Anda di halaman 1dari 16

1.

Pengertian Compounding
Compounding melibatkan pembuatan (preparation), pencampuran (mixing),
pemasangan (asembling), pembungkusan (packaging), dan pemberian label (labelling)
dari obat atau alat sesuai dengan resep dokter yang berlisensi atas inisiatif yang
didasarkan atas hubungan dokter/pasien/ farmasis/compounder dalam praktek profesional
(USP, 2004).
2. Syarat Penyimpanan dan pelabelan
Table 1.1 Panduan untuk label tambahan dan tanggal pembuangan untuk sediaan
ekstemporan.

Tanggal
Pembuangan
Preparation Wadah Label Tambahan Penting
Yang
Disarankan
Kapsul Botol tablet Lihat BNF, untuk saran 3 bulan
berwarna kuning label sesuai dengan bahan
dengan CRC aktif yang digunakan
Krim atau Toples kaca atau Hanya untuk pemakaian 4 minggu
gel tabung logam yang luar
dapat dilipat
Bedak bubuk Toples plastik Hanya untuk pemakaian 3 bulan
sebaiknya dengan luar, tidak untuk
tutup yang diaplikasikan pada luka
berlubang dan dapat terbuka.
ditutup kembali Simpan di tempat kering
Tetes telinga Botol kaca bergalur Hanya untuk pemakaian 4 minggu
heksagonal luar
berwarna kuning
dengan dot karet dan
penutup pipet
Elixir Botol obat kuning 4 minggu
polos dengan CRC
Emulsi Botol obat kuning Kocok botol 4 minggu
polos dengan CRC
Enema Botol bergalur Hanya untuk penggunaan 4 minggu
kuning dengan CRC rektal*.
Hangatkan ke suhu tubuh
sebelum digunakan.
Gargles and Botol bergalur Tidak untuk dikonsumsi* 4 minggu
mouthwashe kuning dengan CRC Jangan di telan dalam
s jumlah besar
Obat gosok Botol bergalur Hanya untuk pemakaian 4 minggu
dan losion kuning dengan CRC luar.
Kocok botol
Hindari kulit yang rusak
Salep Amber glass jar Hanya untuk pemakaian 3 bulan
luar

3. Compounding Sediaan Larutan


a. Definisi sediaan larutan
Sediaan larutan atau solution adalah sediaan dalam bentuk cair yang terdiri dari
gabungan satu atau lebih zat kimia yang terdispersi ke dalam pelarut.
b. Jenis sediaan larutan
- Sediaan larutan untuk Larutan Topikal
Larutan topical biasanya mengandung air, tetapi juga dapat mengandung sistem
kosolven berupa berbagai jenis alcohol atau pelarut organis lainnya dengan atau tanpa
penambahan bahan aktif.
- Sediaan larutan untuk obat dalam (oral):
Larutan oral, adalah sediaan cair yang dibuat untuk dimasukkan secara oral.
Larutan oral menurut kandungannya dibedakan menjadi dua, yaitu sirup dan eliksir
1) Sirup adalah larutan dalam air dan gula/pengganti gula yang kental, dengan atau
tanpa penambahan flavoring agent atau obat. Sirup yang mengandung flavoring
agent tetapi tanpa obat disebut: non-medicated syrup. Banyak non-medicated syrup
yang menjadi sirup dasar untuk pembuatan sirup obat
Sirup obat, dibuat dan bahan-bahan awal dengan mengkombinasikan; air, gula,
flavoring agent, pewarna, obat dan bahan-bahan lain yang diperlukan. Flavoring
agent diperlukan untuk menghilangkan keraguan akan rasa yang tidak enak.
2) Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven (pelarut).
Untuk mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan untuk pelarut, dapat ditambahkan
kosolven lain seperti gliserin dan propilen glikol. Sediaan eliksir mempunyai rasa
dan bau yang sedap, mengandung selain obat juga zat tambahan seperti gula dan atau
zat pemanis lainnya, zat pengawet, zat warna dan zat pewangi.
c. Pembuatan
Berikut hal yag harus digunakan dalam persiapan larutan:
1) Tuliskan formula baik dari resep (tidak resmi) atau dari teks resmi
2) Hitung jumlah yang diperlukan untuk setiap bahan dalam formula untuk
menghasilkan volume akhir yang diperlukan.
3) Lengkapi semua bagian dari lembar kerja produk lembar kerja.
4) Siapkan label yang sesuai
5) Timbang bahan padat (solid)
6) Identifikasi bahan padatan yang dapat larut dan hitung jumlah pelarut yang
diperlukan untuk melarutkan padatan sepenuhnya. Jika lebih dari satu padatan yang
akan dilarutkan, maka bahan padatan yang dilarutkan diurutkan sesuai kelarutannya
(yaitu yang paling tidak larut terlebih dahulu).
7) Masukkan pelarut ke gelas kimia sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan
8) Jika perlu, pindahkan bahan padatan ke mortar alu untuk mengurangi partikel
sehingga membantu proses pelarutan.
9) Setelah itu, pindahkan padatan ke gelas kimia dan aduk untuk membantu pelarutan.
Jika mortar dan alu telah digunakan untuk mengurangi ukuran partikel, pastikan
mortar dibilis sedikit pelarut untuk memastikan tidak ada bahan yang tertinggal.
10) Ketika semua bahan telah larut, pindahkan larutan ke dalam gelas ukur yang akan
digunakan untuk menmpung larutan akhir.
11) Bilas gelas kimia tempat larutan dibuat dengan pelarut yang tersedia dan pindahkan
pembilasan ke dalam gelas ukur
12) Tambahkan sisa bahan cair ke gelas ukur dan aduk
13) Buatlah volume akhir dengan pelarut yang tersisa
14) Pindahkan ke wadah yang sesuai, beri label atau etiket harus mencantumkan
pernyataan “kocok dahulu” dan berikan kepada pasien.
d. BUD sediaan larutan
BUD untuk sediaan larutan yang menggunakan pembawa air jika disimpan pada
suhu dingin tidak lebih dari 14 hari untuk sediaan larutan oral yang diracik dari bahan
dalam bentuk padat atau 30 hari untuk sediaan topical
4. Compounding sediaan suspense

