Anda di halaman 1dari 10

TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG DILAKUKAN

SECARA BERSEKUTU STUDI PUTUSAN NOMOR


203/Pid.B/2021/PN.LLG
THE CRIMINAL OFFENSE OF THEFT COMMITTED ACCORDINGLY
STUDY OF DECISION NUMBER 203/Pid.B/2021/PN.LLG ISSN 2657-182X (Online)

Junandri Caesar Putra, Dian Adriawan Daeng Tawang*


JURNAL
Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia REFORMASI
HUKUM
ABSTRAK TRISAKTI
Kejahatan Pencurian merupakan salah satu tindak pidana yang paling sering
terjadi, banyaknya pemberitaan diberbagai media massa baik itu media elektronik
maupun media cetak. Tindak pidana pencurian biasa nya dilatarbelakangi oleh Volume 5 Nomor 4 November 2023
keadaan hidup pelaku sehari-hari. Di penelitian ini terdapat sebuah kasus dengan
pelaku bernama Rio Pratama bin Sarnubi melakukan suatu tindak pidana ● Diterima
pencurian yang dilakukan secara bersekutu namun perbuatan pelaku dalam Juni 2023
putusan nomor 203/Pid.B/2021/PN.LLG diputus dengan pasal 365 ayat (1) dan ● Revisi
ayat (2) KUHP tentang kekerasan. Pokok permasalahan yang diangkat dalam Juli 2023
skripsi ini ada 2 (dua) yakni, Bagaimana Perbuatan Pidana Oleh Pelaku Sudah ● Disetujui
sesuai dengan pasal 363 ayat (1) ke-4 KUHP dan Bagaimana Perbuatan Terhadap September 2023
Tindak Pidana Pencurian Yang Dilakukan Secara Bersekutu Putusan No ● Terbit Online
203/Pid.B/2021/PN.LLG. Perbuatan pelaku termasuk dalam kejahatan pencurian, November 2023
dalam hal ini perbuatan diatur dalam pasal 363 ayat (1) ke-4 KUHP tentang
pencurian yang dilakukan secara bersekutu. Pengadilan Negeri Linggau dalam
memutus suatu tindak pidana tidak sesuai dengan peraturan *EmailKoresponden:
perundang-undangan yang berlaku. Hakim dalam menangani suatu tindak pidana dianadriawan63@gmail.com
sudah seharusnya memahami bahwa asas legalitas dan asas kepastian hukum
yang harus diutamakan dalam melihat perbuatan dan fakta-fakta yang ada agar Kata Kunci:
dapat memutus suatu perkara dengan tepat. ● Pencurian
● Hukum Pidana
ABSTRACT ● Pasal 363 Ayat (1) Ke-4 KUHP
Theft is one of the most common criminal offenses, with a lot of news in various ● Asas Kepastian Hukum
mass media, both electronic and print media. The crime of theft is usually ● Penanganan Tindak Pidana
motivated by the circumstances of the perpetrator's daily life. In this study, there is
a case with the perpetrator named Rio Pratama bin Sarnubi committing a theft crime
committed in concert, but the perpetrator's actions in verdict number Keywords:
203/Pid.B/2021/PN.LLG were decided by article 365 paragraph (1) and paragraph ● Theft
(2) of the Criminal Code on violence. The main problems raised in this thesis are 2 ● Criminal Law
(two), namely, How the Criminal Act by the Perpetrator is in accordance with ● Article 363 Paragraph (1) 4th Of
Article 363 paragraph (1) 4 of the Criminal Code and How the Act Against the the Criminal Code
Crime of Theft Committed in Accord Decision No. 203/Pid.B/2021/PN.LLG. The ● Principle of Legal Certainty
actions of the perpetrator are included in the crime of theft, in this case the
● Handling of Criminal Offenses
actions are regulated in Article 363 paragraph (1) 4th of the Criminal Code
regarding theft committed jointly. The Linggau District Court in deciding a criminal
offense is not in accordance with the applicable laws and regulations. Judges in
handling a criminal offense should understand that the principle of legality and the
principle of legal certainty must be prioritized in seeing the actions and facts in
order to decide a case appropriately.

Sitasi artikel ini:


Putra, Tawang. 2023. Tindak Pidana Pencurian Yang Dilakukan Secara Bersekutu Studi Putusan Nomor 203/Pid.B/2021/Pn.Llg.
Vol. 5 Number 4 November 2023. Halaman 1300-1309. Doi: 10.25105/refor.v5i4.18581

1300
Tindak Pidana Pencurian Yang Dilakukan Secara Bersekutu Studi
Putusan Nomor 203/Pid.B/2021/Pn.Llg
Putra, Tawang
Jurnal Reformasi Hukum Trisakti Vol. 5 No. 4 November 2023
Doi : 10.25105/refor.v5i4.18581

I. LATAR BELAKANG

Essensi kemanusiaan melibatkan individu yang memiliki beragam kepentingan,


baik yang bersifat pribadi maupun kelompok, berdasarkan harapan mereka terhadap
hal-hal seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan lain sebagainya. Memahami
bahwa manusia secara fundamental adalah makhluk sosial yang hidup
berdampingan dengan sesamanya, membentuk hubungan sosial yang saling
terkait dengan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Kebutuhan hidup manusia
sangat beragam, dan cara memenuhinya bergantung pada usaha dan keinginan
mereka untuk mencapai kesejahteraan, baik fisik maupun mental.
Kehidupan manusia juga dipengaruhi oleh berbagai potensi ancaman
terhadap pemenuhan kebutuhan tersebut, dan ada situasi di mana beberapa kebutuhan
mungkin tidak terpenuhi. Untuk menjaga keseimbangan dalam masyarakat dan
mencegah konflik yang dapat mengganggu, diperlukan suatu kerangka sosial
yang mencakup prinsip-prinsip kepercayaan atau agama, moralitas, dan etika
yang baik. Selain ketiga prinsip sosial tersebut, ada kebutuhan akan hukum
sebagai kerangka yang memberikan perlindungan berkelanjutan terhadap berbagai
kepentingan yang ada dalam kehidupan manusia. Saat ini, perlindungan terhadap
kepentingan tersebut belum sepenuhnya terpenuhi melalui tiga prinsip sosial yang
telah disebutkan.
Dalam konteks praktis, hukum merujuk pada kumpulan peraturan yang
mengatur cara kehidupan masyarakat diatur. Aturan hukum bisa berbentuk tertulis
atau tidak tertulis dan berfungsi sebagai kerangka pengaturan yang penting untuk
menjaga tatanan negara. Hukum tertulis sering menjadi pilihan utama dalam
mengatur kehidupan masyarakat dan memberikan solusi baik dalam hal penegakan
hukum yang tegas maupun dalam mencegah berbagai masalah. Pembagian dalam
hukum tertulis menjadi bagian penting dari kebijakan tata hukum, terutama dalam
konteks hukum pidana.1
Saat ini, di Indonesia, hukum yang berlaku adalah hukum pidana yang telah
diatur dan dikodifikasi. Hukum pidana ini sebagian besar terdiri dari aturan-aturan yang
telah diorganisir dalam satu buku undang-undang yang disebut sebagai Kitab Undang-

1
Fachmi, Kepastian Hukum Mengenai Putusan Batal Demi Hukum Dalam Sistem Peradilan Pidana
Indonesia, Cet 1 (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2011).

1301
Tindak Pidana Pencurian Yang Dilakukan Secara Bersekutu Studi
Putusan Nomor 203/Pid.B/2021/Pn.Llg
Putra, Tawang
Jurnal Reformasi Hukum Trisakti Vol. 5 No. 4 November 2023
Doi : 10.25105/refor.v5i4.18581

Undang Hukum Pidana (KUHP). KUHP adalah sumber utama dari sistem hukum
pidana positif yang berlaku di Indonesia, yang berguna untuk mengatur aspek
umum hukum pidana (Buku I), serta berbagai peraturan mengenai perbuatan-
perbuatan pidana dan pelanggaran (Buku II dan III). Buku II dan III dari KUHP
berisi berbagai ketentuan mengenai perbuatan-perbuatan yang dilarang, baik
perbuatan aktif maupun pasif. Di dalamnya juga diatur berbagai sanksi pidana yang
menjadi hukuman atas terjadinya perbuatan-perbuatan tersebut.2
Tindakan kriminal terjadi dalam konteks ruang dan waktu tertentu, sehingga
dampak dari perbuatan tersebut menjadi bagian dari fenomena kemanusiaan.
Upaya untuk mencegah dan/atau mengurangi tindak kejahatan dalam masyarakat
melibatkan serangkaian langkah konkret yang didasarkan pada analisis yang
rasional dan sesuai dengan norma-norma.3
Salah satu tindakan kriminal yang dilarang oleh Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) adalah perbuatan mencuri barang milik orang lain. Pelarangan ini
dapat ditemukan dalam Pasal 362 KUHP yang menyatakan “Barangsiapa mengambil
barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan
maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan
pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus
rupiah.” 4

