Pembagian Dan Alokasi KLP 3, Pip Fix
Pembagian Dan Alokasi KLP 3, Pip Fix
Oleh :
KELOMPOK 3
A. Nurul Mutmainnah (F0223514)
Alfa Greis YS (F0223004)
Aysillah Nurul Prawidya (F0223014)
Indah Ariyanti (F0223007)
Nova Erliati (F0223304)
Nurakilah Azzahrah (F0223320)
Nuralya (F0223313)
Nurtia Pramanaf Putri (F0223520)
Pindiaman Hulu (F0223324)
Rahmania (F0223018)
Rahmawati (F0223310)
Rahmawati (F0223501)
Rahmawati B. (F0223019)
Ilmu Hubungan Internasional A 2023
Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Hidayah
-Nya kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Efektivitas dan Efisiensi Pembagian dan
Alokasi Dalam Konsep Politik” yang disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Pengantar Ilmu Politik oleh dosen pengampuh Ibu Asriansi, S.Ip., M.Si.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang membantu dalam proses
menyusun makalah ini. Dalam menyusun makalah ini kami menemui beberapa hambatan,
namun berkat dukungan materi dari berbagai pihak kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.
Makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun. Demikian. Terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Pembagian dan Alokasi 3
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Pembagian dan Alokasi 8
2.3 Peran Aktor Politik Dalam Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Pembagian dan
Alokasi 10
BAB III PENUTUP 11
3.1 Kesimpulan 11
3.2 Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja pembagian dan alokasi yang ditetapkan pemerintah?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi pembagian dan alokasi?
3. Bagaimana peran aktor politik dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembagian
dan alokasi?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa saja pembagian dan alokasi yang ditetapkan pemerintah
2. Untuk mengetahui apa faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi pembagian dan
alokasi.
3. Untuk mengetahui peran aktor politik dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pembagian dan alokasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Perdagangan. Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 29/2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perdagangan sebagai salah satu peraturan pelaksana dari
Undang-Undang No. 11/2020 tentang Cipta Kerja. Peraturan ini bertujuan untuk
menyederhanakan proses perizinan, memfasilitasi distribusi barang, dan melindungi
konsumen. Berikut beberapa bentuk implementasinya yaitu:
a. Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) dengan Korea: Indonesia
dan Korea telah sepakat untuk bekerja sama lebih erat dalam bidang ekonomi.
Mereka akan menandatangani CEPA pada tahun 2023, yang akan membuka pasar
lebih luas untuk barang dan jasa dari kedua negara. CEPA juga akan melibatkan
kerja sama di bidang lain, seperti investasi dan pembangunan ekonomi.
b. Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) dengan Uni Eropa (UE): Indonesia dan UE
sedang dalam proses perundingan untuk membuat FTA, yang akan memberikan
manfaat bagi kedua belah pihak. FTA akan menghapus hambatan perdagangan,
seperti tarif dan aturan yang berbeda, dan mendorong pembangunan yang ramah
lingkungan dan berkelanjutan. FTA juga akan membantu Indonesia pulih dan
memperkaya ekonominya dengan berbagai sektor.
c. Perjanjian Perdagangan Preferensial (PTA) dengan India: Indonesia dan India ingin
meningkatkan hubungan dagang mereka, terutama di bidang komoditas, seperti
minyak sawit, karet, kopi, dan tekstil. Mereka sedang menegosiasikan PTA, yang
akan memberikan preferensi tarif untuk barang-barang tersebut. PTA juga akan
mencakup kerja sama di bidang lain, seperti jasa, investasi, dan bantuan teknis.
3. Desentralisasi. Pemerintah mentransfer dana ke daerah melalui beberapa mekanisme,
seperti Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil
(DBH), dan Dana Desa (DD). Transfer ke daerah dalam RUU APBN 2023
direncanakan sebesar Rp811,7 triliun. Kebijakan desentralisasi dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik dan memberdayakan pemerintah daerah.
Berikut adalah beberapa bentuk implementasinya :
a. Undang-Undang Desa: Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa, yang memberikan otonomi dan kewenangan lebih besar kepada
desa-desa untuk mengurus urusan dan sumber daya mereka sendiri. Undang-
undang ini juga menyediakan dana desa yang cukup besar, yang ditransfer
langsung dari pemerintah pusat ke desa-desa. Dana desa dimaksudkan untuk
mendukung pembangunan infrastruktur, ekonomi, pelayanan sosial, dan tata kelola
desa.
