terjadi
retensi
bikarbodat oleh
ginjal.
- Disertai dengan
pemeriksaan
elektrolit serum,
rontgen dada,dll

dengan etiologi
ketidakadekuata
n ventilasi.
Meliputi
penggunaan
bronkodilator
untuk mereduksi
spasme bronkial,
antibiotik untuk
infeksi
pernafasan,
oksigenasi jika
diperlukan,
ventilasi mekanik
untuk
memperbaiki
ventilasi
pulmonal
(pengunaan
secara hatihati),dll

Pemberian
oksigen harus
dilakukan
dengan waspada
pada pasien
yang mengalami
retensi CO2
dimana hipoksia
menjadi dominan
menstimulasi
ventilasi
dibanding
hiperkapnea.pe
mberian oksigen
dapat
menghilangkan
stimulus
hipoksemia.
Nilai AGD:
Pengobatan
- PH tinggi> 7,45
bergantung pada
- PaCO2 <38 mmHg penyebab yang
mendasari, jika
ansietas maka
dianjurkan untuk

dan selanjutnya
konsentrasi,kebas,ke
terjadi penurunan semutan dan
konsentrasi asam
penurunan kesadaran.
karbonik plasma.
Penyebabnya
dapat meliputi
ansietas yang
ekstrem,
hipoksemia,
bekterimia gram
negatif, ventilasi
berlebihan dengan
ventilasi mekanik.
Gangguan asam basa campuran.
Contoh: Kejadian simultan Asidosis respiratorik dan asidosis metabolik selama henti
jantung.

bernafas lebih
lambat atau
bernafas dalam
sistem tertutup.
Sedatif
diberikan jika
pasien gelisah.

nafas dan henti

Gangguan dan kompensasi Asam Basa


Gangguan

Peristiwa awal

Kompensasi

ASIDOSIS RESPIRATORIK

PaCO2 , HCO3 (N) or , PH

Ginjal mengeliminasi H+ dan


menahan HCO3

ALKALOSIS RESPIRATORIK

PaCO2 , HCO3 (N) or , PH

Ginjal menghemat H+ dan


mengeksresi HCO3

ASIDOSIS METABOLIK

PaCO2 (N) or

Paru paru mengeliminasi CO2 dan


menghemat HCO3

ALKALOSIS METABOLIK

PaCO2 (N) or HCO3 , PH

HCO3

PH

Paru paru menurunkan ventilasi


untuk meningkatkan PCO2 dan
ginjal menghemat H+ untuk
mengeksresi HCO3

Sumber: buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddarth hal 273-281

Anda mungkin juga menyukai