Kejahatan pencurian, sebagai bentuk tindakan kriminal yang umum dan sering
terjadi dalam masyarakat, tercermin dalam berita media dengan frekuensi yang
tinggi. Tindakan pencurian pada dasarnya dipicu oleh motif yang berhubungan
dengan kondisi kehidupan sehari-hari pelaku. Hal ini dapat disebabkan oleh tekanan
ekonomi, pendapatan rendah, dan tingkat pendidikan yang terbatas, yang
semuanya berkontribusi pada kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tindakan pencurian dapat dijalankan dengan berbagai metode, termasuk yang
tradisional dan yang lebih modern dengan memanfaatkan peralatan canggih. Dalam
hukum pidana, tindakan pencurian memiliki beberapa ketentuan yang mengatur

2 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) <https://simpus.mkri.id/opac/detail-


opac?id=5490>.
3 Helmi Yunettri and Abadi B. Darmo, ‘DISPARITAS PENJATUHAN HUKUMAN PIDANA DALAM PERKARA PENCURIAN (362
KUHP) DI PENGADILAN NEGERI JAMBI’, I (2009), 188–250.
4 Haryo Wicaksono, Budiyono, and Haryanto Dwiatmodjo, ‘PENERAPAN PASAL 363 KUHP TINDAK PIDANA PENCURIAN
DALAM KEADAAN MEMBERATKAN (Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Cilacap Nomor
235/Pid.B/2015/PN.Clp) APPLICATION’, Soedirman Law Review, 3.1 (2021), 151–60.

1302
Tindak Pidana Pencurian Yang Dilakukan Secara Bersekutu Studi
Putusan Nomor 203/Pid.B/2021/Pn.Llg
Putra, Tawang
Jurnal Reformasi Hukum Trisakti Vol. 5 No. 4 November 2023
Doi : 10.25105/refor.v5i4.18581

berbagai jenis tindakan ini. Misalnya, Pasal 362 KUHP mengacu pada pencurian
biasa, Pasal 363 KUHP mengacu pada pencurian yang melibatkan pemberatan, dan
Pasal 365 KUHP mengacu pada pencurian dengan kekerasan.5
Tindakan pencurian cenderung terjadi dalam konteks kejadian yang sesuai
dengan ketentuan hukum, tetapi dalam beberapa situasi khusus, pencurian terjadi
dalam situasi dan kondisi di mana peluang untuk melakukannya terbuka, baik dalam
hal waktu maupun ruang. Kejahatan pencurian melibatkan perilaku yang dapat
dilakukan oleh siapa pun, tanpa memandang strata sosial, usia, latar belakang
pendidikan, jenis kelamin, dan sebagainya. Korban pencurian dapat mencakup
berbagai kelompok, baik yang merupakan anggota masyarakat umum maupun
mereka yang berada di tempat kejahatan terjadi. Meningkatnya tingkat kejahatan
pencurian dapat berdampak negatif pada kemajuan ekonomi dan sosial suatu
negara. Jumlah tindakan pencurian yang besar sering terjadi ketika kondisi ekonomi
buruk, harga kebutuhan pokok naik, dan tingkat inflasi tinggi, yang dapat
mempengaruhi ketidaksetaraan pendapatan masyarakat, serta meningkatkan tingkat
pengangguran yang signifikan. Faktor lain yang memicu tindakan pencurian melibatkan
pengaruh dari lingkungan sosial tertentu, kurangnya kesadaran hukum, dan peluang
yang terbuka untuk melakukan kejahatan.
Sejumlah faktor mempengaruhi terjadinya tindakan kriminal pencurian dan
dapat dibagi menjadi beberapa aspek berikut: pertama, aspek internal yang
melibatkan keberadaan niat di dalam diri pelaku, yang terkait dengan nilai-nilai
moral dan tingkat pendidikan yang dimiliki; kedua, aspek eksternal yang terkait
dengan latar belakang lingkungan di mana seseorang tinggal, faktor sosial, dan
kondisi ekonomi; ketiga, faktor yang terkait dengan perkembangan situasi global
yang dapat berdampak pada kehidupan individu secara personal.6
Salah satu kasus pencurian menarik terjadi pada tanggal 25 Desember 2020
pukul 21.30 WIB. Terdakwa bersama dengan seseorang bernama Danung Furbaya
sedang berkendara dengan sepeda motor Yamaha Jupiter MX King di Jalan Yos
Sudarso, Simpang jalan Rambutan, Kelurahan Tabah Jemekeh, Kecamatan Lubuk
Linggau Timur I, Kota Lubuk Linggau. Mereka kemudian melintas di dekat Melita

