Anda di halaman 1dari 12

P-ISSN 2598-0637 Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

E-ISSN 2621-5632 Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi


Revolusi Industri 4.0

PENGGUNAAN KOSAKATA BERGAMBAR UNTUK


MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA
ARAB SISWA MADRASAH TSANAWIYAH (MTs)

Ainun Nuzullah
Universitas Negeri Malang
ainunnuzullah98@gmail.com

ABSTRAK: Bahasa Arab merupakan salah satu mata pelajaran yang


masuk ke dalam kurikulum pendidikan. Beberapa peserta didik
menganggap bahwa bahasa Arab merupakan mata pelajaran yang cukup
susah. Salah satu indikator yang membuat bahasa Arab menjadi sukar
dipelajari oleh peserta didik yaitu penggunaan metode dan media
pembelajaran yang dibawakan guru kurang menarik. Maka perlu
diterapkan pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam belajar
bahasa Arab, khususnya pada penguasaaan kosakata bahasa Arab. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kosakata,
diantaranya yaitu: (a) pembelajaran kosakata tidak bisa berdiri sendiri, (b)
pembatasan makna, (c) kosa kata dalam konteks, dan (d) terjemah dalam
pengajaran kosa kata. Banyak sekali cara ataupun teknik yang digunakan
untuk menghafal kosakata baru, salah satunya yaitu pembelajaran yang
menggunakan Kosakata Bergambar. Kosakata Bergambar yang dimaksud
dalam makalah ini yaitu gambar yang digunakan dalam pembelajaran
adalah gambar yang dibuat oleh peserta didik itu sendiri. Cara ini dipilih
karena dengan adanya perpaduan antara menggambar dan menghafal
kosakata, diharapkan peserta didik akan lebih mudah menghafal kosakta
yang baru saja dipelajari.
KATA KUNCI: Kosakata Bergambar, penguasaan kosakata, kosakata
bahasa Arab,

Bahasa Arab merupakan salah satu mata pelajaran yang masuk ke dalam
kurikulum pendidikan. Pada umumnya mata pelajaran ini diajarkan di sekolah
berbasis Islam atau madrasah. Beberapa peserta didik menganggap bahwa bahasa
Arab merupakan mata pelajaran yang cukup sulit karena pada dasarnya penggunaan
bahasa ini jarang digunakan dalam interaksi sehari-hari. Padahal banyak sekali
manfaat yang bisa kita ambil dalam mempelajari bahasa Arab, salah satunya adalah
bisa memaknai al Qur’an atau buku-buku berbahasa Arab yang berlandaskan agama
lainnya. Sulastri (2016) mengungkapkan tujuan utama pembelajaran bahasa Arab
adalah pengembangan kemampuan peserta didik dalam menggunakan bahasa baik
itu lisan maupun tulis.

Oleh karena itu bahasa Arab cukup penting untuk diajarakan disekolah
berbasis Islam atau madrasah secara efektif. Pembelajaran bahasa Arab juga masuk
kedalam ujian berstandar nasional bagi peserta didik madrasah, baik madrasah
ibtidaiyah, madrasah tsanawiyah, madrasah aliyah atau bahkan sekolah bebasis

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


182 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1 P-ISSN 2598-0637
Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi E-ISSN 2621-5632
Revolusi Industri 4.0

islam seperti SDI (sekolah Dasar Islam), SMPI (Sekolah Menengah Pertama Islam),
maupun SMAI (sekolah Menengah Atas Islam).

Berdasarkan masalah tersebut, perlu adanya perbaikan dalam sistem


pembelajaran bahasa Arab terutama dalam hal penguasaan kosakata. Hal ini
bertujuan agar peserta didik bisa memahami bacaan bahasa Arab yang disajikan
tanpa kendala makna dari kosa kata. Maka perlu diterapkan pembelajaran yang
dapat membantu peserta didik dalam menghafal kosa kata yang sesuai, yaitu
pembelajaran yang menggunakan Kosakata Bergambar dalam kegiatan belajar
mengajarnya. Melalui pembelajaran seperti ini diharapkan peserta didik menjadi
lebih mudah dalam menghafal kosa kata bahasa Arab sehingga tidak ada kendala
dalam kegiatan belajar bahasa Arab. Pembelajaran menggunakan Kosakata
Bergambar dipilih karena penggunaan gambar dalam proses pembelajaran bisa
membuat peserta didik lebih tertarik dan bersemangat dalam belajar.

