Anda di halaman 1dari 2

Nama : Fadhiil Lintang Kusumo Wardana

NIM : 22101020061
Kelas : B

Kata maudhu’ berarti meninggalkan, menggugurkan, dan memalsukan. Sedangkan secara istilah,
hadits maudhu adalah sesuatu yang di nisbatkan kepada Rasulullah SAW dengan cara mengada-
gada dan dusta. Hadits ini tidak pernah di sabdakan oleh beliau, dikerjakan maupun taqrirkan.

Sedangkan menurut para ulama definisi hadits maudhu secara istilah adalah:
1. menurut Muhammad Ajjal al-Kharib adalah Hadits yang disandarkan kepada Rasulullah
SAW. secara dibuat-buat, sedangkan beliau tidak mengucapkan, melakukan atau pun
menetapkanya.
2. Menurut Inbu al-Shaleh ialah hadits yang dibuat-buat atau diciptakan, yang didustakan
atas nama Rasulullah SAW secara sengaja.
3. Menurut Naruddin itr yaitu hadits yang diada-adakan dan di buat-buat.

Ciri-ciri hadits maudhu menurut Mustafa al-Sibai dapat dilihat dari dua segi, yakni kepalsuan
yang ada di dalam matan dan sanadnya.

1. perawi yang terkenal sebagai pendusta dan didalam hadits yang diriwayatkannya tidak
ada perawi yang dapat dipercaya
2. pengakuan pembuatan hadits
3. pembuat hadits palsu terdorong oleh emosi.

Sedangkan ciri-ciri kepalsuan hadits dalam matannya dapat di definisikan dengan adanya :

1. susunan kalimat hadits tidak teratur;


2. memiliki makna yang tidak jelas;
3. bertentangan dengan kaidah umum dan kaidah tata cara kehidupan;
4. bertentangan dengan jangkauan akal dan tidak dapat di ta’wili;
5. mengajak kepada syahwat;
6. bertentangan dengan panca indera;
7. bertentangan dengan kaidah kedokteran;
8. bertentangan dengan akal sehat yang menerima kemahasucian dan maha kesempurnaan
Allah;
9. bertentangan dengan fakta-fakta historis ataupun sunnah Allah;
10. memunculkan pikiran yang picik yang tidak pernah diajukan orang-orang yang berakal;
11. bertentangan dengan ketentuan Al-Qur’an yang tidak dita’wilkan lain;
12. bertentangan dengan ketentuan-ketentuan sunnah yang mutawatir;
bertentangan dengan ijma.

Di dalam permasalahan ini, pemalsuan hadits juga ada pembahasannya sendiri, yaitu pemasuan
hadits secara sengaja dan tidak sengaja. Pemalsuan hadits secara sengaja itu sudah sangat jelas
hanya untuk kepentingan politik demi mengunggulkan kelompok tertentu sedangkan pemalsuan
hadits tidak sengaja boleh jadi karena menyampaikan hadits tidak penuh ketelitian sehingga
terdapat kekeliruan dalam menyampaikan hadits.

Sejarah pemalsuan hadits ini pada mulanya terjadi ketika fitnah kubro atau terbunuhnya
khalifah sayyidina Utsman bin Affan r.u. yang mana tujuan dari pemalsuan hadits itu demi
kepentingan politik yang ingin mengunggulkan kepentingan sendiri dan menjatuhkan kelompok
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai