Anda di halaman 1dari 13

REKAYASA IDE (RI) PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“Penerapan Punishmen (hukuman) Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar


Siswa”

Dosen Pengampuh :
Dr. Zuraida Lubis, M.Pd., Kons
Syahrial, M.pd.

Kelompok VI :
1. Chores Maruli Tua Sinaga (4223141030)
2. Desi Natalia Sirait (4223141021)
3. Edi Syahputra Nasution (4222341001)
4. Rika Malem Margaretta Br Guru singa (4221141022)
5. Sri Tama Rotua Sianturi (4223341013)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Rekayasa Ide untuk mata kuliah PSIKOLOGI PENDIDIKAN.
Terwujudnya Rekayasa Ide ini tidak terlepas dari bimbingan dan dorongan serta arahan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dengan kesempatan ini,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Syahrial, M.Pd selaku dosen mata
kuliah psikologi pendidikan yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Rekayasa Ide
ini.
Penulisan Rekayasa Ide ini bertujuan agar pembaca dapat lebih memahami materi
yang telah penulis sajikan. Penulis sadar bahwa dalam penulisan Rekayasa Ide ini banyak
sekali kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembacaagar penulisan Rekayasa Ide ini dapat lebih baik lagi. Akhirnya penulis
mengucapkan semoga Rekayasa Ide ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat lebih
mengerti tentang materi yang telah penulis sajikan.

Medan, April 2023

Penulis
Kelopok VI
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................4
1.2 TUJUAN......................................................................................................4
1.3 MANFAAT..................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................5
ORIGINALITAS IDE DAN KONTEKS SOSIALNYA......................................5
2.1 ORIGINALITAS IDE.................................................................................5
2.2 KONTEKS SOSIAL....................................................................................8
BAB III.................................................................................................................9
PERANGKAT YANG DIBUTUHKAN UNTUK MELAKUKAN INOVASI....9
3.1 Guru Yang Profesional.................................................................................9
3.2 Bimbingan Konseling (BK).........................................................................9
3.3 Orang Tua..................................................................................................10
BAB IV............................................................................................................11
IDE TURUNAN DAN KONTEKS SOSIALNYA..........................................11
4.1 Peluang Keterwujudan...............................................................................11
4.2 Nilai-nilai inovasi......................................................................................11
4.3 Perkiraan dampak......................................................................................11
BAB V................................................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................................12
KESIMPULAN...............................................................................................12
SARAN............................................................................................................12
DAFTAR ISI.......................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat urgent untuk membentuk
generasi
yang siap mengganti tongkat estafet generasi tua dalam rangka membangun masa depan.
Karena itu pendidikan berperan memperkenalkan kemampuan baru kepada mereka agar
mampu mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamik.
Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah
merumuskan secara tegas mengenai dasar, fungsi, dan tujuan Pendidikan Nasional. Pasal
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
memuat dasar pendidikan nasional, yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Salah satu cara untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut di atas dapat ditempuh
melalui pendidikan formal yang dilaksanakan di sekolah yang biasa disebut kegiatan
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran sampai sekarang masih berfokus pada guru
sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama sebagai
metode pembelajaran, serta kurangnya perhatian guru terhadap faktor eksternal dalam
pembelajaran. Untuk itu diperlukan cara untuk memberi dorongan kepada siswa agar
lebih aktif belajar. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa adalah dengan melakukan pendekatan emosional, rasional, dan fungsional,
baik secara bersama atau kolektif untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, kemudian
memberikan reward dan punishment kepada siswa.
Dengan demikian, maka dapat dipahami betapa pentingnya reward dan punishment
sebagai suatu alat yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan
adalah usaha membentuk spektrum intelegensi manusia yang sasarannya bukan hanya
intelegensi akademik tetapi juga harus meliputi intelegensi emosional, estetika,
dan interpersonal.

1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari rekayasa ide ini dibuat adalah untuk pemenuhan tugas Psikologi
Pendidikan dan untuk mengetahui lebih dalam tentang Psikologi Pendidikan. Rekayasa
Ide ini juga bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang cara guru menyikapi
pembedaan karakteristik, potensi dan emosi dan siswa.
1.3 MANFAAT
Adapun manfaat Rekaya Ide ini ialah supaya penulis dapat menyumbangkan
pemikirannya terhadap permasalahan yang diangkat dan juga menambah pengetahuan
tentang hal tersebut tidak hanya itu dengan dibuatnya rekayasa ide ini semoga tujuannya
dapat terlaksana.

