PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum .
Meningkat mutu pelayanan dan keselamatan pasien yang dirawat di HCU
2. Tujuan Khusus
a. Menyediakan, meningkatan dan mengembangkan sumber daya manusia
b. Meningkatkan sarana dan prasarana serta peralatan HCU
c. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan pelayanan HCU
terutama bagi pasien kritis stabil yang hanya membutuhkan pelayanan
pemantuan
10. Peraturan Daerah Ngawi Nomor 17 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 9 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan tata Kerja Lembaga Teknis Daerah;
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
POLA KETENAGAAN
HIGH CARE UNIT RSUD dr SOEROTO NGAWI
3.1. PERALATAN
Tata laksana pelayanan High care unit jadi satu dengan instalasi Intentive care
dan ruang pulih sadar pada umumnya dikerjakan secara team work, dilakukan sesuai
asuhan keperawatan dan terdokumentasikan dengan baik.
Pasien Gawat
Tidak Ya
Poliklinik IGD
Kamar jenazah
Rujuk
Kebijakan Umum:
Kebijakan Khusus :
1. Ruang intensif penerimaan rujukan pasien dari rumah sakit lain sesuai dengan
standar dan fasilitas yang dimiliki dan bila pasien memerlukan perawatan intensif
yang lebih tinggi tingkatannya dapat di rujuk ke rumah sakit lain sesuai dengan
kondisi pasien.
2. Setiap tindakan kedokteran (medis) yang akan dilakukan harus ada informed
consent.
3. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, dokter jaga ICU atau
dokter spesialis anestesi dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan
dan informasi dapat diberikan pada kesempatan pertama.
4. Apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resusitasi diketahui
tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien, dokter dapat
membuat keputusan untuk tidak melakukan resusitasi.
5. Dalam menghadapi tahap terminal, dokter HCU harus mengikuti pedoman
penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life – supporting.
6. Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis tetapi
dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien tindakan –
tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan non medis yang
terlatih.
7. Kriteria dokter HCU adalah telah mengikuti pelatihan / pendidikan perawatan ICU
dan telah mendapat sertifikat Intensive care Medicine ( KIC, Konsultan Intensive
Care) melalui program pelatihan dan pendidikan yang diikuti oleh perhimpunan
profesi yang terkait atau kalau belum ada KIC dapat diserahkan ke dokter
spesialis anestesi
8. Mampu melakukan prosedur Critical Care biasa, antara lain :
Memasang kateter intravascular dan peralatan monitoring, termasuk :
o Kateter arteri
o Kateter vena perifer
o Kateter vena central ( CVP )
9. Fungsi dan kewenangan Kepala unit intensif sebagai koordinator pengelolaan
pasien :Fungsi :Melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil kesimpulan,
memberi instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan
usulan anggota team.
9. Setiap bulan wajib membuat laporan kegiatan dan disampaikan kepada Direktur
Kewenangan / peran : Mampu berperan sebagai pimpinan tim dan memberikan
pelayanan di HCU, menggabungkan dan titrasi layanan pada pasien berpenyakit
kompleks atau cedera termasuk gagal organ multi sistem.
Intensivist memberi pelayanan sendiri atau dapat berkolaborasi dengan dokter
pasien sebelumnya. Mampu mengelola pasien dalam kondisi yang biasa
terdapat pada pasien sakit kritis seperti :
1. Haemodinamik tidak stabil
2. Gangguan atau gagal nafas, dengan atau tanpa memerlukan tunjangan
ventilasi mekanis.
3. Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi cranial
4. Gangguan atau gagal ginjal akut
5. Gangguan endokrin dan / metabolik akut yang mengancam nyawa
6. Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat
7. Gangguan koagulasi
8. Infeksi serius
9. Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi
10. Setiap penggunaan peralatan medis diinformasikan kepada penanggung
jawab pasien
11. Seluruh fasililtas pelayanan yang ada di HCU baik medis maupun non
medis menjadi tanggung jawab Ka Ru termasuk pemeliharaan dan
perbaikan berkoordinasi dengan bagian teknisi.
12. Untuk pencegahan infeksi nosokomial, setiap petugas diwajibkan
mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
13. Indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi berdasarkan permintaan
dari DPJP (Dokter penanggung Jawab Pasien) atau dokter konsulen lain
berkoordinasi dengan dokter penanggung jawab HCU / ICU
14. Setiap permintaan laboratorium dan radiologi dituliskan pada formulir
yang sudah ditentukan lalu di input oleh petugas administrasi untuk
selanjutnya di informasikan pada bagian terkait
15. Prosedur konsul antar spesialis / konsulen :
a. Pasien yang masuk HCU akan dirawat bersama oleh dokter
spesialis atau konsultan primer lainnya dengan dokter spesialis
anastesi
b. Dokter spesialis anastesi sebagai staf ahli yang menyediakan
sarana perawatan dan terapi melalui konsultasi efektif pada awal
pasien masuk ICU
c. Dokter spesialis anastesi menjadi dokter yang secara de facto
mengatur pelayanan pada penderita
d. DPJP pasien yang di rujuk langsung ke HCU oleh dokter jaga IGD
ialah dokter spesialis atau konsultan primer lainnya
e. DPJP utama berwenang dalam melaksanakan praktek kedokteran
yang di bantu sepenuhnya oleh seluruh perawat dan staf HCU
yang bertugas. Kewenangan tersebut harus dengan tetap
memperhatikan dan mempertimbangkan saran dari DPJP atau
dokter spesialis lain yang terkait dengan parawatan pasien
f. Bila terjadi masalah dalam penepatan DPJP utama, maka hal
tersebut dilaporkan kepada Bidang Pelayanan sesegera mungkin
g. Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, setiap hal yang
terkait dengan mutu pelayanan dan kepentingan pasien akan di
ajukan untuk dilakukan audit medis oleh Sub Komite Audit pasien
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI
A. STRUKTUR ORGANISASI
Secara struktural HCU dapat berada dibawah Instalasi Intensive Care
Unit .Untuk mewujudkan pelayanan HCU yang optimal perlu adanya kebijakan tata
kelola manajemen tertulis meliputi uraian tugas dan tanggung jawab yang terinci
maupun secara klinis/teknis medis yang dituangkan dalam standar prosedur operasional
HCU.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang optimal dari program pelayanan HCU
di rumah sakit perlu ditata pengorganisasian pelayanan dengan tugas dan wewenang
yang jelas dan terinci baik secara administratif maupun secara teknis disesuaikan
dengan jenis dan kelas rumah sakit, sarana, prasarana dan peralatan serta ketenagaan.