PEMBAHASAN
Kosakata
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kosakata merupakan
pembedaharaan kata. Sedangkan Al-khowali (dalam Siro, 2018) juga berpendapat
bahwa kosakata adalah satuan linguistik bebas yang paling kecil, yang terdiri dari
morfem tunggal ataupun terdiri dari gabungan beberapa morfem. Dalam kata lain
kosakata juga bisa disebut sebagai kombinasi dari beberapa morfem. Selain itu Kafi
(2017:18) dalam skripsinya juga berpendapat bahwa kosakata adalah kumpulan
huruf yang mencakup dua karakter atau lebih, dan terdiri dari kalimat bahasa yang
digunakan untuk menyampaikan maksud dari pikiran. Berdasarkan dari beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kosakata adalah kumpulan dari
beberapa kata yang terdiri dari dua karakter ataupun bisa lebih, yang digunakan
dalam menyusun kalimat.

Jubir (2017) berpendapat bahwa kosakata merupakan kumpulan kata-kata


tertentu yang akan membentuk bahasa. Kata adalah bagian terkecil dari bahasa yang
sifatnya bebas. Pengertian ini membedakan antara kata dengan morfem. Morfem
adalah satuan bahasa terkecil yang tidak bisa dibagi atas bagian bermakna yang
lebih kecil yang maknanya relative stabil. Maka kata terdiri dari morfemmorfem,
misalnya kata mu’allim dalam bahasa Arab terdiri dari satu morfem. Sedangkan
kata al-mu’allim mempunyai dua morfem yaitu alif lam dan muallim. Adapun kata
yang mempunyai tiga morfem adalah kata yang terbentuk dari morfem-morfem
yang mana masing-masing morfem mempunyai arti khusus. Misalnya kata al-
mu’allimun yang terdiri dari tiga morfem yaitu alif lam, mu’allim, wau dan nun.

Dalam pembelajaran bahasa Arab ada beberapa masalah dalam


pembelajaran kosa kata yang disebut problematika kosa kata. Hal itu terjadi karena

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 183
P-ISSN 2598-0637 Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1
E-ISSN 2621-5632 Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi
Revolusi Industri 4.0

dalam pembelajaran kosa kata mencakup di dalamnya tema-tema yang kompleks,


yaitu perubahan derivasi, perubahan infleksi, kata kerja, mufrad, musanna, jam’,
ta’nîs, tazkîr dan makna leksikal dan fungsional.

Rosdi (dalam Mar’ah, 2016) membagi kosakata menjadi beberapa macam.


Antara lain:

1. Kosakata berdasarkan kemahiran dalam berbahasa. Dalam hal ini kosakata


dibagi lagi menjadi beberapa jenis, diantaranya: (a) kosakata pemahaman
(understanding vocabulary), (b) kosakata berbicara (speaking vocabulary),
(c) kosakata menulis (writing vocabulary), dan (d) kosakata tersembunyi
(potential vocabulary)
2. Kosakata berdasarkan makna. Ada 3 jenis kosakata berdasarkan makna,
antara lain: (a) isi kata, (b) fungsi kata, dan (c) kelompok kata
3. Kosakata berdasarkan kekhususannya, dibagi menjadi dua jenis yaitu kata
khusus dan kata bantu
4. Kosakata berdasarkan penggunaannya, dibagi menjadi dua jenis yaitu
kosakata aktif dan kosakata pasif
Selain ilmu tata bahasa, kosakata juga merupakan salah satu faktor yang penting
dalam kegiatan pembelajaran bahasa. Banyak sekali media, metode ataupun strategi
yang digunakan pendidik dalam kegiatan belajar mengajar bahasa, khususnya pada
pembelajaran kosakata. Jubir (2017) menjabarkan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pembelajaran kosakata, antara lain:

