JAWABAN :
(i) Hub artinya kecintaan atau kerinduan. Asyaddu adalah kata superlatif syadiid
(sangat). Lillah artinya kepada atau terhadap Allah.
Asyaddu hubban lillah berarti sikap yang menunjukan kecintaan atau kerinduan luar
biasa kepada Allah.
(ii) Berdasarkan ayat diatas, iman identik dengan Asyaddu hubban lillah.
Hub artinya kecintaan atau kerinduan. Asyaddu adalah kata superlatif syadiid (sangat).
Lillah artinya kepada atau terhadap Allah.
Asyaddu hubban lillah berarti sikap yang menunjukan kecintaan atau kerinduan luar
biasa kepada Allah.
Dari ayat tersebut tergambar bahwa iman adalah sikap (attitude), yaitu kondisi mental
yang menunjukkan kecenderungan atau keinginan luar biasa terhadap Allah. Orang-
orang yang beriman keepada Allah berarti orang yang rela mengorbankan jiwa dan
raganya untuk mewujudkan harapan atau kemauan yang dituntut oleh Allah
kepadanya.
Sumber referensi : BMP MKDU4221/MODUL 1 1.5
B) ِلَج َه َّنَم َك ِث ي ًر ا ِم َن ا ْل ِج ِّن َو ا ِإْل ْنِس ۖ َلُه ْم ُقُلو ٌب اَل َيْف َق ُه و َن ِبَه ا َو َلَقْد َذ َر ْأَنا
ِم َٰلِئ ِب ِب ِص َو َلُه ْم َأْع ُيٌن اَل
ُيْب ُر و َن َه ا َو َلُه ْم آ َذ ا ٌن اَل َيْس َم ُع و َن َه ا ۚ ُأو َك َك اَأْلْنَع ا َبْل
ُه ْم َأَض ُّل ۚ ُأو َٰلِئ َك ُه ُم ا ْل َغ ا ِف ُلو َن
Bacaan Arab-Latin : Wa laqad żara`nā lijahannama kaṡīram minal-jinni wal-insi
lahum qulụbul lā yafqahụna bihā wa lahum a'yunul lā yubṣirụna bihā wa lahum
āżānul lā yasma'ụna bihā, ulā`ika kal-an'āmi bal hum aḍall, ulā`ika humul-gāfilụn
Artinya : Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan
dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka
itulah orang-orang yang lalai.
C) Pengertian iman menurut ayat diatas adalah iman mempunyai keterikatan antara
kalbu, lisan, dan perbuatan.
D) Dari kedua ayat tersebut tergambar bahwa orang-orang yang beriman kepada
Allah berarti orang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk mewujudkan
harapan atau kemauan yang dituntut oleh Allah kepadanya.
Iman juga mencakup 3 aspek yaitu kalbu, lisan, dan perbuatan. Jika pengertian ini
diterima, maka istilah iman identik dengan kepribadian manusia seutuhnya, atau
pendirian yang konsisten. Orang yang beriman berarti memiliki kecerdasan, kemauan,
dan ketrampilan.
2. A) ِإَّن ِف ي َخ ْل ِق ال َّس ا ا ِت اَأْل ِض ا ْخ ِت اَل ِف ال َّلْي ِل ال َّن ا ِر آَل ا ٍت ُأِلو ِلي ا َأْلْل ا ِب
َب َي َو َه َم َو َو ْر َو
َف َّك و َن ِف ي ْل ِق ال َّس ا ا ِت ِبِه َّل ِق َّلِذ
َم َو َخ ا ي َن َيْذ ُك ُر و َن ال َه َي ا ًم ا َو ُقُع و ًد ا َو َع َل ٰى ُج ُنو ْم َو َيَت ُر
اَأْلْر ِض َر َّبَن ا َم ا َخ َلْق َت َٰه َذ ا َبا ِط اًل ُس ْب َح ا َنَك َفِق َن ا َع َذ ا َب الَّنا ِر
َو
Bacaan Arab-Latin : Inna fii kholqis samaawaati wal ardli wakhtilaafil laili wan
nahaari la-aayaatil l-ulil albaab
Alladziina yadzkuruunallooha qiyaamaw wa qu’uudaw wa ‘alaa junuubihim
wayatafakkaruuna fii kholqis samaawaati wal ardli robbanaa maakholatqa haaadzaa
baathilaa, subhaanaka faqinaa ‘adzaaban naar
Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha
Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Berdasarkan ayat diatas (Ali-Imran : 190-191), mereka disebut manusia ulil albab
karena senantiasa menggunakan akalnya untuk mentadabburi, mengobservasi,
memikirkan, menghayati, mengintrospeksi akan adanya sesuatu yang telah diciptakan
oleh sang Khaliq yaitu Allah SWT. Dalam mindsetnya bahwa semua yang ada di alam
semesta ini yang telah diciptakan oleh Allah SWT, tidak ada satupun yang sia-sia.
Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa
yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya
Dalam surat Qaaf Ayat 16 menjelaskan bahwa Allah tidak ada sesuatu pun yang
samar atau tersembunyi bagi-Nya. Allah mengetahui keadaan manusia walau yang
paling tersembunyi sekali pun.
Allah memberitahukan bahwa Dia-lah semata yang menciptkan jenis manusia, baik
lelaki maupun perempuan. Dia mengetahui hal-ihwal manusia serta rahasia mereka
dan bisikan jiwa mereka, dan sesungguhnya Dia “lebih dekat kepadanya daripada urat
lehernya”
C) Hakikat kesempurnaan manusia menurut Q.S. Ali-Imran (3) : 190-191 dan Q.S.
Qaaf (50) : 16 ialah, Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik mungkin
dan memberikan akal pikiran agar manusia senantiasa menggunakan nya untuk
mentadabburi, mengobservasi, memikirkan, menghayati, mengintrospeksi akan segala
sesuatu yang telah diciptakan oleh Allah SWT.
Allah SWT mengetahui segala perbuatan atau perilaku manusia sekalipun dilakukan
secara tersembunyi. Allah SWT juga mendengar bisikan dari jiwa mereka karena
sesungguhnya Dia “lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”
B) Berdasarkan QS. Al-Hujuraat: 13 dan QS. Az-Zukhruf: 32, asal usul pembentukan
masyarakat bermula dari fitrah manusia untuk bersama dengan orang, lalu
terbentuklah hubungan sosial yang melahirkan aturan atau norma.
Dalam perkembangannya, seiring dengan pertambahan individu dan tingkat
kebudayaan, dalam sebuah masyarakat terdapat suatu sistem yang kopleks yang
melibatkan berbagai macam unsur. Hubungan-hubungan sosial sebagaimana
diuraikan diatas memiliki struktur dan dinamika nya sendiri.
Struktur masyarakat atau disebut juga struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara
unsur-unsur sosial yang pokok, yakni kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial,
kelompok-kelompok sosial serta lapisan-lapisan sosial. Sementara dinamika sosial
adalah apa yang disebut dengan proses sosial dan perubahan-perubahan sosial.
C) Kriteria masyarakat beradab dan sejahtera dari sudut pandang masyarakat madani
adalah masyarakat yang adil, terbuka, dan demokratis, dengan landasan takwa kepada
Allah dan taat kepada ajaran-Nya. Membangun hubungan yang baik dengan Allah dan
manusia merupakan bentuk perwujudan takwa kepada Allah. Hubungan itu tentu saja
harus dilandasi dengan berbudi luhur dan akhlak mulia.
Dalam konteks tersebut menjadi jelas bahwa masyarakat madani adalah masyarakat
berbudi luhur mengacu kepada kehidupan masyarakat berkualitas dan beradab.
D) Untuk mencapai masyarakat yang beradab dan sejahtera itu maka masyarakat
madani harus ditegakkan atas prinsip-prinsip berikut ini :
- Keadilan :
Keadilan merupakan kemestian yang bersifat fitrah yang harus ditegakkan oleh setiap
individu sebagai pengejawantahan dari perjanjian primordial dimana manusia
mengakui Allah sebagai Tuhan nya.
- Supremasi Hukum
Keadilan diatas harus dipraktikkan dalam semua aspek kehidupan. Dimulai dari
mengakkan hukum yang adil, itu artinya sudah menjalankan amanah yang
diperintahkan untuk dilaksanakan kepada yang berhak
- Egalitarianisme (Persamaan)
Egalitarianisme artinya adalah persamaan, tidak mengenal sistem dinasti geneologis.
Artinya adalah masyarakat madani tidak melihat keutamaan atas dasar keturunan, ras,
etnis, melainkan atas prestasi.
- Pluralisme
Pluralisme yang dimaksud tidak sebatas mengakui bahwa masyarakat itu plural
melainkan juga harus disertai dengan sikap yang tulus bahwa keberagaman
merupakan bagian dari karunia Allah dan rahmat-Nya karena akan memperkaya
budaya melalui interaksi dinamis dengan pertukaran budaya yang beraneka ragam itu.
- Pengawasan Sosial
Pengawasan sosial baik secara individu maupun lembaga merupakan suatu keharusan
yang didasarkan atas prinsip fitrah manusia baik sehingga senantiasa bersikap husnu
al-dzan. Pengawasan sosial ini menjadi penting terutama ketika kekuatan baik,
kekuatan uang, maupun kekuatan kekuasaan cenderung menyeleweng sehingga
perwujudan masyarakat beradab dan sejahtera hanya slogan semata.
Pengawasab sosial harus berdiri atas dasar asas-asas tidak bersalah sebelum terbukti
sebaliknya.