4
b. Undang-Undang Otonomi Daerah: Pemerintah merevisi Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang mengatur pembagian peran dan
tanggung jawab antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Undang-
undang ini juga menetapkan kriteria dan prosedur untuk pembentukan,
penggabungan, pemekaran, dan penghapusan daerah. Undang-undang ini bertujuan
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas administrasi dan pelayanan daerah.
c. Undang-Undang Otonomi Khusus: Pemerintah memberikan status otonomi khusus
kepada beberapa daerah, seperti Aceh, Papua, dan Papua Barat, yang memiliki
kekhasan sejarah, budaya, dan politik. Undang-undang otonomi khusus
memberikan kewenangan politik, fiskal, dan administratif lebih besar kepada
daerah-daerah tersebut, serta porsi lebih besar dari pendapatan sumber daya alam.
Undang-undang otonomi khusus juga mengakui dan melindungi hak dan
kepentingan masyarakat setempat.
4. Pendidikan. Pemerintah mengalokasikan dana untuk pendidikan melalui program
Bantuan Operasional Sekolah (BOS), yang bertujuan untuk mendukung biaya
operasional sekolah dan meningkatkan kualitas pendidikan. Anggaran BOS untuk
tahun 2023 ditetapkan sebesar Rp63,9 triliun. Pemerintah juga memberikan beasiswa
dan pinjaman mahasiswa untuk pendidikan tinggi. Ada pun beberapa program yang
telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan bidang pendidikan yaitu :
a. Kebebasan Belajar: Pemerintah meluncurkan kebijakan Kebebasan Belajar pada
tahun 2019, yang berfokus pada ujian nasional dan rencana pelajaran. Kebijakan
ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah pendidikan yang ada di Indonesia
dengan mengubah ujian nasional menjadi penilaian kompetensi minimum dan
survei karakter, dan dengan memberikan otonomi dan fleksibilitas lebih besar
kepada guru dan sekolah untuk merancang kurikulum dan kegiatan belajar mereka
sendiri.
b. Meningkatkan Dimensi Pengajaran, Manajemen Pendidikan, dan Lingkungan
Belajar (ID-TEMAN): Pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia dan
pemerintah Australia untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran di
Indonesia melalui program ID-TEMAN, yang dimulai pada tahun 2016. Program
ini mendukung pemerintah dalam mengatasi tantangan untuk memberikan hasil
pendidikan yang lebih baik, seperti kualitas guru, manajemen sekolah, dan
lingkungan belajar. Program ini juga menyediakan berbagai intervensi, seperti
pelatihan guru, bantuan dana sekolah, dan bantuan teknis.
5
c. Program Indonesia Pintar (PIP): Pemerintah memberikan bantuan finansial kepada
siswa dari keluarga miskin dan rentan untuk mendaftar di sekolah dan
menyelesaikan pendidikan mereka. Program ini mencakup siswa dari pendidikan
anak usia dini hingga sekolah menengah atas atau sederajat. Program ini juga
memberikan beasiswa untuk mahasiswa perguruan tinggi. Program ini bertujuan
untuk meningkatkan akses dan kesetaraan dalam pendidikan dan mengurangi
angka putus sekolah.
5. Kesehatan. Pemerintah mengalokasikan dana untuk kesehatan melalui program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), yang menanggung biaya pelayanan kesehatan
peserta. Anggaran JKN untuk tahun 2023 diperkirakan sebesar Rp172,7 triliun.
Pemerintah juga memberikan bantuan operasional kesehatan (BOK) untuk fasilitas
pelayanan kesehatan primer. Beberapa bentuk implementasinya yaitu :
a. Kesehatan Mental: Pemerintah meluncurkan Gerakan Nasional Kesehatan Mental
(GNKG) pada tahun 2019 untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental
dan mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan gangguan mental.
Pemerintah juga menyediakan layanan kesehatan mental melalui fasilitas
pelayanan kesehatan primer, rumah sakit, dan pusat rehabilitasi berbasis
masyarakat. Pemerintah bertujuan untuk mengintegrasikan kesehatan mental ke
dalam skema jaminan kesehatan nasional pada tahun 2024.
b. Gizi: Pemerintah melaksanakan Program Peningkatan Gizi Nasional (P2GN) untuk
mengatasi masalah gizi buruk, stunting, dan kekurangan mikronutrien di kalangan
anak-anak dan perempuan usia subur. Program ini mencakup intervensi seperti
fortifikasi pangan, suplementasi, diversifikasi pangan, dan komunikasi perubahan
perilaku. Pemerintah juga berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan
untuk meningkatkan ketahanan pangan dan tata kelola gizi.
c. Penyakit Tidak Menular: Pemerintah mengembangkan dan melaksanakan
kebijakan dan strategi untuk mencegah dan mengendalikan penyakit tidak menular
(PTM), seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker, dan penyakit pernapasan
kronis. Pemerintah juga memperkuat kapasitas sistem kesehatan untuk
menyediakan layanan PTM yang berkualitas dan terjangkau, seperti skrining,
diagnosis, pengobatan, dan perawatan paliatif. Pemerintah juga mendorong gaya
hidup dan lingkungan yang sehat untuk mengurangi faktor risiko PTM, seperti
penggunaan tembakau, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan polusi
udara.
6
6. Perlindungan Sosial. Pemerintah mengalokasikan dana untuk perlindungan sosial
melalui berbagai program, seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Sembako,
Kartu Prakerja, dan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Anggaran perlindungan sosial
untuk tahun 2023 diproyeksikan sebesar Rp203,9 triliun. Program perlindungan sosial
bertujuan untuk mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan, dan
meningkatkan modal manusia. Beberapa bentuk program dari bidang ini adalah :
a. Tanggap Bencana: Pemerintah memberikan bantuan tanggap bencana kepada
korban bencana alam atau bencana yang disebabkan oleh manusia, seperti gempa
bumi, banjir, tanah longsor, letusan gunung berapi, kebakaran, dan konflik.
Bantuan tersebut meliputi bantuan darurat, penampungan sementara, pelayanan
kesehatan, dukungan psikososial, dan pemulihan mata pencaharian. Pemerintah
juga melaksanakan upaya pengurangan risiko bencana dan mitigasi untuk
meningkatkan ketahanan masyarakat dan infrastruktur. Anggaran tanggap bencana
untuk tahun 2023 dialokasikan sebesar Rp7,2 triliun.
b. Perlindungan Anak: Pemerintah melaksanakan program perlindungan anak untuk
mencegah dan menangani kekerasan, penyalahgunaan, eksploitasi, dan pengabaian
terhadap anak. Program-program tersebut meliputi bantuan hukum ramah anak,
layanan sosial ramah anak, sekolah ramah anak, fasilitas kesehatan ramah anak,
dan desa ramah anak. Pemerintah juga mempromosikan partisipasi dan
pemberdayaan anak melalui berbagai platform dan mekanisme. Anggaran
perlindungan anak untuk tahun 2023 diperkirakan sebesar Rp2,4 triliun.
c. Pemberdayaan Perempuan: Pemerintah melaksanakan program pemberdayaan
perempuan untuk mendorong kesetaraan gender dan hak-hak perempuan. Program-
program tersebut meliputi penerapan prinsip gender, pengembangan
kepemimpinan perempuan, pemberdayaan ekonomi perempuan, hak kesehatan dan
reproduksi perempuan, dan pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap
perempuan. Pemerintah juga mendukung organisasi dan jaringan perempuan untuk
mengadvokasi isu-isu dan kepentingan perempuan. Anggaran pemberdayaan
perempuan untuk tahun 2023 diproyeksikan sebesar Rp1,8 triliun.
7
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Pembagian dan Alokasi
Dalam implementasi pembagian dan alokasi terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi prosesnya, berikut adalah faktor internal dan eksternalnya :
1. Faktor internal:
a. Kualitas sumber daya manusia. Faktor ini berkaitan dengan kemampuan,
keterampilan, pengetahuan, dan sikap pegawai pemerintah dalam melaksanakan
program pemerintah. Kualitas sumber daya manusia dapat ditingkatkan melalui
pelatihan, bimbingan, dan motivasi.
b. Infrastruktur. Faktor ini berkaitan dengan ketersediaan, aksesibilitas, dan kualitas
fasilitas dan perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang mendukung
implementasi program pemerintah. Infrastruktur dapat mencakup jaringan internet,
komputer, server, aplikasi, dan sistem informasi.
c. Komunikasi. Faktor ini berkaitan dengan proses penyampaian, penerimaan, dan
pengolahan informasi antara pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya,
seperti masyarakat, dunia usaha, dan organisasi non-pemerintah. Komunikasi dapat
dilakukan melalui berbagai media, seperti website, email, media sosial, dan call
center.
d. Kepemimpinan. Faktor ini berkaitan dengan peran, visi, dan dukungan pimpinan
pemerintah dalam mendorong dan mengawasi implementasi program pemerintah.