1. Pembelajaran kosakata tidak bisa berdiri sendiri. Artinya, dalam praktik


pembelajarannya hendaknya kosakata bisa disandingkan dengan
pembelajaran kemahiran berbahasa lainnya, seperti membaca, menulis,
berbicara maupun mendengar
2. Pembatasan makna. Dalam pembelajaran kosakata baiknya makna harus
dibatasi sesuai dengan konteks kalimat saja, mengingat satu kata biasanya
dapat memiliki lebih dari satu makna. Bagi para pemula ataupun peserta
didik tingkat dasar seperti SD ataupun SMP, sebaiknya diajarkan makna
yang sesuai dengan konteks yang dipelajari agar tidak memecah perhatian
dan ingatan peserta didik. Sedang untuk tingkat lanjut seperti peserta didik
SMA ataupun mahapeserta didik, penjelasan makna bisa lebih
dikembangkan lagi dengan berbekal wawasan dan cakrawala berpikir yang
lebih luas tentang makna kata dimaksud.
3. Kosa kata dalam konteks. Beberapa kosa kata dalam bahasa Arab tidak bisa
dipahami tanpa pengetahuan tentang cara pemakaiannya dalam kalimat.
Kosa kata seperti ini hendaknya diajarkan dalam konteks agar tidak
mengaburkan pemahaman mahapeserta didik.
4. Terjemah dalam pengajaran kosa kata. Pembelajaran kosa kata dengan cara
menerjemahkan kata ke dalam bahasa ibu adalah cara yang paling mudah,
namun mengandung beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut antara lain
dapat mengurangi spontanitas mahapeserta didik ketika menggunakannya

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


184 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1 P-ISSN 2598-0637
Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi E-ISSN 2621-5632
Revolusi Industri 4.0

dalam ungkapan saat berhadapan dengan benda atau objek kata, lemah daya
lekatnya dalam ingatan mahapeserta didik, dan juga tidak semua kosa kata
bahasa asing ada padanannya yang tepat dalam bahasa ibu. Oleh karena itu,
cara penerjemahan ini direkomendasikan sebagai senjata terakhir dalam
pembelajaran kosa kata, digunakan untuk kata-kata abstrak atau kata-kata
yang sulit diperagakan untuk mengetahui maknanya.
Dalam kegiatan pembelajaran kosakata, hendaknya dimulai dari kosakata dasar
yang tidak mudah berubah dan mudah untuk dipelajari. Banyak sekali motede,
model ataupun teknik yang digunakan untuk mengajarkan kosakata dalam kegiatan
pembelajaran. Ahmad Fuad Effendy (dalam jurnal Jubir, 2017) menjabarkan
beberapa tahapan dan teknik pembelajaran kosakata dalam mengenal dan
memperoleh kosakata, antara lain:

1. Mendengarkan kata. Dalam pembelajaran kosakata, kegiatan


mendengarkan merupakan hal yang paling dasar, yaitu ketika peserta didik
mendengarkan kosakata yang diucapkan dari guru maupun dari media lain.
Baik kata yang berdiri sendiri maupun dalam bentuk sebuah kalimat atupun
paragraf. Apabila kata yang didengarkan kepada peserta didik tersebut
sudah dikuasai, maka untuk selanjutnya peserta diidk akan dapat
mendengarkan kata dengan benar
2. Mengucapkan kata. Dalam tahap ini, guru akan menyuruh sisiwa untuk
mengucapkan kata yang telah ia dengar. Mengucapkan kata baru secara
berulang-ulang akan akan membantu peserta didik dalam mengingat kata
tersebut
3. Mendapatkan makna kata. Pada tahap ini, guru dilarang untuk memberikan
arti kata kepada peserta didik. Karena apabila guru langsung memberikan
makna kata kepada peserta didik maka tidak akan terjadi komunikasi
langsung mengenai bahasa yang sedang dipelajari. Selain itu, makna kata
akan lebih mudah dilupakan oleh peserta didik. Ada beberapa cara yang bisa
digunakan oleg guru untuk menyampaikan makna dari sebuah kata, salah
satunya dengan pemakaian gambar/foto. Selain itu penggunaan benda asli
atau tiruan, atau bahkan peragaan gerakan tubuh juga bisa digunakan
sebagai cara lain dalam penyampaian makna kata
4. Membaca kata. Tahap selanjutnya yaitu dengan memebaca kata yang baru
saja ditulis oleh guru ataupun kosakata yang ada didalam buku. Guru akan
menyuruh peserta didik untuk membaca dengan keras kosakata tersebut
5. Menulis kata. Setelah membaca kosakata yang baru saja dipelajari, tahap
menulis kosakata sangat membantu peserta didik dalam mnegingat kosakata
tersebut, karena karakteristik kata tersebut yang masih segar dalam ingatan
peserta didik
6. Membuat kalimat. Tahap terakhir dari pembelajaran kosakata yaitu
menggunakan kosakata yang baru dipelajari tersebut menjadi sebuah
kalimat yang smpurna, baik berupa lisan maupun tulisan. Guru dituntut
untuk kreatif dalam memberikan contoh-contoh kalimat yang lebih

