Perkembangan signifikan dalam sejarah keilmuan di abad ke 20 adalah pengakuan terbuka dari para ekonom, politisi dan masyarakat yang besar terhadap pentingnya peran pemerintah dalam ekonomi (Hoyge, 2002; Khan, 2002). Musgrave dan Musgrave (1989) bahkan menyebutkan bahwa yang disebut sebagai ekonomi kapitalis modern sebenarnya adalah ekonomi “campuran” dimana sepertiga atau lebih kegiatan ekonomi terjadi di sektor pemerintahan. Harus diakui bahwa saat ini tidak ada negara yang mendasarkan perekonomiannya pada sistem pasar bebas atau kapitalisme murni, juga tidak ada sistem sosialis murni (Backhaus dan Wagner, 2005). Namun, hampir semua menyadari bahwa pemerintah perlu ikut campur tangan mengatur jalannya perekonomian suatu negara (Reksohadiprodjo, 1996). Negara-negara yang semula menganut sistem liberalisme atau kapitalisme murni mulai memandang perlunya peranan pemerintah dalam perekonomian, sedangkan negara-negara yang semula menganut sistem sosialisme atau komunisme murni mulai memandang dan menghargai kepentingan-kepentingan dan inisitaif-inisiatif individu.
Kedua paham, liberalisme dan sosialisme murni, memang memiliki
perbedaan yang kontras. Dalam paham liberalisme murni, terutama Adam Smith, menghendaki adanya kebebasan individu yang mutlak dan tidak membenarkan pengaturan ekonomi oleh pemerintah kecuali yang tidak dapat diatur sendiri oleh individu. Dalam liberalisme, peran pemerintah sebaiknya hanya terbatas pada prasarana, pendidikan, kesehatan, pertahanan dan keamanan. Hal tersebut didasarkan bahwa pemerintah tidak dapat secara terus menerus meningkatkan penerimaan pajaknya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Kegiatan lain hendaknya diserahkan pada pasar dalam memenuhi dan bahkan menentukan barang dan jasa apa saja yang akan dibuat, bagaimana barang dan jasa harus diproduksi dan untuk siapa.
1 | Administrasi Keuangan Negara Pandhu Yuanjaya
Disisi lain, melihat adanya kekurangan dan bahaya yang ditimbulkan oleh sistem liberalis-kapitalis, seperti ketimpangan sosial ekonomi, eksploitasi tenaga kerja dan kegagalan pasar, muncullah paham yang disebut dengan sosialisme. Paham ini menghendaki dihapuskannya kebebasan individu dan ekonomi harus kuasai pemerintah sebagai organisasi yang mewakili individu. Pemerintah yang akan mengatur perencanaan dan penggunaan faktor-faktor produksi, melaksanakan kegiatan produksi dan mengatur distribusi barang-barang konsumsi, hingga mengatur seluruh sendi-sendi kehidupan manusia. Kritik terhadap sistem sosialis tentu pada penghapusan kebebasan individu yang akan mengurangi hak asasi manusia dan mengurangi inisiatif individu. Terlebih lagi, kebijakan-kebijakan pemerintah ditengarai merupakan kebijakan paksaan, dan memang seringkali terjadi demikian.
Perekonomian Indonesia yang berlandaskan Pancasila dapat dikatakan
landasan filosofis peran pemerintah dalam perekonomian. Namun, banyak yang menganggap Pancasila merupakan gabungan hal-hal baik dari sistem kapitalis dengan hal-hal yang baik dari sistem sosialis, walaupun bentuknya mirip dengan sistem ekonomi campuran. Pada dasarnya, sistem perekonomian yang dianut Indonesia tersebut didasarkan pada keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara individu dan masyarakat (Suparmoko, 2008). Mengenai praktik yang dilakukan pemimpin Indonesia yang berbeda-beda, misalnya: pemimpin yang mendorong investasi merupakan pemimpin kapitalis dan yang pro buruh atau nasionalisasi perusahaan asing merupakan wujud pemimpin sosialis, hal tersebut tergantung persepsi akan derajat atau seberapa jauh peranan pemerintah dalam perekonomian. Walaupun, harus diakui, masing-masing pemimpin membawa ideologi mereka sendiri apakah lebih condong ke kapitalis atau sosialis, bukan mempraktikkan filosofi Pancasila sesuai esensinya.
