Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL JOURNAL REVIEW

“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES CLEAVAGE”


Dosen Pengampu : Adriana Yulinda Dumaria Lbn.Ga M.Kes Dra

Disusun Oleh :
Nama : Rika Malem Margaretta br Gurusinga
NIM : 4221141022
Kelas : PSPB 22D
Mata Kuliah : Perkembangan Hewan

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
Rasional Pentingnya CJR.............................................................................................................4
Tujuan Penulisan CJR..................................................................................................................4
Manfaat CJR................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
IDENTITAS JURNAL...................................................................................................................5
2.1 Identitas Jurnal.......................................................................................................................5
2.1.1 Identitas Jurnal Pertama..................................................................................................5
2.1.2 Identitas Jurnal Kedua.....................................................................................................6
BAB III............................................................................................................................................7
RINGKASA ISI JURNAL..............................................................................................................7
3.1 Ringkas Jurnal Pertama..........................................................................................................7
3.2 Ringkasan Jurnal Kedua.......................................................................................................10
BAB IV..........................................................................................................................................13
KESIMPULAN..............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14

2
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan pengetahuan sehingga CJR yang disusun untuk memenuhi tugas
CJR mata kuliah Perkembangan Hewan.
Saya berharap semoga CJR ini bisa menambah pengetahuan para pembaca, namun
terlepas dari itu saya memahami bahwa CJR ini masih jauh dari kata sempurna sehingga saya
sangat mengahrapkan krtitik serta saran yang bersifat membangun demi tercipatnya CJR yang
lebih baik lagi untuk kedepannya.

Medan, October 2023

Rika Malem Margaretta br Gurusinga

3
BAB I

PENDAHULUAN

Rasional Pentingnya CJR


Critical Journal review merupakan suatu bentuk kritik sastra dimana kita menganalisisi
jurnal dengan melihat dari sisi isi, gaya bahasa, dan kejelasan. Metode ini sangat penting karena
dengan cara ini kita beroikir lebih mendalam tentang sebuah jurnal yang telah kita baca dan
untuk menunjukkan pemahaman kita.

Tujuan Penulisan CJR


Adapun tujuan dari tugas yang saya buat yaitu :
 Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Hewan
 Memahami dan menganalisis kelebihan dan kekurangan dari dua jurnal yang berbeda
 Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam suatu jurnal

Manfaat CJR
Adapun manfaat dari tugas yang saya buat adalah :
 Untuk menambah wawasaan tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
cleavage

4
BAB II

IDENTITAS JURNAL

2.1 Identitas Jurnal


2.1.1 Identitas Jurnal Pertama
Identitas Jurnal

Judul Jurnal : Aktivitas Uji Anitimitotik


Senayawa asam ASAM
HEKSADEKANOAT ISOLAT
DARI HYDROID Aglaophenia cupressina
Lamoureoux PADA
CLEAVAGE BULU BABI Tripneustes
gratilla Linn.

Pengarang : Sjafaraenan dan Eva Johannes

Tahun : 2016

5
2.1.2 Identitas Jurnal Kedua
Identitas Jurnal

Judul Jurnal : Produksi


Parthenogenetik Blastosis Mencit
Sebagai Sumber Stem
Cell

Pengarang : Ratih Rinendyaputri,


Uly Alfi Nikmah

Tahun : 2013

6
BAB III

RINGKASA ISI JURNAL

3.1 Ringkas Jurnal Pertama


Sel zigot bulu babi mempunyai sensivitas selektif terhadap obat dan mengalami tahapan
pembelahan seperti halnya sel kanker, sehingga banyak digunakan dalam penelitian zat anti
kanker. Misalnya, untuk melihat pengaruh suatu senyawa dalam menghambat laju pembelahan
dan pertumbuhan sel atau yang sering disebut sebagai sifat antimitotik. Mekanisme ini juga
merupakan indikator yang dapat digunakan dalam menemukan senyawa-senyawa yang dapat
dijadikan bahan dalam pembuatan obat anti kanker. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Gisella (1994) bahwa pada umumnya kerja dari anti kanker berdasarkan atas gangguan pada
salah satu proses sel yang esensial. Pada sel kanker maupun sel normal tidak mengalami
perbedaan yang kualitatif, maka bahan anti kanker bersifat sitotoksik dan bukan kankerosid atau
kankerotoksik yang selektif.
Sel kanker adalah sel yang mengalami perubahan bentuk, sifat dan kinetiknya.
Pertumbuhannya menjadi otonom, liar, tidak terkendali, lepas dari koordinasi pertumbuhan
normal. Perubahan sel itu terjadi karena mutasi gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi
sel yaitu proto-onkogen dan anti- onkogen (Soekarja,2000). Berbagai usaha dilakukan untuk
mencegah dan menyembuhkan penyakit kanker, salah satu diantaranya adalah pencarian
senyawa dari bahan alam.
Hydroid (filum Coelenterata) merupakan invertebrate laut yang hidup menempel pada
karang, kaya akan senyawa kimia seperti: alkaloid, steroid, terpenoid, histamine yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. Hasil isolasi dan karakterisasi metabolit sekunder
hydroid A. cupressina Lamoureoux menunjukkan bahwa senyawa bioaktif dari golongan asam
karboksilat, alkaloid dan steroid, menunjukkan toksisitas terhadap Artemia salina ( Johannes,
2008).
Penelitian ekstrak hydroid yang telah dilakukan, seperti pemanfaatannnya untuk
pengujian sebagai bahan anti fungi, anti bakteri, dan obat-obatan lainnya, diperoleh hasil yang
menunjukkan adanya pengaruh yang berarti dari ekstrak ini. Berdasarkan hasil penelitian

7
tersebut, maka dilakukanlah penelitian mengenai aktivitas antimitotic senyawa asam
heksadekanoat isolat dari hydroid A. cupressina Lamoureoux terhadap pembelahan sel zigot bulu
babi T. gratilla Linn.

Hasil Pengamatan Pada Cleavage T. gratilla Linn. Setelah 2 Jam Perlakuan Dengan
Kontrol Positif Vinkristin
Vinkristin merupakan senyawa yang digunakan sebagai pembanding (konntrol positif)
dalam penelitian ini, namun perlakuan konsentrasi (dosis) yang diberikan lebih rendah,
dikarenakan vinkristin telah menjadi obat anti tumor maupun kanker sehingga menjadi
pembanding bagi penelitian ini, hal tersebut bisa dilihat dari hasil pengamatan kontrol positif
vinkristin yang menunjukkan nilai penghambatan rata-rata pada konsentrasi 0,01 μg/ml
mencapai nilai 26,55 %, dan pada konsentrasi 0,1 μg/ml mencapai nilai 41,33 %, hal ini
menunjukkan bahwa penghambatan sel zigot kurang dari setengahnya. Namun pada konsentrasi
1 μg/ml mencapai nilai 59,77 %, yang artinya penghambatan pada cleavage T. gratilla Linn.
lebih dari setengahnya. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa senyawa uji asamheksadekanoat
mempunyai kesamaan sifat dengan kontrol positif (vinkristin) yang bersifat antimitotik.
Sedangkan pada kontrol negatif (air laut) menunjukkan bahwa hampir semua sel zigot
mengalami pembelahan.

Penentuan IC50 (Inhibitory Concentration 50%)


Penentuan IC50 (Inhibitory Concentration 50%) dilakukan untuk mengetahui kadar
terendah dari senyawa uji (asam heksadekanoat) yang dapat digunakan untuk menghambat
proses pembelahan setengah dari sel zigot bulu babi T. gratilla Linn. yang diujikan, dengan
kontrol negatif (air laut) serta kontrol positif (vinkristin). Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan ( Usman, 2012) bahwa aktivitas sitotoksik ditetapkan berdasarkan nilai IC50 yaitu
kadar yang dibutuhkan ekstrak untuk menghambat pertumbuhan sel uji hingga 50 %.
Uji toksisitas biasanya dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan dan keberbahayaan
zat yang akan diuji. Berdasarkan ketentuan, suatu senyawa murni oleh Thomson, dkk. (2001),
bahwa uji aktivitas antikanker didasarkan pada adanya efek toksik pada sel (sitotoksik). Salah
satu uji efek sitotoksik adalah dengan menggunakan metode antimitotik yaitu penghambatan

