Anda di halaman 1dari 11

HUKUM ACARA PERADILAN

AGAMA

Kareem De Musi 2210113044


M. Jepri 2210113017
GUGATAN DAN PERMOHONAN
Pengertian

A. Gugatan
Gugatan merupakan perkara contensius, yaitu tututan hak yang diajukan penggugat kepada pengadilan,
gugatan mengandung suatu sengketa dan sekaligus merupakan dasar pemeriksaan perkara dan pembuktian
kebenaran suatu hak. Dalam perkara gugatan ini terdapat dua pihak yang saling berhadapan yaitu penggugat
dan tergugat.

B. Permohonan
Permohonan merupakan perkara voluntair yaitu sesuatu yang diajukan ke pengadilan, di dalamnya berisi
tuntutan hak perdata oleh satu pihak yang berkepentingan terhadap suatu hal, yang tidak mengandung
sengketa, sehingga badan peradilan yang mengadili dianggap sebagai suatu proses peradilan yang bukan
sebenarnya. Dalam perkara permohonan ini hanya ada satu pihak saja yaitu pemohon. Namun di Pengadilan
Agama ada permohonan yang mengandung sengketa sehingga di dalamnya ada dua pihak yang berperkara
yaitu pemohon dan termohon, yaitu dalam perkara permohonan ikrar talak dan permohonan izin beristri lebih
dari satu orang, yang mana pemohonnya adalah suami, dan termohonnya adalah istri.
Unsur-unsur

1. Pengadilan Agama yang Dituju


Penentuan pengadilan mana yang dituju berdasarkan ketentuan kewenangan relatif, pada dasarnya gugatan diajukan ke
pengadilan dimana tergugat tinggal. Namun dalam perceraian, maka diajukan di pengadilan dimana istri tinggal, baik Istri
sebagai penggugat dalam gugatan cerai, atau istri sebagai termohon dalam permohonan cerai talak.

2. Tanggal Gugatan
Walaupun bukan syarat formil gugatan, namun sebaiknya dicantumkan guna menjamin kepastian hukum atas pembuatan dan
penandatanganan surat gugatan.

3. Tanda Tangan Penggugat atau Kuasa Hukum

4. Identitas Para Pihak


Identitas yang harus dimasukkan dalam gugatan meliputi:
• Nama lengkap berikut gelar, alias, julukan, bin/binti.
• Alamat Tempat tinggal terakhir
• Penyebutan identitas lain yang tidak imperatif, meliputi umur, pekerjaan, agama, jenis kelamin.
• Jika ada pemberian kuasa, maka sebutkan dengan jelas pemberi dan penerima kuasa yang berdasarkan surat kuasa Khusus
yang telah dibuat.
• Jika terdapat pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dengan perkara, maka identitas dan kedudukan pihak-pihak
tersebut harus disebutkan secara jelas kedudukannya
5. Posita (Fundamentum Petendi)
Bagian ini merupakan penjelasan tentang keadaan/peristiwa, dan penjelasan yang berhubungan dengan
hukum yang dijadikan dasar atau alasan menggugat. Posita itu harus memuat: Dasar hukum dan dasar fakta,
Objek perkara, Kualifikasi perbuatan tergugat, dan Uraian kerugian penggugat.

6. Petitum (Tuntutan)
Petitum merupakan tuntutan yang diinginkan oleh penggugat atau pemohon agar hakim mengabulkannya
pada persidangan. Terhadap pengajuan tuntutan oleh hakim akan dijawab pada amar putusan. Sehingga,
petitum harus dirumuskan sedara jelas, singkat, dan padat.
Petitum dapat dibagi dalam tiga bagian:
• Tuntutan pokok atau tuntutan primer, merupakan tuntutan yang sebenarnya diminta oleh penggugat, dan
hakim tidak boleh mengabulkan lebih dari apa yang diminta.
• Tuntutan tambahan, adalah tuntutan pelengkap dari tuntutan pokok seperti dalam hal perceraian, berupa
tuntutan pembayaran nafkah.
• Tuntutan subsider (pengganti) adalah untuk mengantisipasi kemungkinan jika tuntutan pokok dan
tuntutan tambahan tidak diterima majelis hakim Biasanya kalimatnya adalah “agar majelis hakim
mengadili menurut hukum yang seadil-adilnya”, atau “mohon putusan yang seadil-adilnya”.
Perbedaan Gugatan dan Permohonan