a. Definisi

Suspense oral adalah sediaan cair dengan partikel padat yang terdispersi dalam
pembawanya. Sedangkan suspense topical adalah sediaan cair yang mengandung
padatan yang terdispersi dalam cairan pembawanya yang digunakan untuk penggunaan
luar pada kulit.

b. Pemilihan suspending agent


Suspensi agent yang paling umum digunakan dalam peracikan dadakan (ekstemporan)
adalah tragakan BP (suspense internal atau eksternal), compound tragakan powder BP
(mengandung: 15% tragakan BP, 20% akasia BP, pati BP dan 45% sukrosa BP)
(suspense internal) dan bentonite BP (suspense ekternal).
Catatan:
- 0.2 g tragakan BP powder per 100 ml suspense
- 2 g compound tragakan powder BP per 100 ml suspense
- 2-3% bentonite BP.

c. Pembuatan

- Metode umum preparasi dari suspensi diffusible;


1) Periksa kelarutan semua bahan padat yang akan di campur.
2) Hitung jumlah pelaut yang diperlukan untuk melarutkan padatan yang larut.
3) Siapkan air kloroform BP
4) Timbang semua bahan padat
5) Larutkan semua bahan padat yang mudah larut ke dalam gelas kimia kecil
6) Campurkan serbuk yang tidak larut dalam mortar porselen menggunakan teknik
'penggandaan' untuk memastikan pencampuran yang lengkap.
7) Tambahkan sedikit demi sedikit pelarut ke dalam bahan padat di dalam mortar
dan campur menggunakan alu untuk membentuk pasta yang halus.
8) Tambahkan pelarut lebih lanjut dalam jumlah kecil, dan lanjutkan pencampuran
sampai campuran dalam mortar dapat dituang.
9) Pindahkan isi bahan yang telah dicampurkan ke dalam gelas ukur dengan ukuran
yang sesuai.
10) Bilas mortar dan alu dengan pelarut dan tambahkan bilasan ke dalam gelas ukur
11) Tambahkan sisa bahan cair ke dalam campuran dalam gelas ukur. (Ini
ditambahkan sekarang, karena beberapa mungkin mudah menguap dan oleh
karena itu paparan saat pencampuran perlu dikurangi untuk mencegah hilangnya
bahan karena penguapan.)
12) Buat hingga volume akhir dengan pelarut
13) Aduk perlahan, pindahkan ke wadah yang sesuai, pastikan bahwa semua padatan
dipindahkan dari gelas ukur ke botol, beri label atau etiket dengan mencantumkan
“kocok sebelum diminum” dan siap untuk diberikan kepada pasien.
- Persiapan suspense yang mengandung padatan yang tidak dapat dihancurkan
(indiffusible);
Suspensi indiffusibel oral disiapkan dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar
yang sama seperti untuk suspensi difusibel oral. Perbedaan utamanya adalah bahwa
sediaan akan memerlukan penambahan zat pensuspensi (suspense agent). Agen
suspensi pilihan biasanya akan dikombinasikan dengan padatan yang tidak dapat
dihancurkan menggunakan teknik 'penggandaan' sebelum dimasukkan ke dalam
produk. Produk

