Anda di halaman 1dari 26

HADITS MAUDHU

DAN HADITS DHA’IF


Kelompok 8 :
1. Mohammad Agus Triawan (C03219023)
2. Muh Qoidul Qurril M (C03219024)
3. Muhammad Fadhlan Kamil (C03219025)
PENDAHULUAN
Banyak Hadist Dhoif dan Maudhu’ yang mana
keduanya harus kita bedakan dikarenakan
keduanya tidak dapat digunakan untuk
masalah yang berhubungan dengan Syariah,
dikarenakan dalam hadist dhoif masih sangat
diragukan keabsahanya. Apalagi dalam Hadist
Maudhu’ yang mana merupakan hadist palsu
yang dibuat oleh manusia yang tidak ada
kejelasannya.
PENGERTIAN HADITS MAUDHU’
Hadith Maudhu’ menurut bahasa atau etimologis
merupakan bentuk isim maf’ul dari kata Wadhoa-
Yadhou yang secara bahasa bermakna
merendahkan, memalsukan,dan meninggalkan.
Secara epistimologis adalah :
Apa yang disandarkan kepada Rasululloh SAW
dengan mengada-ngada dab dusta yang tidak
beliau sabdakan,kerjakan, ataupun takrirkan
(akui).
SEJARAH MUNCULNYA HADITS
MAUDHU’
Bermula pada peristiwa terbunuhnya
Usman bin Affan yang berdampak pada
mengkristalnya instabilitas politik antara
kedua golongan, yakni Ali bin Abi Thalib
yang didukung penuh oleh masyarakat
Hijaz dan Irak serta Muawiyah yang
didukung oleh masyarakat Mesir dan Syam.
Ketegangan yang terjadi antara Amirul
Mu’minin Ali bin Abi Thalib dan Gubernur
Syam Muawiyah bin Abi Sufyan memiliki
dampak besar terhadap perpecahan ummat
dan kemunculan berbagai aliran keagamaan
dan politik. Masing-masing ingin
melitigimasi pendapatnya dengan Al-
Qur’an dan Sunnah.
Dan ketika sebagian dari mereka tidak
menemukan apa yang mereka cari, karena
banyaknya pakar yang hafal Al-Quran dan
Sunnah, maka mereka mencoba beralih
kepada pola pemalsuan dan pendustaan
atas diri Rasululloh SAW.
FAKTOR –FAKTOR MUNCULYA HADITS
MAUDHU’
Pembahasan ini terbagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Pemalsuan Hadits yang disengaja
a. Mendiskreditkan islam
b. Membela kelompok tertentu
c. Menjilat duniawi
2. Pemalsuan Hadits yang tidak disengaja
a. Terjadinya waham atau kekeliruan dalam
diri perawi
b. dalam kitab perawi tercampur sesuatu yang
lain tanpa disadarinya
1.Pemalsuan Hadits yang
disengaja
a. Mendiskreditkan islam
Salah satu sebab paling menonjol adalah
keinginan untuk memojokkan islam.
Kalangan zindiq memainkan peran ini
secara menonjol dan terang-terangan.
Mereka bangkit untuk memalsukan hadits-
hadits nabi. Tujuannya untuk mencela islam
dan Rasulullah saw.
b. Membela kelompok tertentu
1) Mendukung fraksi politik tertentu,
Sebagaimana keterangan di atas bahwa awal
timbulnya hadits maudhu’ adalah akibat
dampak konflik intern ummat Islam awal
yang kemudian menjadi terpecah ke
beberapa sekte. Dalam sejarah sekte pertama
yang menciptakan hadits maudhu’ adalah
syi’ah.
2) Mendukung mazhab fiqh tertentu, Dalam
ranah fiqh yang prinsip, mendasar, dan
cabang banyak sejumlah pertentangan. Dari
sini kemudian munculah banyak hadith yang
yang mendukung ataupun menjungkalkan
berbagai pendapat dalam bidang fiqh. Dalam
bidang cabang fiqh, syarat-syarat, dan batas-
batasnya.Ini jauh sekali dari pola hadist Nabi.
Malah lebih menyerupai teks-teks kitab fiqh.
c. Menjilat duniawi
1)Menjilat penguasa, Untuk memperoleh
penghargaan yang baik dari para pembesar,
teristimewa dari para Khalifah, maka
beberapa ulama Su’ membuat hadits palsu.
2. Pemalsuan hadits yang tidak disengaja

a. Terjadinya waham atau kekeliruan dalam


diri perawi
Walaupun tsiqoh, seorang perawi bukannya
tidak bisa mengalami waham atau kekeliruan.
Bisa saja dia meriwayatkan ucapan sahabat
selain mereka dan menganggapnya sebagai
hadith Rasulullah saw. Praktik semisal
terkadang dinamakan pemalsuan, terkadang
pula dinamakan semi pemalsuan.
b. Dalam kitab perawi tercampur sesuatu yang lain tanpa disadarinya
kriteria di kalangan ahli hadist adalah mereka yang punya keadilan
dan kedhabitan. Bagi ulama’ kedhabitan dibagi menjadi dua; dhabit
hafalan dan dhabit tulisan. Maksud dhabit hafalan, perawi adalah
orang yang hafal riwayat-riwayatnya diluar kepala, sehinga bisa
mengutarakan kapan saja dia mau. Makna dhabit tulisan adlah
perawi bisa menjaga semua hadist yang termaktub dalm kitabnya.
Dia tidak menuliskan dalam kitabnya sembarangan, kecuali riwayat-
riwayat dari perawi tsiqah lainnya. Terjadinya kesalahn ini
dikarenakan mereka menganggap bahwa hadist yang mereka tulis
merupakan hadist yang shahih, tetapi itu merupakan hadist palsu.
KRITERIA KEPALSUAN HADITS
MAUDHU’
1. Tanda-tanda hadits palsu dalam sanad
a. Pengakuan orang yang memalsukannya.
b. Perawi yang dikenal sebagai pendusta
meriwayatkan hadits seorang diri dan tdak
ada perawi lain yang cermat meriwayatkan.
c. Adanya indikasi yang hampir sama dengan
pengakuan.
2. Tanda-tanda hadits palsu dalam matan
a.) kejanggalan redaksi yang diriwayatkan, yang
apabila dirasakan oleh ahli bahasa akan terasa sekali
tidak mencermikan sabda Nabi saw.
b.) Pertentangan makna.
c). Bertentangan dengan ayat-ayat Al-Quran, As-
Sunnah, dan Ijma’.
d.) Setiap hadits tidak dengan realistis sejarah yang
terjadi pada masa Nabi saw, atau disertai dengan
suatu yang mengindikasikan ketidak benarannya
secara historis.
PENGERTIAN HADITS DHO’IF
Arti kata Dho’if menurut bahasa yaitu
Lemah, yang berasal dari kata dhuifun yang
lawan katanya yaitu Qowiyun yang berarti
Kuat. Dan hadits dhoif itu berarti hadits
yang tidak memenuhi hadits hasan.
Arti hadits dho’if secara istilah dari
pendapat beberapa ulama :
• Nawawi mendefinisikan hadits dha’if sebagai
hadits yang di dalamnya tidak terdapat syarat-
syarat hadits shahih dan syarat-syarat hadits
hasan.
• Ajjaj al-Khatib mendefinisikan hadits dha’if
sebagai segala hadits yang di dalamnya tidak
terkumpul sifat-sifat maqbul.
• Nur al-Din mendefinisikan hadits dha’if sebagai
hadits yang hilang salah satu syaratnya dari
syarat-syarat hadits maqbul
PEMBAGIAN HADITS DHO’IF
1. Ke-dho’if-an dari sudut sandaran matannya.
a. Hadits Mauquf
b.Hadits Maqthu’
2. Ke-dho’if-an dari segi sanadnya yang terputus.
a. Hadits Mursal
b. Hadits Munqathi
c. Hadits Mu’dhal
d. Hadits Mudallas
e. Hadits Mu’allaq
Ke-dho’if-an dari sudut sandaran matannya

a. Hadits Mauquf
Secara bahasa kata mauquf merupakan ism maf’ul
yang berasal dari kata wakafa yang berarti dihentikan
atau diwakafkan. Secara istilah berarti hadits yang
diriwayatkan dari para sahabat, berupa perkataan,
perbuatan atau karirnya, baik periwayatannya
bersambung atau tidak. Hadits mauquf adalah
perkataan, perbuatan dan takrir sahabat, dan hadits
ini disebut mauquf karena sandarannya terhenti pada
sahabat bukan pada Rasulullah saw.
b. Hadits Maqthu’
Kata maqthu’ merupakan isim maf’ul dari kata
qatha’a lawan dari washala, arti maqthu’ adalah
yang diputuskan atau yang terputus, yang
dipotong atau terpotong, sehingga hadits
maqthu’ adalah hadits yang dipotong
sandarannya hanya sampai pada tabi’in. secara
istilah perkataan atau perbuatan yang berasal dari
seorang tabi’in serta dimauqufkan padanya. Baik
sanad-nya bersambung atau tidak.
Ke-dho’if-an dari segi sanadnya yang
terputus
a. Hadits Mursal
Kata mursal merupakan isim maf’ul dari
kata arsala yang berarti melepaskan. Secara
istilah hadits yang gugur dari akhir
sanadnya, seorang setelah tabi’iy.
b. Hadits Munqathi
Kata munqathi’ merupakan isim fa’il dari
inqahta’a lawan dari ittishal yang artinya
hadits yang terputus. Secara istilah hadits
yang gugur salah seorang rawinya sebelum
sahabat disatu tempat atau beberapa tempat
dengan catatan bahwa rawi yang gugur
pada setiap tempat tidak lebih dari seorang
dan tidak terjadi pada awal sanad.
c. Hadits Mu’dhal
Kata mu’dhal merupakan isim maf’ul dari
fi’il a’dhala yang artinya memayahkan atau
memberatkan atau tempat melemahkan.
Secara istilah hadiys mu’dhal adalah hadits
yang gugur rawi-rawinya dua orang rawi
atau lebih, baik bersama sahabat tabi’in
bersama tabi’it tabi’in, maupun dua orang
sebelum sahabat dan tabi’in.
d. Hadits Mudallas
Kata Mudallas merpakan isim maf’ul dari
kata tadlis yang berarti gelap. Secara istilah
hadits yang diriwayatkan cara yang
diperkirakan bahwa hadits itu tidak
ternoda.
e. Hadits Mu’allaq
Kata mu’allaq merupakan isim maf’ul dari
fi’il allaqa yang berarti menghubungkan,
menurut istilah hadits yang gugur rawinya,
seorang atau lebih dari awal sanadnya.
KESIMPULAN
jadi kita harus bersikap teliti terhadap suatu hadits dikarenakan
banyaknya hadits-hadits baginda Nabi baik itu berupa Hadits shahih
hasan, dho’if dan maudhu’. Yang dalam hadits tidak sesuai dengan
apa yang telah disabdakan oleh baginda Nabi Muhammad saw
dikarenakan adanya ulah para musuh-musuh islam. Tujuannya kita
mengetahui apakah hadits dho’if dan maudhu’ adalah agar diri kita
tidak termasuk pada golonganyang disebdakan Nabi yaitu orang yang
mendustakan atau mengarang sebuah hadits Nabi di karenakan ada
sebuah ancaman yang besar menanti di akhirat nanti. Jadi sekali lagi
kita sebagai ummat muslim seharusnya lebih berhati-hati lagi dalam
menyikapi suatu hadits yang kita terima.

Anda mungkin juga menyukai