Anda di halaman 1dari 13

Kelompok 8 Suku Madura

Adela Dwi Rizki Damayanti (201905003)


Elsi Sopiyatual Fuadah (201905026)
Erika Dayanti (201905027)
Eza Wahyuriyani (201905028)
Fatmawati (201905036)
Kebiasaan Masyarakat Madura Pada Saat Kehamilan.

▪ Upacara Tingkepan : Upacara yang dilaksanakan ketika


kandungan ibu menginjak usia 7 bulan, tepatnya pada tanggal 14
menjelang malam bulan purnama.

▪ Makanan yang tidak boleh dikonsumsi ibu hamil :


➢ Pantangan mengonsumsi udang karena dikhawatirkan janin atau
bayi akan melengkung seperti bentuk fisik udang dan bayi akan
sulit atau tidak mau keluar saat proses persalinan.
➢ Pantangan mengonsumsi terong karena janin akan terbungkus
ketuban yang tebal dan dikhawatirkan janin/bayi akan menjadi
kecil dan berwarna biru, karena terong memiliki yang kulit halus
namun tebal atau keras.

2
Lanjutan

▪ Pantangan mengonsumsi buah kedondong, nanas, salak, durian, dan rambutan karena
dipercaya dapat menyebabkan keguguran dan membuat panas di perut, Nanas paling
banyak dihindari pada ibu hamil trimester 1 dan 2, sedangkan kedondong pada trimester 3.
▪ Pantangan mengonsumsi minuman dingin yang manis karena dapat menyebabkan
komplikasi pada saat melahirkan karena bayi yang terlalu besar.

Makanan yang dianjurkan :


➢ Nasi jagung, ikan pindang, ikan bandeng, ikan mujair, tempe, tahu, hampir semua jenis
buah-buahan, daun kelor, dan air kelapa.

3
Kebiasaan Masyarakat Madura setelah melahirkan.

▪ Upacara Brokohan adalah : upacara memendam ari-ari bayi yang sudah


dipotong kemudian dipendam di dalam tanah. Biasanya, proses itu dilakukan
di dekat rumah. Setelah itu, tanah yang berisi ari-ari dipagari dan diberi
penerangan berupa lampu.
➢ Alasannya karena ari-ari tersebut merupakan teman pengiring bagi si bayi.
Oleh itu, ari-ari harus dirawat dan dijaga sebaik mungkin.
▪ Makanan yang biasa disajikan setelah upacara Brokohan adalah :
➢ Nasi gudangan, nasi ingkung, jenang bubur merah putih, dan jajanan pasar.
▪ Setiap makanan tersebut memiliki makna khusus.
➢ Misalnya, jenang merah putih melambangkan kemanunggalan ayah dan ibu,
dan ingkung melambangkan bayi yang baru lahir.
Kebiasaan anak-anak masyarakat Madura
▪ Karapan sapi : merupakan permainan yang berasal dari Madura
yang dimainkan oleh anak-anak usia 11 hingga 14 tahun.
➢ Dalam lomba ini sapi-sapi yang digunakan telah diberi ramuan
khusus berupa jamu jahe yang dilulurkan di seluruh tubuhnya
dengan harapan sapi dapat berlari kencang. Sapi-sapi tersebut
harus berlari sejauh 250 meter melewati semua rute yang telah
ditentukan untuk memenangi perlombaan tersebut.
▪ Pengantin Cilik Berkuda : tradisi ini dilakukan untuk anak
anak yang pandai mengaji dan berhasil mengkhatamkan Al-
Qur’an.
➢ Tradisi ini mengharuskan mereka bertindak seolah-olah menjadi
orang dewasa.
➢ Sepasang anak laki-laki dan perempuan ini akan didandani
layaknya sepasang pengantin dan diarak mengelilingi kampung
dengan mengendarai kuda dan diiringi musik gendang sarona.
5
Tradisi Orang Dewasa masyarakat Madura
Carok merupakan tradisi bertarung yang disebabkan karena alasan
tertentu yang berhubungan dengan harga diri kemudian diikuti antar
kelompok atau antar klan dengan menggunakan senjata
(biasanya celurit).
➢ Tidak ada peraturan resmi dalam pertarungan ini karena carok
merupakan tindakan yang dianggap negatif dan kriminal serta
melanggar hukum.
➢ "carok" merupakan jalan terakhir yang di tempuh oleh masyarakat
suku Madura dalam menyelesaikan suatu masalah, carok biasanya
terjadi jika menyangkut masalah-masalah yang menyangkut
kehormatan/harga diri bagi orang Madura (sebagian besar karena
masalah perselingkuhan dan harkat martabat/kehormatan keluarga).

