Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN TAFSIR SUFI ISYARI (RUH AL-MA’ANI) JUZ 9

Makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Tafsir Isyari

MAKALAH

Dosen Pengampu: Muhammad Nurman, Lc., M.Ag

Disusun oleh :

Aidil Bahri : 21421211464

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS SYARIAH, DAKWAH, DAN USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TAKENGON
2023
KAJIAN TAFSIR SUFI ISYARI (RUH AL-MA’ANI) JUZ 9
(Al-A’raf 175-176, Al-A’raf 189-190, Al-Anfal 1-2)

A. PENDAHULUAN
Tafsir Ruh Al-Ma'ani adalah sebuah tafsir yang ditulis oleh Abu Sana"
Syihab ad-Din al-Sayyid Mahmud al-Alusi. Penyusunan kitab ini berangkat dari
sebuah mimpi yang datang pada malam jum'at bulan Rajab 1252 H. Dalam
mimpinya, al-Alusi diminta oleh Allah SWT untuk melipat langit dan
memperbaiki kerusakan-kerusakan yang ada padanya. Beliau seolah mengangkat
satu tangan ke langit dan tangan yang lain ke bumi. Mimpi tersebut ditakwilkan
sebagai isyarat untuk menulis sebuah kitab tafsir.
Pada akhirnya, tafsir Ruh al-Ma'ani karya ulama ini mendapatkan beberapa
pujian dan kritikan. Diantara yang memuji adalah Rasyid Ridha yang mengatakan
bahwa al-Alusi adalah mufassir terbaik di kalangan ulama mutaakhirin disebabkan
karena keluasan pengetahuan menyangkut pendapatpendapat ulama
mutaqaddimin dan mutaakhirin. Ash-Shabuni menganggap tafsir al-Alusi sebagai
tafsir yang paling baik untuk dijadikan sebagai rujukan kajian tafsir bi al-riwayah,
bi al- dirayah, dan isyarah. Karena didalam tafsir Ruh al-Ma'ani terdapat kajian
isyarah, oleh karena itu pemakalah akan membahas dan mengkaji kajian isyarah
tafsir Ruh al-Ma'ani pada Juz 9 yaitu pada surah Al-A’raf ayat 175-176 , Al-A’raf
ayat 189-190 dan Al-Anfal ayat 1-2.
B. PEMBAHASAN
1. Al-A’raf 175-176
a. Redaksi Ayat dan terjemahan
‫ٰل‬ ‫ٰط‬ ‫ٰا ٰا‬
‫َو اْت ُل َع َلْيِهْم َنَبَا اَّلِذ ْٓي َتْيٰن ُه ٰي ِتَنا َفاْن َس َلَخ ِم ْنَها َفَاْتَبَع ُه الَّش ْي ُن َفَك اَن ِم َن اْلَغ اِو ْيَن َو َل ْو ِش ْئَنا َلَر َفْع ٰن ُه ِبَه ا َو ِكَّن ٓٗه َاْخ َل َد ِاَلى اَاْلْر ِض‬
‫ْۗث‬
‫َو اَّتَبَع َهٰو ىُۚه َفَم َثُلٗه َك َم َثِل اْلَك ْلِۚب ِاْن َتْح ِم ْل َع َلْي ِه َيْلَهْث َاْو َتْتُر ْك ُه َيْلَه ٰذ ِلَك َم َثُل اْلَقْو ِم اَّلِذ ْيَن َك َّذ ُبْو ا ِبٰا ٰي ِتَنۚا َفاْقُص ِص اْلَقَص َص َلَع َّلُهْم‬
‫َيَتَفَّك ُرْو َن‬
Artinya: 175. Bacakanlah (Nabi Muhammad) kepada mereka (tentang)
berita orang yang telah Kami anugerahkan ayat-ayat Kami kepadanya.
Kemudian, dia melepaskan diri dari (ayat-ayat) itu, lalu setan mengikutinya
(dan terus menggodanya) sehingga dia termasuk orang yang sesat. 176.
Seandainya Kami menghendaki, niscaya Kami tinggikan (derajat)-nya
dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung pada dunia dan mengikuti hawa