5 Andi Hamzah, Delik-Delik Tertentu (Speciale Delicten) Di Dalam KUHP, ed. by Maya and Tarmizi, Kedua Ceta
(Jakarta: Sinar Grafika, 2016).
6 Rian Prayudi Saputra, ‘PERKEMBANGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DI INDONESIA’, Jurnal Pahlawan, 1.1 (2019),
45–52.

1303
Tindak Pidana Pencurian Yang Dilakukan Secara Bersekutu Studi
Putusan Nomor 203/Pid.B/2021/Pn.Llg
Putra, Tawang
Jurnal Reformasi Hukum Trisakti Vol. 5 No. 4 November 2023
Doi : 10.25105/refor.v5i4.18581

Indah Sari yang dibonceng oleh M. Reynaldo Alfarizki. Saksi-saksi ini sedang
menggunakan sepeda motor dan Melita sedang memegang handphone. Terdakwa
dan Danung Furbaya kemudian memutuskan untuk mencuri handphone tersebut.
Mereka mengejar Melita dan Reynaldo, lalu ketika Melita dan Reynaldo berhenti di
simpang Jalan Rambutan, terdakwa dan Danung Furbaya memepet motor yang
mereka kendarai dari belakang. Terdakwa kemudian secara paksa mengambil
handphone Merk Vivo tipe V20 berwarna pink dari tangan Melita. Dalam persidangan,
hakim memutuskan bahwa terdakwa bersalah berdasarkan Pasal 365 ayat (1) dan ayat
(2) ke-1 dan ke-2 KUHP yang mengatur pencurian yang melibatkan ancaman
kekerasan untuk memfasilitasi pencurian dan dilakukan di jalan umum oleh dua
orang atau lebih. Padahal seharusnya, terdakwa harus dihukum berdasarkan Pasal
363 ayat (1) ke-4 KUHP, yang mengatur pencurian yang dilakukan oleh dua orang
atau lebih yang mengakibatkan barang pindah tempat karena tindakan pencurian
mereka.
Dalam rangka mengeksplorasi masalah ini, penulis akan mengembangkannya
dalam bentuk penulisan hukum berupa skripsi dengan judul "Tindak Pidana
Pencurian yang Dilakukan secara Bersekutu (Putusan Nomor
203/Pid.B/2021/PN.LLG)".

II. METODE PENELITIAN


Dalam penelitian yang berjudul "Tindak Pidana Pencurian yang Dilakukan
Secara Bersekutu (Studi Putusan No.203/Pid.B/2021/PN Llg)," penulis
menerapkan metode penelitian hukum yang bersandar pada pendekatan normatif.
Pendekatan ini melibatkan analisis literatur dan fokus pada penelaahan berdasarkan
dokumen-dokumen tertulis.7 Dalam konteks penelitian ini, penulis menjelaskan
bahwa pendekatan ini memiliki karakteristik deskriptif analitis, dengan tujuan utama
untuk menyajikan data yang mendalam tentang manusia, situasi, atau fenomena
lainnya dengan maksud memperjelas hipotesis serta berpotensi untuk menguatkan
teori-teori yang sudah ada atau bahkan mengembangkan teori-teori baru.8
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang
diperoleh melalui studi kepustakaan yang mencakup dokumen-dokumen resmi

7 Soerjono Soekanto and Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan ke (Jakarta:
Rajawali Pers., 2015) h-13/14.
8 Soekanto and Mamudji h-14.

