FG 5
A FA F A M M A L A H I L L A ( 1 6 0 6 9 2 4 2 6 6 )
F E L M I N A L AT H I FAT U Z A H R A ( 1 6 0 6 9 2 4 4 3 6 )
JESSICA JANE JUDONO (1606923824)
N U R R I S F I A FA R A D H I A N T I ( 1 6 0 6 8 7 4 8 3 5 )
Pendahuluan Analisa Gas Darah
Pengertian
• Analisa gas darah (AGD) adalah prosedur pemeriksaan medis yang bertujuan untuk
mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah.
• AGD juga dapat digunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau pH darah.
• Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan
dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun.
• Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan
penunjang yang dilakukan, tetapi tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari
penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, perlu untuk
menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data
laboratorium lainnya.
Pendahuluan Analisa Gas Darah
Tujuan
o Analisis dilakukan untuk evaluasi pertukaran oksigen dan karbon dioksida dan untuk mengetahui status asam
basa.
o Pemeriksaan dapat dilakukan pada pembuluh arteri untuk melihat keadaan pH, pCO 2, pO2, dan SaO2.
o Memantau hasil perawatan yang sebelumnya diterapkan kepada pasien.
Indikasi umum:
a) Abnormalitas pertukaran gas
o Penyakit paru akut dan kronis
o Gagal nafas akut
o Penyakit jantung
o Pemeriksaan keadaan pulmoner (rest dan exercise)
o Gangguan tidur
b) Gangguan asam basa
o Asidosis metabolik
o Alkalosis metabolik
Proses Pertukaran Gas
Sherwood, L., (2010). Human Physiology: From Cells to System, 7th ed. Belmont: Brooks/Cole
Sherwood, L., (2010).
Human Physiology: From
Cells to System, 7th ed.
Belmont: Brooks/Cole
Pertukaran Gas di Paru-paru
Tortora, G. J., Derrickson, B. (2014). Principle of Anatomy & Physiology 14th ed.
Pertukaran Gas di Sel
Tortora, G. J., Derrickson, B. (2014). Principle of Anatomy & Physiology 14th ed.
Hasil analisa gas darah umumnya meliputi
pengukuran terhadap beberapa hal, antara lain:
Asam basa Tekanan parsial
(pH) darah karbon dioksida
pH plasma
PCO2 tinggi
<7,33; pH urine
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan asidosis
respiratorik antara lain :
Fungsi paru - paru yang buruk seperti pada penyakit bronkitis
kronik, emfisema paru, edama paru, pneumonia dan asma dimana
paru - paru tidak dapat mengeluarkan karbon dioksida secara
adekuat
Fungsi pernapasan yang lambat seperti pada penyakit yang
menyerang saraf dan otot dada yang menyebabkan mekanisme
pernapasan mengalami gangguan.
Ketergantungan terhadap obat - obatan yang termasuk golongan
narkotika dan beberapa obat tidu dapat menekan pusat pernapasan
yang menyebabkan mekanisme pernapasan juga mengalami
gangguan.
Alkalosis
Alkalosis metabolik adalah penurunan (reduksi) H+ plasma yang disebabkan oleh defisiensi relatif
asam-asam nonkarbonat.
Pada kondisi ini, peningkatan HCO3- tidak diimbangi dengan peningkatan CO2-.
Dalam keadaan tidak terkompensasi, kadar HCO3- bisa berlipat ganda dan menyebabkan rasio alkalotik
40:1.
Kondisi ini dapat disebabkan karena muntah yang berlebihan dan berkepanjangan hingga kehilangan
elektrolit (terutama klorida dan kalium), konsumsi obat tertentu yang berlebihan (diuretik, antasida,
atau obat pencahar), penyakit kelenjar adrenal, konsumsi bikarbonat, serta kecanduan alkohol.
Sebagai upaya kompensasi, pusat pernapasan ditekan agar pernapasan menjadi pendek dan dangkal.
Akibatnya, karbon dioksida menjadi tertahan dan kadar asam karbonat meningkat guna mengimbangi
kelebihan bikarbonat.
Tanda dan gejala klinis alkalosis metabolik sebagai berikut:
Apatis Lemah
Gangguan mental
(misalnya gelisah, Kram
Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik merupakan dampak utama pengeluaran CO 2 berlebihan akibat
hiperventilasi / bernapas terlalu cepat (misalnya dalam kondisi kecemasan),
kekurangan oksigen, keracunan salisilat, kondisi medis (demam tinggi, penyakit
paru-paru, penyakit liver), atau berada di tempat yang tinggi. Hiperventilasi karena
kecemasan merupakan penyebab yang paling sering ditemui dalam alkalosis
respiratorik.
Jika ventilasi paru meningkat, jumlah CO 2 yang dikeluarkan akan lebih besar dari
pada yang dihasilkan. Akibatnya, H2CO3 yang terbentuk berkurang dan H+
menurun.
Sebagai upaya kompensasi ginjal akan mengekskresikan bikarbonat untuk
mengembalikan pH ke dalam rentang normal.
Tanda dan gejala klinis alkalosis respiratorik meliputi sebagai
berikut:
Parestesi sekitar
Kepala Baal dan kesemutan
mulut serta pada ujung jari
terasa ringan kesemutan tangan dan kaki
Deskripsi:
PaCO2 menggambarkan tekanan yang dihasilkan oleh CO2
yang terlarut dalam plasma. Dapat digunakan untuk
menentukan efektifitas ventilasi alveolar dan keadaan asam-
basa dalam darah.
Nilai normal : 35-45 mmHg
SI : 4,7-6,0 kPa
Implikasi Klink PaCO2
Penurunan nilai PaCO2 dapat terjadi
Umumnya, peningkatan PaCO2
pada hipoksia, anxiety/nervousness dapat terjadi pada hipoventilasi
dan emboli paru. Nilai kurang dari 20 sedangkan penurunan nilai
mmHg perlu mendapat perhatian menunjukkan hiperventilasi.
khusus. Biasanya penurunan 1 mEq HCO3
Peningkatan nilai PaCO2 dapat akan menurunkan tekanan PaCO2
terjadi pada gangguan paru atau sebesar 1,3 mmHg.
penurunan fungsi pusat pernafasan.
Nilai PaCO2 > 60 mgHg perlu
mendapat perhatian.
Sistem Buffer Bikarbonat
Deskripsi:
Sistem buffer bikarbonat terdiri atas asam karbonat (H2CO3) dan
bikarbonat (HCO3). Secara kuantitatif, sistem buffer ini merupakan
sistem buffer utama dalam cairan ektraseluler. Digambarkan dalam
hubungan sebagai berikut :
Total CO2 mengandung :
Anion yang tidak terukur : protein, fosfat sulfat dan asam organik.