Anda di halaman 1dari 49

Risti Ristianingsih Badu, S.T., M.

Eng
Department of Enviromental Engineering
Faculty of Science and Technology UNUGO
Yebi Yuriandala, S.T., M.Eng
1. Pompa

2. Sistem sambungan langsung

3. Sistem tangki atap

4. Sistem tangki tekan

5. Sistem tanpa tangki (booster system)


1. Menentukan system yang akan dipasang pompa
2. Membuat gambar system
3. Menentukan kapasitas dan head dari system
4. Memilih prediksi jenis pompa yang digunakan berdasarkan Q dan H system yang di plotting ke brosur
pompa
5. Membuat persamaan bernoulli untuk system tersebut
6. merinci secara detail : ukuran pipa, Panjang pipa, jenis dan jumlah sambungan, ekspansi atau kontraksi
pada system
7. Mengambil minimal 5 data dari kurva karakteristik pompa dan memindahkan ke system perhitungan
8. Melakukan perhitungan kurva system berdasarkan persamaan bernoulli yang dibuat dengan target
menghitung nilai H
9. Memplotting kurva karakteristik pompa dan kurva karakteristik system dalam satu grafik sehingga
diperoleh perpotongan
10. Memberikan kesimpulan/rekomendasi terhadap pompa yang dipilih
▪ Mengangkut/alat transportasi cairan

▪ Mengatur laju alir volumetric

▪ Menaikkan tekanan

Pada pompa, daya di supply dan menggerakkan Impeller

Penambahan energi pada system membuat pompa mengubah laju alir dan tekanan aliran

Tujuan utama pemasangan pompa sebagai alat transportasi adalah untuk overcome hambatan
▪ Jenis putar

▪ Pomp sentrifugal

Komponen utama dari pompa sentrifual adalah impeller (bagian yang berputar) dan
rumah pompa (stasioner).
▪ Pompa diffuser atau pompa turbin

Pompa ini mempunyai diffusser atau sudu-sudu


pengarah terpasang pada rumahnya yang
berfungsi mengarahkan aliran air keluar dari
impeller.
▪ Pompa turbin untuk sumur (bore-hole pump)

Pompa ini dipasang dengan proses vertikal,


motor penggeraknya (motor listrik atau motor
bakar) dipasang diatas dan terpisah dari
pompa. Pompa ini tidak digunakan untuk
sumur-sumur dalam.
▪ Pompa diffuser atau pompa turbin

Pompa ini mempunyai diffusser atau sudu-sudu


pengarah terpasang pada rumahnya yang
berfungsi mengarahkan aliran air keluar dari
impeller.

▪ Pompa submersibel untuk sumur dalam

Pompa ini digunakan untuk sumur dalam,


dimana motor listrik terpasang langsung pada
rumah pompa (direct coupled) dan merupakan
suatu konstruksi yang terpadat
▪ Pompa khusus

▪ Pompa vortex

Pompa ini disebut juga pompa


kasdek, mempunyai impeller dengan
lekukan-lekukan yang dipotong
pada penggirannya yang berputar
dalam suatu rumah silindris.
▪ Pompa jet

Pompa ini kadang-kadang disebut juga


sebagai pompa “injeks” walaupun istilah
ini tidak tepat. Sebenanrnya pompa ini
merupakan suatu sistem yang terdiri dari
sebuah pompa sentrifugal dan suatu jet-
ejector, digunakn untuk memompa sumur
yang muka airnya lebih dari 10 m dibawah
muka tanah.
𝐻𝑒𝑎𝑑 𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑠 = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑔𝑒𝑑𝑢𝑛𝑔 + 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑘𝑎𝑘𝑖 𝑟𝑜𝑜𝑓𝑡𝑎𝑛𝑘 + 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑜𝑜𝑓𝑡𝑎𝑛𝑘

𝑉2
𝐻𝑒𝑎𝑑 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 = 𝐻𝑓 + 𝐻𝑚 + 𝐻 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 +
2𝑔

Diameter pipa suction

1/2
Q
𝐷 = 4× ×𝑉 Debit pompa
𝜋
𝑄𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎 = 𝜂 × 𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Q = Debit (m3/s)
π = 3,14 = 22/7 Qtotal = Debit total (m3/s)
D = Diameter Pipa η = asumsi efisiensi (80%)
V = Kecepatan (m/s)
Suction Discharge

