Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di perguruan tinggi, menulis merupakan hal terpenting. Tidak hanya bagi mahasiswa
yang berasal dari program studi bahasa saja yang membuat sebuah karangan, tetapi
program studi lainnya pun mengajarkan mahasiswa untuk dapat membuat suatu karangan
baik itu karangan ilmiah maupun karangan non-ilmiah. Hal ini bertujuan agar mahasiswa
terbiasa menulis sehingga diharapkan lebih mudah dalam penyusunan tugas akhir
mahasiswa (Tempo, 2016).
Salah satu karangan yang diajarkan di perguruan tinggi yaitu esai. Menurut Wicaksono
(2017), esai adalah karangan pendek tentang suatu fakta yang dikupas menurut pandangan
pribadi penulisnya. Esai yang baik memiliki ciri-ciri dan struktur tersendiri. Ciri-ciri esai
yang baik adalah berbentuk prosa, singkat, memiliki gaya khas, tidak utuh, memenuhi
keutuhan tulisan dan bersifat individu. Selain itu, esai yang baik harus memiliki beberapa
struktur sehingga membuat esai menjadi lebih utuh yaitu pendahuluan, isi atau pembahasan
dan kesimpulan atau penutup. Struktur-struktur di atas harus ada dalam esai yang baik
(Tempo, 2016).
Meskipun dari definisi, ciri-ciri dan struktur esai terlihat simpel dan mudah, tidak
jarang mahasiswa masih belum bisa membuat karangan esai dengan baik dan benar. Guru
Besar Ilmu Politik dari Northwestern Unversity, Chicago, Amerika Serikat, Jeffrey A
Winters, mengaku masih menemukan plagiarisme dalam penulisan esai akademik
mahasiswa Indonesia. Indikasi plagiarisme ini kerap muncul dalam seleksi lomba
menulis akademik 2015 yang diselenggarakan ISRSF di Indonesia. "Sekitar seperempat
dari esai yang masuk melakukan plagiarisme dalam jumlah banyak," kata Winters lagi
(Tempo, 2016).
Kurangnya minat dan pengetahuan mahasiswa dalam pembuatan esai diduga menjadi
penyebab dari plagiarisme yang dilakukan oleh mahasiswa di Indonesia. Mahasiswa dirasa
kurang memahami bagaimana cara membuat esai dengan baik padahal mahasiswa
kedepannya dituntut untuk membuat tugas akhir yang dirasa lebih sulit daripada membuat
sebuah esai. Selain itu, perguruan tinggi juga memiliki peran dalam tingkat pemahaman
mahasiswanya terhadap pembuatan esai (Tempo, 2016).
Berdasarkan uraian di atas, pemahaman mahasiswa terhadap teknik membuat esai
dengan baik sangat diperlukan agar menunjang mahasiswa itu sendiri dalam penyususan

1
tugas akhir ketika akan lulus dari perguruan tinggi. Selain itu, mahasiswa juga bisa
mengutarakan pendapatnya di khalayak umum dengan tepat dan sistematis sehingga apa
yang akan mereka sampaikan terhadap suatu isu tertentu mudah dipahami oleh pembaca
(Tempo, 2016).

1.2 Rumusan Makalah


1.2.1 Apa pengertian esai ?
1.2.2 Bagaimanakah ciri – ciri esai yang baik dan benar ?
1.2.3 Apa saja struktur esai ?
1.2.4 Apa saja jenis-jenis atau tipe esai ?
1.2.5 Bagaimana teknik membuat esai yang baik dan benar ?
1.2.6 Bagaimana contoh esai yang baik dan benar ?

