Anda di halaman 1dari 12

M5 Gender

Order and
Colonialism
Fitri H Oktaviani, SS., SE., M.Commun
Perkuliahan
Pada perkuliahan ke 5-6, kita akan melakukan discovery dan kolaboratif learning.

Tujuannya adalah agar mahasiswa terbiasa melakukan pemecahan masalah sendiri secara
bekerja sama, menggunakan kreatifitas dan pemilkiran kritis dalam memecahkan masalah
Pada pertemuan ke-5 mahasiswa bertugas untuk membaca dan menulis critical review atas
bacaan jurnal dan text yang diberikan
Pada pertemuan ke-6 mahasiwa akan mempresentasikan hasilnya di kelas (masing-masing
kelompok 15 menit)
Tugas diselenggarakan secara kelompok
Critical Literature Review (Kajian Pustaka)

• Buatlah sebuah review kritis sebanyak 3-4 halaman (spasi 1.5) melalui membaca
bacaan wajib terlampir ditambah bacaan opsional jika anda memilikinya.
• Critical literature review tidak sama dengan summary/ rangkuman. Anda harus
memiliki posisi yang terlihat jelas dalam tulisan anda. Posisi dapat dituliskan dalam
bentuk orang ketiga ”Gender order merupakan konsep yang krusial untuk dipelajari”
atau dalam bentuk orang pertama “Kami berargumen bahwa gender order
merupakan suatu hal yang nyata dalam masyarakat, namun tidak banyak dipahami.”
Tujuan Tugas Kajian Pustaka
Mendefinisikan konsep “gender order”, apa alasan hal tersebut terjadi dalam
masyarakat, dan bagaimana contohnya?

Mendefiniskan “femininitas (femininity)” dan “maskulinitas/masculinity” dan seperti


apa contohnya dalam masyarakat.

Mengapa masyarakat dengan sukarela mematuhi “gender order”? Apa yang dimaksud
dengan hegemonic masculinity dan emphasized femininity? Contohnya seperti apa?

Apakah yang dimaksud dengan kolonialisme, dan apa dampaknya bagi gender order
dan konstruksi maskulinitas dan femininitas? Berikan contohnya.
Dalam mengembangkan kajian pustaka, hendaknya anda
berpedoman atas pertanyaan tersebut. Tidak asal kutip/
comot, jika tidak relevan, tidak perlu dimasukkan.

Kajian Pustaka Mohon tidak sekedar men-copy dari google translate artikel
ke tugas literatur anda. Anda harus bisa benar-benar
- kritis memahami bacaan anda. Dan menuliskan dengan kata-kata
sendiri.

Anda boleh mengutip dari artikel/ jurnal tambahan. Namun


periksa jurnalnya apakah termasuk jurnal predator/ tidak.
Caranya adalah cek nama jurnal, apakah terindeks. Misal di
SINTA untuk jurnal Indonesia, dan atau indeks lain (Scopus,
Thomson Reuters, dll).
Semua kutipan dalam teks harus tercantum
Kajian Pustaka - kritis
dalam daftar pustaka dan sebaliknya.

Daftar pustaka ditulis dengan pedoman APA –


terlampir (alfabetikal dari nama belakang). Titik,
koma, huruf miring harus diperhatikan.

Ketika selesai menulis, anda baca lagi. Apakah


pembaca sudah bisa menangkap jawaban dari
slide ke-4 (tujuan) dalam membaca artikel critical
literature review anda?
Contoh
menulis
literature
review
Contoh 1
Suara penulis
Di Indonesia, kajian mengenai konstruksi kecantikan pada (posisi)
umumnya berada pada ranah komunikasi dan cultural studies
dengan kritisi mengenai konstruksi kecantikan pada iklan kosmetik. Kutipan, hanya
Sebagai contoh, riset yang dilakukan oleh Saraswati (2013) ditulis yang
mengeksplorasi hirarki warna kulit di dalam praktik skin lightening relevan
(pemutih kulit) di Indonesia. Prianti (2013) mengkritisi representasi
kecantikan perempuan pada iklan produk kecantikan di Indonesia Kutipan, hanya
yang hanya menampilkan kecantikan permukaan dan tidak sesuai ditulis yang
dengan etika dan moral tradisional. Kritik atas iklan produk relevan
kecantikan juga diungkapkan oleh Sugiharti (2018) yang menganalisis Kutipan, hanya
iklan kosmetika yang menciptakan konflik atas standar kecantikan ditulis yang
berdasar Korea yang tidak sesuai dengan genetika orang Indonesia. relevan
Hal ini menimbulkan imajinasi kecantikan ideal yang tidak realistis
bagi kebanyakan orang Indonesia. Suara penulis
(posisi)

Sumber: Oktaviani, Avina, & Destrity (2021)