6
Lanjutan...

▪ Ritual Ojung : merupakan sejenis permainan yang melibatkan dua


orang laki-laki untuk beradu fisik dengan dilengkapi media rotan yang
panjangnya sekitar 1 meter sebagai alat memukul.
➢ Ritual ini biasanya diiringi dengan musik yang terdiri dari 3 buah
dung-dung (akar pohon siwalan) yang dilubangi di tengahnya
sehingga bunyinya seperti bas, dan kerca.
➢ Ritual ini biasanya diselenggarakan untuk memohon hujan dan agar
terhindar dari malapetaka akibat kekeringan musim kemarau.
▪ Okol : merupakan tradisi masyarakat Madura yang biasanya disebut
olahraga gulat tradisional.
➢ Tradisi okol biasa dilakukan pada saat musim kemarau
berkepanjangan melanda.

7
Upacara Orang Meninggal masyarakat Madura

➢ Merawat Jenazah
➢ memandikan jenazah
➢ Mengafani Jenazah
➢ Upacara Salat Jenazah
➢ Upacara Penglepasan Jenazah
➢ Upacara Pemberangkatan ke Makam
➢ Upacara Pemakaman
➢ Membaca Telekan (talkin)
➢ Upacara selamatan sesudah pemakaman
Hasil wawancara
a. Faktor Sosial dan Keterikatan Kekeluargaan
1. Siapa nama lengkap ibu? Salamah
2. Nama panggilan ibu dalam keluarga? Mamah
3. Berapa usia ibu sekarang? 40 tahun
4. Tempat dan tanggal lahir ibu? Madura
5. Jenis kelamin? Perempuan
6. Status? Seorang istri atau seorang ibu
7. Tipe keluarga ibu? Keluarga inti
8. Pengambilan keputusan dalam anggota keluarga? Ayah
9. Hubungan ibu dengan kepala keluarga? Suami istri
10. Kebiasaan rutin ibu dan keluarga lakukan? Berjualan
11. Kegiatan yang biasa ibu lakukan dengan masyarakat sekitar? Tidak ada kegiatan.
b. Faktor Pendidikan
1. Terakhir ibu menempuh pendidikan tingkat apa? SD.
2. Rata-rata di keluarga ibu menempuh tingkat pendidikan apa? Rata-rata SD tetapi
anak saya ada yang sedang kuliah.
3. Jenis pendidikan? Sekolah umum.
4. Kemampuan klien belajar secara mandiri tentang bagaimana klien mengatasi
sakitnya agar tidak terulang kembali : mencari cara agar sakitnya lebih cepat
sembuh.
c. Faktor teknologi
1. Apa yang membuat ibu lebih memilih melahirkan di dukun beranak dan tidak
dibidan/ RS? Karena tidak ada bidan dan lebih mempercauayi dukun daripada bidan.
2. Apakah dengan proses lahiran didukun beranak membuat rasa sakit ibu berkurang
walaupun tidak secanggih/ secepat persalinan dibidan? Sama saja antara melahirkan
di dukun dan di bidan.
3. Apa yang ibu lakukan untuk mengurangi rasa nyeri setelah melahirkan? Menaruh
daun sirih dan lada di letakan di kemaluan
d. Faktor agama dan falsafah hidup
1. Adakah ulama yang dapat memberikan pandangan lain terhadap tradisi yang
biasa ibu lakukan di Madura? Tidak ada ulama yang melarang.
2. Ibu kan orang yang merantau di Bekasi, adakah kendala ibu dan keluarga dalam
menjalankan tahap tradisi madura ditempat tinggal ibu sekarang dengan
pandangan agama yang berbeda? Tidak ada
3. Sebagai seorang ibu dan perempuan apakah dulu ibu pernah merasa
takut/khawatir dengan melakukan tradisi tersebut ibu dan bayi ibu tidak akan
baik-baik saja? Tidak khawatir biasa-biasa saja.
4. Apakah benar saat ibu sedang hamil, ibu sering mengonsumsi soda untuk
mempelancar persalinan, lalu adakah kontraksi setalah ibu meminum soda? Ada,
bayi di dalam perut jadi sering gerak-gerak.
e. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup
1. Pekerjaan ibu sekarang sebagai? Ibu rumah tangga dan berjualan.
2. Bagaimana cara ibu untuk beradaptasi di Bekasi dengan kebudayaan madura?
Tidak ada.
3. Adakah makanan yang dipantang saat ibu sedang hamil dan setelah melahirkan?
Ada, dulu saya tidak boleh makan sambal takut mata anak saya merah, tidak
boleh makan kepala ikan dan daging kambing takut anak saya sawan.
4. Makanan apa yang sulit dimakan ibu saat ibu hamil? Ketika lagi nyidam saja
makanan tidak bisa masuk ke dalam perut.
f. Faktor Ekonomi
1. Apakah ibu dan keluarga mempunyai tabungan ? Punya.
2. Apa pekerjaan ibu sekarang? Berjualan.
3. Apakah ibu mempunyai jaminan sosial untuk biaya perobatan ibu jika ibu jatuh
sakit? Saya dan keluarga tidak punya jaminan sosial hanya memakai Bpjs.
4. Berapa rupiah yangyang dapat ibu tabung dalam sebulan? Tidak menentu karena
klien berjualan.
Thanks
For
Attention
13

Anda mungkin juga menyukai