B. Teori Penganggaran dalam Administrasi Publik
Bagian ini merupakan pendekatan untuk mengembangkan teori
penganggaran dalam administrasi publik yang menjadi inti sebagai proses alokasi sumberdaya inernal dari organisasi publik. Hal ini penting mengingat organisasi
2 | Administrasi Keuangan Negara Pandhu Yuanjaya
publik beroperasi pada lingkungan politik yang penuh tekanan, riskan dan sangat tertutup, khususnya selama proses formal penganggaran (Cnossen dan Sin, 2003). Pendekatan ini merupakan refleksi dari asumsi atas praktik administrasi publik dilapangan dalam upaya menemukan perkembangan teori yang berguna untuk manajer publik ataupun mahasiswa.
Rubin (1993) menggambarkan anggaran sebagai suatu “tempat spesial
dalam politik, dengan banyak karakteristiknya sendiri”. Wildavsky (1996) meletakkan praktik keuangan negara dalam tempat abu-abu antara politik dan tuntutan akan efisiensi. Pendapat tersebut meletakkan anggaran sebagai pusat dari politik dari organisasi publik, suatu institusi yang sering menjadi tempat manifestasi ketidakpastian dan kontradiksi menurut gambaran Wildavsky. Hal ini bukan berarti bahwa proses anggaran dalam administrasi publik harus fokus pada orientasi dirinya sendiri. Justru, tetap menyadari bahwa anggaran publik merupakan keputusan politik. Organisasi publik dan lingkungannya merupakan konteks proses anggaran yang formal, termasuk proses anggaran eksekutif.
Thornhill (1984) menyatakan anggaran publik harus mengikuti beberapa
karakteristik paling penting, yaitu:
a. Anggaran, setelah disetuji oleh otoritas legislatif, dapat dilaksanakan.
b. Hasil utama yang nyata dari anggaran tidak apat dikuantifikasikan. c. Anggaran merupakan hasil dari berbagai macam pertimbangan, tidak hanya ekonomi dan politik, lebih pada prioritas kebijakan. d. Implementasi yang dilaksanakan oleh institusi publik memiliki dampak yang luas. e. Otoritas tidak selalu harus menyesuaikan belanja negara dengan pendapatan yang didapat.
Otoritas legislatif yang ditekankan oleh Thornhill (1984) tersebut
sebenarnya menjadi penekanan penting. Otoritas legislatif idealnya memungkinkan untuk memandu penyusunan anggaran yang dipertimbangkan dalam berbagai bidang baik ekonomi, sosial, politik dan lainnya yang berdampak
3 | Administrasi Keuangan Negara Pandhu Yuanjaya
langsung dan tidak langsung pada masyarakat. Hal tersebut juga bermakna bahwa pemerintah memenuhi ekspektasi publik yang memilih wakil rakyat dan eksekutif, serta sebagai pembayar pajak, melalui penganggaran (Hoyge, 2002). Dalam administrasi publik, anggaran berfungsi sebagai instrumen pengambilan keputusan dimana prioritas, tujuan, implementasi, dan dampak dari kebijakan ditetapkan dan dikontrol.
Sebuah dokumen anggaran merupakan produk akhir dalam proses
anggaran dan ratifikasi kebijakan, seharunya otoritas legislatif berhenti dan proses pelaksanaan dilakukan tanpa intervensi apapun. Selain itu, kualitas anggaran tergantung dari akurasi data pendudukung, kualitas metode yang digunakan, dan keahlian serta integritas dari seluruh stakeholder. Bagaimanapun anggaran hanya menawarkan sinopsis gambaran implikasi keuangan negara. Oleh karenanya, anggaran publik harus menghasilkan kompromi antara kebutuhan yang memadai, informasi yang akurat dan kemampuan mengelola (Kotze, 1979).
Gildenhuys (1997) memberikan masukan mengenai fungsi dari anggaran
publik, sebagai berikut:
a. Anggaran merupakan pernyataan kebijakan yang menyatakan tujuan dan
sasaran tertentu yang ingin dicapai pemerintah yang tertuang dalam belanja. Anggaran merupakan kebijakan publik yang diekspresikan dalam jumlah uang dan merupakan perwujudan nyata dari kebijakan dan tujuan kebijakan yang tersirat didalamnya. Dalam pembuatan kebijakan, realisasi (terutama anggaran) menjadi paling sasaran paling penting dan menadpat prioritas. Sebagai dokumen pembuat kebijakan, anggaran umunya berisi definisi dari kuantitas dan kualitas kebijakan. b. Redistribusi kesejahteraan merupakan fungsi yang paling penting dari anggaran publik. Hal ini membutuhkan integrasi yang terwujud antara dua sisi anggaran, kebijakan pendapatan dan kebijakan belanja, untuk menciptakan kebijakan fiskal yang mensejahterakan. c. Otoritas administratif, anggaran merupakan sebuah program kerja masing- masing departemen yang dapat berdasarkan program kerja sendiri. Fungsi
4 | Administrasi Keuangan Negara Pandhu Yuanjaya
dari anggaran menuntut bahwa struktur tujuan, kegiatan, sumberdaya dan secara finansial jelas tertuang dalam dokumen anggaran. d. Anggaran berfungsi sebagai sumber informasi bagi semua stakeholder yang bersangkutan, informasi tersebut tertuang dalam dokumen rancangan anggaran yang digunakan sebagai pertimbangan setelah adanya perstujuan, berfungsi sebagai sumber paling penting dari informasi kepada otoritas administratif untuk menjalankannya. e. Angaran juga berfungsi sebagai instrumen koordinasi yang digunakan untuk mengintegrasikan kebijakan, karena berisi semua informasi kebijakan, tujuan, kegiatan pemerintah dalam satu dokumen. f. Anggaran juga merupakan alat kontrol ayng digunakan otoritas legislatif kepada otoritas eksekutif, dan dari otoritas eksekutif kepada otoritas administratif, dan bahkan digunakan untuk pengendalian internal. Jenis kontrol pengendalian dalam kebijakan biasa disebut monitoring dan evaluasi (Dunn, 2003). C. Teori Anggaran Publik: Arah dan Orientasi Baru
Public budgeting, sebagai salah satu kajian dalam administrasi negara,
menghadapi tantangan utama sebagai proses kebijakan terkait perdebatan antara domain sektor privat atau individu dengan pemerintah (Rubin, 1990). Walaupun kajian pengagaran publik telah berkembang selama abad ke-20, terdapat ketimpangan yang membedakan keduannya (Kaul dan Conceicao, 2006). Praktik bisnis diatur berdasarkan aturan yang jelas, perusahaan juga mempersyaratkan hasil yang seimbang, penghitungan keuntungan dan kerugian dimonitor berdasarkan arus kas yang hati-hati. Total hutang dari perusahaan dimonitor dengan teliti oleh pemegang saham (shareholder), yang juga kritis ada perencanaan masa depan terkait perkembangan dan keuntungan perusahaan. Selain itu, bila melihat anggaran dari sisi individu, kegagalan pengelolaan anggaran akan dimonitor dirinya sendiri, bank atau lembaga keuangan, atau bahkan meminta bantuan pada tenaga profesional. Usaha tersebut akan mengurangi mismanagement dalam anggaran.
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro