Anda di halaman 1dari 5

“UNSEEN”

-situasi/kejadian/sisi yang tidak terlihat/tidak diketahui-


Narasi

(scene 1 : situasi kehidupan desa pada pagi hari + berbagai aktivitas warga di halaman rumah)
Kembali ke masa peradaban bali kuno yang memperlihatkan kehidupan sebuah desa yang
bernama -Desa Tiapi- yang telah menghidupi banyak keluarga di dalamnya.

Tiap keluarga memiliki kisah, cinta dan rahasianya masing-masing.


Satu kisah, cinta dan rahasia ini akan kita dengarkan dalam pertunjukan “Judul Drama”.
(setelah penyebutan judul lanjut tarian kontemporer kecil”an dengan music happy, gerakannya
yg ngewakilin masing”aktivitas warga desa)

(scene 2 : fokus ke satu keluarga utama /Keluarga sederhana, Bapak, Ibu, 1 Anak Perempuan/)
Bapak : suka pelihara ayam, petani, pembawaan senang bercanda, ambis dan penenang suasana
Ibu : ibu rumah tangga, pedagang sayur di pasar
Anak : gadis, pelayan di puri, belum pernah jatuh cinta

Disini, situasi pagi hari yang biasa dilakukan keluarga utama diperlihatkan :
- Bapak dengan ayam didepan rumah
- Ibu menghampiri bapak, memberikan teh/kopi, sambil bertanya “bapak tidak ke sawah hari
ini?”
- Ayah menjawab dia akan mengikuti acara tajen tertutup didesa hari ini
- Ibu menasehati dengan nada ngomel, agar waspada di tempat tajen, apalagi Bapak tidak pandai
tajen dan banyak bandit yg menawarkan pinjaman uang secara cuma” dilokasi (konteks nya
krna orang tajen pasti perlu uang lebih untuk toh”an pas tajen)
- Bapak mengelak dengan berusaha menenangkan ibu agar tdk khawatir, dengan mengatakan dia
tidak mengikuti tajen yang menggunakan judi uang didalamnya (padahal boong) dan ibu
mengiyakan dengan tetap khawatir
- Anak perempuan datang dan menghampiri orangtuanya untuk meminum teh bersama dan
bercerita tentang antusiasnya bekerja di hari pertama sebagai dayang di puri
- Mereka saling berpamitan (Bapak pergi tajen, Ibu berjualan ke pasar, Anak ke puri sebagai
dayang)

(scene 3 : situasi area tajen)


Sobat Bapak : humble, ambis, kocak, nempel terus sm bapak, belum nikah
Sepasang Bandit : ya bandit pasar pada umumnya, suka menjebak dengan meminjamkan uang
Si Penantang : ambis, keras, kaya, terkenal sering menang tajen

- Bapak pergi dengan 1 sobat karib nya yg ingin ikut tajen tapi belum pernah ikut, mereka
keliling” sambil mengamati alur berjalannya tajen
- Giliran ayam si Bapak bertarung (tarian kontemporer tajen ayam 1)
- Bapak menang, ia senang dan mendapat uang toh”an dari lawannya, ia mendapat banyak tepuk
tangan
- dalam pergantian sesi, si Bapak mendengar kabar bahwa ada penantang yg meng-toh kan
banyak uang nya untuk lawan selanjutnya,bapak yg sifatnya ambis bertekat ingin menantang si
lawan, namun si Sobat langsung bertanya “apakah uang mu cukup?”, mendengar itu si Bapak
terdiam, mereka berdua terdiam
- tiba” 2 laki” sangar datang dan berkata “perlu uang?, mau kita pinjemin dulu?, ga perlu syarat
apa” kok” dengan intonasi yg merayu. Bapak dan Sobat bingung, namun langsung di setujui,
bapak lalu menerima uang dengan nominal yg leih besar dari si penantang tadi.
- Bapak ber tajen kembali (tarian kontemporer tajen ayam 2_final)
- Ayam bapak kalah, semua uang bapak menjadi hak milik si penantang
- Bapak dan sobat ketakutan dan bingung, mereka lalu berlari menghindari sepasang bandit tadi
(scene 4 : bapak dan sobat beristirahat dari kejaran bandit, latar lapangan desa/dibawah pohon)

- Bapak dan sobat ngos”an dan beristirahat di bawah pohon/lapangan sambil tiduran
- Disini mereka diskusi mengenai solusi mengenai uang pinjaman tajen tadi, apakah si bapak
harus terus kabur/mencarikan uang pengganti
- Bapak bimbang, uang yg ia pinjam cukup banyak, bagaimana cara ia mendapatkan uang
sebanyak itu, namun ia tidak bisa terus”an menghindar, bandit itu pasti akan menemukan si
bapak bahkan keluarga nya dan itu akan menjadi bencana
- Si bapak bertekat mengembalikan uang itu dengan mencicil dan ragu akan memberitahu
keluarganya di rumah tentnag kejadian ini
- Bapak dan sobat berpisah, kembali ke rumah masing”

