Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rizki ardiyansyah

NPM : 2220110094

Matkul : ilmu hadits (hadits dhaif, macam macam hadits dhaif dan contohnya)

Hadits dhaif dan macam-macam


hadits dhaif

Pengertian Hadits Dhoif


Hadits Dhoif, menurut bahasa berarti hadits yang lemah artinya hadit yang tidak kuat.
Sedangkan secara istilah para ulama terdapat perbedaan rumusan dalam mendefinisikan
hadits dhoif ini akan tetapi pada dasarnya,isi, dan maksudnya tidak berbeda. Beberapa
definisi,diantaranya adalah sebagai berikut:
1.Hadits yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadits shohih dansyarat-syarat
hadits hasan.
2.Hadits yang hilang salah satu syaratnya dari syarat-syarat haditsmaqbul(hadits shohih
atau yang hasan)
3.Pada definisi yang ketiga ini disebutkan secara tegas,bahwa Hadits dhoif adalah hadits
yang salah satu syaratnya hilang.
Para ulama’ memberikan batasan bagi hadits dhoif :
“hadits dhoif adalah hadits yang tidak menghimpun sifat-sifat hadits”.

Kriteria Hadits Dhoif


Adapun kriteria hadits dhoif adalah dimana ada salah satu syarat dari hadits shohih dan
hadits hasan yang tidak terdapat padanya,yaitu sebagai berikut:
1. Sanadnya tidak bersambung
2. Kurang adilnya perawi
3. Kurang dhobithnya perawi
4. Ada syadz atau masih menyelisihi dengan hadits yang diriwayatkan oleh orang yang
lebih tsiqah dibandingkan dengan dirinya
5. Ada illat atau ada penyebab samar dan tersenbunyi yang menyebabkan tercemarnya
suatu hadits shohih meski secara dzohir terlihat bebas dari cacat.
Dengan demikian, hadits dhoif bukan saja tidak memenuhi syarat-syarat hadits shohih,
juga tidak memenuhi persyaratan hadits hasan.

Macam-Macam Hadits Dhoif


Secara garis besar yang menyebabkan suatu hadits di golongkan menjadi hadits dhoif di
karenakan dua hal, yaitu : 1. Gugurnya rawi dalam sanadnya, 2. Adanya cacat pada rowi
atau matan.
 Hadits Dhoif karena gugurnya Rowi.
Yang dimaksud dengan gugurnya rawi adalah tidak adanya satu, dua, atau beberapa rawi,
yang seharusnya ada dalam satu sanad baik pada permulaan sanad, pertengahan, ataupun
akhirnya. Adapun hadits dhoif karena gugurnya rawi di bagi menjadi beberapa macam, di
antaranya :
1.Hadits Mursal
Hadits Mursal, menurut bahasa berarti hadits yang terlepas .Yang dimaksud terlepas
yaitu hadits yang gugur sanadnya setelah tabi’in atau hadits yang gugur rawinya di akhir
sanad. Yang dimaksud dengan gugur disini adalah nama sanad terakhirnya tidak
disebutkan, dan yang dimaksud rawi di akhir sanad yaitu rawi pada tingkat sahabat. Jadi
hadits mursal adalah hadits yang dalam sanadnya tidak menyebutkan sahabat nabi, sebagai
rawi yang seharusnya menerima langsung dari Rasulullah SAW.
Contoh Hadits Mursal Artinya :
“Rasulullah bersabda, “antara kita dengan kaum munafik (ada batas), yaitumenghadiri
jama’ah isya’ dan subuh : mereka tidak sanggup menghadirinya.” (HR. MALIK)
Kebanyakan ulama’ memandang hadits mursal sebagai hadits dhoif dan tidak diterima
sebagai hujjah, tetapi sebagian kecil ulama’ termasuk abu hanifah, malik bin annas dan
ahmad bin hanbal, dapat menerima hadits mursal menjadi hujjah bila rawinya adil.
Klasifikasi Hadis Mursal
Sebagaimana kita ketahui, bahwa didalam hadis mursal yang digugurkan adalah sahabat
yang langsung menerima berita dari Rasulullah SAW, sedang yang menggugurkan dapat
juga seorang tabi’in atau sahabat kecil. Oleh karena itu, ditinjau dari segi siapa yang
menggugurkan dan dari sifat-sifat pengguguran hadis, hadis mursal terbagi menjadi :
a)Mursal Jaly yaitu bila pengguguran yang dilakukan oleh rawi (tabi’in, adalah jelas sekali,
dapat diketahui oleh umum, bahwa orang yang menggugurkan tidak hidup sezaman
dengan orang yang digugurkan yang mempunyai berita.
b)Mursal Shahaby, yaitu pemberitaan sahabat yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
SAW, tetapi ia tidak mendengar atau menyaksikan sendiri apa yang ia beritakan.
c)Mursal Khafy, yaitu:
“ Hadis yang diriwayatkan oleh tabi’in, dimana tabi’in yang meriwayatkan hidup sezaman
dengan shahaby, tetapi ia tidak pernah mendengar sebuah hadis pun daripadanya.”