Contoh 2
Postfeminisme, yang dalam penelitian ini didefinisikan
sebagai formasi diskursif, sensibilitas, atau “cultural dispositif” Definisi, referensi
memberikan idealisasi identitas perempuan kontemporer yang
berangkat dari negara-negara barat (Gill dkk, 2017, h. 230). Suara penulis
Postfeminisme tidak sama dengan feminisme. Jika feminisme
adalah gerakan dalam membela hak perempuan, postfeminisme
adalah sensibilitas yang terutama muncul pada media kontemporer Penjelasan,
mengenai bagaimana “keperempuanan (femininitas) itu referensi
seharusnya” (Oktaviani, dkk, 2021). Karena di negara-negara barat
gerakan feminisme dianggap cukup sukses dalam membawa
dukungan yang cukup baik bagi kesetaraan perempuan, maka fokus Penjelasan,
budaya populer kontemporer lebih kepada menciptakan idealisasi referensi
“keperempuanan” yang dikembalikan dalam ranah domestik, tetapi
dengan kebebasan dan agensi (contohnya: konstruksi girl power
dari band Spice Girl) (McRobbie, 2008).

Sumber: Oktaviani, Avina, & Destrity (2021)


Kutipan dalam teks
✓ Dalam APA, kutipan ditulis di belakang kalimat (nama belakang,
tahun).
✓ Format menulis “Menurut nama belakang (tahun)….” bisa dilakukan
namun sebisa mungkin dihindari karena membuat kalimat sulit dibaca.
Biasanya hanya ketika yang dikutip sangat penting (misal riset seminal
Connell), hal itu bisa kita lakukan.
✕ Jangan begini ya:
“ Dikutip dari Nama Depan Nama Belakang dengan artikel yang
berjuduk xxyyzzz, maskulinitas adalah”.
Ini bukan standar penulisan akademik dan bukan standar APA
Bandingkan ini: Mana yang lebih mudah
dibaca? Kiri atau kanan, mengapa?
Menurut Rosenblat (2008, h. 465) Beauty premium didefinisikan sebagai
beauty premium merupakan keunggulan keunggulan seseorang karena dianggap memiliki
seseorang yang dianggap memiliki kemenarikan kemenarikan fisik lebih dibandingkan dengan
fisik lebih dibandingkan dengan orang lain orang lain dalam dunia kerja (Rosenblat, 2008,
dalam dunia kerja. Sedangkan Warhurst, dkk h. 465). Konsep ini secara psikologis dibahas
2012 dalam artikel jurnalnya menyatakan bahwa sebagai lookism dan beauty/pretty privilege
konsep ini secara psikologis dibahas sebagai yang didefinisikan sebagai diskriminasi atas
lookism dan beauty/pretty privilege yang basis fisik bagi orang-orang yang dinilai tidak
didefinisikan sebagai diskriminasi atas basis fisik atraktif (menarik secara fisik) dalam berbagai
bagi orang-orang yang dinilai tidak atraktif hal termasuk lingkungan sosial, perjodohan, dan
(menarik secara fisik) dalam berbagai hal pekerjaan (Warhurst, dkk; 2012). Kami
termasuk lingkungan sosial, perjodohan, dan menggunakan definisi beauty premium karena
pekerjaan. Definisi beauty premium mengambil fokus kami kepada konteks pekerjaan, dimana
fokus kepada konteks pekerjaan, dimana industri dan perusahaan sering memberikan
industri dan perusahaan sering memberikan premium terhadap kecantikan/ kemenarikan
premium terhadap kecantikan/ kemenarikan seseorang terlepas dari skill dan kompetensi
seseorang terlepas dari skill dan kompetensi mereka.
mereka.

Sumber: Oktaviani, Avina, & Destrity (2021)


Connell, R. (2009). Short introductions: Gender. Cambridge: Polity. Chapter 1 and
chapter 4.

Connell, R. W., & Messerschmidt, J. W. (2005). Hegemonic masculinity: Rethinking


the concept. Gender & society, 19(6), 829-859.
Referensi Wajib -

Gouda, F., (1949) Representing Maculinity: Male Citizenship in modern western


culture.

Oktaviani, F. H., McKenna, B., & Fitzsimmons, T. (2021). Trapped within ideological
wars: Femininities in a Muslim society and the contest of women as
leaders. Gender, Work & Organization, 28(3), 1152-1176.
dikutip

Prianti, D. D. (2019). The identity politics of masculinity as a colonial legacy. Journal


of Intercultural Studies, 40(6), 700-719.

Prianti, D. D. (2018). Towards the westernized body: a popular narrative reinforced


by men's lifestyle magazines in Indonesia. Inter-Asia Cultural Studies, 19(1), 103-
116.

Anda mungkin juga menyukai