1,85 1,85
Q Q
𝐻𝑓 = ×L 𝐻𝑓 = ×L
0,2785 × C × D2,63 0,2785 × C × D2,63

Q = Debit (m3/s) Q = Debit (m3/s)


C = Konstanta = 120-130 C = Konstanta = 120-130
D = Diameter Pipa D = Diameter Pipa
L = Panjang pipa suction L = Panjang pipa suction
Hf = mayor losses (m) Hf= mayor losses (m)

𝐻𝑓𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑙𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 = 𝐻𝑓𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 + 𝐻𝑓 𝑑𝑖𝑠𝑐ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒


Minor Losses (Hf) = 10% x Hf mayor losses

Hf total = Hs + Hf mayor losses + Hf minor + sisa tekan

Mayor losses adalah kerugian pada sistem perpipaan akibat adanya


gesekan fluida dengan dinding pipa memanjang. Minor losses adalah
kerugian pada sistem perpipaan akibat adanya sambungan pipa.
𝜌 × 𝑔 × 𝐻 × 𝑄𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎
𝑃=
𝜂

Diketahui

Qpompa = Debit pompa (m3/s) η = asumsi efisiensi (80%)

ρ = berat jenis air (1000 kg/m3) H = Hf total

g = gravitasi (9,81 m/s2) P = daya pompa (Kwatt)


Untuk menentukan jenis pompa maka dapat diketahui berdasarkan debit harian
maksimum dan head total dengan memplotkan data kedalam grafik penentuan
jenis pompa
Diketahui gedung 4 lantai memiliki debit air sebesar 0,174 m3/detik dengan
asumsi efisiensi 80% dari Kebutuhan Air. Gedung dilengkapi dengan ground
reservoir dan rooftank. Tinggi muka air pada rooftank sebesar 1,4 m dan tinggi
kaki rooftank sebesar 1 m. Panjang pipa suction sebesar 140 m dan Panjang pipa
discharge sebesar 17 m. Tentukan jenis pompa dan daya pompa!
▪ Debit pompa dapat dihitung dengan asumsi efisiensi 80% dari Kebutuhan Air,
maka:
Qpompa = ɳ × Qtotal
Qpompa = 80% × 0.174 m3/detik
= 0,1392 m3/detik
▪ Mencari Head Pompa dan Daya Pompa:

Head Statis = Tinggi Gedung + tinggi kaki rooftank + tinggi muka air rooftank
= (4x4) m + 1 m + 1,4 m
= 18,4 m
▪ Mayor Losses dengan:

▪ L suction = 140 m

▪ L discharge = 17 m

𝐿 × 𝑄1,85
𝐿 × 𝑄1,85 ▪ Hf suction =
▪ Hf discharge = (0,2785 × 𝐶 × 𝐷2,63 )1,85
(0,2785 × 𝐶 × 𝐷2,63 )1,85

17 ×( 0,1392)1,85
140 ×( 0,1392)1,85 =
= ( 0,2785 × 120 × 0,32,63 )1,85
( 0,2785 × 120 × 0,32,63 )1,85

0,44
3,6 = = 0,23 m
= = 1,91 m 1,88
1,88
Hf Mayor Losses = Hf discharge + Hf suction
= 1,91 + 0,23
= 2,14 m
Minor Losses = 10% × Hf Mayor Losses
= 10% × 2,14
= 0,214 m
Hf total = Hs + Hf mayor + Hf minor + sisa tekan
= 18,4 + 2,14 + 0,214 + 10
= 30,7 m
▪ Daya pompa (Nh)

𝜌 × 𝑔 × 𝐻 × 𝑄𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎
𝑃=
ɳ

1000 × 9,81 × 30,7 × 0,1392


𝑃=
80%

P = 52403 watt

P = 53 Kwatt
Berdasarkan debit harian
maksimum sebesar 0,174
m3/hr dan head total
sebesar 30,7 m maka
diketahui bahwa jenis
pompa yang digunakan
untuk perencanaan ini
adalah Pompa 1450
R.P.M Tipe 250 × 200 -
315
▪ Dalam system ini, pipa distribusi dalam Gedung disambung langsung dengan pipa

utama penyediaan air bersih Perusahaan Air Minum. Sistem ini terutama diterapkan
untuk perumahan dan bangunan gedung yang kecil dan rendah

▪ Pemilihan system ini didasarkan kepada kapasitas dan tekanan air yang disuplai cukup
▪ Fungsi: Katup penutup dalam persil digunakan untuk
mengatur aliran atau distribusi air di dalam properti
atau lahan. Ini dapat digunakan dalam sistem irigasi,
penyiraman taman, atau distribusi air untuk keperluan
pertanian atau hortikultura.