1
nafsunya. Maka, perumpamaannya seperti anjing. Jika kamu menghalaunya,
ia menjulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya, dia menjulurkan
lidahnya (juga). Demikian itu adalah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Maka, ceritakanlah kisah-kisah itu agar
mereka berpikir.
b. Tafsiran Dzahir
‫( َو اْت ُل‬Dan bacakanlah) hai Muhammad ‫( َع َلْيِهْم‬kepada mereka) yakni

orang-orang Yahudi ‫( َنَبَأ‬berita) kabar ‫( اَّلِذ ي آَتْيَناُه آَياِتَنا َفاْنَس َلَخ ِم ْنَها‬orang yang telah
Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami, pengetahuan tentang isi Alkitab,
kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu).
Maksudnya ia keluar darinya dengan membawa kekafirannya,
sebagaimana seekor ular keluar dari kulitnya, orang yang dimaksud ialah
Bal’am bin Ba’ura salah seorang ulama terkemuka Bani Israel.
Ia diminta agar mendoakan Musa celaka dan untuk itu diberi hadiah, dia
mendoakan hal itu tetapi doanya itu menyebabkan senjata makan tuan
akhirnya lidahnya menjulur sampai ke dadanya ‫( َفَأْتَبَع ُه الَّش ْيَطاُن‬lalu dia diikuti
oleh setan) setan dapat menggodanya sehingga jadilah ia temannya ‫َفَك اَن ِم َن‬

‫( اْلَغاِويَن‬maka jadilah ia termasuk orang-orang yang sesat).


‫ َفَم َثُلُه َك َم َثِل ا ْلَك َلِب ِا ْن َتْح ِم ْل َع َلْيِه َيْلَهْث‬maka amarahnya seperti anjing, jika kamu

mengusirnya lidahnya akan menjulur dan jika kamu membiarkan dia


menjulurkan lidahnya (juga). Ketika kamu sedang duduk, lalu seekor anjing
datang mendekati kamu, kamu akan mengusirnya dan menyuruhnya pergi.
Maka tafsir ‫ َتْح ِم ْل َع َلْيِه‬adalah ketika kamu mengusirnya, maka pada saat itulah
dia (anjing) akan menjulurkan lidahnya. Karena anjing selalu menjulurkan
lidahnya. Sedangkan kata ‫ يلهث‬diambil dari kata ‫ لهتث‬yaitu terengah-engah
karena sulit bernapas seperti baru saja berlari kencang. Bagian ayat ini
mengungkapkan suatu fenomena, yaitu anjing selalu menjulurkan lidahnya
ketika dikejar atau ditinggal sendirian. Hal ini dikarenakan anjing tidak
memiliki cukup kelenjar keringat yang berguna untuk mengatur suhu tubuh.
Itu sebabnya, untuk mengatur suhu tubuhnya, anjing selalu menjulurkan
lidahnya. Sebab dengan membuka mulut yang biasa dilakukan dengan

2
menjulurkan lidah, anjing akan bernapas lebih banyak dari biasanya.
Mengapa Tuhan mengibaratkan anjing yang menjulurkan lidahnya? Karena
merupakan gambaran perbuatan yang selamanya dibenci manusia. Manusia
yang berperilaku seperti anjing merupakan cerminan dari orang yang terus
mengikuti nafsunya, bahkan kehidupannya diatur oleh nafsu tersebut. Oleh
karena itu, manusia hidup dalam kesusahan, karena takut nikmat tersebut
akan meninggalkan dirinya atau orang yang meninggalkan nikmat tersebut.
Hal ini sama seperti anjing yang terus menjulurkan lidahnya.1
c. Tafsir shufi Isyari
‫«ومن باب اإلشارة في اآليات» َو اْتُل َع َلْيِهْم َنَبَأ اَّلِذ ي آَتْيناُه آياِتنا َفاْنَس َلَخ ِم ْنها إشارة إلى من ابتلي بالحور بعد الكور بأن سلك‬
‫ وفي التعبير بانسلخ ما ال‬،‫حتى ظهر له ما ظهر ثم رجع من الطريق لسوء استعداده وغلبة الشقاوة والعياذ باهلل تعالى عليه‬
‫يخفى َو َلْو ِش ْئنا َلَر َفْعناُه ِبها إلى حظيرة القدس َو لِكَّن ُه َأْخ َل َد ِإَلى اَأْلْر ِض أي مال إلى أرض الطبيعة السفلية َو اَّتَب َع َه واُه في‬
‫إيثار السوي َفَم َثُلُه َك َم َثِل اْلَك ْلِب في أخس أحواله ِإْن َتْح ِم ْل َع َلْي ِه بالزجر َيْلَهْث يدلع لسانه مع التنفس الشديد َأْو َتْتُر ْك ُه َيْلَهْث‬
‫ر عن ذلك أو‬BB‫واء زج‬BB‫ والمراد أنه يلهث دائما وكأنه إشارة إلى أن هذا المنسلخ ال يزال يطلق لسانه في أهل الكمال س‬.‫أيضا‬
2
‫لم يزجر‬