1.3 Tujuan Makalah


1.3.1 Mengetahui pengertian esai.
1.3.2 Menambah wawasan tentang ciri – ciri esai yang baik dan benar.
1.3.3 Menambah wawasan tentang struktur esai.
1.3.4 Mengetahui jenis atau tipe esai.
1.3.5 Menambah wawasan tentang teknik membuat esai yang baik dan benar.
1.3.6 Menambah wawasan tentang contoh esai yang baik dan benar.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Esai


Menurut KBBI, esai adalah karangan prosa yang membahas sesuatu secara sepintas
lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Menurut kamus Webster’s (essay) adalah: a
short literary composition of an analytical, interpretive, or reflective kind, dealing with its
subject in a nontechnical, limited, often unsystematic way and, usually, expressive of the
author’s out-look and personality. Menurut ilmu jurnalistik, esai adalah tulisan berupa
pendapat seseorang tentang suatu permasalahan ditinjau secara subjektif dari berbagai
aspek/bidang kehidupan (Rahardi, 2006). Menurut Wicaksono (2017), esai adalah
karangan pendek tentang suatu fakta yang dikupas menurut pandangan pribadi penulisnya.

2.2 Ciri – Ciri Esai


Menurut Budiyono (2012), ada beberapa ciri dari sebuah esai yaitu:
a. Mempunyai perihal pokok yang dikemukakan sebagai isi pokok komunikasi
b. Dibangun oleh sejumlah unsur (kata, kalimat, dan paragraf)
c. Menyajikan isi secara utuh
d. Berbentuk prosa
e. Menceritakan tentang suatu masalah secara sepintas
f. Dituliskan berdasarkan sudut pandang pribadi penulis
g. Mengungkapkan persoalan yang terdapat di dalamnya sebatas ketertarikan penulisnya
mengenai persoalan tersebut
h. Hal yang dipersoalkan tidak dibahas secara mendalam
i. Terdiri atas beberapa paragraf
j. Mempunyai pendahuluan, isi (batang tubuh), dan simpulan
k. Memiliki aspek-aspek pembangun, yaitu pemaparan isi, penerapan retorika, dan
penerapan kebahasaan.

2.3 Struktur Esai


Menurut Wahyudi (2015), pada dasarnya, sebuah esai terbagi minimum dalam lima
paragraf. Dalam paragraf pertama penulis memperkenalkan topik yang akan dikemukakan,
berikut tesisnya. Tesis ini harus dikemukakan dalam kalimat yang singkat dan jelas, sedapat
mungkin pada kalimat pertama. Selanjutnya pembaca diperkenalkan pada tiga paragraf

3
berikutnya yang mengembangkan tesis tersebut dalam beberapa sub topik. Pada paragraf
kedua sampai kelima disebut tubuh dari sebuah esai yang memiliki struktur yang sama.
Kalimat pendukung tesis dan argumen-argumennya dituliskan sebagai analisa dengan
melihat relevansi dan relasinya dengan masing-masing sub topik. Paragraf kelima
merupakan paragraf kesimpulan. Tuliskan kembali tesis dan sub topik yang telah dibahas
dalam paragraf kedua sampai kelima sebagai sebuah sintesis untuk meyakinkan pembaca.
Seluruh esai sebaiknya menyertakan struktur sebagai berikut :
a. Pendahuluan
Pendahuluan adalah bagian dimana penulis menjawab pertanyaan dan
menyediakan rangkuman dari isi argumen. Menceritakan kepada pembaca isi argumen
dan alasan pasti bahwa itu adalah jawaban yang tepat. Membuat pendahuluan singkat
dan padat, namun wajib menampilkan semua ide di dalamnya.
b. Isi
Isi adalah bagian dimana penulis menjawab pertanyaan dengan cara
mengembangkan argumen-argumen selanjutnya. Disini penulis mengeluarkan seluruh
pengetahuan dan informasi yang dimiliki berkaitan dengan jawabannya. Menggunakan
contoh-contoh yang relevan serta kutipan-kutipan untuk mendukung argumen. Sangat
penting bagi untuk menyusun struktur isi sebaik mungkin. Jika pertanyaan yang ada
terdiri dari beberapa bagian, akan perlu membuat susunan isi yang berkaitan dengan
setiap bagian dari pertanyaan tersebut.
c. Kesimpulan
Kesimpulan harus merujuk pada bagian pendahuluan serta menunjukkan bahwa
Anda telah menjawab pertanyaan yang ada. Sambungkan kembali dengan argumen-
argumen dan kaitkan jawaban ke pertanyaannya. Jangan pernah menampilkan informasi
baru dalam kesimpulan. Jika ternyata mempunyai informasi baru, pastikan dimana bisa
memasukkan informasi baru tersebut ke bagian isi.