8
pembelahan sel zigot bulu babi. Dalam metode ini penghambatan pembelahan sel dihitung
sebagai IC50.
Pengamatan aktivitas antimitotik yang menggunakan zat pewarna (acetocarmine), dalam
proses mitosis berdasarkan gambar diatas yang diambil menggunakan mikroskop DINO pada
perbesaran 100 kali, zat tersebut memberi warna merah pada zigot yang akan diamati, dimana
inti sel (nucleus) dari sel zigot bulu babi (T. gratilla Linn.) tidak mengalami pembelahan, seperti
terlihat pada gambar diatas. Tampak pada gambar bahwa inti sel tidak mengalami pembelahan
dikarenakan dinding sel masih utuh , berdasarkan sifat dari kontrol positif (vinkristin) kita
ketahui bahwa dalam proses mitosis, vinkristin bersifat antimitotik dikarenakan mekanisme kerja
dari vinkristin yaitu menghambat cara kerja dari benang spindle yang menarik kromosom kedua
kutub yang berlawanan pada tahap metaphase. Hal tersebut kita tidak dapat lihat pada gambar
diatas dikarenakan mikroskop yang tidak memadahi dalam penelitian ini.
Adapun factor-faktor yang mempengaruhi cleavage :
1. Mekanisme pembelahan : pembagian kromosom & sitoplasma
2. Factor organisasi telur : emnentukkan bidang pembelahan embrio
3. Factor Amphiaster : terjadi pada polispermi
4. Perumahan viskositas ooplasma mulai dari fertilisasi sampai pembelahan
5. Julmah ddan distribusi yolk
6. Adanya sitoplasma

9
Pembagian awal zigot menjadi beberapa sel tanpa peningkatan ukuran, hanya partisi isi,
pembelahan dari satu sel menjadi blastosit.

3.2 Ringkasan Jurnal Kedua


Zigot adalah hasil dari fertiisasi ovum dengan spermatozoa dan bersipat diploid. Di
dalam zigot terdapat satu sel kromosom, karena pada waktu fertilisasi sel sperma membawa
setengah informasi genetic dari ayah dan setengah dari ibu yang sama-sama bersipat haploid
(n+n =2n). zigot memiliki 2 kutub yaitu kutub animal dan kutub vegetal.

10
Cleavage merupakan proses pembelahan sel paling awal dan teratur setelah fertlisasi
selesai yang dialami oleh sel tunggal zigotik meuju proses kedewasaan. Cleavage ini
menciptakan embrio multiseluler atau blastula dari zigot. Pembelahan atau cleavage juga disebut
segmentasi dan proses pembelahannya diaktivasi oleh enzim MPF, dengan pembelahan tersbeut
zigot yang mulanya uniseluler berubah menjadi multiseluler.

Gambar 1 ; serangkaian pembelahan sel secara mitosis yang mengubah zigot (unisel) menjadi blastomer
(multisel)

Ciri-ciri pembelahan atau cleavage

Menurut balinsky, pembelahahan sel memiliki beberapa ciri diantaranya :

1. Zygot ditransformasi melalui serangkaian pembelahan mitosis dari keadaan uniseluller ke


multiseluler
2. Ukuran embrio relative tidak bertambah
3. Bentuk umum embrio tidak berubah kecuali terbentuknya rongga blastocoel
4. Tranformasi dari bagian substansu sitoplasma menjadi substansi inti perubahan-
perubahan kulaitatif komposisi telur terbatas
5. Bagian-bagian utama sitoplasma telur tidak digantikkan dan tetap pada posisi yang sama
seperti telur pada awal pembelahan

Pembelahan zygot berbeda dengan pemeblahan mitosis biasa yang berlangsung pada
stadium lanjut perkembangan dan pada organisme dewasa. Pada stadium lanjut perkmebangan,
sebelum sel membelah mereka mengalami perubahan ukuran kira –kira sama dengan ukuran sel
sebelum membelah. Jadi pada stadium lanjut perkenbangan atau pada organsime dewasa ukuran
sel rata-rata dipelahara pada setiap jaringan. Selama pembelahan zygot, urutan pembelahan
blastomer tidak meningkat hingga pembelahan berikutnya dimulai. Akibatnya setiap pembelahan
menghasilkan blastomer-blastomer dengan ukuran setengah dari bastomer asal. \

