Oleh : Kelompok 10
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia, hidayah dan nikmatnya penyusun
dapat menyelesaikan makalah Perekonomian Indonesia yang berjudul “Pembangunan
Ekonomi Daerah”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Perekonomian Indonesia. Makalah
ini membahas tentang struktur perekonomian Indonesia. Makalah ini ditulis dari hasil
ungkapan pemikiran kami yang bersumber dari internet dan buku sebagai referensi.
Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Perekonomian Indonesia atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.
Dan juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat
diselesaikannya makalah ini. Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua, semoga hal ini dapat menambah wawasan kita
mengenai pembangun ekonomi daerah yang selanjutnya dapat kita terapkan dalam
kehidupan.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik. Demikan makalah
ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca sekalian pada
umumnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pembangunan daerah yang rinci untuk mengimplementasikan
pembangunannya.
Dasar hukum penyelenggaraan pembangunan daerah bersumber dari
Undang-Undang Dasar (UUD) Negara RI 1945 Bab VI pasal 18. Hingga saat
ini, implementasi formal pasal tersebut terdiri tiga kali momentum penting,
yaitu UU No 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah dan
UU No 22 Tahun 1999 serta UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Sebelum tahun 1974, bukan saja pembangunan daerah, pembangunan
nasional juga diakui belum didefinisikan dan direncanakan secara baik.
Implementasi pembangunan daerah berdasar UU No 5 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, terbukti sangat mendukung keberhasilan
pembangunan nasional hingga Pelita VI tetapi juga mampu secara langsung
melegitimasi kepemimpinan Presiden Suharto. Sementara UU No 22 Tahun
1999 yang diperbaiki dengan UU No 32 Tahun 2004 lebih merupakan koreksi-
koreksi sistematis disebabkan oleh permasalahan struktural (sistemik) maupun
dalam hal implementasi. Maka dari itu kami mencoba membuat suatu
pemaparan mengenai pembangunan daerah.
2
d. masalah dalam pembangunan ekonomi daerah.
e. Untuk mengetahui strategi pembangunan ekonomi daerah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Dalam pembangunan ekonomi daerah yang menjadi pokok
permasalahannya adalah terletak pada kebijakan-kebijakan pembangunan yang
didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous) dengan
menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik
secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarah pada pengambilan inisiatif – insiatif
yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan
kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan-kegiatan ekonomi.
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup
pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri – industri alternatif,
perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa
yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih pengetahuan dan teknologi,
serta pengambangan usaha-usaha baru.
Tujuan utama dari setiap pembangunan ekonomi, daerah adalah untuk
meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Untuk
mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus bersama-
sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintahan
daerah dengan partisipasi masyarakatnya, dengan dukungan sumber daya yang
ada harus mampu menghitung sumberdaya-sumber daya yang diperlukan untuk
merancang dan membangun ekonomi daerahnya.
5
daerah yang bersangkutan serta proses pertumbuhannya, yang kemudian dapat
dipakai sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus
diambil untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada.
6
Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu utama
pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan
permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-
industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan
bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan
penciptaan peluang kerja (job creation).
Strategi pembangunan daerah yang muncul yang didasarkan pada teori ini
adalah penekanan terhadap arti penting bantuan (aid) kepada dunia usaha
yang mempunyai pasar secara nasional maupun internasional. Implementasi
kebijakannya mencakup pengurangan hambatan/ batasan terhadap
perusahaanperusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan
di daerah tersebut.
Kelemahan model ini adalah bahwa model ini didasarkan pada
permintaan eksternal bukan internal. Pada akhirnya akan menyebabkan
ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kekuatan-kekuatan pasar secara
nasional maupun global. Namun demikian, model ini sangat berguna untuk
menentukan keseimbangan antara jenis-jenis industri dan sektor yang
dibutuhkan masyarakat untuk mengembangkan stabilitas ekonomi.
c. Teori Lokasi
7
Teori lokasi juga sering digunakan untuk penentuan atau pengembangan
kawasan industri di suatu daerah. Inti pemikiran teori ini didasarkan pada sifat
rasional pengusaha atau perusahaan yang cenderung mencari keuntungan
setinggi mungkin dengan biaya yang serendah mungkin. Oleh karena itu,
pengusaha akan memilih lokasi usaha yang memaksimumkan keuntungannya
dan meminimalisasi biaya usaha/produksinya, yakni lokasi yang dekat dengan
tempat bahan baku.
Tentu saja banyak variabel lainnya yang mempengaruhi kualitas atau
suitabilitas suatu lokasi misalnya upah tenaga kerja, biaya energi, ketersediaan
pemasok, komunikasi, fasilitas-fasilitas pendidikan dan latihan (diklat),
kualitas pemerintah daerah dan tanggungjawabnya, dan sanitasi. Perusahaan-
perusahaan yang berbeda membutuhkan kombinasi-kombinasi yang berbeda
pula atas faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu, sering kali masyarakat
berusahan untuk memanipulasi biaya dari faktor-faktor tersebut untuk
menarik perusahaan-perusahaan industri. Keterbatasan dari teori lokasi ini
pada saat sekarang adalah bahwa teknologi dan komunikasi modern telah
mengubah signifikansi suatu lokasi tertentu untuk kegiatan produksi dan
distribusi barang.
8
membantu masyarakat untuk mengembangkan peranan fungsional mereka
dalam sistem ekonomi daerah.
9
(outward investment), yakni investasi ke daerah-daerah yang memiliki daya
saing faktor tinggi atau perusahaan-perusahaan di suatu daerah rendah,
sedangkan faktor-faktor yang dimiliki daerah tersebut tinggi maka akan
timbul investasi ke dalam (inward investment).
10
penggunaan sumber, menentukan distribusi pendapatan, mengendalikan jumlah
uang, mengendalikan fluktuasi, menjamin pekerjaan penuh dan menentukan laju
investasi.”
Lincoln Arsyad (2000) mengatakan bahwa ada empat peran yang dapat
diambil oleh pemerintah daerah dalam proses pembangunan ekonomi di daerah
yaitu sebagai berikut:
a. Entrepreneur
Peran pemerintah daerah sebagai entrepreneur, adalah merupakan
tanggung jawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis di daerahnya. Dalam
hal ini pemeritah daerah bisa mengengembangkan suatu usaha sendiri dengan
membentuk badan usaha milik daerah (BUMD) atau bermitra dengan dunia
usaha swasta namun kegiatan usahanya tetap dalam pengendalian pemerintah
daerah. Pemerintah daerah harus mampu mengelola aset-aset pemerintah
daerah dengan lebih baik dan ekonomis sehingga mampu memberikan
keuntungan bagi pemerintah daerah.
b. Koordinator
Pemerintah daerah harus mampu bertindak sebagai koordinator dalam
pembangunan ekonomi di daerahnya, yaitu melalui penetapan kebijakan-
kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi pembangunan ekonomi yang
komprehensif bagi kemajuan daerahnya. Dalam peran ini pemerintah daerah
bisa melibatkan kelompok-kelompok dalam masyarakat untuk proses
pengumpulan data dan evaluasi tentang informasi yang berkaitan tentang
kondisi perekonomian di daerah.
Pemerintah daerah dapat juga melibatkan lembaga-lembaga pemerintah
daerah lainnya, dunia usaha dan masyarakat dalam menyusun sasaran-sasaran
ekonomi, rencana-rencana, dan strategi-strategi pelaksanaannya. Pendekatan
ini sangat potensial dalam menjaga konsistensi pembangunan daerah dan
pembangunan nasional serta untuk menjamin bahwa perekonomian di daerah
akan mendapatkan manfaatnya yang optimal.
c. Fasilitator
11
Pemerintah daerah dapat berperan sebagai fasilitator dengan cara
mempercepat pembagunan melalui perbaikan lingkungan attitudinal (perilaku
atau budaya masyarakat) didaerahnya. Hal ini perlu dilakukan untuk
mempercepat proses pembangunan dan prosedur perencanaan, peraturan
penetapan tata ruang daerah (Zoning) yang lebih baik.
d. Stimulator
Pemerintah daerah dapat berperan sebagai stimulan dalam penciptaan dan
pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang dapat
mempengaruhi dunia usaha untuk masuk ke daerah tersebut dan menjaga agar
perusahaan-perusahaan yang telah ada tetap eksis berada di daerah tersebut.
Stimulus ini dapat dilakukan antara lain dengan pembuatan brosur-brosur,
pembangunan kawasan industri pembuatan outlet untuk produk-produk UKM,
membantu UKM melakukan pameran dan sebagainya.
12
yang sangat potensial untuk pengembangan sektor industri manufaktur. Hal
ini dapat dilihat dari dua hal yaitu (1) Ketersediaan bahan baku, (2) Letak
Geografis yang dekat dengan negara tetangga yang bisa menjadi potensi pasar
yang besar yang baru di samping pasar domestik.
13
Pemikiran klasik yang mengatakan bahwa pembangunan ekonomi daerah
yang kaya SDA akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur
dibandingkan dengan daerah yang miskin SDA. Hingga tingkat tertentu
pendapat tersebut dapat dibenarkan, dalam arti sumber daya manusia dilihat
hanya sebagai modal awal untuk pembangunan, dan selanjutnya harus
dikembangkan terus-menerus. Dan untuk itu diperlukan faktor-faktor lain, di
antaranya adalah faktor teknologi dan sumber daya manusia.
Dengan penguasaan teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia, maka lambat laun factor endowment tidak relevan lagi. Hal ini dapat
kita lihat negara-negara maju seperti Jepang, Korea selatan, Taiwan, dan
Singapura yang miskin SDA.
e. Perbedaan Demografis
Ketimpangan ekonomi regional di Indonesia juga disebabkan oleh
perbedaan kondisi geografis antar daerah. Kondisi ini berpengaruh terhadap
jumlah dan pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan penduduk, pendidikan,
kesehatan, kedisiplinan, dan etos kerja. Faktor-fator ini mempengaruhi tingkat
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan dan penawaran.
Di sisi permintaan jumlah penduduk yang besar merupakan potensi besar
bagi pertumbuhan pasar, yang berarti faktor pendorong bagi pertumbuhan
kegiatan ekonomi. Dari sisi penawaran, jumlah penduduk yang besar dengan
pendidikan dan kesehatan yang baik, disiplin dan etos kerja yang tinggi
merupakan aset penting bagi produksi.
14
5. Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah
Secara umum strategi pembangunan ekonomi adalah mengembangkan
kesempatan kerja bagi penduduk yang ada sekarang dan upaya untuk mencapai
stabilitas ekonomi, serta mengembangkan basis ekonomi dan kesempatan kerja
yang beragam. Pembagunan ekonomi akan berhasil bila mampu memenuhi
kebutuhan dunia usaha. Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
fluktuasi ekonomi sektoral, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesempatan
kerja.
Lincolin Arsyad (2000) secara garis besar menggambarkan strategi
pembangunan ekonomi daerah dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu:
a. Strategi pengembangan fisik (Locality Or Physical Development Strategy)
Melalui pengembangan program perbaikan kondisi fisik/lokalitas daerah
yang ditunjukkan untuk kepentingan pembangunan industri dan perdagangan,
pemerintah daerah akan berpengaruh positif bagi pembangunan dunia usaha
daerah. Secara khusus, tujuan strategi pembagunan fisik ini adalah untuk
menciptakan identitas masyarakat, dan memperbaiki daya tarik pusat kota
(civic center) dalam upaya memperbaiki dunia usaha daerah.
Untuk mencapai tujuan pembangunan fisik tersebut diperlukan alat-alat
pendukung, yaitu:
• Pembuatan bank tanah (land banking), dengan tujuan agar memiliki
data tentang tanah yang kurang optimal penggunaannya, tanah yang
belum dikembangkan,atau salah ddalam penggunaannya dan lain
sebagainya.
• Pengendalian perencanaan dan pembangunan, dengan tujuan untuk
memperbaiki iklim investasi di daerah dan meperbaiki citra
pemerintah daerah.
• Penataan kota (townscaping), dengan tujuan untuk memperbaiki
sarana jalan, penataan pusat-pusat pertokoan, dan penetapan standar
fisik suatu bangunan.
15
• Pengaturan tata ruang (zoning) dengan baik untuk merangsang
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah.
• Penyediaan perumahan dan pemukiman yang baik akan berpengaruh
positif bagi dunia usaha, disamping menciptakan lapangan kerja.
• Penyediaan infrastruktur seperti: sarana air bersih, taman, sarana
parkir, tempat olahraga dan lain sebagainya.
16
c. Strategi pengembangan sumber daya manusia (Human Resource Development
Strategy)
Strategi pengembangan sumberdaya manusia merupakan aspek yang
paling penting dalam proses pembangunan ekonomi, oleh karena itu
pembangunan ekonomi tanpa dibarengi dengan peningkatan kualitas dan
ketrampilan sumberdaya manusia adalah suatu keniscayaan. Pengembangan
kualitas seumberdaya manusia dapat dilakukan denganca cara :
• Pelatihan dengan system customized training, yaitu system pelatihan yang
dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan dan harapan si
pemberi kerja.
• Pembuatan bank keahlian (skill banks), sebagai bank informasi yang berisi
data tentang keahlian dan latar belakang orang yang menganggur di
penciptaan iklim yang mendukung bagi perkembangan lembaga-lembaga
pendidikan dan keterampilan di daerah.
• Pengembangan lembaga pelatihan bagi para penyandang cacat.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
18
B. Daftar Pustaka
• Jhingan. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. 2012. Jakarta:
RajaGrafindo
• Mulyadi S. Ekonomi Sumber Daya Manusia. 2012. Jakarta: Rajawali Pers
• Subandi. Ekonomi Pembangunan. 2012. Bandung: AlfaBeta
• http://anaarisanti.blogspot.com/2010/06/strategi-pembangunan-ekonomi-
daerah.html (diakses pada 18 November 2017)
19