Hukum hadis ini adalah dhaif.


Berhujjah dengan Hadis Mursal
Adapun pendapat dari para muhaddisin yaitu :
1)Imam Malik dan Ahmad, menurut pendapat beliau, demikian juga Abu Hanifah menerima
hadis mursal sebagai hujjah. Beliau beralasan menurut logika, bahwa rawi yang bersifat
adil lagi perwira, tentu tidak mau menggugurkan rawi-rawi yang berada diantara dia dan
nabi, sekiranya rawi yang digugurkan itu bukan orang yang adil pula.
2)Ulama Jumhur dan Asy Syafi’iy memandang bahwa hadis mursal itu adalah dhaif,
karenanya tidak dapat dibuat hujjah.
3)Menurut Asy Syaukani bahwa yang benar, hadis mursal itu tidak dapat dibuat hujjah
secara mutlak, karena adanya keragu-raguan dan tidak diketahui keadilan rawinya. Inilah
pendapat yang rajjih menurut muhadditsin.
2. Hadits Munqoti’
Menurut bahasa, hadits munqoti’ berarti hadits yang terputus.
“hadis yang gugur seorang rawinya sebelum sahabat, dasatu tempat, atau gugur dua orang
padadua tempat dalam keadaan tidak berturut-turut.”
Para ulama’ member batasan hadits munqoti’ adalah hadits yang gugur satu atau dua rowi
tidak beriringan menjelang akhir sanadnya. Bila rawi diakhir sanadnya adalah sahabat
nabi, maka rawi menjelang akhir sanad adalah tabi’in. jadi, hadits munqoti’ bukanlah rawi
di tingkat sahabat yang gugur, tetapi minimal gugur seorang tabi’in.
Contoh hadits munqoti’ :
Artinya :
“Rasulullah SAW. Bila masuk kedalam masjid, membaca : dengan nama Allah, dan sejahtera
atas Rasulullah;ya Allah, ampunilah segala dosaku dan bukakanlah bagiku segala pintu
rahmatmu”. (HR. IBNU MAJJAH)

Hukum Hadis Munqathi’


Hukum hadis munqathi’ tidak dapat dibuat hujjah.
Hadis mudhal
Menurut bahasa, hadis mudhal berarti hadis yang sulit dipahami.
“hadis yang gugur rawi-rawinya, dua orang atau lebih, berturut –turut, baik sahabat
bersama tabi’iy, tabi’iy bersama tabi’iy tabi’iy,maupun dua orang sebelum r shohaby dan
tabi’iy.”
Para ulama’ memberi batasan hadis mudhal adalah hadis yang gugur dua orang rawinya
atau lebih secara beriringan dalam sanadnya.
Contoh hadis mudhal yang gugur rawinya dua orang sebelum shahaby, seperti hadis Imam
Malik yang termuat dalam kitab Muwattha’:
“Budak itu harus diberi makanan dan pakaian secara baik.” (H.R Malik)
Imam Malik, dalam kitabnya itu, tidak menyebut dua orang rawi yang beriringan antara dia
dan Abu Hurairah. Dua orang rawi yang gugur itu diketahui melalui riwayat Imam malik di
luar kitab Al Muwattha’. Malikmeriwayatkan hadis yang sama yaitu “dari Muhammad bin
Ajlan dari Ayahnya, dari Abi Hurairah, dari Rasulullah.” Dua orang rawi yang gugur
beriringan adalah Muhammad bin Ajlan dan Ayahnya.