d. BUD sediaan suspensi


Untuk suspensi oral mengandung air yang dibuat dari bahan-bahan dalam bentuk padat
dan disimpan pada temperatur dingin, tanggal batas penggunaan tidak lebih dari 14 hari
sesudah pembuatan. Untuk sediaan topikal, tanggal batas penggunaan tidak lebih dari 30
hari setelah pembuatan.

5. Compounding sediaan emulsi


a. Definisi
Emulsi oral adalah cairan oral yang mengandung satu atau lebih bahan aktif. Mereka
adalah dispersi minyak-dalam-air yang distabilkan, salah satu atau kedua fase yang
mungkin mengandung padatan terlarut.
Emulsi umumnya mengandung tiga komponen, yaitu; fase lemak, fase air dan
pengemulsi. Pengemulsi yang banyak digunakan yaitu;

Pengemulsi dan penstabil untuk digunakan dalam emulsi


Karbohidrat Padatan
Akasia Alumunium hidroksida
Chondrus Bentonite
Pectin Magnesium hidroksida
Tragakan Surfaktan
Protein Anionic
Kasein Kationik
Kuing telur Nonionic
Gelatin
Alcohol berbobot molekul tinggi
Gliseril
Setil alcohol
Monostearat
Stearil alkohol

b. Pembuatan emulsi

1) Metode continental atau metode gom kering, melibatkan pencampuran hidrokoloid


dengan minyak secara cepat dalam waktu yang singkat, kemudian air ditambahkan
sekaligus dengan penggerusan cepat. Sisa air kemudia ditambahkan perlahan dengan
penggerusan ceoat hingga emulsi terbentuk sempurna.
2) Metode gom basah, mucilage dibuat dengan menambahkan sejumlah kecil air pada
hidrokoloid (seoerti akasia) dan kemudian menggerus campuran hingga seragam.
Minyak ditamnhakan dalam jumlah kecil dengan menggunakan penggerusan ceoat.
c. Rasio untuk pembuatan emulsi primer

Minyak Akasia Tragakan


Minyak lemak 4:2:1 40:20:1
Minyak mineral 3:2:1 30:20:1

Minyak linsid 2:2:1 20:20:1


Minyak atsiri 2:2:1 20:20:1

6. Compounding sediaan krim, pasta, salep


a. Definisi
1) Krim
Dalam farmasi, istilah 'krim' dicadangkan untuk sediaan luar. Krim adalah emulsi
semi-padat kental untuk penggunaan luar. Obat-obatan dapat dilarutkan atau
disuspensikan dalam krim. Krim dapat berupa 'air-dalam-minyak' atau 'minyak-dalam-air'
tergantung pada agen pengemulsi yang digunakan. Krim selalu larut dengan fase kontinu.
Krim air-dalam-minyak (a/m) (krim berminyak) sebagai basa. Krim ini diproduksi
oleh agen pengemulsi yang berasal dari alam, misalnya lilin lebah, alkohol wol atau
lemak wol. Bahan dasar ini memiliki sifat emolien yang baik. Krim ini berwarna krem,
putih atau tembus cahaya dan agak kaku
Krim minyak-dalam-air (m/a) (krim berair) sebagai basa. Krim ini dihasilkan oleh lilin
sintetis, misalnya macrogol dan cetomacrogol. Krim ini adalah basis terbaik untuk
digunakan untuk penyerapan dan penetrasi obat yang cepat. Basis ini tipis, putih dan
halus konsistensi
b. Metode pembuatan emulsi
Berikut ini adalah istilah-istilah umum yang digunakan dalam sediaan krim dan dalam
sediaan salep, pasta dan gel yang dibuat secara ekstemporan:
1) Metode Triturasi (penggerusan)
2) Metode levigsi (menumbuk halus-halus)

c. Langkah-langkah pembuatan krim

Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi.

1) Komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan
bersama-sama di waterbath pada suhu 70-75°c, sementara itu semua larutan berair
yang tahan panas, komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama
dengan komponen lemak.
2) Kemudia larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak
yang cair dan diaduk secara konstan, temperature dipertahankan selama 5-10 menit
untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak
3) Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan yang terus
menerus sampai campuran mengental
4) Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa
lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase
cair.
7. Compounding sediaan salep dan pasta
a. Definisi
1) Salep adalah sediaan semisolid yang ditujukan untuk diaplikasikan secara eksternal
pada kulit atau membran mukosa. Salep (basis berminyak) digunakan pada kulit lesi
kering bersisik untuk melembutkan dan menghidrasi kulit. Diformulasikan dalam
bentuk sediaan topikal, rektal, dan mata.
2) Pasta adalah salep kental dan kaku yang biasanyatidak dapat mengalir pada suhu tubuh
sehingga menutupi dan menjaga area tempat sediaan digunakan (mengandung 20%
padatan). Pasta diaplikasikan pada area yang membutuhkan perlindungan.
b. Pembuatan secara umum
1) Selalu buat sedian secara berlebihan karena kerugian pemindahan akan selalu terjadi.
2) Tentukan titik leleh dari basis lemak dan kemudian lelehkan bersama-sama. Dimulai
dengan basis dengan titik leleh tertinggi, setiap basis harus dilelehkan pada suhu serendah
mungkin saat campuran semakin dingin.
3) Tambahkan bahan-bahan ke dalam wadah penguapan di atas penangas air untuk
menghindari panas berlebih - gunakan termometer untuk memeriksa suhu secara teratur.
4) Saat bahan dasar pertama mendingin, tambahkan bahan-bahan dengan titik leleh yang
menurun pada suhu masing-masing, aduk terus menerus untuk memastikan campuran
homogen sebelum dibiarkan mengeras. Penting untuk mengaduk dengan lembut untuk
menghindari masuknya udara berlebih, yang dapat mengakibatkan pendinginan lokal dan
produk yang menggumpal.

c. BUD sediaan salep dan pasta

Penentuan BUD penting dilakukan untuk sediaan peracikan topikal, terutama pada
sediaan yang mengandung air dan tidak mengandung pengawet, BUD yaitu 30 hari.

8. Compounding Sediaan Serbuk

a. Definisi

Menurut FI IV, serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral maupun topical. Secara kimia-fisika serbuk
mempunyai ukuran 10.000-0.1 mikrometer.

b. Karakteristik serbuk yang baik;

- Homogen, homogentas dipengaruhi ukuran partikel dan densitasnya/berat jenis


- Mempunyai derajat kehalusan tertentu
- Kering

c. Pembagian serbuk;

1) Pulvis (serbuk tak terbagi), adalah serbuk yang tidak dapat terbagi untuk pemakaiannya,
contohnya serbuk tabor, serbuk gigi dan serbuk effervescent.
2) Pulveres (serbuk terbagi), adalah serbuk yang dapat dibagi dalam bobot yang sama,
dibungkus menggunakan kemasan untuk sekali minum, serbuk terbagi boleh dibagi secara
visual/penglihatan, maksimal 10 serbuk secara bersamaan. Umumnya serbuk berbobot 0,5
gram, pengisinya laktosa.
d. Pembuatan serbuk
Pembuatan Serbuk dapat dilakukan dengan pengecilan ukuran partikel, yaitu;
- Langkah pertama memastikan bahwa semua bahan memiliki rentang ukuran partikel
sama. Langkah ini dilakukan melalui pengecilan ukuran partikel atau kominusi
(pembentukan serbuk).
- Kominusi dapat dilakukan secara manual (triturasi, levigasi pulverasi dengan intervensi)
dan metode mekanis (penggiling bola gerinda, penggiling kopi), metode pengecilan
ukuran partikel dipilih berdasarkan karakteristik obat, seperti bahan sejenis gom akan
lebih baik dikominusi menggunakan teknik pulverasi dengan intervensi; bahan yang tidak
larut air untuk sediaan salep dan suspensi dengan tara levigasi; bahan yang keras dan
berserat, dengan menggunakan penggiling kopi atau penggiling dengan mata pisau dan
serbuk yang KCl 1% dengan cara triturasi.
- Bahan-bahan poten dan pewarna sebaiknya dikominusi dalam mortar yang tidak berpori,
seperti gelas sehingga tidak ada obat yang tertinggal dalam pori-pori mortar yang dapat
mengıurangi dosis pasicn atan mcngontamin formulasi yang akan dibuat berikutnya.
- Jenis serbuk yang menjadi titik awal dan jenis serbuk sediaan akhir yang diinginkan akan
menentukan teknik mana yang akan digunakan. Sebagai contoh jika peracik ingin
membuat serbuk yang ringan dan halus, tetapi berasal dari serbuk yang padat, dapat
digunakan tekhnik triturasi ringan dengan fluffing secara periodik menggunakan spatula.
- Jika akan membuat serbuk topikal, serbuk biasanya dilewatkan melalui ayakan setelah
proses kominusi. Secara umum, serbuk untuk suspensi cairan tidak perlu diayak.
e. Membagi sediaan pulveres
Masing-masing zat dihaluskan, setelah serbuk yang netral dihaluskan dalam mortar
dengan maksud menutupi pori-pori mortar. Baru dilakukan penggerusan zat-zat lainnya
sampai homogen. Kemudian setelah homogeny seluruh serbuk ditimbang dan dibagi menjadi
2 bagian. Tiap bagian dibagi lagi menjadi setengah dari jumlah bungkusan yang diminta, lalu
dilakukan pembungkusan dengan melipat perkeman tersebut, kemudian dimasukkan kedalam
dus atau kantong plastik dan ditempel etiket.
9. Compounding sediaan kapsul