2.4 Jenis-Jenis atau Tipe Esai


Adapun jenis-jenis dan tipe esai, sebagai berikut:
1. Esai Ekspositori
Esai ini menjelaskan subyek ke pembaca. Biasanya dilengkapi dengan
penjelasan tentang proses, membandingkan dua hal, identifikasi hubungan sebab-
akibat, menjelaskan dengan contoh, membagi dan mengklasifikasikan, atau
mendefinisikan. Urutan penjelasannya sangat bervariasi, tergantung dari tipe esai
ekspositori yang dibuat. esai proses akan menyajikan urutan yang bersifat

4
kronologis (berdasarkan waktu); esai yang membandingkan akan menjelaskan
dengan contoh-contoh; esai perbandingan atau klasifikasi akan menggunakan
urutan kepentingan (terpenting sampai yang tak penting, atau sebaliknya); esai
sebab-akibat mungkin mengidentifikasi suatu sebab dan meramalkan akibat, atau
sebaliknya, mulai dengan akibat dan mencari sebabnya (Purba, 2008).
2. Esai Naratif
Menggambarkan suatu ide dengan cara bertutur. Kejadian yang
diceritakan biasanya disajikan sesuai urutan waktu. Esai persuasif bersuaha
mengubah perilaku pembaca atau memotivasi pembaca untuk ikut serta dalam
suatu aksi/tindakan. Esai ini dapat menyatakan suatu emosi atau tampak
emosional. Rincian pendukung biasanya disajikan berdasarkan urutan
kepentingannya (Purba, 2008).
3. Esai Deskriptif
Esai jenis ini dapat menuliskan subjek atau objek apa saja yang dapat
menarik perhatian pengarang. Ia bisa mendeskripsikan sebuah rumah, sepatu,
tempat rekreasi, dan sebagainya. Perlu diingat bahwa hampir setiap objek,
fenomena, atau peristiwa dapat dilihat dari sudut yang berbeda oleh individu yang
berbeda (Purba, 2008).
4. Esai Tajuk
Esai jenis ini dapat dilihat dalam surat kabar dan majalah. Esai ini
mempunyai satu fungsi khusus, yaitu menggambarkan pandangan dan sikap surat
kabar/majalah tersebut terhadap satu topik dan isyu dalam masyarakat. Dengan
esai tajuk, surat kabar tersebut membentuk opini pembaca. Tajuk surat kabar tidak
perlu disertai dengan nama penulis (Purba, 2008).
5. Esai Cukilan Watak
Esai ini memperbolehkan seorang penulis membeberkan beberapa segi
dari kehidupan individual seseorang kepada para pembaca. Lewat cukilan watak
itu pembaca dapat mengetahui sikap penulis terhadap tipe pribadi yang dibeberkan.
Disini penulis tidak menuliskan biografi. Ia hanya memilih bagian-bagian yang
utama dari kehidupan dan watak pribadi tersebut (Purba, 2008).
6. Esai Pribadi
Esai ini hampir sama dengan esai cukilan watak, akan tetapi esai pribadi
ditulis sendiri oleh pribadi tersebut tentang dirinya sendiri. Penulis akan
menyatakan “Saya adalah saya. Saya akan menceritakan kepada saudara hidup