3. Hadis Muallaq
Hadis Muallaq menurut bahasa, berarti hadis yang tergantung.
Menurut istilah :
“ Hadis-hadis yang gugur rawinya seorang atau lebih di awal sanad”
Keguguran (inqitha’) sanad pada hadis muallaq dapat terjadi pada sanad yang pertama,
pada seluruh sanad, atau pada seluruh sanad selain sahabat.
Contoh Hadis Muallaq :
Bukhari berkata, kata malik, dan Zuhri, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, bahwa
Rasulullah berkata Artinya :
“ janganlah kamu melebihkan sebagian Nabi dan sebagian yang lain”. (H.R Bukhari)
Hukum hadis Muallaq
1)Hadis Muallaq di klasifikasikan kedalam hadis Dhoif, disebabkan sanad yang digugurkan
tidak dapat diketahui sifat dan keadaannya secara meyakinkan, baik mengenai
kedlobitannya maupun keadilannya. Kecuali bila yang digugurkan seorang sahabat yang
sudah tidak diragukan lagi tentang keadilannya.
2)Hadis Muallaq dapat dianggap shahih, apabila sanad yang digugurkan disebutkan oleh
hadis yang bersanad lain.
3)Apabila seluruh sanad yang dibuangnya adalah tsiqoh, perlu diadakan ta’dil (penetapan
keadilan) rawi yang samar-samar.

Hadis Dhoif karena cacat pada rawi atau matan


Hadis yang bercacat rawi atau matannya, atau kedua-duanya digolongkan hadis dhaif.
Banyak macam cacat yang dapat menimpa para rawi atau menimpa matan, diantaranya
pendusta, pernah berdusta, fasiq, tidak di kenal, dan berbuat bid’ah, merupakan cacat yang
masing-masing dapat menghilangkan sifat dhabit rawi. Banyak keliru, banyak faham,
buruk hafalan, lalu mengusahakan hafalan dan menyalahi raw-rawi yang dipercaya,juga
merupakan cacat yang masing-masing dapat menghilangkan sifat dhabit pada rawi.
Adapun cacat matan misalnya, terdapat sisipan ditengah-tengah lafadz hadis, atau lafadz
hadis itu di putarbalikan sehingga member pengertian yang berbeda dengan maksud lafadz
yang sebenarnya.
Diantara hadis Dhaif karena cacat pada rawi atau matannya, yaitu :
1) Hadis Maudhu’
Dari segi bahasa, Hadis maudhu’ berarti palsu atau hadis yang dibuat-buat. Sedangkan,
menurut istilah :
“ Hadis yang dicipta serta dibuat oleh seseorang (pendusta), yang ciptaan itu dibangsakan
kepada Rasulullah SAW. Secara palsu dan dusta, baik hal itu disengaja, maupun tidak.”
Para ulama’ member batasan hadis maudhu’ adalah hadis yang bukan hadis Rasulullah
SAW, tetapi disandarkan kepada beliau oleh orang secara dusta dan sengaja atau secara
keliru tanpa sengaja.
Golongan pembuat Hadis Maudhu’ antara lain :
a)Musuh-musuh Islam (terutama kaum yahudi dan kaum zindiq).
b)Orang-orang yang fanatik pada golongan politiknya, madzhabnya, atau kebangsaannya.
c)Tukang-tukang dongeng.
d)Orang-orang yang suka mengambil muka pada penguasa.
e)Dan orang-orang yang ingin bermegah diri dengan meriwayatkan hadis yang tidak
dimiliki orang lain.

Hadis Maudhu’ merupakan seburuk-buruk hadis Dhaif.


Banyak tanda untuk menetapkan kemaudhu’an suatu hadis, petunjuk terpenting adalah
makna hadis tersebut rusak atau batil, yakni : tidak masuk akal, bertentangan dengan akal
sehat, bertentangan dengan kebenaran yang sudah dapat dipastikan secara ilmiah/historis,
bertentangan denganhadis-hadis yanglebih kuat, atau bertentangan dengan ayat Al Qur’an.
Beberapa contoh Hadis maudhu’ :
1)Hadis yang dibuat-buat oleh Abdur Rahman bin Zaid bin Aslam, ia berkata bahwa hadis
tersebut datang dari ayahnya, dari kakaknya, dan selanjutnya dari Rasulullah SAW. Artinya:
“ sesungguhnya bahtera Nuh bertawaf mengelilingi Ka’bah tujuh kali dan shalat dimakam
Ibrahim dua rakaat.”
Makna hadis diatas tidak masuk akal.
Hadis berikut Artinya :
“ anak zina itu tidak masuk syurga hingga tujuh turunan.”
Hadis diatas bertentangan dengan Ayat Al Qur’an/Firman Allah SWT Artinya :
“Pemikul dosa itu tidaklah memikul dosaorang lain.” (QS. Al An’am: 164)
Sebagian hadis-hadis maudhu’ diketahui kepalsuannya berdasarkan pengakuan dari
mereka yang memalsukan. Misalnya, Maisarah bin Abdi Rabbin Al Farisi, mengaku telah
membuat beberapa hadis tentang keutamaan Al Qur’an dan 70 buah hadis tentang
keutamaan Ali bin Abi Thalib, dan masih banyak lagi.

2) Hadis Matruk atau Hadis Matruh


Dari segi bahasa, hadis matruk berarti yang ditinggalkan dan hadis matruh berarti yang
dibuang. Sedangkan, menurut istilah yaitu :
“ hadis yang menyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang tertuduh
dusta dalam perhaditsan.”
Para ulama’ memberikan batasan hadis matruk (hadis matruh) adalah hadis yang di
riwayatkan oleh orang yang tertuduh pernah berdusta (baikberkenaan dengan hadis atau
mengenai urusan lain), atau tertuduh pernah mengerjakan maksiat, atau lalai, atau banyak
fahamnya.
Contoh:“rasulullah bersabda, “sekirannya tidak ada wanita,tentu Allah disembah (ditaati)
dengan sungguh-sungguh”.
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Yaqub bin Syufyan bin Asyim, dengan sanad terdiri
serentetan rawi , Muhammad bin Imran, Isa bin Ziyad, Abdur Rahim bin Zaid dan ayahnya,
Said bin MUsayyab, dan Umar bin Khattab. Di antara nama-mana dalam snad itu, Abdur
Rahim dan Ayahnya tertuduh pernah berdusta. Oleh karena itu, hadis diatas dikenal
dengan sebutan hadis matruk dan hadis matruh.

3) Hadis Munkar
Hadis munkar dari segi bahasa, berarti hadis yang diingkari atau hadis yang tidak dikenal.
Sedangkan, menurut istilah :
“hadis yang menyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang banyak
kesalahan, banyak kelengahannya atau jelas kefasikannya yang bukan karena dusta”.
Para ulama’ memberikan batasan hadis munkar adalah hadis yang diriwayatkan oleh rawi
yang lemah yang menyalahi (berlawanan dengan) rawi yang kuat (kepercayaan).
Contoh :
“barang siapa yang mendirikan salat, membayar zakat, mengerjakan haji, berpuasa dan
menghormati tamu, niscaya masuk surga.” (HR. Ibnu Abi Hatim)
Hadis diatas dikatakan berasal dari Rasulullah, dan diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari
serangkaian rawi-rawi yang lemah. Ibnu Abi Hatim sendiri memandang hadis tersebut
sebagai hadis munkar, karena rawi-rawinya lemah dan matannya berlainan dengan matan
hadis-hadis yang lebih kuat.