BAB II
ORIGINALITAS IDE DAN KONTEKS SOSIALNYA

2.1 ORIGINALITAS IDE


Menurut Budianingsih (Ernata, 2017) Reward dan punishment merupakan suatu
bentuk teori penguatan positif yang bersumber dari teori behavioristik. Menurut teori
behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi
antara stimulus dan respon.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hukuman adalah peraturan yang dibuat oleh
satu kekuasaan atau adat yang dianggap berlaku oleh dan untuk orang banyak. Artinya
bahwa ganjaran suatu aturan yang dibuat untuk mengatur pergaulan hidup dalam hal ini
pergaulan hidup peserta didik yang berada di sekolah.
Ide yang akan Tim Penulis buat pada dasarnya adalah ide yang bertujuan untuk
membantu guru dalam mengenali macam-macam pemberian punishmen, tujuan
pemberian punishmen, dan prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan
punishmen, serta membantu guru dalam menyikapi perbedaan karakteristik siswa,
potensi, dan emosi siswa. Ide yang dapat diberikan Tim Penulis adalah meningkatkan
pelayanan konseling di sekolah serta meningkatkan profesionalisme seorang guru, dan
memberikan pemahaman tentang hal yang dapat dilakukan seorang guru dalam
menyikapi perbedaan karakteristik, potensi dan emosi siswa.
Sebagai seorang tenaga pendidik, ada beberapa hal yang dapat diketahui macam-
macam dalam pemberian punishment (hukuman) bila dilihat dari segi cara memberikan
punishment, maka punishmen terbagi menjadi empat macam, yaitu :
a) Punishment dengan isyarat.
Punishment semacam ini dijatuhkan kepada sesama atau siswa dengan cara memberi
isyarat melalui mimik dan juga pantomimik. Misalnya dengan mata, raut muka, dan
bahkan ganjaran anggota tubuh.
b) Punishment dengan perkataan.
Punishment dengan perkataan dimaksudkan sebagai punishment yang dijatuhkan
kepada siswa dengan melalui perkataan.
c) Punishment dengan perbuatan.
Punishment ini diberikan kepada siswa dengan memberikan tugas-tugas terhadap
siswa yang bersalah. Misalnya dengan memberi pekerjaan rumah yang jumlahnya
tidak sedikit.
d) Punishment (hukuman) badan.
Punishment (hukuman) badan adalah punishment yang dijatuhkan dengan cara
menyakiti badan siswa baik dengan alat atau tidak. Misalnya memukul, mencubit,
dan lain sebagainya.
Adapun tujuan pemberian punishmen dalam pendidikan terbagi dua yaitu sebagai
berikut :
a) Alat Pendidikan Preventif, adalah alat pendidikan yang bersifat mencegah, yaitu
menjaga agar hal-hal yang dapat mengganggu atau menghambat kelancaran proses
pendidikan bisa dihindarkan. Contohnya, tata tertib, anjuran dari perintah, larangan,
paksaan dan disiplin.
b) Alat Pendidikan Represif, disebut juga alat pendidikan kuratif atau korektif. Alat
pendidikan yang berfungsi ketika terjadi pelanggaran peraturan, maka alat tersebut
penting untuk menyadarkan kembali kepada hal-hal yang baik, benar dan tertib.
Contohnya: pemberian teguran, peringatan dan hukuman.
Dalam pemberian punishmen, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
memberikan hukuman terhadap anak :
a. Hukuman yang diberikan harus secara logis berhubungan dengan tingkah laku
yang salah baik dalam tipenya maupun besarnya.
b. Hukuman yang ditimpakan janganlah berlebihan, karena anak akan lebih
memusatkan pikirannya kepada ketidakadilan yang ia terima daripada
memperbaiki kesalahan yang ia lakukan.
c. Bentuk hukuman harus bertalian dengan bentuk pelanggaran.
d. Janganlah menghukum anak karena tidak melakukan sesuatu yang tidak
mungkin ia lakukan.
Setelah mengetahui pentingnya penerapan hukuman dalam proses
pembelajaran, bagaimana kita dapat mengimplentasikannya dalam kelas. Berikut ini,
beberapa cara yang dapat dingunakan :
a. Buat Aturan yang Jelas
Buat aturan yang jelas bagi siswa dalam kelas. Aturan harus mencakup
perilaku yang diharapkan dan konsekuensi yang akan diberikan jika aturan
dilanggar. Pilihlah kata-kata yang positif dan hindari kata-kata yang
berkonotasi negatif.
b. Berikan Hukuman secara Adil dan Seimbang
Berikan Hukuman secara adil dan seimbang terhadap perilaku negatif
siswa. Hindari memberikan hukuman yang merendahkan atau merugikan
siswa. Hukuman verbal seperti teguran atau peringatan, atau hukuman
fisik seperti menghukum siswa dengan duduk di pojok kelas, dapat
dingunakan sebagai bentuk hukuman.
Beberapa siswa terkadang ada dalam suasana hati yang tidak baik, atau sedang
mengalami rasa malas belajar, sehingga guru juga harus memutar otak untuk tetap bisa
menciptakan suasana belajar yang kondusif.
Meski begitu, sebagai guru kita tidak bisa marah-marah saat sedang emosi. Kita harus
mempertimbangkan banyak hal sebelum meluapkan emosi kita. Untuk itu, penting bagi
guru untuk mengetahui hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk mengontrol emosi.
Cara guru mengendalikan emosi marah pada anak yaitu memberikan nasehat dan
pemahaman kepada anak bahwa kemarahan tidak boleh dilakukan dengan tindakan fisik
atau kata-kata kasar karena akan membuat anak merasa tidak nyaman.
2.2 KONTEKS SOSIAL
Ide yang dikemukakan oleh penulis dapat dipraktekkan oleh pihak sekolah, guru yang
mengajar di kelas, serta guru BK. Ide atau gagasan ini bertujuan untuk membantu guru
dalam menyikapi perbedaan karakteristik, potensi, dan emosi siswa. Tujuan lain dari
ide/gagasan ini adalah agar tidak terjadi kekerasan fisik di sekolah, dapat meningkatkan
semangat belajar siswa, meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, meningkatkan
chemistry (kedekatan) antara guru dan siswa, membuat siswa merasa nyaman berada di
sekolah, dan membuat proses belajar mengajar yang kondusif. Ide atau gagasan ini
diharapkan dapat berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan.
BAB III
PERANGKAT YANG DIBUTUHKAN UNTUK MELAKUKAN INOVASI