Dalam redaksi bab isyarah di atas ini, lafadz “» ‫َو اْتُل َع َلْيِهْم َنَبَأ اَّلِذ ي آَتْيناُه آياِتنا‬
‫”َفاْنَس َلَخ ِم ْنها‬, Yang dimaksud adalah seseorang yang dirundung kesedihan
setelah melewati gurun pasir, karena ia berjalan hingga apa yang tampak di
hadapannya, kemudian ia kembali dari jalan tersebut karena persiapannya
yang buruk dan kesengsaraan yang ada, dan Tuhan Yang Maha Esa
melindunginya.
“‫”َو َل ْو ِش ْئنا َلَر َفْعناُه ِبها‬, Dan jika Kami menghendaki, Kami bisa
mengangkatnya di sana ke kandang Yerusalem, tetapi dia tetap mengabdi
pada bumi, yaitu bumi yang sifatnya lebih rendah, dan dia mengikuti hawa
nafsunya dengan mengutamakan apa yang normal, maka miliknya Kemiripan
itu ibarat anjing yang paling buruk keadaannya jika ditegur ya Allah, maka
jilatlah lidahnya dengan nafas yang berat atau biarkan dia terengah-engah
juga. Yang dimaksud adalah ia selalu terengah-engah, seolah-olah itu
pertanda bahwa orang buangan itu terus-menerus menjulurkan lidahnya
kepada orang-orang yang sempurna, entah ia ditegur atau tidak.
d. Analisis
1
Syekh Muhammad Mutawalli Sya’rawi. Tafsir Sya’rawi. (Jakarta: Duta Azhar)
2
Syihab ad-Din al-Sayyid Mahmud al-Alusi, Ruh al-Ma'ani fi Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim wa al-
Sab’il Matsani, jilid 5. (Beirut: Al-Resalah, 2010) hal. 121

3
‫َو اْت ُل‬ (Dan bacakanlah) hai Muhammad ‫( َع َلْيِهْم‬kepada mereka) yakni
orang-orang Yahudi ‫( َنَبَأ‬berita) kabar ‫( اَّل ِذ ي آَتْيَن اُه آَياِتَن ا َفاْنَس َلَخ ِم ْنَه ا‬orang yang telah
Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami, pengetahuan tentang isi Alkitab,
kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu).
Maksudnya ia keluar darinya dengan membawa kekafirannya,
sebagaimana seekor ular keluar dari kulitnya, orang yang dimaksud ialah
Bal’am bin Ba’ura salah seorang ulama terkemuka Bani Israel.
Dalam redaksi bab isyarah di atas ini, lafadz “» ‫َو اْتُل َع َلْيِهْم َنَبَأ اَّلِذ ي آَتْيناُه آياِتنا َفاْنَس َلَخ‬
‫”ِم ْنها‬, Yang dimaksud adalah seseorang yang dirundung kesedihan setelah
melewati gurun pasir, karena ia berjalan hingga apa yang tampak di
hadapannya, kemudian ia kembali dari jalan tersebut karena persiapannya
yang buruk dan kesengsaraan yang ada, dan Tuhan Yang Maha Esa
melindunginya.

2. Al-A’raf 189-190

a. Redaksi Ayat dan terjemahan


‫۞ ُهَو اَّلِذ ْي َخ َلَقُك ْم ِّم ْن َّنْفٍس َّواِح َدٍة َّوَجَعَل ِم ْنَها َز ْو َجَها ِلَيْس ُك َن ِاَلْيَهۚا َفَلَّم ا َتَغ ّٰش ىَها َح َم َلْت َحْم اًل َخ ِفْيًف ا َفَم َّر ْت ِب ٖه ۚ َفَلَّم ٓا َاْثَقَلْت‬
‫َّد َع َو ا َهّٰللا َر َّبُهَم ا َلِٕىْن ٰا َتْيَتَنا َص اِلًح ا َّلَنُك ْو َنَّن ِم َن الّٰش ِكِرْيَن َفَلَّم ٓا ٰا ٰت ىُهَم ا َص اِلًح ا َجَع اَل َلٗه ُش َر َك ۤا َء ِفْيَم ٓا ٰا ٰت ىُهَم اۚ َفَتٰع َلى ُهّٰللا َع َّم ا ُيْش ِرُك ْو َن‬
Artinya: 189. Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu
(Adam) dan darinya Dia menjadikan pasangannya agar dia cenderung dan
merasa tenteram kepadanya. Kemudian, setelah ia mencampurinya, dia
(istrinya) mengandung dengan ringan. Maka, ia pun melewatinya dengan
mudah. Kemudian, ketika dia merasa berat, keduanya (suami istri) memohon
kepada Allah, Tuhan mereka, “Sungguh, jika Engkau memberi kami anak
yang saleh, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur. 190.
Kemudian, setelah Dia memberi keduanya seorang anak yang saleh, mereka
menjadikan sekutu bagi Allahdalam (penciptaan) anak yang telah Dia
anugerahkan kepada mereka. Maka, Maha Tinggi Allah dari apa yang
mereka persekutukan.
b. Tafsiran Dzahir

4
Dalam ayat tersebut ada beberapa kata yang harus dipahami
menggunakan periwayatan yang disampaikan oleh para mufassir, sehingga
dapat dipahami sebagaimana maksud sesungguhnya daripada ayat tersebut,
beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: ‫ َخ َلَقُك ْم‬maksud yang disampaikan
oleh kata tersebut dalam ayat ini adalah pertamakali penciptaan, yaitu berawal
dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada, sehingga mayoritas ulama
mengatakan bahwa yang diciptakan oleh Allah adalah Nabi Adam ‘Alaihi Al-
Salām, ‫ ِّم ْن َّنْفٍس َّواِح َدٍة‬dalam kalimat tersebut ditemui dua pendapat yaitu, pertama
sebagian ulama menggunakan maksud khusus dengan disandarkan kepada
Nabi Adam ‘Alaihis Salam, kedua sebagian ulama lainnya memaknainya
dengan maksud umum yaitu jiwa yang satu1 sehingga tertuju untuk setiap
manusia (laki-laki) tanpa terkecuali, namun pendapat pertama merupakan
mayoritas yang diusulkan oleh ulama mufassirin tanpa menolak pendapat
kedua karena akan berpengaruh kepada penafsiran keseluruhan ayat yang
akan dijelaskan kemudian.3
‫َز ْو َجَها‬ sehingga maksud zauj disini bergantung dengan pemaknaan pada
kalimat sebelumnya jika dimaknai secara khusus, maka maksudnya adalah
Hawa (Istri nabi Adam ‘Alaihis Salam) namun jika dimaknai umum
maknanya adalah setiap pasangan dari seseorang secara keseluruhan. ‫ِلَيْس ُك َن ِاَلْيَهۚا‬
yang memiliki arti agar dia (Adam) merasa senang kepadanya (hawa),
tenteram dan merasakan kedamaian atas kehadirannya (hawa).4
c. Tafsir shufi Isyari
‫ومن باب اإلشارة في اآليات» وُهَو اَّلِذ ي َخ َلَقُك ْم ِم ْن َنْفٍس واِح َدٍة وهي الروح َو َخ َلَق ِم ْنها َز ْو َج ها وهي القلب ِلَيْس ُك َن ِإَلْيها أي‬
‫ليميل إليها ويطمئن فكانت الروح تشم من القلب نسائم نفحات األلطاف َفَلَّم ا َتَغ َّش اها أي جامعها وهو إشارة إلى النكاح‬
‫ إنه سائر في جميع الموجودات ما ترى في خلق الرحمن من تفاوت َح َم َلْت َحْم اًل َخ ِفيفًا في‬:‫الروحاني والصوفية يقولون‬
‫ار الصفات َدَع َو ا َهَّللا‬BB‫اني َفَلَّم ا َأْثَقَلْت كبرت وكثرت آث‬BB‫البداية بظهور أدنى أثر من آثار الصفات البشرية في القلب الروح‬
‫َر َّبُهما ألنهما خافا من تبدل الصفات الروحانية النورانية بالصفات النفسانية الظلمانية َلِئْن آَتْيَتنا صاِلحًا للعبودية َلَنُك وَنَّن ِم َن‬
‫الَّش اِكِريَن َفَلَّم ا آتاُهما صاِلحًا بحسب الفطرة من القوى َجَع ال َلُه ُش َر كاَء ِفيما آتاُهما أي جعل أوالدهما هلل تعالى شركاء فيما‬
5
‫آتى أوالدهما فمنهم عبد البطن ومنهم عبد الخميصة ومنهم من عبد الدرهم والدينار‬