1304
Tindak Pidana Pencurian Yang Dilakukan Secara Bersekutu Studi
Putusan Nomor 203/Pid.B/2021/Pn.Llg
Putra, Tawang
Jurnal Reformasi Hukum Trisakti Vol. 5 No. 4 November 2023
Doi : 10.25105/refor.v5i4.18581

seperti peraturan perundang-undangan, buku-buku, hasil penelitian yang berwujud


dalam laporan, buku harian, dan sejenisnya.9 Data sekunder yang dimanfaatkan
dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis10, yaitu bahan hukum primer yang
memiliki kekuatan hukum yang mengikat, seperti kitab undang-undang hukum
pidana dan Putusan Pengadilan Negeri Linggau Nomor 203/Pid.B/2021/PN Llg, serta
bahan hukum sekunder yang berkaitan dengan penjelasan mengenai sumber bahan
hukum yang bersifat primer11. Bahan hukum sekunder yang dimanfaatkan melibatkan
kajian buku-buku yang ditulis oleh ahli hukum, literatur hukum, jurnal, serta
sumber-sumber dari internet yang relevan dengan penelitian ini.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan,
yang melibatkan metode pemahaman, pembacaan, dan telaah terhadap berbagai
sumber bahan kepustakaan, baik yang bersifat primer maupun sekunder.12 Data-data
ini diperoleh melalui sejumlah buku, peraturan, kebijakan, dan beragam karya
penulisan hukum yang terkait dengan tema penelitian ini. Studi kepustakaan
dilakukan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Perpustakaan
Nasional, serta melalui sumber-sumber informasi yang tersedia di internet. Dalam
analisis data, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yang mengindikasikan
bahwa pengolahan dan analisis data didasarkan pada konstruksi sumber data
sekunder.13 Dalam konteks ini, analisis data dilakukan dengan merujuk pada
Undang-Undang dan peraturan yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang
terkait, yaitu Tindak Pidana Pencurian yang Dilakukan Secara Bersekutu (Nomor
203/Pid.B/2021/PN Llg) dan pertimbangan hukuman yang dijatuhkan oleh hakim
dalam Putusan Nomor 203/Pid.B/2021/PN Llg.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Analisis perbuatan pelaku tindak pidana pencurian yang
dilakukan secara bersekutu sesuai dengan Pasal 363 ayat (1) ke
(4) KUHP (Putusan Nomor 203/Pid.B/2021/PN. LLG)
Dalam dakwaan dari penuntut umum dan putusan Majelis Hakim yang

9 Ibid.,
10
Ibid.,
11 Ibid.,
12 Ibid.,
13
Soekanto and Mamudji h-64.

1305
Tindak Pidana Pencurian Yang Dilakukan Secara Bersekutu Studi
Putusan Nomor 203/Pid.B/2021/Pn.Llg
Putra, Tawang
Jurnal Reformasi Hukum Trisakti Vol. 5 No. 4 November 2023
Doi : 10.25105/refor.v5i4.18581

berwenang, telah ditetapkan bahwa Pasal 365 Ayat (1) dan Ayat (2) ke-1 dan Ke-2
KUHP sebagai pasal yang dijatuhkan kepada pelaku Rio Pratama Bin Sarnubi.
Namun, penulis merasa bahwa Pasal yang dijatuhkan tersebut mungkin tidak
sepenuhnya sesuai dengan perbuatan yang dilakukan oleh pelaku. Oleh karena itu,
penulis akan melakukan bukti apakah Pasal yang dikenakan kepada pelaku sudah
tepat sesuai dengan perbuatannya. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Linggau,
melalui putusan nomor 203/Pid.B/2021/PN.LLG, telah memutuskan untuk
menggunakan Pasal 365 Ayat (1) dan Ayat (2) ke-1 dan Ke-2 KUHP terhadap
pelaku Rio Pratama Bin Sarnubi. Dalam analisis penulis, penulis akan
mempertimbangkan kasus ini berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap.
Fakta-fakta hukum menunjukkan bahwa pada tanggal 25 Desember 2020,
sekitar pukul 21.30 WIB, pelaku dan korban melintas di Jalan Yos Sudarso,
simpang jalan Rambutan, Kelurahan Tabah Jemekeh, Kecamatan Lubuk Linggau
Timut I, Kota Lubuk Linggau. Pelaku mengendarai sepeda motor Yamaha Jupiter
MX King bersama dengan Danung Furbaya, dan mereka berpapasan dengan Melita
Indah Sari Binti Rahmat dan M. Reynaldo Alfarizki Bin Irwan Heriyanto, yang juga
sedang mengendarai sepeda motor. Ketika pelaku dan Danung melihat Melita sedang
memegang handphone, mereka memiliki niat untuk mengambilnya dengan cara
berbelok dan mengejar Melita dan Reynaldo. Saat Melita dan Reynaldo berhenti di
simpang Jalan Rambutan untuk berbelok, pelaku dan Danung memepet motor
mereka dari belakang dan pelaku mengambil handphone merk Vivo type V20 warna
pink dari tangan Melita. Kemudian, pelaku melarikan diri, namun berhasil
ditangkap oleh warga setelah sepeda motornya mati di depan kantor Camat Ilir Timur
I.
Berdasarkan uraian kasus di atas, penulis menganalisis bahwa pelaku
telah melakukan tindak pidana pencurian yang dilakukan secara bersekutu. Hal ini
sesuai dengan pendapat Andi Hamzah, yang menyatakan bahwa tindak pidana
adalah perbuatan yang diatur oleh undang-undang dan melibatkan kesalahan.
Perbuatan pelaku dalam kasus ini adalah tindakan sadar yang dikehendaki oleh
pelaku, dan dilakukan karena pelaku melihat Melita sedang memegang handphone.
Selain itu, perbuatan pelaku juga harus memenuhi unsur objektif tindak pidana, yang
mencakup sifat melawan hukum. Dalam hal ini, perbuatan pelaku merupakan
perbuatan yang bertentangan dengan hukum dan tidak sesuai dengan larangan