3.1 Guru Yang Profesional


Peran guru sangat signifikan dalam proses kedisiplinan dan belajar mengajar.
Peran guru dalam proses kedisplinan dan belajar mengajar meliputi motivator,
evaluator. Yang akan dikemukakan sebagai berikut :
a. Motivator yaitu meningkatkan kegiatan dan pengembangan kedisiplinan dan
belajar siswa. Dengan memberikan dorongan memberi respon positif untuk
membangkitkan semangat siswa. Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan
aspek dinamis yang sangat penting. Kemampuan yang kurang bukan menjadi
penyebab peserta didik kurang berprestasi tetapi dikarenakan tidak adanya
motivasi untuk belajar sehingga siswa tidak berusaha maksimal untuk
kemampuanya.
b. Evaluator yaitu seorang guru dituntut untuk menjadi seorang penilaian yang baik
dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek kepribadian siswa
yakni aspek nilai. Sebagai evaluator guru dapat memberikan penilaian yang
menyentuh dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ada kecenderungan
bahwa peran guru sebagai evaluator, guru memiliki otoritas untuk menilai sikap
disiplin dan prestasi siswa dalam bidang akademik maupun tingkah laku
sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana siswa berhasil atau tidak.

3.2 Bimbingan Konseling (BK)


Kedisplinan yang dilatih oleh guru BK ini merupakan salah satu kunci agar
siswa dan siswi terbiasa disiplin. Disiplin merupakan sikap yang harus dijadikan
kebiasaan dalam hidup baik di sekolah maupun masyarakat. Lembaga pendidikan
meletakkan kedisiplinan sebagai hal penting yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari proses pendidikan. Dan karakter disiplin akan mengalir dari
kebiasaan kanak-kanak. Inilah tujuan dari guru BK melatih kedisiplinan agar siswa
terbiasa dalam berdisiplin.
Pihak sekolah telah sepakat bahwa dalam mendidik siswa di sekolah tidak ada
bentuk kekerasan apapun oleh guru. Ketika merancang sebuah program hukuman,
guru harus mempertimbangkan efek yang akan terjadi kedepan. Konselor professional
harus menyadari bahwa hukuman sering kali tidak sepenuhnnya mengurangi perilaku
yang tidak diinginkan. Tujuan guru memberikan hukuman adalah agar siswa tidak
menggulangi lagi kesalahan yang sama dimasa yang akan datang. Selain itu, hukuman
tersebut juga dimaksudkan agar bermanfaat bagi masa depan siswa dalam
membiasakan disiplin.
3.3 Orang Tua
Penerapan punishment merupakan salah satu cara Orangtua untuk meningkat
motivasi belajar anaknya dengan cara memberikan hadiah. Penerapan reward dapat
dilakukan karena termasuk salah satu dari sifat motivasi ekstrinsik atau motivasi yang
disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar.
a. Teguran
Teguran merupakan salah satu bentuk dari penerapan punishment yang bisa
dilakukan oleh Orangtua kepada anaknya. Teguran terjadi karena sebagai akibat
dari sebuah kesalahan. Bentuk dari teguran itu berupa menasehati anak dan sebuah
kata perintah.
b. Peringatan
Peringatan merupakan salah satu bentuk dari penerapan punishment yang bisa
dilakukan oleh Orangtua kepada anaknya. Peringatan terjadi karena setelah
Orangtua memberikan teguran kepada anaknya, namun anak tidak
menggubrisnya.
c. Hukuman
Hukuman merupakan salah satu bentuk dari penerapan punishment yang bisa
dilakukan oleh Orangtua kepada anaknya. Hukuman dalam hal ini adalah
hukuman yang mendidik dan yang akan membuat anak memahami berprilaku baik
itu akan menghindarkan mereka dari hukuman tersebut.
BAB IV
IDE TURUNAN DAN KONTEKS SOSIALNYA

