a. Hadits Mauquf
Secara bahasa kata mauquf merupakan ism maf’ul
yang berasal dari kata wakafa yang berarti dihentikan
atau diwakafkan. Secara istilah berarti hadits yang
diriwayatkan dari para sahabat, berupa perkataan,
perbuatan atau karirnya, baik periwayatannya
bersambung atau tidak. Hadits mauquf adalah
perkataan, perbuatan dan takrir sahabat, dan hadits
ini disebut mauquf karena sandarannya terhenti pada
sahabat bukan pada Rasulullah saw.
b. Hadits Maqthu’
Kata maqthu’ merupakan isim maf’ul dari kata
qatha’a lawan dari washala, arti maqthu’ adalah
yang diputuskan atau yang terputus, yang
dipotong atau terpotong, sehingga hadits
maqthu’ adalah hadits yang dipotong
sandarannya hanya sampai pada tabi’in. secara
istilah perkataan atau perbuatan yang berasal dari
seorang tabi’in serta dimauqufkan padanya. Baik
sanad-nya bersambung atau tidak.
Ke-dho’if-an dari segi sanadnya yang
terputus
a. Hadits Mursal
Kata mursal merupakan isim maf’ul dari
kata arsala yang berarti melepaskan. Secara
istilah hadits yang gugur dari akhir
sanadnya, seorang setelah tabi’iy.
b. Hadits Munqathi
Kata munqathi’ merupakan isim fa’il dari
inqahta’a lawan dari ittishal yang artinya
hadits yang terputus. Secara istilah hadits
yang gugur salah seorang rawinya sebelum
sahabat disatu tempat atau beberapa tempat
dengan catatan bahwa rawi yang gugur
pada setiap tempat tidak lebih dari seorang
dan tidak terjadi pada awal sanad.
c. Hadits Mu’dhal
Kata mu’dhal merupakan isim maf’ul dari
fi’il a’dhala yang artinya memayahkan atau
memberatkan atau tempat melemahkan.
Secara istilah hadiys mu’dhal adalah hadits
yang gugur rawi-rawinya dua orang rawi
atau lebih, baik bersama sahabat tabi’in
bersama tabi’it tabi’in, maupun dua orang
sebelum sahabat dan tabi’in.
d. Hadits Mudallas
Kata Mudallas merpakan isim maf’ul dari
kata tadlis yang berarti gelap. Secara istilah
hadits yang diriwayatkan cara yang
diperkirakan bahwa hadits itu tidak
ternoda.
e. Hadits Mu’allaq
Kata mu’allaq merupakan isim maf’ul dari
fi’il allaqa yang berarti menghubungkan,
menurut istilah hadits yang gugur rawinya,
seorang atau lebih dari awal sanadnya.
KESIMPULAN
jadi kita harus bersikap teliti terhadap suatu hadits dikarenakan
banyaknya hadits-hadits baginda Nabi baik itu berupa Hadits shahih
hasan, dho’if dan maudhu’. Yang dalam hadits tidak sesuai dengan
apa yang telah disabdakan oleh baginda Nabi Muhammad saw
dikarenakan adanya ulah para musuh-musuh islam. Tujuannya kita
mengetahui apakah hadits dho’if dan maudhu’ adalah agar diri kita
tidak termasuk pada golonganyang disebdakan Nabi yaitu orang yang
mendustakan atau mengarang sebuah hadits Nabi di karenakan ada
sebuah ancaman yang besar menanti di akhirat nanti. Jadi sekali lagi
kita sebagai ummat muslim seharusnya lebih berhati-hati lagi dalam
menyikapi suatu hadits yang kita terima.