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 185
P-ISSN 2598-0637 Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1
E-ISSN 2621-5632 Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi
Revolusi Industri 4.0

bervariasi agar peserta didik bisa memiliki referensi dalam membuat


kalimat.
Langkah-langkah atau cara pembelajaran kosa kata di atas tentunya dapat
dijadikan patokan bagi para pengajar bahasa asing khususnya bahasa Arab,
walaupun tidak semua kata-kata baru harus dikenalkan dengan langkah-langkah
atau cara tersebut. Manajemen waktu yang pas dalam hal ini juga harus
diperhitungkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemilihan kosakata tetentu yang
dianggap sukar atau yang hanya dapat dipahami secara baik dan utuh maknanya
bilamana dihubungkan serta disesuaikan dengan konteks wacana.
Penguasaan Kosakata Bahasa Arab

Seseorang dapat dikatakan menguasai apabila dia mengaplikasikan atau


menerapkan pengetahuan yang dia miliki dalam aktivitas atau kegiatan sehari-hari,
maka dari itu penguasaan seseorang akan pengetahuannya dapat diukur dengan
bagaimana cara dia menerapkan pengetahuan tersebut dalam kegiatan sehari-
harinya dengan baik. Kosakata dalam bahasa Arab seringkali disebut al-mufradat
yang berarti pembendaharaan kata atau kumpulan kosakata bahasa Arab.

Berdasarkan paparan di atas, dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan


penguasaan kosakata bahasa Arab adalah kemampuan seseorang dalam
menggunakan atau menyajikan kata-kata yang dimilki dalam berkomunikasi
ataupun berinteraksi dengan orang lain menggunakan bahasa Arab. Oleh karena itu,
dalam kegiatan pembelajaran bahasa Arab peserta didik dituntut untuk menguasai
kosakata bahasa Arab agar kegiatan pembelajaran berjalan optimal. Kosakata
bahasa Arab yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dibatasi oleh materi
yang sudah disesuaikan oleh kurikulum, sehingga cakupan materi bisa fokus dan
tidak melebar kemana-mana. Begitu juga dengan kosakata yang akan dipelajari.

Menurut Djiwandono dalam jurnal milik Zahrotun (2015:112) penguasaan


kosakata dibagi menjadi dua, yaitu penguasaan kosakata aktif-produktif dan
pasifreseptif dimana penguasaan kosakata aktif-produktif (ekspresif) digunakan
untuk keperluan berbicara dan menulis, sedangkan penguasaan kosakata reseptif
digunakan untuk keperluan menyimak dam membaca. Menurut uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa penguasaaan kosakata bahasa Arab (mufradat) adalah
kemampuan seseorang dalam menggunakan kosakata yang dimilki untuk
berkomunikasi atau berinteraksi atau mengungkapkan ide/gagasan dengan
lingkungan sekitarnya dengan baik, bisa menggunakan lisan ataupun tulisan yang
diiringi dengan berkembangnya kemahiran berbahasa yaitu menyimak (istima’),
menulis (kitabah), berbicara (kalam) dan membaca (qiro’ah) menggunakan bahasa
Arab.

Karakteristik Siswa MTs dan implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


186 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1 P-ISSN 2598-0637
Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi E-ISSN 2621-5632
Revolusi Industri 4.0

Masa pertumbuhan siswa di usia SMP/MTs merupakan masa remaja, suatu


peralihan dari anak-anak ke dewasa. Biasanya rentang usia untuk anak SMP/MTs
yaitu sekitar 13-15 tahun. Pada masa yang singkat ini, siswa mengalami
perkembangan secara signifikan dalam hidupnya, bukan hanya pada fisik, namun
juga emosi, sosial, perilaku, moral dan intelektual. Menurut Piaget (dalam buku
Dirjen Guru Dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, 2016) dalam perkembangan
intelektual ada tiga hal penting yang menjadi perhatian, yaitu struktur, isi, dan
fungsi. Struktur atau skemata (schema) merupakan organisasi mental yang
merupakan hasi interaksi seseorang dengan lingkungan. Isi merupakan pola
perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap
berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya. Fungsi adalah cara yang digunakan
seseorang untuk membuat kemajuan intelektual. Menurut Piaget, perkembangan
intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi
memberikan pada organisme kemampuan untuk mengestimasikan atau
mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistem-sistem yang
teratur dan berhubungan. Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua
proses yaitu asimilasi dan akomodasi.

Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan


persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah
ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang
menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema
yang telah ada. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan
skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan
akomodasi. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan
rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok
dengan rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan
antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat
mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidakseimbangan
(disequilibrium). Akibat ketidakseimbangan itu maka terjadilah akomodasi dan
struktur kognitif yang ada akan mengalami perubahan atau munculnya struktur
yang baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang
keadaan ketidakseimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium).
Tetapi bila terjadi kesetimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang
lebih tinggi daripada sebelumnya.

Piaget membagi perkembangan intelektual anak-anak dan remaja menjadi


empat tahap, yaitu: sensori-motori, pra-operasional, operasional konkret, dan
operasional formal. Piaget meyakini bahwa semua anak melewati tahap-tahap
tersebut sesuai dengan tahapannya.Walaupun anak-anak yang berbeda melewati
tahap- tahap tersebut dengan kecepatan yang berbeda-beda. Siswa SMP berada

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 187
P-ISSN 2598-0637 Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1
E-ISSN 2621-5632 Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi
Revolusi Industri 4.0

pada akhir tahap operasional konkrit memasuki tahap operasional formal dengan
karakteristik sebagai berikut:
1. Tahap operasional konkrit, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Ciri pokok
perkembangan pada tahap ini, yaitu 1) anak sudah mulai menggunakan
aturan aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan
kekekalan, 2) anak tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan karena
anak sudah berfikir dengan “kemungkinan”, dan 3) anak telah melakukan
pengklasifikasian dan pengaturan masalah.
2. Tahap operasional formal, yakni perkembangan intelektual yang terjadi
pada usia 11-15 tahun. Pada tahap ini kondisi berfikir anak, yaitu: 1) bekerja
secara efektif dan inovatif, 2) menganalisi secara kombinasi, 3) berfikir
secara proporsional, dan 4) menarik generalisasi secara mendasar pada satu
macam isi.

Biggs dan Collins (1982) menemukan teori Structure of the Observed Learning
Outcome (SOLO) yaitu struktur hasil belajar yang teramati. Taksonomi SOLO
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam merespon masalah yang
diklasifikasikan menjadi lima level berbeda dan bersifat hirarkis yaitu:
prestructural, unistructural, multistructural, relational, dan extended-abstract.

Siswa pada level prestruktural tidak dapat melakukan tugas yang diberikan atau
melaksanakan tugas dengan data yang tidak relevan. Siswa pada level unistruktural
dapat menggunakan satu penggal informasi dalam merespons suatu tugas
(membentuk suatu data tunggal). Siswa pada level multistruktural dapat
menggunakan beberapa penggal informasi tetapi tidak dapat menghubungkannya
secara bersamasama (mempelajari data pararel). Siswa pada level relational dapat
memadukan penggalan-penggalan informasi yang terpisah untuk menghasilkan
penyelesaian dari suatu tugas. Siswa pada level extended abstrak dapat menemukan
prinsip umum dari data terpadu yang dapat diterapkan untuk situasi baru
(mempelajari konsep tingkat tinggi).

Perkembangan intelektual yang didasarkan pada teori Van Hiele menguraikan


tahap-tahap perkembangan intelektual anak dalam geometri(Van de Walle, 2007).
Berdasarkan hasil risetnya, Van Hiele melahirkan beberapa kesimpulan mengenai
tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri.Menurut Van
Hiele tiga unsur utama dalam pengajaran geometri yaitu waktu, materi pengajaran,
dan metode pengajaran yang diterapkan. Jika ketiga unsur tersebut dapat ditata
secara terpadu, maka akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak kepada
tingkatan berpikir yang lebih tinggi.Van Hiele menyatakan bahwa terdapat 5 tahap
belajar anak dalam belajar geometri, yaitu tahap pengenalan, tahap analisis, tahap
pengurutan, tahap deduksi, dan tahap akurasi.

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


188 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1 P-ISSN 2598-0637
Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi E-ISSN 2621-5632
Revolusi Industri 4.0

1. Level 0: Visualisasi (visualization). Pada tahap ini siswa mulai belajar


mengenal suatu bangun geometri secara keseluruhan namun belum mampu
mengetahui adanya sifat-sifat dari bangun geometri yang dilihatnya.
2. Level 1: Analisis (analysis).Pada tahap ini siswa sudah mulai mengenal
sifat-sifat yang dimiliki bangun geometri yang diamatinya. Namun, siswa
belum mampu mengetahui hubungan yang terkait antar suatu benda
geometri dengan benda geometri lainnya.
3. Level 2: Deduksi informal (informal deduction). Pada tahap ini siswa sudah
mampu mengetahui hubungan keterkaitan antar bangun geometri. Anak
yang berada pada tahap ini sudah memahami pengurutan bangun bangun
geometri dan anak sudah dapat menarik kesimpulan secara deduktif. Tetapi
belum mampu memberi alasan secara rinci.
4. Level 3: Deduksi (deduction). Pada tahap ini anak sudah dapat menarik
kesimpulan secara deduktif. Dalam tahap ini siswa sudah mampu menarik
kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal-hal yang bersifat
khusus.
5. Tahap Akurasi (rigor). Tahap akurasi merupakan tahap tertinggi dalam
memahami geometri. Pada tahap ini anak sudah memahami betapa
pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu
pembuktian.

Penerapan Kosakata Bergambar dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Penambahan kosakata bagi setiap individu dianggap merupakan bagian


yang sangat penting, baik dari proses pembelajaran suatu bahasa ataupun
pengembangan kemampuan seseorang dalam suatu bahasa yang sudah dikuasai.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk bisa menambah kosakata, baik dalam proses
pembelajaran maupun pengembangan kemampuan di bidang bahasa tersebut. Salah
satunya yaitu dengan menerapkan Kosakata Bergambar dalam kegiatan
pembelajaran.

Kosakata Bergambar merupakan salah satu cara yang dapat digunakan dalam
kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk penguasaan kosakata, khususnya
kosakata bahasa Arab. Selain itu, Kosakata Bergambar juga bisa mempermudah
guru dalam mengajarkan kosakata bahasa Arab kepada peserta didik karena dalam
penerapannya, Kosakata Bergambar membebaskan peserta didik dalam
membayangkan makna kosakata yang baru saja diketahuinya, hal ini memudahkan
mereka dalam menghafal kosakata tersebut

Penerapan Kosakata Bergambar dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya


sekedar untuk menguasai kosakata bahasa Arab saja, tetapi juga bisa melatih
kreativitas peserta didik karena dalam prakteknya peserta didik dibebaskan untuk
menggambar ilustrasi kosakata yang baru diketahuinya. Kegiatan menggambar dan
mewarnai yang dilakukan peserta didik dalam penerapan Kosakata Bergambar bisa

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 189
P-ISSN 2598-0637 Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1
E-ISSN 2621-5632 Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi
Revolusi Industri 4.0

membuat peserta didik menjadi lebih ingat dengan kosakata apa saja yang baru saja
mereka dapatkan. Berbeda halnya dengan hanya sekedar menulis, menggambar dan
mewarnai kosakata yang baru didapat, bisa membuat peserta didik menjadi lebih
mudah ingat dan faham akan makna dari kosakata tersebut.

Menurut Strenberg (2008) (dalam Skripsi Wahyu, 2010) gambar relatif


analog atau serupa dengan keadaan objek dunia nyata. Gambar lebih menunjukkaan
keadaan-keadaan yang ada di dunia nyata dengan jelas dan konkret, sesuai dengan
bentuk aslinya. Keadaan-keadaan ini mirip dengan ciri-ciri dan sifat-sifat objek
dunia nyata. Disamping itu, kata merupakan simbol-simbol yang bersifat arbitrer
sehingga penggunaannya memerlukan pengaplikasian aturan-aturan. Selain itu,
sifat dari kata yang abstrak membuatnya butuh sesuatu untuk menjelaskan agar bisa
difahami maksud dan maknanya.

Misalnya untuk kata ‘meja’ atau dalam bahasa arab disebut maktabun dan
gambar meja. Gambar ‘meja’ tidak mengandung informasi abstrak seperti yang
berhubungan dengan kata-kata meja, seperti apa bentuknya, tekstur ataupun
warnaya. Akan tetapi gambar meja tersebut mengandung sejumlah informasi
konkrit dari sebuah meja secara spesifik. Pada intinya, gambar lebih mudah
menangkap informasi konkret sebagaimana bentuk asli dari gambar tersebut.