▪ Aplikasi: Katup penutup pada properti atau lahan


digunakan untuk mengendalikan aliran air ke area
yang membutuhkan irigasi atau penyiraman. Mereka
dapat dioperasikan secara manual atau secara otomatis
melalui sistem kontrol irigasi yang terprogram.
▪ Fungsi: Katup penutup yang terdapat dalam tanah,
sering kali disebut sebagai "valve box" atau "valve
pit," berfungsi sebagai tempat perlindungan dan akses
untuk katup atau peralatan pengatur aliran air yang
terletak di bawah permukaan tanah.

▪ Aplikasi: Katup penutup yang terdapat dalam tanah


biasanya digunakan dalam sistem irigasi yang lebih
besar atau sistem distribusi air untuk komunitas atau
kawasan taman yang lebih besar. Mereka
memungkinkan untuk memudahkan akses dan
pemeliharaan terhadap katup-katup di dalam tanah.
▪ Lokasi dan Fungsi: Katup penutup dalam persil berada di atas permukaan tanah dan digunakan untuk
mengendalikan aliran air di dalam properti atau lahan. Sementara itu, katup penutup yang terdapat dalam
tanah berada di bawah permukaan tanah dan berfungsi sebagai wadah perlindungan dan akses untuk
katup yang terletak di bawah tanah.

▪ Ukuran dan Kapasitas: Katup penutup dalam persil mungkin lebih kecil dan memiliki kapasitas aliran
yang lebih rendah dibandingkan dengan katup yang terdapat dalam tanah, yang dirancang untuk
mengelola aliran air yang lebih besar.

▪ Aksesibilitas: Katup penutup dalam persil lebih mudah diakses karena berada di atas permukaan tanah.
Sebaliknya, katup penutup yang terdapat dalam tanah memerlukan akses melalui valve box atau pit, yang
mungkin memerlukan pengangkatan atau penggalian tanah.

▪ Proteksi dan Perlindungan: Valve box atau pit yang menutupi katup dalam tanah dirancang untuk
memberikan perlindungan terhadap elemen alam dan gangguan lainnya, sementara katup dalam persil
mungkin lebih terbuka terhadap kondisi lingkungan.
▪ Apabila system sambungan langsung oleh berbagai alasan tidak dapat ditetapkan,

sebagai gantinya banyak sekali digunakan system tangki atap

▪ Dalam system ini, air ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah (yang berada

dilantai terendah bangunan atau dibawah muka tanah) dan kemudian dipompakan ke
suatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau diatas lantai tertinggi
bangunan. Dari tangki ini air akan dialirkan keseluruh bangunan
1. Alasan penerapan system tangki atap
▪ Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat plambing
hampir tidak berarti
▪ Perubahan tekanan ini hanyalah akibat perubahan muka air dalam tangki atap

▪ Sistem pompa yang menaikan air ke tangki atap bekerja secara otomatik dengan
cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan timbulnya
kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang dapat
mendeteksi muka air dalam tangki atap
▪ Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan tangki tekan.

2. Setiap tangki bawah dan tangki atas harus dipasang alarm yang memberikan tanpa
suara untuk muka air rendah dan air penuh
▪ Fungsi

▪ Memberikan tekanan konstan pada system

▪ Mangetur hidup mati pompa secara otomatis

▪ Menyimpan air

▪ Prinsip kerja sistem tangki tekan yaitu air ditampung dalam tangki bawah lalu dipompakan dalam

suatu bejana (tangki) tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi, air dari tangki tersebut
dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan, dan pompa akan bekerja secara otomatis yang
diatur oleh suatu diktektor tekanan yang tertutup/membuka saklar motor listrik penggerak
pompa. Beda tekanan antara posisi ON/OFF 2 kg/cm².