3
Wahbah Zuhaili, At Tafsir Al Munir fi Al ‘Aqidah wa Asysyari’ah wa Al Manhaj, Terj. tn (Jakarta:
Gema Inasni, tt) Jilid 5, 194
4
Abi ‘Abdillah Muhammad bin Ahmad Al Qurthubi, Al Jaami’ Li Ahkam Al Qur’an, Terj.
Muhammad Ibrahim Al Hifnawi, (tanpa tempat: Pustaka Azzam, Tanpa Tahun). 853
5
Syihab ad-Din al-Sayyid Mahmud al-Alusi, Ruh al-Ma'ani fi Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim wa al-
Sab’il Matsani, jilid 5. (Beirut: Al-Resalah, 2010) hal. 145

5
“ ‫”َنْفٍس واِح َدٍة‬, adalah “‫”الروح‬, dan “‫ ”َو َخ َل َق ِم ْنها َز ْو َج ها‬bermakna “ ‫ “ِلَيْس ُك َن‬,”‫القلب‬

‫”ِإَلْيها‬, Artinya, bersandar padanya dan merasa tenang, dan jiwa akan mencium

hembusan kebaikan dari hati. “‫”َفَلَّم ا َتَغ َّش اها‬, Artinya, digabungkan, yang menjadi
isyarat pernikahan spiritual, dan para sufi mengatakan: Itu berlaku untuk
semua makhluk yang ada, seperti yang Anda lihat pada ciptaan Yang Maha
Pemurah.
d. Analisis
“ ‫”َنْفٍس واِح َدٍة‬, adalah “‫”الروح‬, dan “‫ ”َو َخ َل َق ِم ْنها َز ْو َج ها‬bermakna “ ‫ “ِلَيْس ُك َن‬,”‫القلب‬

‫”ِإَلْيها‬, Artinya, bersandar padanya dan merasa tenang, dan jiwa akan mencium
hembusan kebaikan dari hati.
3. Al-Anfal 1-2

a. Redaksi Ayat dan terjemahan


‫َيْس َٔـ ُلْو َنَك َع ِن اَاْلْنَف اِۗل ُق ِل اَاْلْنَف اُل ِهّٰلِل َو الَّرُس ْو ِۚل َف اَّتُقوا َهّٰللا َو َاْص ِلُحْو ا َذ اَت َبْيِنُك ْم ۖ َو َاِط ْيُع وا َهّٰللا َو َر ُس ْو َلٓٗه ِاْن ُكْنُتْم ُّم ْؤ ِمِنْيَن ِاَّنَم ا‬
‫اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن اَّلِذ ْيَن ِاَذ ا ُذ ِكَر ُهّٰللا َو ِج َلْت ُقُلْو ُبُهْم َو ِاَذ ا ُتِلَيْت َع َلْيِهْم ٰا ٰي ُتٗه َز اَد ْتُهْم ِاْيَم اًنا َّوَع ٰل ى َر ِّبِهْم َيَتَو َّكُلْو َۙن‬

Artinya: 1. Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang


(pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah, “Harta rampasan perang
itu milik Allah dan Rasul (menurut ketentuan Allah dan Rasul-Nya). Maka,
bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu
dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu orang-orang mukmin.” 2.
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah mereka yang jika disebut nama
Allah, gemetar hatinya dan jika dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakal,
b. Tafsiran Dzahir
Dalam al-Quran ada sekitar 130 kali pertanyaan dan turunan katanya
dan ungkapan "Yasaluunaka" disebutkan dalam al-Quran sebanyak 15 kali.
Kata al-Anfal sendiri berarti banyak dan pemberian. Ketika seseorang
melakukan shalat lebih dari shalat wajib maka shalat itu disebut nafilah atau
kelebihan, maka al-Anfal merupakan kelebihan dari harta. Sementara dalam
buku-buku hadis dan fiqih disebutkan bahwa sumber alam, kekayaan milik
umum, harta rampasan perang, harta yang tidak ada pemiliknya, harta orang

6
meninggal yang tidak ada pewarisnya, hutan, tambang dan lain-lainnya
disebut Anfal.
Sebelum datangnya Islam cara pembagian harta rampasan perang
dilakukan secara diskriminatif. Pasca perang Badr, umat Islam yang
memenangkan perang dihadapkan pada harta rampasan perang yang banyak.
Apa yang harus dilakukan dengan ini semua dan siapa yang mendapat
prioritas untuk memilikinya. Akhirnya mereka menanyakan masalah ini
kepada Rasulullah Saw dan beliau sendiri yang turun tangan membagi harta
rampasan perang itu. Beliau membaginya secara adil kepada seluruh orang
yang ikut dalam perang. Perlu diketahui bahwa sekalipun ayat ini diturunkan
di masa perang Badr, tapi tidak ada pengkhususan di masa itu saja, tapi
berlaku juga ketika ada peperangan yang terjadi antara umat Islam dan kaum
Kafir.
Allah Swt dalam ayat kedua surat al-Anfal menyebutkan bahwa hati
orang mukmin akan bergetar ketika mengingat Allah Swt, tapi dalam ayat
yang lain, surat ar-Ra'd ayat 28 Allah Swt berfirman, "(yaitu) orang-orang
yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." Kedua
ayat ini tidak saling kontradiksi. Karena yang pertama hati bergetar akibat
takut akan keagungan Allah Swt sementara yang kedua tenang dan percaya
kepada Allah Swt.
Mengingat azab ilahi pasti membuat hati orang-orang Mukmin bergetar,
tapi pada saat yang sama, ketika mengingat kasih sayang Allah, membuat hati
menjadi tenang. Kondisi ini sama seperti sikap seorang anak yang takut
kepada orang tuanya, tapi pada saat yang sama percaya dan tenang berada di
sisi mereka.

c. Tafsir shufi Isyari


‫اب األفعال ُق ِل اَأْلْنفاُل ِهَّلِل َو الَّرُس وِل أي‬BB‫«ومن باب اإلشارة في اآليات» َيْسَئُلوَنَك َع ِن اَأْلْنفاِل إذ لم يرتفع عنهم إذ ذاك حج‬
‫حكمها مختص باهلل تعالى وبالرسول مظهرية َفاَّتُقوا َهَّللا باالجتناب عن رؤية األفيال رؤية فعل هللا تعالى َو َأْص ِلُحوا ذاَت‬
‫الف َو َأِط يُع وا َهَّللا َو َر ُس وَلُه بفنائها ليتيسر لكم‬BB‫َبْيِنُك ْم بمحو صفحات نفوسكم التي هي منشأ صدور ما يوجب التنازع والتخ‬
‫قبول األمر باإلرادة القلبية الصادقة ِإْن ُكْنُتْم ُم ْؤ ِمِنيَن اإليمان الحقيقي ِإَّنَم ا اْلُم ْؤ ِم ُنوَن كذلك اَّلِذ يَن ِإذا ُذ ِكَر ُهَّللا بمالحظة عظمته‬

