Anda di halaman 1dari 2

1. Perkara perdata diselesaikan secara litigasi apabila pihak terkait mengajukan tuntutan.

Selama para pihak memiliki itikad baik menyelesaikan di luar pengadilan melalui
negosiasi, meditasi, dan lain-lain, artinya cukup mencapai tahapan non litigasi.
2. Proses litigasi menjadi jalan terakhir bagi para pihak yang bersengketa, dengan
pertimbangan proses litigasi akan memakan biaya, waktu, efisiensi, kerahasiaan dagang
(dalam konteks sengketa antar korporasi), dan dalam beberapa hal mengorbankan
hubungan baik di antara para pihak. Sedangkan melalui mekanisme non litigasi baik dari
segi biaya, waktu, efisiensi, kerahasiaan dagang, dan hubungan baik bisa di manage oleh
para pihak sehingga bisa lebih menguntungkan.
3. Karena terdapat lembaga peradilan yang memiliki kewenangan menegakkan hukum
perdata materiil sehingga masyarakat tidak menegakkan hukum perdata materiil secara
sewenang-wenang/eigenrichting.
4. Pada permohonan gugatan tidak mengandung sengketa, hanya terdapat satu pihak saja,
berada di lingkup peradilan volunteer atau pengadilan tidak sesungguhnya, pokok
gugatannya demi kepentingannya sendiri tanpa melibatkan pihak lain. Contoh: adopsi
dan ganti nama.
Pada gugatan mengandung sengketa di antara para pihak yang terdiri dari penggugat dan
tergugat, berada di lingkup peradilan sesungguhnya, sifatnya resiproksitif (terjadi
beralasan). Contoh: gugatan waris dan sengketa jual beli tanah.
5. Contoh permohonan:
a. Adopsi.
b. Ganti nama.
c. Konsinyasi.
d. Pengangkatan kewarganegaraan.
e. Wali.
f. Pengampu.
g. Dll.
Contoh gugatan:
a. Sengketa warisan.
b. Sengketa jual beli tanah.
c. Sengketa perbuatan melawan hukum.
d. Dsb.

Anda mungkin juga menyukai