▪ Pompa bekerja secara otomatis


▪ Keuntungan menggunakan sistem ini dari segi estetika yaitu

▪ Karena tidak terlalu menyolok dibandingkan dengan tangki atap

▪ Mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin bersama pompa-

pompa lainnya

▪ Harga awal pada sistem ini lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus

dipasang di atas menara.

▪ Dapat dikombinasikan sebagai booster pump


▪ Kekurangan yaitu

▪ Daerah fluktasi tekanan sebesar 1,0 kg/cm² sangat besar dibanding dengan sistem

tangki atap yang hampir tidak ada fluktasi tekanan. Hal ini dapat menimbulkan aliran
yang cukup berarti pada alat plambing dan pada alat pemanas gas dapat menghasilkan
air dengan teperatur yang berubah-ubah

▪ Sistem tangki tekan juga hanya sebagai sistem pengatur otomatik pompa penyediaan

air saja dan bukan sebagai sistem penyimpanan air seperti tangki atap.

▪ Dan dengan berkurangnya udara dalam tangki tekan, maka setiap beberapa hari sekali

harus ditambahkan udara dengan kompresor atau dengan menguras seluruh air dari
dalam tangki tekan.
Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki
tekan ataupun atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan
pompa menghisap air langsung dari utama, misalnya pipa utama Perusahaan Air
Minum. Sistem ini sebenarnya dilarang di Indonesia, baik oleh Perusahaan air
Minum.
▪ Kelebihan dari penggunaan sistem ini yaitu dapat mengurangi kemungkinan

pencemaran air minum karena menghilangkan tangki bawah maupun tangki atas,
mengurangi kemungkinan terjadinya karat karena kontak air dengan udara relatif
singkat. Kalau cara ini diterapkan pada bangunan pencakar langit akan mengurangi
beban struktur bangunan dan dapat menggantikan menara air.

▪ Kekurangan dari penggunaan sistem ini yaitu penyediaan air sepenuhnya bergantung

pada sumber daya, pemakaian daya besar dibandingkan dengan sistem tangki atap,
dan harga awal tinggi karena sistem pengaturannya.
▪ Tangki air

a) Tangki air bawah tanah


▪ Kapasitas air harus cukup besar

▪ Terbuat dari baja, beton bertulang, kayu, fiberglass

b) Tangki atap
▪ Menyimpan air untuk kebutuhan singkat

▪ Menstabilkan tekanan air

▪ Terbuat dari pelat baju, kayu dan FRP (fiberglass reinforced plastic)

c) Tangki tekan
▪ Menyimpan air dengan tekanan tinggi
Qd = Qs . T

▪ Untuk tangki air untuk menampung air minum

▪ VR = Qd – Qs. T

▪ Jika dimasukkan pemadam kebakaran :

▪ VR = Qd – Qs. T + VF
▪ Dimana :

Qd = jumlah kebutuhan air per hari (m3/hari)

Qs = kapasitas pipa dinas (m3/jam)

T = rata-rata pemakaian perhari (jam/hari)

VR = volume tangki air minum (m3)

VF = cadangan air untuk pemadam kebakaran (m3)


▪ Kebutuhan air minum gedung = 144 m3/hari = Qd – Qs. T

▪ Kapasitas pengaliran pipa dinas = 2/3 Qrerata = 144 m3/hari – (2/3 x 18 m3/jam x 8
jam/hari)
▪ Qrerata = 18 m3/jam

= 48 m3/hari
▪ Pemakaian air rata-rata = 8 jam per hari

Sehingga volume untuk pemakaian 1 hari = 48


m3

Volume tangki bawah


▪ Kebutuhan puncak = 900 L/menit Volume tangki atas

▪ Kebutuhan jam puncak = 600 L/menit = (Qp – Qmax)Tp + Qpu x Tpu

▪ Qpu = Q max = (900 – 600) x 30 + 600 x 10

▪ Jangka waktu kebutuhan puncak = 30 menit = 15000 L

▪ Jangka waktu kerja pompa pengisi = 10 menit = 15 m3


Yuriandala, Y. 2016. Plambing. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Noerbambang, Soufyan dan Takeo Moh Morimura. (2000). Perencanaan dan


Pemeliharaan Sistem Plambing. Jakarta, PT Pradnya Paramita

SNI 8153:2015: Sistem Plambing

SNI 03-7065-2005: Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing

Anda mungkin juga menyukai