5
saya dan pandangan saya tentang hidup”. Ia membuka tabir tentang dirinya sendiri
(Purba, 2008).
7. Esai Reflektif
Esai reflektif ditulis secara formal dengan nada serius. Penulis
mengungkapkan dengan dalam, sungguh-sungguh, dan hati-hati beberapa topik
yang penting berhubungan dengan hidup, misalnya kematian, politik, pendidikan,
dan hakikat manusiawi. Esai ini ditujukan kepada para cendekiawan (Purba, 2008).
8. Esai Dokumentatif
Memberikan informasi berdasarkan suatu penelitian di bawah suatu
institusi atau otoritas tertentu. Esai ini mengikuti panduan dari MLA, APA, atau
panduan Turabian (Purba, 2008).
9. Esai Kritik
Penulis memusatkan diri pada uraian tentang seni, misalnya lukisan,
tarian, pahat, patung, teater, kesusasteraan. esai kritik bisa ditulis tentang seni
tradisional, pekerjaan seorang seniman pada masa lampau, tentang seni
kontemporer. esai ini membangkitkan kesadaran pembaca tentang pikiran dan
perasaan penulis tentang karya seni. Kritik yang menyangkut karya sastra disebut
kritik sastra (Purba, 2008).

2.5 Teknik Menulis Esai


Untuk membuat sebuah esai yang berkualitas, diperlukan kemampuan dasar menulis
dan latihan yang terus menerus. Berikut ini panduan dasar dalam menulis sebuah esai.
Sebuah esai terbagi minimum dalam lima paragraf :
1. Paragraf pertama
Dalam paragraf ini penulis memperkenalkan topik yang akan
dikemukakan, berikut tesisnya. Tesis ini harus dikemukakan dalam kalimat yang
singkat dan jelas, sedapat mungkin pada kalimat pertama. Selanjutnya pembaca
diperkenalkan pada tiga paragraf berikutnya yang mengembangkan tesis tersebut
dalam beberapa sub topik (Purba, 2008).
2. Paragraf kedua sampai kelima
Ketiga paragraf ini disebut tubuh dari sebuah esai yang memiliki struktur
yang sama. Kalimat pendukung tesis dan argumen-argumennya dituliskan sebagai
analisa dengan melihat relevansi dan relasinya dengan masing-masing sub topik
(Purba, 2008).

6
3. Paragraf kelima (terakhir)
Paragraf kelima merupakan paragraf kesimpulan. Tuliskan kembali tesis
dan sub topik yang telah dibahas dalam paragraf kedua sampai kelima sebagai
sebuah sintesis untuk meyakinkan pembaca (Purba, 2008).

2.5.1 Langkah-langkah membuat Esai


1. Memilih Topik
Bila topik telah ditentukan, anda mungkin tidak lagi memiliki kebebasan
untuk memilih. Namun demikian, bukan berarti anda siap untuk menuju
langkah berikutnya.Pikirkan terlebih dahulu tipe naskah yang akan anda tulis.
Apakah berupa tinjauan umum, atau analisis topik secara khusus? Jika hanya
merupakan tinjauan umum, anda dapat langsung menuju ke langkah
berikutnya. Tapi bila anda ingin melakukan analisis khusus, topik anda harus
benar-benar spesifik. Jika topik masih terlalu umum, anda dapat
mempersempit topik anda. Sebagai contoh, bila topik tentang “Indonesia”
adalah satu topik yang masih sangat umum. Jika tujuan anda menulis sebuah
gambaran umum (overview), maka topik ini sudah tepat. Namun bila anda
ingin membuat analisis singkat, anda dapat mempersempit topik ini menjadi
“Kekayaan Budaya Indonesia” atau “Situasi Politik di Indonesia. Setelah anda
yakin akan apa yang anda tulis, anda bisa melanjutkan ke langkah berikutnya.
Bila topik belum ditentukan, maka tugas anda jauh lebih berat. Di sisi lain,
sebenarnya anda memiliki kebebasan memilih topik yang anda sukai, sehingga
biasanya membuat esai anda jauh lebih kuat dan berkarakter (Purba, 2008).
2. Tentukan Tujuan
Tentukan terlebih dahulu tujuan esai yang akan anda tulis. Apakah untuk
meyakinkan orang agar mempercayai apa yang anda percayai? Menjelaskan
bagaimana melakukan hal-hal tertentu? Mendidik pembaca tentang seseorang,
ide, tempat atau sesuatu? Apapun topik yang anda pilih, harus sesuai dengan
tujuannya (Purba, 2008).
3. Tuliskan Minat Anda
Jika anda telah menetapkan tujuan esai anda, tuliskan beberapa subyek
yang menarik minat anda. Semakin banyak subyek yang anda tulis, akan
semakin baik. Jika anda memiliki masalah dalam menemukan subyek yang
anda minati, coba lihat di sekeliling anda. Adakah hal-hal yang menarik di