4.1 Peluang Keterwujudan


Menurut kami peluang ide yang kami berikan 79% dapat mengubah cara pengajar
terhadap anak. Pemahaman proses perkembangan peserta didik yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar. Hal ini penting agar dapat dilakukan penyesuaian dengan tahap
perkembangan ranah cipta peserta diklat sehingga mereka lebih mudah mencerna
dan memahami materi yang disampaikan. Contoh nyata adalah ketika penulis
berada di kelas diklat PBJ. Belajar itu berhasil bila disadari telah ditemukan clue
atau hubungan diantara unsur-unsur dalam masalah itu sehingga diperoleh insight
atau wawasan. Insight dapat timbul dengan tiba-tiba, dapat pula secara berangsur-
angsur atau dengan susah payah.

4.2 Nilai-nilai inovasi


Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan, atau imbalan. Reward sebagai alat
pendidian diberikan ketika seorang anak melakukan sesuatu yang baik, atau telah
tercspainya sebuah tagrget. punishment sebagai bentuk reinforcement yang
negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi
bagi siswa.

4.3 Perkiraan dampak


Dampak yang mungkin timbul dalam punishment jika diberikan secara tepat dan
bijak bias menjadi alat motivasi bagi siswa dan reward salah satu alat untuk
peningkatan motivasi para peserta didik atau memebrikan peserta didik
penghargaan./

a)
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Hukuman positif merupakan hukuman yang tidak menggunakan kekerasan fisik
maupun teguran yang membuat seseorang itu trauma. Hukuman positif ini adalah
hukuman yang tidak menimbulkan kesan yang tidak menyenangkan terhadap siswa
siswi. Dalam memberikan hukuman positif, guru tetap mengoreksi kesalahan siswa
siswi, namun hukuman positif ini jarang digunakan oleh lembaga pendidikan.
Padahal hukuman positif ini sangat memberikan efek positif bagi siswa-siswi di
sekolah, karena dengan hal ini mereka lebih merasakan bimbingan dari pada
hukuman fisik. Dalam memberikan hukuaman maka sebaiknya guru dapat melihat
efek yang terjadi setelah adanya hukuman, apalagi hukumna yang bersifat negatiif
kepada peserta didik di sekolah. Karena seperti kita ketahui bahwa hukuman
negative tidak akan bertahan lama. Dibandingkan dengan hukuman dengan hukuman
positif. Karena jika hukuman positif diberikan kepada siswa maka akan beebekas
pada fikiran siswa, karena hukuman positif itu bersifat mendidik ataupun berbentuk
bimbingan. Maka dari itu guru bimbingan konseling harus mengetahui lebih banyak
dalam mendidik siswa dan mengubah karakter siswa tetap menjadi anak-anak baik
dan berakhalak mulia. Maka hukuman ini ditunjukan untuk memperbaiki tingkah
laku yang buruk menjadi baik, setelah anak menyadari dan menyesali perbuatan
salah yang telah dilakukanya di sekolah.

SARAN
Diharapkan kepada guru atau calon guru untuk memberikan motivasi kepada
siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan tidak hanya itu guru juga harus
bisa memahami karakteristik para peserta didiknya sehingga memudahkan dia untuk
memberikan pelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar yang tinggi.
DAFTAR ISI
Ali, M. Aisyah. 2018. PENDIDIKAN KARAKTER : Konsep dan Implementasi Edisi
Pertama. Jakarta: KENCANA.
Haris, N., St. Maryam & N. Mukhlisa. 2021. Penerapan Metode Reward And Punishment
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Kelas Lima Di Kabupaten Barru.
Journal Of Education. Vol. 1, No. 2 (132-143).
Rosyid, Z. & A. R. Abdullah. 2018. Reward & Punishment Dalam Pendidikan. Malang:
Literasi Nusantara.
Sur, A. A. W. & Y. M. Lingga. 2020. Reward and Punishment dalam Pembelajaran Berbasis
Masalah untuk Meningkatkan Kreativitas Belajar Matematika Siswa. Jurnal Equation.
Vol.3, No.1 (89-101).
Taslima. 2018. Pemberian Hukuman Positif Guru Bimbingan Konseling Di SMP N 1
KALASAN Yogyakarta. Jurnal Transformatif. Vol.2, No.2 (187-202)

Anda mungkin juga menyukai