(scene 5 : situasi ibu jualan sayur di pasar)

- Situasi ramai di pasar antara penjual dan pembeli


- Semua dagangan pedagang lainnya ramai pembeli, namun tidak seperti biasanya hanya
dagangan ibu yg belum ada pembeli
- Di satu moment ada seorang pembeli yg menghampiri dagangan Ibu, Ibu antusias dan
menawari dengan ramah, namun pembeli itu hanya melihat’ saja, lalu pergi
- Ibu murung dan muncul dalam pikirannya “kenapa belum ada satupun yg membeli sayurku”
- Di satu moment, Ibu mendengar percakapan dari jauh antara satu pedagang dengan pembeli
nya, si pedagang itu bergosip bahwa sayur dagangan si Ibu tidak bagus kualitasnya dan si Ibu
menggunakan ilmu hitam untuk berjualan, hal ini yg membuat pembeli memandang jijik si ibu
dan tidak menghampiri dagangannya.
- Ibu yg mendengar, terdiam kesal
- Sampai waktunya untuk semua pedagang pulang dan berberes meninggalkan Ibu yg sedang
merapikan dagangannya dengan menahan air mata (hanua ada ibu di stage)
(scene 6 : Puri tempat Anak Peremuan bekerja sebagai dayang)

- Situasi di puri dengan dayang yg sedang bekerja mendampingi putra muda dari Puri
- Terdapat hal yg menjadi topik gosip antar dayang bahwa putra dari Puri dan dayang tidak bisa
saling memiliki, hal ini mereka gosipkan karena para dayang yg bekerja disana sangat terpesona
dengan putra muda Puri, namun hal ini yg membuat Anak Perempuan merasa heran, dan
muncul kalimat “seperti apasih wajah putra muda dari Puri ini?”
- Sampai disuatu moment saat para dayang menemani putra muda berjalan, Anak Perempuan
berusaha untuk menatap lebih dekat wajah Putra Puri dan tanpa disadari mereka berdua saling
menatap dengan waktu yg cukup lama (moment no dialog, hanya musik dan mereka berdua di
stage, gambaran ilusi klo mereka mulai memiliki rasa)
- Moment mereka berdua sadar dari ilusi tadi dan hanya saling senyum malu, dayang yg lain
hanya bingung heran memandangi mereka berdua
- Situasi para dayang berkumpul, mereka saling bercerita satu sama lain, namun si anak
perempuan hanya senang mendengarkan dayang lainnya bercerita
- Sampai dimana si Anak Perempuan bertanya “apakah yg terjadi jika dayang dekat dengan Putra
muda?”
- Seketika semua dayang terdiam, dan melihat kearah si Anak Perempuan, mereka lalu saling
merapatkan diri ke arah Anak Perempuan dan salah satu dayang berkata dengan bisik-bisik
“Katanya dulu ada dayang yg mencoba mendekati Putra Muda lalu nasib si dayang tidak
diketahui sampai sekarang dan Putra Muda itu adalah sang Raja di Puri ini sekarang”
- Mereka semua kemudian berbicara ricuh akan topik ini, dan Anak Perempuan hanya terdiam
kosong saja

(scene 7 : malam hari di rumah keluarga utama)


- Semua anggota keluarga tiba di rumah secara bersamaan
- Mereka semua terdiam dan langsung duduk sejajar
- Beberapa saat mereka hanya terdiam dan menghela nafas seperti orang yg kelelahan
- Sampai saatnya si Bapak mulai percakapan dan bertanya “bagaimana kabar kalian?” dengan
hela nafas yg panjang dan intonasi yg tidak semangat
- Ibu dan Anak Perempuan yg kebetulan berada di sebelah kanan dan kiri Bapak langsung
memeluknya sembari menangis
- mereka berdua menangis drama tanpa henti, Bapak hanya terdiam syok dan mengelus” pundak
anak dan istrinya, sembari mengatakan “iyaa tidak apa-apa” (konteks si bapak belum
mengetahui persoalan yg terjadi pada anak dan istrinya)
- Sampai disuatu moment, terdengar suara orang ramai yg mendekat ke arah rumah si keluarga
sederhana, tak disangka mereka membawa obor dan mengatakan “mana si Bapak, aku mencari
uang ku kembali!!”
- Ibu dan Anak Perempuan terheran” dan bingung, Bapak lalu menjawab dengan terbata bata
“tolong tenang dulu bapak-bapak, saya berniat untuk menemui bapak-bapak sekalian esok hari
untuk meminta keringanan akan uang yg sdh saya pinjam tadi”
- mendengar perkataan dari si Bapak, para bandit tadi langsung membentak dan menyeret
mereka ber 3 keluar rumah.
- Tak disangka, salah satu dari bandit itu melemparkan obor ke rumah si Bapak
- Kebakaran pun terjadi, Bapak, Ibu dan Anak Perempuan menangis histeris (posisi saling
merangkul satu sama lain)

(scene 8 : closing performance satu kls)


Done

Anda mungkin juga menyukai