11
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola pembelahan atau cleavage :

Factor-faktor yang mempengaruhi pola pembelahan sel diantaranya :

1. Julmah dan distibusi yolk, yolk akan mempengaruhi polaritas pada zogot yang
mengakibatkan pembelahan menjadi tidak sempurna. Sel telur yang mengandung kuning
teur yang banyak dan perbesarannya tidak merata akan menyebabkan terhalangnya
pembelahan sel. Contohnya pada sel teur burung yang memiliki kuning telur yang
berlimpah, maka pembelahan selnya hanya terjadi pada satu kutub yaitu animal pole,
akibatnya blastomere yang dihasilkan ukurannya tidak seragama dan akan berdampak
pada letak blastocoels dari spesies hewan tersebut.
2. Adanya sitoplasma (robosom dan sentriol), yang sangat berpengaruh terhadap
pembelahan sel. Pada beberapa zigot hewan-hewan multiseluler sitoplasma juga terdapat
pada satu kutub zigot (animal pole), sehingga emblahan sel pada kutub ini berjalan lebih
cepat jika dibandingkan dengan kutub yang lain (vegetal pole).

Embrio parthenogenetik dianggap sebagai salah satu embrio “etis” karena bukan
merupakan hasil fertilisasi dan tidak dapat berkembang sempurna sehingga tidak dapat bertahan
hidup karena kegagalan pada proses implantasi seperti embrio hasil fertilisasi. Embrio
parthenogenetik dihasilkan dari sel telur yang diaktivasi dan berkembang menjad iembrio dengan
genom diploid tanpa kehadiran spermatozoa.3 Aktivasi sel telur dapat dilakukan dengan
menggunakan bahan kimia atau kejutan listrik. Embrio parthenogenetika akan berkembang
sampai tahap blastosis seperti embrio normal. Bagian inner cell mass (ICM) yang akan
berkembang menjadi fetus dijadikan sumber ESC line. ICM dapat berkembang biak dalam media
kultur optimal menjadi berbagai tipe sel tubuh dari 3 lapisan geminal (entoderm, mesoderm dan
ektoderm).2,3 Selain memecahkan masalah etik, embrio parthenogenetik sebagai sumber ESC
yang akan dimanfaatkan sebagai terapi mampu menghindari penolakan imun, hal ini dapat
terjadi karena blastosis partheno-genetik mempunyai satu set MHC sehingga dapat
meminimalisasi variasi ketidak cocokan MHC atau HLA. Penelitian ini bertujuan untuk
memproduksi blastosis parthe- nogenetik mencit yang dapat menjadi sumber ESC.

12
BAB IV

KESIMPULAN

1. Fase pembelahan (cleavage) pembelahan atau cleavage atau juga disbeut segmentasi,
terjadi setelah pembuahan. Zigot membelah berulang kali sampai terdiri dari berpulu sel
kecil, yang disebut blastomer
2. Macam-macam bidang pemblahan ini terus menerus tanpa diikuti sitoplasma. Macam-
macam bidang pembleahahn yaitu Meridin, vertical, Ekuatir, dan Latitudinak dan
Meroblastik.
3. Terdapat factor yang mempnegaruhi pembelahan yaitu jumlah yolk, fakot sitoplasma dan
factor keturunan
4. Pembelahan zigot memblah menjadi banyak bastomer. Blastomer berkumpul memebntuk
salah satu stadium yang mmepersiapkan embrio utnuk menyusun kembali sejumlah sel
pada tahap perkembangan selanjutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Tripneustes gratilla Linn.

babi, A. U. (2016). Sjafaraenan dan Eva Johanes. Jurnal Biologi Makasar, Vol 1.
No 1.

Cell, P. P. (20113). Ratih Rinendyaputri Uli Alfi Nikmah. junral kesehatan.

14

Anda mungkin juga menyukai