7
‫تعالى وكبريائه وسائر صفاته وهو ذكر القلب وذكره سبحانه وتعالى باألفعال ذكر النفس َو ِج َلْت ُقُل وُبُهْم أي خافت إلشراق‬
6
.‫أنوار تجليات تلك الصفات عليها َو ِإذا ُتِلَيْت َع َلْيِهْم آياُتُه زاَد ْتُهْم إيمانا بالترقي من مقام العلم إلى العين‬
Mereka bertanya kepadamu tentang “Anfal”, karena pada waktu itu
tabir amalan belum dibuka bagi mereka, Katakanlah, “Anfal” itu milik Tuhan
dan Rasul, artinya hukumnya hanya milik Tuhan Yang Maha Esa dan Rasul,
Maka bertakwalah kepada Allah dengan menjauhkan diri dari melihat gajah
dan melihat perbuatan Tuhan Yang Maha Esa, dan rukunlah urusanmu
dengan menghapus halaman-halaman jiwamu yang menjadi sumber
timbulnya hal-hal yang menimbulkan konflik dan perselisihan, serta taatilah
Allah dan Rasul-Nya dengan menghilangkannya. mereka, agar kamu mudah
menerima perintah itu dengan kemauan hati yang ikhlas jika kamu orang
yang berimanDemikian pula orang-orang mukmin yang ketika disebutkan
Allah memperhatikan keagungan-Nya, kesombongan-Nya, dan segala sifat-
sifat-Nya yang lain, yaitu dzikir hati, dan dzikir kepada-Nya, Maha Suci Dia
Yang Maha Tinggi, dengan amalnya, mengingat jiwa yang hatinya dipenuhi
rasa takut, yaitu tertunduk oleh pancaran cahaya manifestasi sifat-sifat yang
ada di atasnya, dan ketika dibacakan ayat-ayat-Nya kepadanya, maka hal itu
menambah keimanan mereka terhadap kemajuan. .Dari kedudukan ilmu
hingga pandangan mata.

d. Analisis
Penafsiran dzahir mengartikan sebuah kata “Anfal” yaitu banyak
ataupun pemberian sedngkan menurut tafsir imam alusi “Anfal”, karena pada
waktu itu tabir amalan belum dibuka bagi mereka, Katakanlah, “Anfal” itu
milik Tuhan dan Rasul, artinya hukumnya hanya milik Tuhan Yang Maha
Esa dan Rasul.

6
Syihab ad-Din al-Sayyid Mahmud al-Alusi, Ruh al-Ma'ani fi Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim wa al-
Sab’il Matsani, jilid 5. (Beirut: Al-Resalah, 2010) hal. 171

8
DAFTAR PUSTAKA

Syekh Muhammad Mutawalli Sya’rawi. Tafsir Sya’rawi. (Jakarta: Duta Azhar)


Syihab ad-Din al-Sayyid Mahmud al-Alusi, Ruh al-Ma'ani fi Tafsir Al-Qur’an
al-‘Adzim wa al-Sab’il Matsani, jilid 5. (Beirut: Al-Resalah, 2010) hal. 121
Wahbah Zuhaili, At Tafsir Al Munir fi Al ‘Aqidah wa Asysyari’ah wa Al Manhaj, Terj.
tn (Jakarta: Gema Inasni, tt) Jilid 5, 194
Abi ‘Abdillah Muhammad bin Ahmad Al Qurthubi, Al Jaami’ Li Ahkam Al Qur’an,
Terj. Muhammad Ibrahim Al Hifnawi, (tanpa tempat: Pustaka Azzam, Tanpa
Tahun). 853

Anda mungkin juga menyukai