Kepemimpinan dapat mencakup presiden, menteri, gubernur, bupati, walikota, dan
pejabat lainnya.
2. Faktor eksternal:
a. Kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Faktor ini berkaitan dengan permintaan dan
harapan masyarakat terhadap program dan pelayanan pemerintah. Kebutuhan dan
aspirasi masyarakat dapat diketahui melalui mekanisme partisipasi, konsultasi, dan
survei kepuasan.
b. Prioritas dan sasaran pembangunan. Faktor ini berkaitan dengan arah dan tujuan
pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
Prioritas dan sasaran pembangunan dapat mencakup peningkatan kualitas sumber
daya manusia, infrastruktur, dan perekonomian.
8
c. Kondisi makroekonomi dan fiskal. Faktor ini berkaitan dengan perkiraan
pendapatan dan pengeluaran negara, serta memperhatikan faktor-faktor eksternal
yang dapat mempengaruhi kinerja ekonomi dan fiskal, seperti pertumbuhan global,
harga komoditas, dan pandemi COVID-19. Kondisi makroekonomi dan fiskal
dapat mempengaruhi alokasi dan efisiensi anggaran pemerintah.
d. Pelaku koruptor. Faktor ini berkaitan dengan tindakan penyalahgunaan wewenang,
kekuasaan, atau jabatan untuk memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok
yang merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Pelaku koruptor
dapat mencakup pejabat pemerintah, swasta, atau masyarakat. Pelaku koruptor
dapat menghambat atau merusak implementasi program pemerintah.
9
2.3 Peran Aktor Politik Dalam Meningkatkan Efektivitas Efisiensi Pembagian Alokasi
Aktor-aktor politik memiliki peranan yang cukup besar dalam meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pembagian dan alokasi yang ada di Indonesia. Dengan
kekuasaan, wewenang, dan tanggung jawabnya, berikut adalah bentuk peran aktor politik
yang dapat memberikan dampak dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pembagian dan alokasi , yaitu :
1. Memperkuat sistem pengelolaan keuangan publik: Aktor politik dapat meningkatkan
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi pengeluaran
publik, untuk memastikan bahwa dana dialokasikan dan digunakan sesuai dengan
prioritas dan tujuan pemerintah. Aktor politik juga dapat meningkatkan transparansi
dan akuntabilitas sistem pengelolaan keuangan publik, untuk mencegah dan
memberantas korupsi, penipuan, dan pemborosan sumber daya publik.
2. Mereformasi sistem transfer fiskal antar pemerintah: Aktor politik dapat merevisi dan
menyederhanakan rumus dan kriteria untuk mengalokasikan dana ke daerah, untuk
memastikan bahwa dana didistribusikan secara adil dan efisien, dan mencerminkan
kebutuhan dan kapasitas daerah, juga dapat memantau dan mengevaluasi kinerja dan
dampak dana terhadap penyelenggaraan pelayanan dan hasil pembangunan di daerah.
3. Menggunakan data untuk membuat kebijakan yang lebih baik: Aktor politik dapat
mengumpulkan, menganalisis, dan menyebarkan data yang andal dan terurai tentang
input, output, dan outcome pengeluaran publik, untuk mengukur dan meningkatkan
kualitas dan dampak pengeluaran. Aktor politik juga dapat menggunakan data untuk
menginformasikan dan merancang kebijakan dan program yang berbasis bukti, dan
untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan publik dan pemangku kepentingan
lainnya.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah menyelesaikan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa pembagian dan
alokasi ialah merupakan bentuk pembagian dan penjatahan nilai-nilai dalam masyarakat.
Nilai-nilai tersebut dibagi dalam dua bentuk yaitu nilai abstrak seperti jasa, keadilan,
keamanan dan lain sebagainya dan nilai material seperti barang, kekayaan, bantuan sosial
dan lainnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi implementasi pembagian dan
alokasi yaitu faktor internal yang terdiri dari sumber daya manusia, infrastruktur,
komunikasi, dan kepemimpinan dan faktor eksternal yang terdiri dari kebutuhan dan
aspirasi masyarakat, prioritas dan sasaran bangunan, kondisi makroekonomi dan fiksal,
pelaku koruptor.