1306
Tindak Pidana Pencurian Yang Dilakukan Secara Bersekutu Studi
Putusan Nomor 203/Pid.B/2021/Pn.Llg
Putra, Tawang
Jurnal Reformasi Hukum Trisakti Vol. 5 No. 4 November 2023
Doi : 10.25105/refor.v5i4.18581

yang ditetapkan oleh undang-undang. Asas legalitas dalam hukum pidana


Indonesia, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP, menegaskan bahwa
suatu perbuatan hanya dapat dipidana jika telah diatur oleh undang-undang
sebelumnya.
Dalam konteks ini, perbuatan pelaku Rio Pratama Bin Sarnubi sesuai dengan
asas legalitas, karena perbuatan tersebut telah diatur dalam undang-undang yang
berlaku. Oleh karena itu, perbuatan pelaku dapat dianggap sebagai tindak pidana
pencurian yang dilakukan secara bersekutu, sebagaimana diatur dalam Pasal 363
ayat (1) ke (4) KUHP. Berdasarkan analisis penulis, putusan Majelis Hakim dengan
menetapkan Pasal 365 Ayat (1) dan Ayat (2) ke-1 dan Ke-2 KUHP terhadap pelaku
Rio Pratama Bin Sarnubi mungkin tidak tepat, karena perbuatan pelaku lebih sesuai
dengan Pasal 363 ayat (1) ke (4) KUHP yang mengatur tindak pidana pencurian yang
dilakukan secara bersekutu.

Perbuatan terhadap pelaku tindak pidana pencurian yang dilakukan


secara bersekutu (Putusan Nomor 203/Pid.B/2021/PN. LLG)
Pada tanggal 25 Desember 2020, awalnya pada hari Jumat jam 21.30 WIB,
Terdakwa dan Sdr. Danung Furbaya sedang berkendara dengan sepeda motor Yamaha
Jupiter MX King di Jalan Yos Sudarso, persimpangan dengan Jalan Rambutan,
Kelurahan Tabah Jemekeh, Kecamatan Lubuk Linggau Timut I, Kota Lubuk Linggau.
Mereka berpapasan dengan Saksi Melita Indah Sari Binti Rahmat dan Saksi M.
Reynaldo Alfarizki Bin Irwan Heriyanto, yang juga sedang mengendarai sepeda motor.
Ketika Terdakwa dan Sdr. Dannung melihat Saksi Melita yang sedang dibonceng
oleh Saksi Reynaldo sedang menggunakan handphone, mereka memiliki niat untuk
mengambil handphone tersebut. Mereka mengejar Saksi Melita dan Sdr. Reynaldo.
Kemudian, ketika Saksi Reynaldo dan Saksi Melita berhenti di persimpangan
Jalan Rambutan untuk berbelok ke Jalan Rambutan, Terdakwa dan Sdr. Dannung
menyusul dari belakang dan Terdakwa dengan paksa mengambil handphone merk
Vivo tipe V20 warna pink dari tangan Saksi Melita. Terdakwa dan Sdr. Danung
melarikan diri ke arah Taba Pingin, namun mereka dikejar oleh Saksi Reynaldo dan
Saksi Melita. Akhirnya, di depan kantor Camat Ilir Timur I, sepeda motor yang
dikendarai oleh Terdakwa dan Sdr. Danung mati karena kehabisan bensin. Terdakwa
berusaha melarikan diri, tetapi berhasil diamankan oleh warga setempat. Kemudian,

1307
Tindak Pidana Pencurian Yang Dilakukan Secara Bersekutu Studi
Putusan Nomor 203/Pid.B/2021/Pn.Llg
Putra, Tawang
Jurnal Reformasi Hukum Trisakti Vol. 5 No. 4 November 2023
Doi : 10.25105/refor.v5i4.18581

Terdakwa dan Sdr. Danung dibawa oleh warga ke Polsek Lubuk Linggau Timur untuk
proses lebih lanjut.
Akibat perbuatan Terdakwa dan Sdr. Dannung, Saksi Melita Indah Sari Binti
Rahmat mengalami kerugian sebesar Rp. 4.300.000,- atau lebih dari Rp.
2.500.000,-. Tindakan Terdakwa sebagaimana diatur dalam Pasal 365 Ayat (1) dan
Ayat (2) Ke-1 dan Ke-2 KUHP. Dalam pertimbangan Hakim terhadap unsur-unsur
delik tersebut, pengertian "mengambil" adalah memindahkan barang dari
penguasaan orang lain menjadi penguasaan sendiri. Terdakwa dan Sdr. Dannung
melakukan perbuatan ini tanpa izin dari Saksi Melita. Selain itu, perbuatan tersebut
tidak melibatkan kekerasan atau ancaman kekerasan.
Berdasarkan fakta persidangan, Terdakwa dan Sdr. Dannung melakukan
perbuatan ini di Jalan Rambutan, dan tidak terdapat unsur kekerasan atau ancaman
kekerasan. Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa Pasal 363 Ayat (1) Ke-4
KUHP lebih sesuai dalam kasus ini, yang mengenai tindakan pencurian yang dilakukan
secara bersekutu.

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan oleh penulis di atas,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Pertama, perbuatan yang
dilakukan oleh terdakwa dapat dikategorikan sebagai tindak pidana pencurian
yang dilakukan secara bersekutu, sebagaimana diatur dalam Pasal 363 Ayat (1)
Ke-4 KUHP. Kedua, Putusan Pengadilan Negeri Linggau Nomor
203/Pid.B/2021/PN.LLG dalam menghukum suatu tindak pidana tidak sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Kesimpulan ini didasarkan pada analisis fakta-
fakta yang telah dijelaskan sebelumnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan
peninjauan ulang terhadap putusan tersebut agar sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA
fachmi, Kepastian Hukum Mengenai Putusan Batal Demi Hukum Dalam Sistem
Peradilan Pidana Indonesia, Cet 1 (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2011)

1308
Tindak Pidana Pencurian Yang Dilakukan Secara Bersekutu Studi
Putusan Nomor 203/Pid.B/2021/Pn.Llg
Putra, Tawang
Jurnal Reformasi Hukum Trisakti Vol. 5 No. 4 November 2023
Doi : 10.25105/refor.v5i4.18581

Hamzah, Andi, Delik-Delik Tertentu (Speciale Delicten) Di Dalam Kuhp, Ed. By


Maya And Tarmizi, Kedua Ceta (Jakarta: Sinar Grafika, 2016)
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta, 2008)
<Https://Simpus.Mkri.Id/Opac/Detail-Opac?Id=5490>
Saputra, Rian Prayudi, ‘Perkembangan Tindak Pidana Pencurian Di
Indonesia’, Jurnal Pahlawan, 1.1 (2019), 45–52
Soekanto, Soerjono, And Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Cetakan Ke (Jakarta: Rajawali Pers., 2015)
Wicaksono, Haryo, Budiyono, And Haryanto Dwiatmodjo, ‘Penerapan Pasal 363
Kuhp Tindak Pidana Pencurian Dalam Keadaan Memberatkan (Tinjauan
Yuridis Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Cilacap Nomor
235/Pid.B/2015/Pn.Clp) Application’, Soedirman Law Review, 3.1 (2021),
151–60
Yunettri, Helmi, And Abadi B. Darmo, ‘Disparitas Penjatuhan Hukuman Pidana
Dalam Perkara Pencurian (362 Kuhp) Di Pengadilan Negeri Jambi’, I (2009),
188–250

1309

Anda mungkin juga menyukai