4) Hadis Muallal
Muallal, dari segi bahasa, berarti yang terkena illat (penyakit atau bencana). Para ulama’
member batasan hadis muallal adalah hadis yang mengandung sebab-sebab tersembunyi
(tidak mudah untuk diketahui) yang menjatuhkan derajatnya.
Illat yang menjatuhkan derajat hadis itu bisa terdapat pada sanad atau pada matan, serta
bisa pada keduanya.
Contoh Artinya :
“ Rasulullah bersabda, “penjual dan pembeli boleh berkhiyar, selama mereka belum
berpisah”.
Hadis tersebut diriwayatkan Yala bin Ubaid bersanad Sufyan Ats Tsauri, dari Amru bin
Dinar, dari Ibnu Umar. Matan hadis diatas shahih, tetapi sanadnya memiliki illat.
Seharusnya bukan dari Amru bin Dinar, melainkan dari Abdullah bin Dinar.

5) Hadis Mudraj
Hadis mudraj, dari segi bahasa, berarti hadis yang dimasuki sisipan. Dari segi istilah hadis
mudraj adalah hadis yang dimasuki sisipan, yang sebenarnya bukan bagian hadis itu.
Sisipan itu bisa pada sanad, matan, dan bisa pada keduanya.
Contoh Artinya :
“ Rasulullah bersabda, “ saya adalah zaim dan zaim itu adalah penanggung jawab dari orang
yang beriman kepadaku, taat dan berjuang dijalan Allah, dia bertempat tinggal di taman
syurga.”
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Nasai, dan disebut hadis mudraj karena ungkapan adalah
sisipan, tidak berasal dari sabda Rasulullah SAW.

6) Hadis Maqlub
Dari segi bahasa, hadis maqlub berarti, hadis yang diputar balik. Dari segi istilah hadis
maqlub adalah hadis yang terjadi pemutarbalikan pada matannya atau pada rawi dalam
sanadnya atau penukaran suatu sanad untuk matan yang lain.
Bila hadis sebenarnya diriwayatkan oleh kaab bin Murrah (misalnya), tetapi Kaab bin
Murrah itu dibalik menjadi Murrah bin kaab maka hadis itu disebut hadis maqlub.
Contoh pada matannya Artinya :
“ Rasulullah bersabda, “ apabila aku menyuruh kamu mengerjakan sesuatu, maka
kerjakanlah dia; apabila aku melarang kamu dari sesuatu, maka jauhilah dia sesuai dengan
kesanggupan kamu.” (HR. Thabarani)
Matan diatas, merupakan pemutarbalikan.berdasarkan hadis Bukhari dan Muslim,
Seharusnya hadis itu berbunyi Artinya :
“dari Abu hurairah r.a ai berkata, :”saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,: apa-apa
yang kami cegah dari kamu semua maka jauhilah dan apa-apa yang kami perintahkan
kepadamu sekalian perbuatlah menurut kemampuannmu.” (HR. Bukhari-Muslim).

7) Hadis Syadz
Dari segi bahasa, hadis syadz berarti hadis yang ganjil. Para ulama’ member batasan hadis
syadz adalah hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang dipercaya tetapi hadisnya berlainan
dengan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah rawi yang juga dipercaya.
Contoh Artinya :
“ Rasulullah bersabda, “ hari arafah dan hari tasyrik adalah hari-hari makan dan minum.”
Hadis diatas diriwayatkan oleh Musa bin Abi bin Kubah dengan sanad dari serentetan rawi
yang dipercaya, namun matan hadis tersebut ganjil, jika dibandingkan dengan hadis-hadis
yang diriwayatkan oleh rawi-rawi yang juga dipercaya. Pada hadis-hadis lain tidak
dijumpai ungkapan (‫ )يوم عرفة‬keganjilan hadis diatas terletak pada ungkapan tersebut

Anda mungkin juga menyukai