Ada pun peran aktor politik dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembagian
dan alokasi yaitu dengan cara memperkuat sistem pengelolaan keuangan publik,
mereformasi sistem transfer fiskal antar pemerintah, menggunakan data untuk membuat
kebijakan yang lebih baik.
3.2 Saran
Setelah menyelesaikan makalah ini, diharapkan untuk tidak sekedar mengetahui
bentuk implementasi pembagian dan alokasi melainkan melakukan peningkatan terhadap
efektivitas dan efisiensi implementasi pembagian dan alokasi yang ada di tanah air kita
Indonesia. Masyarakat Indonesia diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber
dayanya, mengoptimalisasi infrastruktur, melihat transparansi dan melakukan partisipasi
masyarakat yang diperlukan. Pemerintah diharapkan dapat menekan fokus pada
keseimbangan pembangunan regional, serta penguatan kebijakan anti-korupsi dan
mengoptimalisasi pemanfaatan data juga peningkatan keberlanjutan program-program
yang sudah ditetapkan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, I. K., Dantata, B. S. (2016) Problems and Challenges of Policy Implementation for
National Development. Research on Humanities and Social Vol. 6, No. 15, 60-65.
Al-Shboul, M., Rababah, O., Al-Shboul, M., Ghnemat, R., & Al-Saqqa, S. (2014).
Challenges and Factors Affecting the Implementation of E-Government in Jordan.
Journal of Software Engineering and Applications, 07(13), 1111–1127.
https://doi.org/10.4236/jsea.2014.713098
Dahlawi, Helmi, Qahar, A. M., Fajri, N., Muhkrijal, Kamaly, N., Afrijal & Nofriadi. (2023).
Special Autonomy Fund Management and Strengthening Institutional Governance in
Realizing Sustainable Development. Journal of Governance and Public Policy, Vol.
10 No. 3, 253-262. https://doi.org/10.18196/jgpp.v10i3.16793
Desfika, T. S. & Handayani, I. 2021. Alokasi Anggaran Infrasturktur. Jakarta: PwC Indonesia
Erawan, I. G., Putra, F., & Sentanu, I. G. (2021). Factors Affecting Central Government’s
Performance Accountability in Indonesia. Jurnal Bina Praja: Journal of Home
Affairs Governance, 13(3), 529–542. https://doi.org/10.21787/jbp.13.2021.529-542
Kurniawan, E., Pujani, V. & Lukito, H. (2022). Factors Affecting Implementation E-
Government In The Government Of West Sumatra Province (Study on West
Sumatra Provincial Government Employees). JBSMR, Vol. 6 No.1.
https://doi.org/10.22437/jbsmr.v6i1.21130
Lasswell, H. D. (1936). Politics: Who Gets What, When, How. Newyork: Whittlesey House.
Muhtar, Sutaryo, & Sriyanto. (2018). Corruption In Indonesian Local Government: Study On
Triangle Fraud Theory. International Journal of Business and Society, Vol. 19 No. 2,
536-552.
Negara, D. S. & Hutchinson, F. E. (2021). The Impact of Indonesia’s Decentralization
Reforms Two Decades On. Journal of Southeast Asian Economies, Vol. 38, No. 3,
289-295.
Seknas Fitra. Overview of Indonesian Budgetary Processes (2023).
https://seknasfitra.org/analisis/tentang-anggaran/ (diakses pada 12 November 2023)
The World Bank. Improving Teaching and Learning In Indonesia (2018).
https://www.worldbank.org/en/country/indonesia/brief/improving-teaching-and-
learning-in-indonesia (diakses pada 12 November 2023)
VOI. These Are 4 Special Autonomy Regions In Indonesia, 3 Among Them Get Special
Autonomy Funds From The State Budget (2018) https://voi.id/en/news/212983/
(diakses pada 12 November 2023)
Wardhana, D. (2019). Decentralization, Democratization, And Social Protection In Indonesia:
A Systematic Review of the Literature. The Indonesian Journal of Development
Planning, Vol. 3 No.2, 164-184.
https://journal.bappenas.go.id/index.php/jpp/article/download/73/53/
12