Berikut beberapa langkah penerapan Kosakata Bergambar dalam kegiatan


pembelajaran bahasa Arab khususnya untuk penguasaan kosakata:

1. Sebelumnya guru sudah mengenalkan kosakata baru kepada peserta didik,


karena pada dasarnya Kosakata Bergambar bukan sebgai bentuk pengenalan
pertama akan tetapi sebagai penguat peserta didik dalam mengingat
kosakata bahasa Arab
2. Peserta didik diberi beberapa lembaran yang sudah disiapkan guru. Selain
itu, peserta didik juga sudah menyiapkan pensil warna sebelumnya
3. Guru menyuruh peserta didik untuk menggambar kosakata-kosakata yang
sudah dikenalkan sebelumnya. Peserta didik dibebaskan menggambar
sesuai dengan imajinasinya. Hal ini bertujuan untuk memudakahkan peserta
didik dalam mengahfal kosakata, karena mereka sendiri yang membangun
gambaran atau imajinasi dari kosakata tersebut
4. Gambar-gambar tersebut dijadikan satu dalam bentuk paper, sehingga bisa
menjadi kamus mandiri peserta didik.
5. Setiap selesai membuat gambar-gambar tersebut, guru akan memberikan
latihan yaitu dengan menyuruh peserta didik membuat kalimat sederhana
terkait kosakata yang telah digambar peserta didik. Hal ini bertujuan untuk
melatih ketrampilan peserta didik dalam menulis bahasa Arab. Jadi, dalam
menerapkan Kosakata Bergambar dalam pembelajaran bahasa Arab, siswa
tidak hanya dituntuk untuk bisa menghafal atau menguasai kosakata bahasa
Arab, tetapi juga bisa melatih ketrampilan siswa dalam menulis bahasa Arab

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


190 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1 P-ISSN 2598-0637
Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi E-ISSN 2621-5632
Revolusi Industri 4.0

terutama dalam hal membuat kalimat sederhana dari gambar yang telah
mereka buat.
Beberapa langkah-langkah diatas merupakan cara dari bagaimana
menerapkan Kosakata Bergambar pada pembelajaran bahasa Arab, khususnya
dalam penguasaan kosakata. Pada intinya Kosakata Bergambar merupakan
salah satu yang bisa digunakan untuk menguasai kosakata baru, terutama dalam
hal mengingat makna dari kosakata tersebut. Kegiatan menggambar dan
mewarnai kosakata yang baru saja dipelajari dapat membuat peserta didik lebih
mudah menghafal dan memahami kosakata tersebut.

KESIMPULAN

Pembelajaran bahasa sangat erat kaitannya dengan penguasaaan kosakata.


Disamping ilmu tata bahasa, kosakata juga merupakan salah satu faktor yang
penting dalam kegiatan pembelajaran bahasa. Banyak sekali media, metode ataupun
strategi yang digunakan pendidik dalam kegiatan belajar mengajar bahasa,
khususnya pada pembelajaran kosakata. Ahmad Fuad Effendy (dalam jurnal Jubir,
2017) menjabarkan beberapa tahapan dan teknik pembelajaran kosakata dalam
mengenal dan memperoleh kosakata, antara lain: : (a) pembelajaran kosakata tidak
bisa berdiri sendiri, (b) pembatasan makna, (c) kosa kata dalam konteks, dan (d)
terjemah dalam pengajaran kosa kata.

Selain itu, Ahmad Fuad Effendy (dalam jurnal Jubir, 2017) menjabarkan
beberapa tahapan dan teknik pembelajaran kosakata dalam mengenal dan
memperoleh kosakata, antara lain: (a) mendengarkan kata, (b) mengucapkan kata,
(c) mendapatkan makna kata, (d) membaca kata. (e) menulis kata, dan (f) membuat
kalimat dari kata-kata yang baru dipelajari. Beberapa tahapan tersebut merupakan
dasar bagi seseorang apabila ia sedang belajar bahasa baru.

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk bisa menambah kosakata, baik dalam
proses pembelajaran maupun pengembangan kemampuan di bidang bahasa
tersebut. Salah satunya yaitu dengan menerapkan Kosakata Bergambar dalam
kegiatan pembelajaran. Kosakata Bergambar yang dimaksud dalam makalah ini
yaitu peserta didik menggambar dan mewarnai sendiri kosakta yang baru dia dapat
atau pelajari. Kosakata Bergambar membebaskan peserta didik dalam
membayangkan makna kosakata yang baru saja diketahuinya, hal ini memudahkan
mereka dalam menghafal kosakata tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Strenberg (2008) (dalam Skripsi Wahyu, 2010), yang
mengatakan bahwa gambar lebih menunjukkaan keadaan-keadaan yang ada di
dunia nyata dengan jelas dan konkret, sesuai dengan bentuk aslinya. Keadaan-
keadaan ini mirip dengan ciri-ciri dan sifat-sifat objek dunia nyata. Disamping itu,
kata merupakan simbol-simbol yang bersifat arbitrer sehingga penggunaannya
memerlukan pengaplikasian aturan-aturan. Selain itu, sifat dari kata yang abstrak

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 191
P-ISSN 2598-0637 Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1
E-ISSN 2621-5632 Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi
Revolusi Industri 4.0

membuatnya butuh sesuatu untuk menjelaskan agar bisa difahami maksud dan
maknanya. Intinya, seseorang akan lebih mudah menghafal kosakata yang baru ia
dapatkan dengan cara menggambar, daripada hanya sekedar menulisnya saja di
sebuah kertas.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dirumuskan adalah sebagai


berikut. Artikel ini diharapkan menambah wawasan pembaca untuk menghafal
kosakata bahasa Arab yang baru saja dipelajarinya dengan menggunakaan cara
Kosakata Bergambar.
DAFTAR RUJUKAN

.‫ البحث العلمي‬.‫ فعالية تعليم املفردات باتباع اسرتاتيجية دوائر املفهوم‬.٧١٠٢ .‫ كايف‬,‫املنفلوطي‬
‫جامعة شريف هداية اهلل اإلسالمية احلكومية جاكرتا‬
‫ تعليم مفردات اللغة العربية يف روضة األطفال "تأديب اآلمني" بنجرماسني‬.٧١٠2 .‫ مرأة‬,‫رب رضيا‬
ّ
‫ جامعة موالنا مالك‬.‫ رسالة املاجسرت‬.‫ اكتساب اللغة الثانية‬:‫يف ضوء علم اللغة النفسي‬
‫إبراهم اإلسالمية احلكومية ماالنج‬
‫ استخدام وسيلة الكتاب املصور يف تعليم املفردات العربية لدى تالميذ‬.5،78 .‫ سريا‬,‫مسواري‬
‫ جامعة‬.‫ البحث العلمي‬.‫ ميدان‬،‫ ديناي‬52 ‫الصف اخلامس باملدرسة االبتدائية احملمدية‬
‫سومطرة الشمالية اإلسالمية احلكومية‬

Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan Dan


Kebudayaan. 2016. Karakteristik Siswa Smp Dan Bilangan.

Fajriah, Zahrotun. 2015. Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Arab


(Mufradat) Melalui Penggunaan Media Kartu Kata Bergambar (Penelitian
Tindakan Pada Siswa kelas I MI Nurul Hakim Kediri Lombok Barat Tahun
2015). Universitas Negeri Jakarta. (Online),
(https://media.neliti.com/media/publications/118650-ID-peningkatan-
penguasaan-kosakata-bahasa-a.pdf) diakses pada 28 September 2019.

Jabir, Muh. 2017. Kosa Kata Bahasa Arab Dan Hubungannya Dengan
Keterampilan Berbicara Bahasa Arab. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Palu. (Online).
(https://jurnal.iainpalu.ac.id/index.php/ist/article/view/271) diakses pada 10
Maret 2020

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


192 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1 P-ISSN 2598-0637
Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi E-ISSN 2621-5632
Revolusi Industri 4.0

Sulastri. 2016. Pengembangan Media Pembelajaran Arabic Thematic Video Pada


Keterampilan Berbicara Bagi Siswa Kelas VIII Mts. Universitas Negeri
Semarang. (Online),
(https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/laa/article/view/10435), diakses 28
Oktober 2019.

Wahyu Tri W, Maria. 2010. Efektivitas Ilustrasi Gambar Berwarna Dalam


Mengingat Kembali Kosakata Bahasa Inggris Pada Siswa Kelas II Sekolah
Dasar. Skripsi. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020


HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 193

Anda mungkin juga menyukai