Gugatan Permohonan
• Permasalahan hukum yang diajukan mengandung • Masalah yang diajukan bersifat sepihak saja
sengketa • Permasalahan yang dimohon penyesuaian kepada
• Terjadi sengketa diantara pihak, minimal 2 (dua) pihak Pengadilan Agama pada prinsipnya tanpa sengketa dan
(Penggugat dan Tergugat) tanpa pihak lain
• Tidak dapat dilakukan secara sipihak • Tidak ada orang lain atau pihak ketiga yang ditarik
• Kekuatan mengikat, keputusan hakim hanya sebagai lawan, tetapi bersifat mutlak satu pihak
mempunyai kekuasaan mengikat kepada para pihak • Keputusan hakim mengikat terhadap semua orang
yang bersengketa dan keterangan saksi yang diperiksa
ataupun didengarkan keterangannya.
Macam-macam Gugatan
1. Gugatan Provisional
Gugatan ini adalah gugatan yang bertujuan agar hakim menjatuhkan putusan yang sifatnya mendesak untuk dilakukan
terhadap salah satu pihak dan bersifat sementara di samping adanya tuntutan pokok dalam surat gugatan.

2. Gugatan Rekonvensi
Gugatan macam ini adalah gugatan balik yang dilakukan oleh Tergugat kepada Penggugat, atau oleh Termohon kepada
Pemohon dengan diajukan bersama-sama dengan jawaban Tergugat pada waktu mengajukan jawaban kepada pihak Penggugat.
Maka Tergugat asal itu menjadi Penggugat rekonvensi, dan penggugat asal menjadi Tergugat
rekonvensi. Tergugat, baru dapat melakukan gugatan rekonvensi apabila secara kebetulan berkaitan dengan hukum kebendaan
yang sedang diperiksa dalam sidang pengadilan.

3. Gugatan Intervensi
Gugatan ini maksudnya adalah ikut sertanya pihak ketiga yang mempunyai kepentingan dalam suatu perkara yang sedang
diperiksa di pengadilan.
Ada tiga macam intervensi dalam praktik peradilan yaitu:
• tussenkoms (menengahi) yaitu masuknya pihak ketiga untuk membela kepentingannya sendiri,
• voging (menyertai) yaitu masuknya pihak ketiga untuk membela kepentingan salah satu pihak
• vrijwaring (garantie) yaitu aksi hukum yang dilakukan tergugat untuk menarik pihak ketiga dalam perkara yang sedang
berlangsung guna menjamin kepentingan tergugat dalam menghadapi gugatan penggugat.
MEDIASI
Mediasi merupakan cara penyelesaian sengleta melalui proses perundingan untuk memperoleh
kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator ( Pasal 1 ayat 1 Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun
2016).
Upaya perdamaian tidak hanya diusahakan hakim pada saat permulaan sidang, tetapi juga pada setiap
proses pemeriksaan perkara. Ketentuan mengenai hal ini dapat ditemukan dalam Pasal 56, 65, 73, 82 ayat (2) dan 83
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-undang nomor 50 Tahun 2009 bahwa selama perkara
belum diputuskan, usaha mendamaikan dapat dilakukan pada setiap pemeriksaan. Khusus untuk perkara
perceraian perdamaian wajib dilakukan setiap persidangan.
Macam-macam Mediator

1. Mediator yang berasal dari dalam pengadilan yaitu Hakim bukan pemeriksa perkara maupun Hakim pemeriksa
perkara.

2. Mediator yang berasal dari luar pengadilan baik dari kalangan advokat, akademisi maupun profesiona lainnya
yang telah bersertifikasi mediator.