a. Definisi
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul keras atau lunak. Cangkang
kapsul dibuat dari Gelatin dengan atau tanpa zat bahan lain. Cangkang dapat pula dibuat dari
Metilselulosa atau bahan lain yang cocok.

b. Macam-macam kapsul

Berdasarkan konsistensi Berdasarkan cara pemakaian Berdasarkan tujuan


pemakaian
- Kapsul cangkang keras - Per oral - Untuk manusia
- Kapsul cangkang lunak - Per rektal - Untuk hewan
- Per vaginal
- Topical
c. Ukuran kapsul

Ukuran kapsul Kapasitas (mg)


000 1000 mg
00 600 mg
0 500 mg
1 300 mg
2 250 mg
3 200 mg
4 150 mg
5 100 mg

Ukuran Kapsul untuk Manusia Kapasitas (mL)


5 0,12
4 0,21
3 0,30
2 0,37
1 0,50
0 0,67
00 0,95
000 1,36

Ukura Kapsul untuk Hewan Kapasitas (mL)


10 30
11 15
12 7,5
d. Cara pengisian kapsul

Kapsul dapat diisi dengan cara sebagai berikut :

1) Dengan tangan
Merupakan cara yang paling sederhana yakni dengan tangan, tanpa bantuan alat lain.
Cara ini sering dikerjakan di apotek untuk melayani resep dokter. Pada pengisian dengan cara
ini sebaiknya digunakan sarung tangan untuk mencegah alergi yang mungkin timbul karena
petugas tidak tahan terhadap obat tersebut. Untuk memasukkan obat dapat dilakukan dengan
cara serbuk dibagi sesuaidengan jumlah kapsul yang diminta lalu tiap bagian serbuk
dimasukkan kedalam badan kapsul dan ditutup.
2) Dengan alat bukan mesin
Alat yang dimaksud disini adalah alat yang menggunakan tangan manusia. Dengan
menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih seragam dan pengerjaannya dapat
lebih cepat sebab sekali cetak dapat dihasilkan berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri dari
dua bagian yaitu bagian yang tetap dan bagian yang bergerak.
Caranya:
- Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan kedalam lubang dari bagian alat yang tidak
bergerak.
- Serbuk yang akan dimasukkan kedalam kapsul dimasukkan atau ditaburkan pada
permukaan kemudian diratakan dengan kertas film.
- Kapsul ditutup dengan cara merapatkan atau menggerakan bagian yang bergerak. Dengan
cara demikian semua kapsul akan tertutup

e. Pembuatan Kapsul
- Sumber peralatan dan bahan
Beberapa peralatan standar pada apotek dapat digunakan untuk membuat kapsul serta
untuk melakukan prosedur-prosedur mutu terkait. Sumber-sumber obat untuk kapsul
meliputi serbuk murni, tablet, kapsul, dan bahkan bahan cairan.
- Pembuatan serbuk
Untuk membuat serbuk, tiap bahan harus di timbang dan diukur. Setiap bahan
sebaiknya disiapkan dalam jumlah yang memadai untuk memproduksi sejumlah kapsul
yang diinginkan ditambah satu kapsul atau dengan tambahan 5-10% dari formulasi untuk
menggantikan hilangnya serbuk selama pembuatan.
- Pemilihan ukuran kapsul
- Pemilihan ukuran kapsul disesuaikan, untuk konsumsi manusia, terdapat delapan ukuran
kapsul gelatin yang umum digunakan, berkisar dari ukuran terkecil (5) hingga terbesar
(000). Pemberian nomor dilakukan secara acak dan tidak mengindikasikan kapasitas
kapsul. Kapasitas kapsul bergantung pada densitas dan karakteristik serbuk yang
dikandungnya
f. Pengemasan dan penyimpanan kapsul
Kapsul gelatin kosong harus disimpan dalam suhu ruangan dan kelembapan yang
konstan. Kapsul paling baik disimpan dalam wadah gelas yang dapat melindungi kapsul dari
kelembapan ekstrem dan debu. Sebagai contoh, kapsul gelatin keras yang berisi semisolid
harus disimpan jauh dari panas berlebih yang dapat menyebabkan isinya melunak atau
meleleh.

10. Good Compounding Practice steril


Tenaga kesehatan profesi Apoteker harus memastikan setiap kriteria good compounding
practice harus terpenuhi di antaranya sebagai berikut:
1. Personil peracikan harus terampil, terdidik, diberikan arahan dan pelatihan untuk
melakukan kegiatan compounding steril
2. Bahan yang digunakan memiliki identitas, berkualitas, kemurniannya sesuai.
3. Penyimpanan bahan yg sudah dibuka atau digunakan harus benar. Bahan tidak dapat
digunakan jika sudah rusak baik secara visual, wadah, penutup dan segel rusak.
4. Air yang mgd CSP tidak steril selama penggabungan prosedur disterilkan 6 jam untuk
meminimalkan endotoksin bakteri
5. Metode sterilisasi mampu mempertahankan label, kekuatan bahan aktif, dan integritas
fisik kemasan.
6. Mengukur, mencampur, mensterilkan, dan memurnikan perangkat bersih, tepat akurat,
dan efektif untuk tujuan penggunaannya.
7. Adanya Potensi bahaya dari zat yang ditambahkan dan perbedaan tingkat bioavailabilitas
bahan aktif sehingga diperlukan evaluasi sebelum CSP dikelola dan dibagikan
8. Kemasan dipilih yang sesuai untuk menjaga sterilitas dan kekuatan sampai BUD
9. Lingkungan peracikan harus mempertahankan sterilitas atau kemurnia presterilisasi
sesuai CSP
10. Label mencantumkan nama dan jumlah atau konsentrasi aktif bahan dan label atau label
suntikan.
11. BUD yaitu dasar pengujian langsung atau ekstrapolasi dari sumber pustaka dan
dokumentasinya yang sesuai.
12. Prosedur untuk mengukur, mencampur, pengenceran, pemurnian, sterilisasi, pengemasan,
dan pelabelan sesuai dengan urutan yang benar dan kualitas yang ditetapkan untuk CSP
yang ditentukan.
13. Kekurangan dalam peracikan, pelabelan, pengemasan, dan pengujian kualitas dan
inspeksi dapat diidentifikasi dan diperbaiki dengan cepat.
14. Prosedur dipisahkan dari pemeriksaan kualitas postcompounding dan diperiksa sebelum
CSP dibagikan (State Department of Health - Health Systems Quality Assurance -
Construction Review Services, 2008).
Aspek good compounding practice steril
1. Fasilitas peracikan sediaan steril (ruang khusus peracikan, penyimpanan)
2. Alat yang digunakan (memiliki desain dan kapasitas yang sesuai, tidak reaktif dan adiktif
yg mempengaruhi bahan aktif obat, peralatan yg digunakan telah dipreparasi secara
berkala dan terkalibrasi)
3. Persyaratan pemilihan bahan
4. Penyimpanan dan pengemasan
5. Pengontrolan hasil racikan
6. Pelabelan
DAFTAR PUSTAKA

Langley, C., & Belcher, D. (2008). Pharmaceutical Compounding and Dispensing. Chicago:
Pharmaceutical Press.

Anda mungkin juga menyukai