(scene 1 : situasi kehidupan desa pada pagi hari + berbagai aktivitas warga di halaman rumah)
Kembali ke masa peradaban bali kuno yang memperlihatkan kehidupan sebuah desa yang
bernama -Desa Tiapi- yang telah menghidupi banyak keluarga di dalamnya.
(scene 2 : fokus ke satu keluarga utama /Keluarga sederhana, Bapak, Ibu, 1 Anak Perempuan/)
Bapak : suka pelihara ayam, petani, pembawaan senang bercanda, ambis dan penenang suasana
Ibu : ibu rumah tangga, pedagang sayur di pasar
Anak : gadis, pelayan di puri, belum pernah jatuh cinta
Disini, situasi pagi hari yang biasa dilakukan keluarga utama diperlihatkan :
- Bapak dengan ayam didepan rumah
- Ibu menghampiri bapak, memberikan teh/kopi, sambil bertanya “bapak tidak ke sawah hari
ini?”
- Ayah menjawab dia akan mengikuti acara tajen tertutup didesa hari ini
- Ibu menasehati dengan nada ngomel, agar waspada di tempat tajen, apalagi Bapak tidak pandai
tajen dan banyak bandit yg menawarkan pinjaman uang secara cuma” dilokasi (konteks nya
krna orang tajen pasti perlu uang lebih untuk toh”an pas tajen)
- Bapak mengelak dengan berusaha menenangkan ibu agar tdk khawatir, dengan mengatakan dia
tidak mengikuti tajen yang menggunakan judi uang didalamnya (padahal boong) dan ibu
mengiyakan dengan tetap khawatir
- Anak perempuan datang dan menghampiri orangtuanya untuk meminum teh bersama dan
bercerita tentang antusiasnya bekerja di hari pertama sebagai dayang di puri
- Mereka saling berpamitan (Bapak pergi tajen, Ibu berjualan ke pasar, Anak ke puri sebagai
dayang)
- Bapak pergi dengan 1 sobat karib nya yg ingin ikut tajen tapi belum pernah ikut, mereka
keliling” sambil mengamati alur berjalannya tajen
- Giliran ayam si Bapak bertarung (tarian kontemporer tajen ayam 1)
- Bapak menang, ia senang dan mendapat uang toh”an dari lawannya, ia mendapat banyak tepuk
tangan
- dalam pergantian sesi, si Bapak mendengar kabar bahwa ada penantang yg meng-toh kan
banyak uang nya untuk lawan selanjutnya,bapak yg sifatnya ambis bertekat ingin menantang si
lawan, namun si Sobat langsung bertanya “apakah uang mu cukup?”, mendengar itu si Bapak
terdiam, mereka berdua terdiam
- tiba” 2 laki” sangar datang dan berkata “perlu uang?, mau kita pinjemin dulu?, ga perlu syarat
apa” kok” dengan intonasi yg merayu. Bapak dan Sobat bingung, namun langsung di setujui,
bapak lalu menerima uang dengan nominal yg leih besar dari si penantang tadi.
- Bapak ber tajen kembali (tarian kontemporer tajen ayam 2_final)
- Ayam bapak kalah, semua uang bapak menjadi hak milik si penantang
- Bapak dan sobat ketakutan dan bingung, mereka lalu berlari menghindari sepasang bandit tadi
(scene 4 : bapak dan sobat beristirahat dari kejaran bandit, latar lapangan desa/dibawah pohon)
- Bapak dan sobat ngos”an dan beristirahat di bawah pohon/lapangan sambil tiduran
- Disini mereka diskusi mengenai solusi mengenai uang pinjaman tajen tadi, apakah si bapak
harus terus kabur/mencarikan uang pengganti
- Bapak bimbang, uang yg ia pinjam cukup banyak, bagaimana cara ia mendapatkan uang
sebanyak itu, namun ia tidak bisa terus”an menghindar, bandit itu pasti akan menemukan si
bapak bahkan keluarga nya dan itu akan menjadi bencana
- Si bapak bertekat mengembalikan uang itu dengan mencicil dan ragu akan memberitahu
keluarganya di rumah tentnag kejadian ini
- Bapak dan sobat berpisah, kembali ke rumah masing”
- Situasi di puri dengan dayang yg sedang bekerja mendampingi putra muda dari Puri
- Terdapat hal yg menjadi topik gosip antar dayang bahwa putra dari Puri dan dayang tidak bisa
saling memiliki, hal ini mereka gosipkan karena para dayang yg bekerja disana sangat terpesona
dengan putra muda Puri, namun hal ini yg membuat Anak Perempuan merasa heran, dan
muncul kalimat “seperti apasih wajah putra muda dari Puri ini?”
- Sampai disuatu moment saat para dayang menemani putra muda berjalan, Anak Perempuan
berusaha untuk menatap lebih dekat wajah Putra Puri dan tanpa disadari mereka berdua saling
menatap dengan waktu yg cukup lama (moment no dialog, hanya musik dan mereka berdua di
stage, gambaran ilusi klo mereka mulai memiliki rasa)
- Moment mereka berdua sadar dari ilusi tadi dan hanya saling senyum malu, dayang yg lain
hanya bingung heran memandangi mereka berdua
- Situasi para dayang berkumpul, mereka saling bercerita satu sama lain, namun si anak
perempuan hanya senang mendengarkan dayang lainnya bercerita
- Sampai dimana si Anak Perempuan bertanya “apakah yg terjadi jika dayang dekat dengan Putra
muda?”
- Seketika semua dayang terdiam, dan melihat kearah si Anak Perempuan, mereka lalu saling
merapatkan diri ke arah Anak Perempuan dan salah satu dayang berkata dengan bisik-bisik
“Katanya dulu ada dayang yg mencoba mendekati Putra Muda lalu nasib si dayang tidak
diketahui sampai sekarang dan Putra Muda itu adalah sang Raja di Puri ini sekarang”
- Mereka semua kemudian berbicara ricuh akan topik ini, dan Anak Perempuan hanya terdiam
kosong saja