Prinsip-Prinsip Mediasi
• Kerahasian (confidentiality)
• Kesukarelaan (volunteer)
• Pemberdayaan (empowerment)
• Netralitas (neutrality)
• Solusi yang unik (a unique solution)
Tugas-tugas Mediator
1. Melakukan diagnosis konflik
2. Mengidentifikasikan masalah serta kepentingan-kepentingan kritis para pihak
3. Menyusun agenda
4. Memperlancar dan mengendalikan komunikasi
5. Mediator harus menyusun dan merangkaikan kembali tuntutan (positional claim) para pihak, menjadi kepentingan
sesungguhnya dari para pihak.
6. Mediator bertugas mengubah pandangan egosentris masing-masing pihak menjadi pandangan yang mewakili semua pihak.
7. Mediator bertugas dan berusaha mengubah pandangan parsial para pihak mengenai suatu permasalahan ke pandangan
yang lebih universal (umum), sehingga dapat diterima oleh kedua pihak.
8. Memasukkan kepentingan kedua belah pihak dalam pendefinisian permasalahan.
9. Mediator bertugas menyusun proposisi mengenai permasalahan para pihak dalam bahasa dan kalimat yang tidak
menonjolkan unsur emosional.
10. Mediator bertugas menjaga pernyataan para pihak agar tetap berada dalam kepentingan yang sesungguhnya (underlain
interest) dan tidak berubah menjadi suatu tuntutan (claim) yang kaku, sehingga pembahasan dan negosiasi dapat dilakukan
dalam kerangka yang saling menguntungkan para pihak.
Jenis-Jenis Mediasi
Mediasi Biasa Mediasi Elektronik
Mediasi biasa adalah proses perundingan yang Mediasi elektronik, sama seperti mediasi biasa,
dilakukan secara konvensional, dimana para adalah proses perundingan yang dilakukan
pihak berperkara mengadakan pertemuan secara elektronik, meliputi pendaftaran,
langsung untuk menyelesaikan sengketa. pembayaran, pemanggilan, dan persidangan.
Dalam mediasi biasa, para pihak berperkara Dalam mediasi elektronik, para pihak berperkara
mengadakan pertemuan langsung di lokasi mengadakan pertemuan melalui media audio
pengadilan, dan prosesnya dilakukan dengan visual jarak jauh, yang dianggap sebagai
bantuan mediator yang berfungsi sebagai kehadiran langsung. Mediasi elektronik dapat
pengarah dan penegak adil. Mediasi biasa dilakukan setelah para pihak dan/atau kuasanya
dapat dilakukan tanpa persetujuan tergugat, memberikan persetujuan, dan hakim pemeriksa
tetapi jika tergugat tidak setuju, maka proses perkara akan menyerahkan formulir persetujuan
mediasi akan dilakukan secara manual tanpa mediasi elektronik untuk ditandatangani oleh
kehilangan hak. para pihak.
Mediasi Pada Perma Terbaru
Mediasi perma terbaru adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat
para pihak dengan dibantu oleh mediator, yang tidak memiliki kewenangan memutus atau memaksakan
sebuah penyelesaian. Proses mediasi ini harus dilakukan dalam waktu yang ditetapkan dalam Peraturan
Mahkamah Agung RI No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Mediasi perma terbaru
diperuntukan bagi para pihak yang bersengketa dalam perkara perdata, yang dapat dilakukan dengan
cara konvensional maupun elektronik. Prosedur mediasi elektronik dilakukan melalui Peraturan
Mahkamah Agung RI No. 3 Tahun 2022 tentang Mediasi di Pengadilan Secara Elektronik

Anda mungkin juga menyukai