Bagan struktur organisai bagi rumah sakit dengan pelayanan HCU di bawah instalasi /
departemen / SMF.
Direktur
Kepala ICU
Koordinator
Pelayanan HCU
B. URAIAN TUGAS
Uraian tugas masing-masing personil tim adalah sebagi berikut :
1. Koordinator/ketua Tim Pelayanan HCU
Tugas pokok :
a. Menyelenggarakan upaya pelayanan HCU sesuai dengan kemampuan
ketenagaan yang ada.
b. Menyelenggarakan dan melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas
sektoral dengan berbagai disiplin dan sektor yang terkait.
Uraian Tugas
Uraian Tugas :
a. Bertindak sebagai anggota tim di semua jenis pelayanan
b. Melaksanakan semua program perawatan, sesuai rencana keperawatan
yang disepakati oleh tim.
c. Melaksanakan re-evaluasi pasien dengan mengusulkan program
keperawatan selanjutnya bagi pasien
d. Bertanggung jawab atas pelaksanaan program perawatan HCU kepada
koordinator pelayanan HCU
e. Membantu pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga medis dan
paramedis di lingkungan pelayanan HCU
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Didalam instalasi intensive care unit dan ruang
pulih sadarada beberapa standar yang harus dilaksanakan dalam keselamatan pasien :
Ketepatan identitas, dalam hal ini target yang harus terpenuhi adalah 100
%. Label identitas tidak tepat apabila tidak terpasang, salah pasang, salah
penulisan nama, salah penulisan gelar ( Tn,Ny,Sdr,An ) salah jenis kelamin dan
salah alamat.
Terpasang gelang identitas bagi pasien yang akan rawat inap, dalam hal ini
target yang harus terpenuhi adalah 100 %.
Bagi perawat atau petugas kesehatan yang memerlukan konsul dengan dokter
via telpon harus menggunakan metode SBAR, target yang harus terpenuhi 100
%.
Ketepatan penyampaian hasil penunjang harus 100 %.yang dimaksud tidak tepat
apabila salah ketik, salah memasukkan diberkas pasien / list pasien lain.
Ketepatan pemberian obat yang meliputi tepat identitas/pasien, tepat obat, tepat
dosis, tepat cara/rute (oral, parental, topikal, rektal, inhalasi ), tepat waktu dan
tepat dokumentasi.
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami
oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan
pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang
mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan
atau melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah
pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik
cito melalui telepon ke unit pelayanan.
Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu pada
tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di rumah sakit
dan harus dibuat oleh operator/orang yang akan melakukan tindakan, dilaksanakan saat
pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan
disayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua kasus termasuk sisi
(laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multipel level (tulang
belakang).
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses
penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat
pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,
tepat, dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum
insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan
pembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang
seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat
pasien, termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar
kamar operasi.
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan
(hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO, dan
berbagai organisasi nasional dan internasional. Rumah sakit mempunyai proses
kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan
atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang diterima secara umum dan untuk
implementasi petunjuk itu di rumah sakit.
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien
rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang
disediakan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan
mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa
termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan
keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program tersebut
harus diterapkan rumah sakit.
Denominator 1
Definisi operasional Tempat tidur ruang intensif adalah tempat tidur yang dapat
diubah posisi yang dilengkapi dengan monitoring
Definisi operasional Hand higiene adalah prosedur cuci tangan sesuai dengan
ketentuan 6 langkah cuci tangan
Standar 100%
Definisi operasional Infeksi nosokomial adalah infeksi yang dialami oleh pasien
yang diperoleh selama dirawat di rumah sakit yang meliputi
dekubitus, phlebitis, sepsis dan infeksi luka operasi
Frekuensi Tiap bulan
pengumpulan data
Standar ≤ 9%
6. Rata rata pasien yang kembali ke Perawatan intensif dengan kasus yang sama < 72 jam
Definisi operasional Pasien kembali keperawatan intensif dari ruang rawat inap
dengan kasus yang sama dalam waktu < 72 jam
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar ≤ 3%
7. Kepuasan Pelanggan
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar ≥ 80%
Keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman
baik itu bagi pekerjanya,rumah sakit maupun bagi masyarakat dan lingkungan disekitar
tempat kerja tersebut. Mengacu pada pengertian tersebut maka diharapkan setiap
petugas medis maupun non medis dapat menerapkan sistem keselamatan kerja
diantaranya ;
BAB V
PENUTUP
Petunjukan teknisi High Care Unit ini disusun dalam rangka memberikan acuan bagi
rumah sakit Happy Land dalam rangka menyelenggarakan pelayanan HCU yang
bermutu,aman,efektif dan efisien dengan mengutamakan keselamatan pasien dan diharapkan
dapat mengembangkan sumber daya (tenaga dan sarana) sehingga kelak dapat membentuk
ICU yang merupakan pelayanan lanjutan dari HCU.