Anda di halaman 1dari 14

Universitas Pamulang Akuntansi S-1

PERTEMUAN KE-9

SAAT DAN TEMPAT TERUTANG PPN

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari pertemuan Ke-9 mengenai saat dan tempat terutangnya


Pajak Pertambahan Nilai, mahasiswa mampu menentukan saat terutang dan tempat
terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

B. URAIAN MATERI

1. Saat Terutang PPN

Berdasarkan Pasal 11 UU PPN, bahwa terutangnya pajak terjadi pada saat :


a. “penyerahan Barang Kena Pajak
b. impor Barang Kena Pajak
c. penyerahan Jasa Kena Pajak
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean
e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
f. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud
g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, atau
h. ekspor Jasa Kena Pajak”

Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak


atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak atau dalam hal pembayaran
dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean, saat terutangnya pajak adalah
pada saat pembayaran. Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan saat lain
sebagai saat terutangnya pajak dalam hal saat terutangnya pajak sukar
ditetapkan atau terjadi perubahan ketentuan yang dapat menimbulkan
ketidakadilan. Saat Terutangnya pajak diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah No 9 Tahun 2021 Tentang Perlakuan Perpajakan Untuk Mendukung
Kemudahan Berusaha, menjelaskan secara detail bahwa :

a. Saat Terutang Penyerahan Barang Kena Pajak

1) “penyerahan Barang Kena Pajak Berwujud yang menurut sifat atau


hukumnya berupa barang bergerak selain penyerahan oleh pemilik

Perpajakan 2 108
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

barang atau yang disebut consignor kepada penerima barang atau yang
disebut consignee secara konsinyasi, terjadi pada saat:

a) Barang Kena Pajak Berwujud tersebut diserahkan secara langsung


kepada pembeli atau pihak ketiga untuk dan atas nama pembeli

b) Barang Kena Pajak Berwujud tersebut diserahkan secara langsung


kepada penerima barang untuk pemberian cuma-cuma, pemakaian
sendiri, dan penyerahan dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/
atau penyerahan antarcabang

c) Barang Kena Pajak Berwujud tersebut diserahkan kepada juru kirim


atau pengusaha jasa angkutan; atau

d) harga atas penyerahan Barang Kena Pajak Berwujud diakui sebagai


piutang atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan
oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum dan diterapkan secara konsisten

2) penyerahan Barang Kena Pajak Berwujud yang menurut sifat atau


hukumnya berupa barang tidak bergerak, terjadi pada saat penyerahan
hak untuk menggunakan atau menguasai Barang Kena Pajak Berwujud
tersebut, secara hukum atau secara nyata, kepada pihak pembeli
3) penyerahan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, terjadi pada saat:

a) harga atas penyerahan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud diakui


sebagai piutang atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur
penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten, atau

b) kontrak atau perjanjian ditandatangani, atau saat mulai tersedianya


fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, sebagian atau
seluruhnya, dalam hal saat sebagaimana dimaksud pada huruf a)
tidak diketahui.

4) Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/ atau aktiva yang menurut
tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan terjadi, yaitu pada saat yang terjadi lebih dahulu
di antara saat:

a) ditandatanganinya akta pembubaran oleh notaris

Perpajakan 2 109
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

b) berakhimya jangka waktu berdirinya perusahaan yang ditetapkan


dalam anggaran dasar

c) tanggal penetapan pengadilan yang menyatakan perusahaan


dibubarkan, atau

d) diketahuinya bahwa perusahaan tersebut nyata-nyata sudah tidak


melakukan kegiatan usaha atau sudah dibubarkan, berdasarkan
hasil pemeriksaan atau berdasarkan data atau dokumen yang ada.

5) pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan,


pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha, serta pengalihan
Barang Kena Pajak untuk tujuan setoran modal pengganti saham, yang
tidak memenuhi ketentuan Pasal 1A ayat (2) huruf d Undang-Undang
Pajak Pertambahan Nilai atau perubahan bentuk usaha, terjadi pada saat:

a) disepakati atau ditetapkannya penggabungan, peleburan,


pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau perubahan
bentuk usaha sesuai dengan hasil rapat umum pemegang saham
yang tertuang dalam perjanjian penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau perubahan
bentuk usaha

b) ditandatanganinya akta mengenai penggabungan, peleburan,


pemekaran, pemecahan atau pengambilalihan usaha, atau
perubahan bentuk usaha oleh notaris

c) disepakati atau ditetapkannya pengalihan Barang Kena Pajak untuk


tujuan setoran modal pengganti saham yang tertuang dalam
perjanjian pengalihan Barang Kena Pajak untuk tujuan setoran
modal,atau

d) ditandatanganinya akta mengenai pengalihan Barang Kena Pajak


untuk tujuan setoran modal pengganti saham oleh notaris.

6) Penyerahan Barang Kena Pajak untuk penyerahan Barang Kena Pajak


Berwujud yang menurut sifat atau hukumnya berupa barang bergerak
yang dilakukan secara konsinyasi, bagi consignor, terjadi pada saat harga
atas penyerahan Barang Kena Pajak diakui sebagai piutang atau
penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha
Kena Pajak consignor, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

Perpajakan 2 110
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

umum dan diterapkan secara konsisten


7) Penyerahan Barang Kena Pajak untuk penyerahan Barang Kena Pajak
Berwujud yang menurut sifat atau hukumnya berupa barang bergerak
yang dilakukan secara konsinyasi, bagi consignee, terjadi pada saat:

a) Barang Kena Pajak Berwujud tersebut diserahkan secara langsung


kepada pembeli atau pihak ketiga untuk dan atas nama pembeli

b) Barang Kena Pajak Berwujud tersebut diserahkan secara langsung


kepada penerima barang untuk pemberian cuma-cuma, pemakaian
sendiri, dan penyerahan dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/
atau penyerahan antar cabang

c) Barang Kena Pajak Berwujud tersebut diserahkan kepada juru kirim


atau pengusaha jasa angkutan; atau

d) harga atas penyerahan Barang Kena Pajak Berwujud diakui sebagai


piutang atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan
oleh Pengusaha Kena Pajak consignee, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten.

8) Impor Barang Kena Pajak terjadi pada saat Barang Kena Pajak tersebut
dimasukkan ke dalam Daerah Pabean
9) Penyerahan Jasa Kena Pajak terjadi pada saat :

a) harga atas penyerahan Jasa Kena Pajak diakui sebagai piutang atau
penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh
Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum dan diterapkan secara konsisten

b) kontrak atau perjanjian ditandatangani, dalam hal saat sebagaimana


dimaksud pada angka 1) tidak diketahui,atau

c) mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara


nyata, baik sebagian atau seluruhnya, dalam hal pemberian cuma-
cuma atau pemakaian sendiri Jasa Kena Pajak.

10) Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/ atau Jasa Kena
Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, terjadi pada saat
yang lebih dahulu terjadi di antara saat:

a) harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/ atau Jasa

Perpajakan 2 111
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

Kena Pajak terse but dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang
memanfaatkannya

b) Penggantian atas Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/ atau Jasa
Kena Pajak terse but ditagih oleh pihak yang menyerahkannya; atau

c) harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa


Kena Pajak tersebut dibayar baik sebagian atau seluruhnya oleh
pihak yang memanfaatkannya.

11) Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/ atau Jasa Kena
Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean terjadi pada
tanggal ditandatanganinya kontrak atau perjanjian, dalam hal saat
terjadinya pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau
Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean tidak
diketahui.
12) Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud terjadi pada saat Barang Kena
Pajak dikeluarkan dari Daerah Pabean
13) Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud sebagaimana terjadi pada
saat Penggantian atas Barang Kena Pajak Tidak Berwujud yang diekspor
tersebut dicatat atau diakui sebagai piutang atau penghasilan
14) Ekspor Jasa Kena Pajak terjadi pada saat Penggantian atas jasa yang
diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai piutang atau penghasilan”.

2. Tempat Terutang Pajak Pertambahan Nilai

Berdasarkan Psal 12 UU PPN, Tempat terutang pajak yaitu :


a. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan
atau Jasa Kena Pajak Di Dalam Daerah Pabean, mengekspor Barang Kena
Pajak Berwujud , mengekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan atau
mengekspor Jasa Kena Pajak terutang pajak di tempat tinggal atau tempat
kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha dilakukan atau tempat lain selain
tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha
dilakukan yang diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.

Penjelasan :

Pengusaha Kena Pajak orang pribadi terutang pajak di tempat tinggal


dan/atau tempat kegiatan usaha, sedangkan bagi Pengusaha Kena Pajak

Perpajakan 2 112
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

badan terutang pajak di tempat kedudukan dan tempat kegiatan usaha.


Apabila Pengusaha Kena Pajak mempunyai satu atau lebih tempat kegiatan
usaha di luar tempat tinggal atau tempat kedudukannya, setiap tempat
tersebut merupakan tempat terutangnya pajak, dan Pengusaha Kena Pajak
dimaksud wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak. Apabila Pengusaha Kena Pajak mempunyai lebih dari satu
tempat pajak terutang yang berada di wilayah kerja 1 (satu) Kantor Direktorat
Jenderal Pajak, untuk seluruh tempat terutang tersebut, Pengusaha Kena
Pajak memilih salah satu tempat kegiatan usaha sebagai tempat pajak
terutang yang bertanggung jawab untuk seluruh tempat kegiatan usahanya,
kecuali apabila Pengusaha Kena Pajak tersebut menghendaki lebih dari 1
(satu) tempat pajak terutang, Pengusaha Kena Pajak wajib memberitahukan
kepada Direktur Jenderal Pajak. Dalam hal-hal tertentu, Direktur Jenderal
Pajak dapat menetapkan tempat lain selain tempat tinggal atau tempat
kedudukan dan tempat kegiatan usaha sebagai tempat pajak terutang.

Ilustrasi 1

Orang pribadi A yang bertempat tinggal di Bogor mempunyai usaha di


Cibinong. Apabila di tempat tinggal orang pribadi A tidak ada penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, orang pribadi A hanya wajib
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cibinong sebab tempat terutangnya pajak
bagi orang pribadi A adalah di Cibinong. Sebaliknya, apabila penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dilakukan oleh orang pribadi A
hanya di tempat tinggalnya saja, orang pribadi A hanya wajib mendaftarkan
diri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bogor. Namun, apabila baik di tempat
tinggal maupun di tempat kegiatan usahanya orang pribadi A melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, orang pribadi A
wajib mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bogor dan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Cibinong karena tempat terutangnya pajak berada
di Bogor dan Cibinong.

Berbeda dengan orang pribadi, Pengusaha Kena Pajak badan wajib


mendaftarkan diri baik di tempat kedudukan maupun di tempat kegiatan usaha
karena bagi Pengusaha Kena Pajak badan di kedua tempat tersebut dianggap
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.

Perpajakan 2 113
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

Ilustrasi 2

PT A mempunyai 3 (tiga) tempat kegiatan usaha, yaitu di kota Bengkulu,


Bintuhan, dan Manna yang ketiganya berada dibawah pelayanan 1 (satu)
kantor pelayanan pajak, yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bengkulu.
Ketiga tempat kegiatan usaha tersebut melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dan melakukan administrasi penjualan dan
administrasi keuangan sehingga PT A terutang pajak di ketiga tempat atau
kota itu. Dalam keadaan demikian, PT A wajib memilih salah satu tempat
kegiatan usaha untuk melaporkan usahanya guna dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak, misalnya tempat kegiatan usaha di Bengkulu. PT A
yang bertempat kegiatan usaha di Bengkulu ini bertanggung jawab untuk
melaporkan seluruh kegiatan usaha yang dilakukan oleh ketiga tempat
kegiatan usaha perusahaan tersebut. Dalam hal PT A menghendaki tempat
kegiatan usaha di Bengkulu dan Bintuhan ditetapkan sebagai tempat pajak
terutang untuk seluruh kegiatan usahanya, PT A wajib memberitahukan
kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bengkulu.

b. Atas pemberitahuan secara tertulis dari Pengusaha Kena Pajak, Direktur


Jenderal Pajak dapat menetapkan 1 (satu) tempat atau lebih sebagai tempat
pajak terutang

Penjelasan :

Apabila Pengusaha Kena Pajak terutang pajak pada lebih dari 1 (satu) tempat
kegiatan usaha, Pengusaha Kena Pajak tersebut dalam pemenuhan
kewajiban perpajakannya dapat menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak untuk memilih 1 (satu) tempat atau
lebih sebagai tempat terutangnya pajak.

c. Dalam hal impor, terutangnya pajak terjadi di tempat Barang Kena Pajak
dimasukkan dan dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
d. Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean terutang pajak di tempat tinggal atau tempat kedudukan
dan/atau tempat kegiatan usaha

Penjelasan : Orang pribadi atau badan baik sebagai Pengusaha Kena Pajak

Perpajakan 2 114
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

maupun bukan Pengusaha Kena Pajak yang memanfaatkan Barang Kena


Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
dan/atau memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean tetap terutang pajak di tempat tinggal dan/atau tempat
kegiatan usaha orang pribadi atau di tempat kedudukan dan/atau tempat
kegiatan usaha badan tersebut.

3. Pemusatan PPN Terutang

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-11/PJ/2020 Tentang


Penetapan Satu Tempat Atau Lebih Sebagai Tempat Pemusatan Pajak
Pertambahan Nilai Terutang, bahwa :

a. “Pengusaha Kena Pajak yang memiliki lebih dari 1 (satu) Tempat Pajak
Pertambahan Nilai Terutang dapat memilih 1 (satu) tempat atau lebih sebagai
Tempat Pemusatan Pajak Pertambahan Nilai Terutang

b. Pengusaha Kena Pajak wajib menyelenggarakan administrasi penyerahan


dan administrasi keuangan secara terpusat pada 1 (satu) atau lebih Tempat
Pemusatan Pajak Pertambahan Nilai Terutang

c. Tempat yang dapat dipilih sebagai Tempat Pemusatan Pajak Pertambahan


Nilai Terutang merupakan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang dimana
Pengusaha di tempat tersebut telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak

d. Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang yang akan dipusatkan merupakan


Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang dimana Pengusaha di tempat
tersebut telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

e. Tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha yang:

1) berada di Tempat Penimbunan Berikat termasuk di dalamnya Kawasan


Berikat;

2) berada di Kawasan Ekonomi Khusus;

3) berada di Kawasan Bebas;

4) berada di kawasan berfasilitas lainnya;

5) mendapatkan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor; dan/atau

Perpajakan 2 115
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

6) memiliki kegiatan usaha di bidang pengalihan tanah dan/atau bangunan,

tidak dapat dipilih sebagai Tempat Pemusatan Pajak Pertambahan Nilai


Terutang atau Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang yang akan
dipusatkan

f. Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang yang secara nyata tidak memiliki
kegiatan usaha dan/atau tidak melakukan kegiatan administrasi penyerahan
dan administrasi keuangan, tidak dapat dipilih sebagai Tempat Pemusatan
Pajak Pertambahan Nilai Terutang”.

Tata Cara Pemusatan Pajak Terutang :

a. “Dalam hal Pengusaha Kena Pajak memilih 1 (satu) tempat atau lebih sebagai
Tempat Pemusatan Pajak Pertambahan Nilai Terutang, Pengusaha Kena
Pajak menyampaikan pemberitahuan secara elektronik kepada Kepala Kanwil
DJP Tempat Pemusatan, dengan tembusan kepada Kepala KPP Terdaftar.

b. Dalam hal saluran elektronik belum tersedia, Pengusaha Kena Pajak dapat
mengajukan pemberitahuan secara tertulis kepada Kepala Kanwil DJP
Tempat Pemusatan, dengan tembusan kepada Kepala KPP Terdaftar.

c. Pemberitahuan tersebut harus memenuhi persyaratan:

1) memuat nama, alamat, dan NPWP Pengusaha Kena Pajak pada Tempat
Pajak Pertambahan Nilai Terutang yang dipilih sebagai Tempat
Pemusatan Pajak Pertambahan Nilai Terutang;

2) memuat nama dan NPWP Pengusaha Kena Pajak pada Tempat Pajak
Pertambahan Nilai Terutang yang akan dipusatkan;

3) dilampiri surat pernyataan bahwa:

a) administrasi penyerahan dan administrasi keuangan


diselenggarakan secara terpusat pada Tempat Pajak Pertambahan
Nilai Terutang yang dipilih sebagai Tempat Pemusatan Pajak
Pertambahan Nilai Terutang;

b) Tempat Pemusatan Pajak Pertambahan Nilai Terutang dan Tempat


Pajak Pertambahan Nilai Terutang yang akan dipusatkan tidak
termasuk tempat tinggal, tempat kedudukan, atau tempat kegiatan
usaha yang dikecualikan ; dan

Perpajakan 2 116
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

c) Tempat Pemusatan Pajak Pertambahan Nilai Terutang secara nyata


memiliki kegiatan usaha dan/atau melakukan kegiatan administrasi
penyerahan dan administrasi keuangan, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2);

4) dilampiri surat kuasa khusus dalam hal pemberitahuan dilakukan oleh


kuasa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan.

5) Surat pernyataan dibuat sesuai contoh format sebagaimana tercantum


dalam Lampiran huruf B yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Direktur Jenderal Nomor Per-11/PJ/2020

6) Berdasarkan pemberitahuan tersebut, Kepala Kanwil DJP Tempat


Pemusatan atas nama Direktur Jenderal Pajak memberikan keputusan
dengan menerbitkan:

a) Keputusan Pemusatan, dalam hal pemberitahuan memenuhi


persyaratan ; atau
b) Surat Pemberitahuan Belum Memenuhi Persyaratan untuk Diberikan
Keputusan Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang,
dalam hal pemberitahuan tidak memenuhi persyaratan paling lama
14 (empat belas) hari kerja sejak pemberitahuan diterima lengkap.

7) Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang berlaku mulai


Masa Pajak berikutnya setelah tanggal Keputusan Pemusatan.

8) Kepala Kanwil DJP Tempat Pemusatan menyampaikan Keputusan


Pemusatan kepada Kepala Kanwil DJP Terdaftar dan Kepala KPP
Terdaftar, yang wilayah kerjanya meliputi Tempat Pajak Pertambahan
Nilai Terutang yang telah dipusatkan

9) Dalam hal Kepala Kanwil DJP Tempat Pemusatan menerbitkan Surat


Pemberitahuan Belum Memenuhi Persyaratan, Pengusaha Kena Pajak
dapat menyampaikan pemberitahuan baru secara elektronik atau tertulis
kepada Kepala Kanwil DJP Tempat Pemusatan dengan melengkapi
persyaratan

10) Apabila jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak pemberitahuan
diterima lengkap telah terlampaui dan Kepala Kanwil DJP Tempat
Pemusatan tidak menerbitkan keputusan, maka:

Perpajakan 2 117
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

a) pemberitahuan dari Pengusaha Kena Pajak dianggap telah


memenuhi persyaratan; dan
b) Kepala Kanwil DJP Tempat Pemusatan atas nama Direktur Jenderal
Pajak harus menerbitkan Keputusan Pemusatan yang berlaku mulai
Masa Pajak berikutnya setelah jangka waktu 14 (empat belas) hari
kerja sejak pemberitahuan diterima lengkap berakhir”.

Tata Cara Pencabutan Pemusatan Pajak Terutang :

a. Kepala Kanwil DJP Tempat Pemusatan atas nama Direktur Jenderal Pajak
melakukan pencabutan Tempat Pemusatan Pajak Pertambahan Nilai
Terutang berdasarkan pemberitahuan Pengusaha Kena Pajak atau secara
jabatan.

b. Dalam hal Pengusaha Kena Pajak menghendaki untuk dilakukan pencabutan


Tempat Pemusatan Pajak Pertambahan Nilai Terutang, Pengusaha Kena
Pajak yang telah melaksanakan pemusatan Pajak Pertambahan Nilai terutang
dapat menyampaikan pemberitahuan pencabutan pemusatan Tempat Pajak
Pertambahan Nilai Terutang, secara elektronik kepada Kepala Kanwil DJP
Tempat Pemusatan, dengan tembusan kepada Kepala KPP Terdaftar.

c. Berdasarkan pemberitahuan pencabutan pemusatan Tempat Pajak


Pertambahan Nilai Terutang, Kepala Kanwil DJP Tempat Pemusatan atas
nama Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Keputusan Pencabutan
Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang, paling lama 14 (empat
belas) hari kerja sejak pemberitahuan diterima lengkap.

d. Pencabutan pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang berlaku


mulai Masa Pajak berikutnya setelah tanggal surat keputusan.

e. Apabila jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak pemberitahuan


diterima lengkap telah terlampaui dan Kepala Kanwil DJP Tempat Pemusatan
tidak menerbitkan Surat Keputusan Pencabutan Pemusatan Tempat Pajak
Pertambahan Nilai Terutang, maka:

1) pemberitahuan dari Pengusaha Kena Pajak dianggap telah memenuhi


persyaratan; dan

2) Kepala Kanwil DJP Tempat Pemusatan atas nama Direktur Jenderal


Pajak harus menerbitkan Surat Keputusan Pencabutan Pemusatan
Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang yang berlaku mulai Masa

Perpajakan 2 118
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

Pajak berikutnya setelah jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak
pemberitahuan diterima lengkap berakhir.

f. Dalam hal saluran elektronik belum tersedia, Pengusaha Kena Pajak dapat
mengajukan pemberitahuan secara tertulis kepada Kepala Kanwil DJP
Tempat Pemusatan, dengan tembusan kepada Kepala KPP Terdaftar”.

Tata Cara Memperpanjang Pemusatan Pajak Terutang :

a. “Pengusaha Kena Pajak menyampaikan Pemberitahuan Kembali secara


elektronik kepada Kepala Kanwil DJP Tempat Pemusatan untuk memperoleh
Keputusan Pemusatan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Direktur
Jenderal .

b. Dalam hal saluran elektronik belum tersedia, Pengusaha Kena Pajak dapat
menyampaikan Pemberitahuan Kembali secara tertulis kepada Kepala Kanwil
DJP Tempat Pemusatan.

c. Pemberitahuan Kembali dibuat sesuai contoh format sebagaimana tercantum


dalam Lampiran huruf K yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Direktur Jenderal Nomor Per-11/PJ/2020

d. Pemberitahuan Kembali harus memenuhi persyaratan:

1) memuat nama, alamat, dan NPWP Pengusaha Kena Pajak pada Tempat
Pajak Pertambahan Nilai Terutang yang telah dipilih sebagai Tempat
Pemusatan Pajak Pertambahan Nilai Terutang; dan

2) memuat nama dan NPWP Pengusaha Kena Pajak pada Tempat Pajak
Pertambahan Nilai Terutang yang telah dipusatkan.

e. Berdasarkan Pemberitahuan Kembali, Kepala Kanwil DJP Tempat


Pemusatan atas nama Direktur Jenderal Pajak, memberikan keputusan
dengan menerbitkan:

1) Keputusan Pemusatan yang baru, dalam hal pemberitahuan memenuhi


ketentuan dan persyaratan; atau

2) Surat Pemberitahuan Belum Memenuhi Persyaratan untuk Diberikan


Keputusan Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang, dalam
hal pemberitahuan tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan

Perpajakan 2 119
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak Pemberitahuan Kembali diterima
lengkap.

f. Keputusan Pemusatan berlaku sejak dimulainya Keputusan Pemusatan


sebelumnya.

g. Kepala Kanwil DJP Tempat Pemusatan menyampaikan Keputusan


Pemusatan kepada Kepala Kanwil DJP Terdaftar dan Kepala KPP Terdaftar
yang wilayah kerjanya meliputi Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang
yang dipusatkan.

h. Berdasarkan Keputusan Pemusatan yang diterima, KPP Terdaftar melakukan


pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak melalui penelitian
administrasi terhadap Pengusaha Kena Pajak pada Tempat Pajak
Pertambahan Nilai Terutang yang telah dipusatkan namun belum dilakukan
pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

i. Dalam hal Kepala Kanwil DJP Tempat Pemusatan menerbitkan Surat


Pemberitahuan Belum Memenuhi Persyaratan, Pengusaha Kena Pajak dapat
menyampaikan Pemberitahuan Kembali dengan melengkapi persyaratan
paling lambat sampai dengan jangka waktu berakhir

j. Atas Pengusaha Kena Pajak yang tidak menyampaikan Pemberitahuan


Kembali Keputusan Pemusatan berlaku sampai dengan habis masa
berlakunya.

k. Pengusaha Kena Pajak yang telah habis Keputusan Pemusatan dapat


menyampaikan pemberitahuan pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai
Terutang seperti tata cara pemusatan pajak terutang”.

C. LATIHAN SOAL

1. Jelaskan saat terutang pajak untuk penyerahan jasa kena pajak !


2. Sebutkan Tata Cara pencabutan pemusatan pajak terutang !
3. Jelaskan perbedaan perlakuan perpajakan bagi Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan pemusatan pajak terutang dengan Pengusaha Kena Pajak yang tidak
melakukan pemusatan pajak terutang !

Perpajakan 2 120
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

D. DAFTAR PUSTAKA

Untung Sukardji. (2010). Pokok-Pokok Pajak Pertambahan Nilai Indonesia, Jakarta :


PT. Raja Grafindo Persada.

Pemerintah Indonesia. 2009. Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak
Pertambahan Nilai. Sekertariat Negara. Jakarta

Pemerintah Indonesia. 2021. Undang Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang


Harmonisasi Perpajakan. Sekertariat Negara. Jakarta

Heri Purwono. (2010). Dasar-dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta:


Airlangga.

Perpajakan 2 121

Anda mungkin juga menyukai