Anda di halaman 1dari 7

REVIEW JURNAL “JUST IN TIME”

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Material Yang Dibina
Oleh Dosen Pengampu Dr. Intan Baroroh, S,T., M.,T.

Di Buat Oleh :

Hanif Ardhio Firmansyah


20200210031

PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
2023
PERBANDINGAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER
QUANTITY) DAN JIT (JUST IN TIME) TERHADAP EFISIENSI
JUDUL
BIAYA PERSEDIAAN DAN KINERJA NON-KEUANGAN (STUDI
KASUS PADA PT INDOTO TIRTA MULIA)

NAMA JURNAL Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 05 Tahun ke-2 Mei-Agustus 2011

PENULIS Carien Valerie Sakkung

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan metode EOQ


(Economic Order Quantity) dan metode JIT (Just In Time) terhadap efisiensi
biaya persediaan dan kinerja non keuangan pada Perusahaan Indoto Tirta Mulia.
Kinerja non finansial dalam penelitian ini meliputi efektivitas produksi,
PENDAHULUAN pengiriman tepat waktu, dan kualitas produk. Selain itu, penelitian ini juga
bertujuan untuk mengetahui metode mana yang harus diterapkan di Perusahaan
Indoto Tirta Mulia, jika kedua metode tersebut ditinjau dari aspek efisiensi biaya
persediaan dan kinerja non-keuangan (efektivitas produksi, pengiriman tepat
waktu, dan kualitas produk).

Freddy Rangkuti (2004) menyatakan bahwa metode EOQ merupakan


METODE I metode yang digunakan untuk menentukan jumlah pembelian bahan mentah pada
setiap kali pesan dengan biaya yang paling rendah.

METODE II Dalam bukunya, Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen (2001) menjelaskan


bahwa JIT merupakan suatu pendekatan manufaktur yang mempertahankan bahwa
produk-produk harus ditarik dari seluruh sistem dengan adanya permintaan, dan
bukannya mendorong seluruh sistem dengan skedul yang tetap untuk
mengantisipasi permintaan (a pull system).

1. dapat digunakan untuk mengetahui berapa banyak persediaan yang


harus dipesan, dalam hal ini bahan baku, dan kapan seharusnya
pemesanan dilakukan
KEUNGGULAN METODE I 2. dapat mengatasi ketidakpastian permintaan dengan adanya
persediaan pengaman (safety stock)
3. mudah diaplikasikan pada proses produksi secara massal

1. Menghilangkan pemborosan dengan cara memproduksi suatu


produk hanya dalam kuantitas yang diminta pelanggan
2. Pemberdayaan karyawan, dilatih dan dididik terus menerus
KEUNGGULAN METODE II menyesuaikan dengan perubahan alat kerja dan metode kerja
3. Pengendalian mutu total, semua orang bertanggung jawab terhadap
mutu produk

Adapun kelemahan yang terdapat pada metode ini, yaitu menempatkan


KELEMAHAN METODE I pemasok sebagai mitra bisnis sementara karena paradigma untung-rugi
diterapkan oleh mereka, sehingga penggunaan model ini menyebabkan
berganti-ganti pemasok, dan hal ini dapat mengganggu proses produksi akibat
relasi perusahaan dengan pemasok yang tidak berdasar pada hubungan
kerjasama yang erat

1. Sulit suatu perusahaan yang memproduksi secara massal hanya


melayani pesanan pelanggan saja, misalnya pabrik gula, kopi, sabun
dan sebagainya, dan hanya memproduksi satu jenis produk
2. Dalam perusahaan manufaktur sulit sekali tidak memiliki
persediaan, khususnya yang bahan bakunya impor
3. Memerlukan waktu yang cukup panjang untuk membangun relasi
KELEMAHAN METODE II yang kuat dengan para supplier.
4. Pengurangan persediaan yang dipaksa dan terlalu drastis dapat
menyebabkan para pekerja stress. Jika para pekerja melihat JIT
sebagai suatu cara untuk memeras mereka, maka usaha-usaha untuk
mengimplementasikan JIT tidak akan sepenuhnya berhasil dan
kinerja karyawan malah akan menurun

SUMBER https://www.academia.edu/download/55294400/695-1999-1-PB.pdf
Evaluasi Supplier Bahan Baku Plat Besi Dengan
JUDUL Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Dan
Taguchi Loss Function

NAMA JURNAL Jurnal Teknik Industri, Vol. 16, No. 1, Februari 2015

PENULIS Wildatul Khoiro

PT. Lamongan Marine Industry adalah perusahaan manufaktur yang


memproduksi kapal besar. Perusahaan ini bekerjasama dengan empat supplier plat
besi, yaitu PT. Karya Wajah, PT. Eka Mulya, PT. Biz Fitting dan PT. Gunung Raja
Paksi. Dalam kerjasama yang dilakukan, supplier masih belum dapat memenuhi
standar kualitas dari perusahaan. Standar kualitas untuk plat besi adalah ketebalan
dengan ukuran 45 mm. Umumnya kecacatan material yang dikirim oleh supplier
PENDAHULUAN ketebalannya kurang dari batas yang ditetapkan perusahaan yaitu 0,3 mm -0,5 mm.
Proses evaluasi supplier perlu dilakukan untuk mencari supplier yang memenuhi
kriteria perusahaan. Pada makalah ini, proses evaluasi supplier dilakukan dengan
menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Taguchi Loss Function
(TLF). AHP digunakan untuk membobotkan masing-masing kriteria, sedangkan
TLF digunakan untuk menghitung loss function masing-masing supplier.

Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah metode pendukung keputusan


yang pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an. AHP
METODE I menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu
hierarki.

METODE II Taguchi loss function didefinisikan sebagai nilai estimasi kerugian yang
disebabkan oleh penyimpangan karakteristik kinerja yang berkaitan dengan nilai
harapan perusahaan. Taguchi loss function merupakan metode untuk menghitung
fungsi kerugian yang ditanggung oleh masyarakat akibat kualitas yang dihasilkan

1. Kompleksitas (Complexity), AHP memecahkan permasalahan yang


kompleks melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian secara
deduktif.
2. Pengukuran (Measurement), AHP menyediakan skala pengukuran
KEUNGGULAN METODE I dan metode untuk mendapatkan prioritas
3. Trade Off, AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor
pada sistem sehingga orang mampu memilih altenatif terbaik
berdasarkan tujuan mereka.

1. Dapat mengurangi jumlah pelaksanaan percobaan jika dibandingkan


KEUNGGULAN METODE II dengan menggunakan percobaan full factorial, sehingga dapat
menghemat waktu dan biaya
2. Dapat melakukan penghematan terhadap rata-rata dan variasi
karakteristik kualitas sekaligus, sehingga ruang lingkup pemecahan
masalah lebih lu as
3. Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
karakteristik kualitas melalui perhitungan Average dan Rasio S/N,
sehingga faktor-faktor yang berpengaruh tersebut dapat diberikan
perhatian khusus.

1. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara
statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model
yang terbentuk
2. Penilaian cenderung subjektif karena sangat dipengaruhi oleh situasi
KELEMAHAN METODE I
serta preferensi, persepsi, konsep dasar dan sudut pandang partisipan
3. Jawaban atau penilaian responden yang konsisten tidak selalu logis
dalam arti sesuai dengan permasalahan yang ada

Sedangkan kekurangan dari metode Taguchi ini adalah apabila percobaan ini
dilakukan dengan banyak faktor dan interaksi, akan terjadi pembauran
beberapa interaksi oleh faktor utama. Akibatnya, keakuratan hasil percobaan
KELEMAHAN METODE II
akan berkurang, jika interaksi yang diabaikan tersebut memang benar-benar
berpengaruh terhadap karakteristik yang diamati

SUMBER http://ejournal.umm.ac.id/index.php/industri/article/view/5924
STUDI IMPLEMENTASI LEAN SIX SIGMA DENGAN
JUDUL PENDEKATAN VALUE STREAM MAPPING UNTUK MEREDUKSI
IDLE TIME MATERIAL PADA GUDANG PELAT DAN PROFIL

NAMA JURNAL JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013)

PENULIS Wawan Widiatmoko, Soejitno dan Sri Rejeki Wahyu Pribadi

Peningkatan volume kegiatan industri maritim di Indonesia menuntut


industri perkapalan di daerah Surabaya untuk lebih meningkatkan pelayanan baik
berupa bangunan baru maupun reparasi kapal. Berdasarkan hal tersebut galangan
harus mampu mengelola proses produksi dengan baik sehingga menghasilkan
keuntungan yang maksimum. Salah satunya adalah proses inventory dan transport
PENDAHULUAN of materials yang efektif. Tugas akhir bertujuan untuk mengetahui sistem inventori
yang diterapkan oleh perusahaan yang dijadikan sampel serta idle time material
pelat dan profil yang ada di gudang bahan baku dengan menggunakan metode lean
six sigma dengan pendekatan value stream mapping.

Lean six sigma pada manajemen supply chain menpunyai 10 langkah


perbaikan yang efektif untuk mengidentifikasi dan memecahkan akar penyebab dari
masalah supply chain dalam proses produksi. Tools manajemen ini menggabungkan
METODE
aspek kunci dari lean manufacturing (dari toyota production system) dan six sigma.
Prinsip-prinsip manajemen di dalam menciptakan pendekatan Lean six sigma yang
secara efektif dapat meningkatkan fungsi supply chain

KEUNGGULAN METODE 1. Six Sigma dapat diterapkan di bidang usaha apa saja mulai, dari
rencana strategi sampai operasional hingga pelayanan pelanggan
dilakukan secara maksimal
2. Six Sigma sangat berpotensi dalam bidang jasa atau non manufaktur,
misalnya manajemen, keuangan, pelayanan pelanggan, pemasaran,
TI dan sebagainya.
3. Dengan Six Sigma dapat lebih memahami sistem dan dapat
memonitor dimana letak kesalahannya

1. Perlunya ketekunan dalam menjalankan strategi ini karena demi


mendapatkan suatu produk yang baik harus dilakukan pemantauan
secara teratur
KELEMAHAN METODE 2. Perlu orang-orang yang memang terlatih dan memiliki pengetahuan
tinggi karena tuntutan untuk terus mengurangi produk cacat
3. Dalam perencanaannya perlu waktu yang cukup

SUMBER http://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/view/2652
KESIMPULAN :
Dari beberapa metode yang sudah dipaparkan, maka dipilih metode yang paling
efektif digunakan adalah metode AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)
karena dari segi keunggulan yang relevan dibutuhkan perusahaan, yaitu :

1. Kompleksitas (Complexity), AHP memecahkan permasalahan yang kompleks


melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian secara deduktif

2. Pengukuran (Measurement), AHP menyediakan skala pengukuran dan metode


untuk mendapatkan prioritas

3. Trade Off, AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem


sehingga orang mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka

Anda mungkin juga menyukai