7
sekitar anda? Pikirkan hidup anda? Apa yang anda lakukan? Mungkin ada
beberapa yang menarik untuk dijadikan topik. Jangan mengevaluasi subyek-
subyek tersebut, tuliskan saja segala sesuatu yang terlintas di kepala (Purba,
2008).
4. Evaluasi Potensial Topik
Jika telah ada bebearpa topik yang pantas, pertimbangkan masing-masing
topik tersebut. Jika tujuannya mendidik, anda harus mengerti benar tentang
topik yang dimaksud. Jika tujuannya meyakinkan, maka topik tersebut harus
benar-benar menggairahkan. Yang paling penting, berapa banyak ide-ide yang
anda miliki untuk topik yang anda pilih. Sebelum anda meneruskan ke langkah
berikutnya, lihatlah lagi bentuk naskah yang anda tulis. Sama halnya dengan
kasus dimana topik anda telah ditentukan, anda juga perlu memikirkan bentuk
naskah yang anda tulis (Purba, 2008).
5. Membuat Outline
Menurut Purba, tujuan dari pembuatan outline adalah meletakkan ide-ide
tentang topik anda dalam naskah dalam sebuah format yang terorganisir.
a. Mulailah dengang menulis topik anda di bagian atas.
b. Tuliskan angka romawi I, II, III di sebelah kiri halaman tersebut, dengan
jarak yang cukup lebar diantaranya.
c. Tuliskan garis besar ide anda tentang topik yang anda maksud:
- Jika anda mencoba meyakinkan, berikan argumentasi terbaik.
- Jika anda menjelaskan satu proses, tuliskan langkah-langkahnya
sehingga dapat dipahami pembaca.
- Jika anda mencoba menginformasikan sesuatu, jelaskan kategori
utama dari informasi tersebut.
d. Pada masing-masing romawi, tuliskan A, B, dan C menurun di sis kiri
halaman tersebut. Tuliskan fakta atau informasi yang mendukung ide
utama.
6. Menuliskan Tesis
Suatu pernyataan tesis mencerminkan isi esai dan poin penting yang akan
disampaikan oleh pengarangnya. Anda telah menentukan topik dari esai anda,
sekarang anda harus melihat kembali outline yang telah anda buat, dan
memutuskan poin penting apa yang akan anda buat. Menurut Purba,
Pernyataan tesis anda terdiri dari dua bagian:

8
a. Bagian pertama menyatakan topik. Contoh: Budaya Indonesia, Korupsi di
Indonesia
b. Bagian kedua menyatakan poin-poin dari esai anda. Contoh: memiliki
kekayaan yang luar biasa, memerlukan waktu yang panjang untuk
memberantasnya, dst.
7. Menuliskan Tubuh Esai
Bagian ini merupakan bagian paling menyenangkan dari penulisan sebuah
esai. Anda dapat menjelaskan, menggambarkan dan memberikan argumentasi
dengan lengkap untuk topik yang telah anda pilih. Masing-masing ide penting
yang anda tuliskan pada outline akan menjadi satu paragraf dari tubuh tesis
anda. Masing-masing paragraf memiliki struktur yang serupa:
a. Mulailah dengan menulis ide besar anda dalam bentuk kalimat. Misalkan
ide anda adalah: “Pemberantasan korupsi di Indonesia”, anda dapat
menuliskan: “Pemberantasan korupsi di Indonesia memerlukan kesabaran
besar dan waktu yang lama”
b. Kemudian tuliskan masing-masing poin pendukung ide tersebut, namun
sisakan empat sampai lima baris.
c. Pada masing-masing poin, tuliskan perluasan dari poin tersebut. Elaborasi
ini dapat berupa deskripsi atau penjelasan atau diskusi
d. Bila perlu, anda dapat menggunakan kalimat kesimpulan pada masing-
masing paragraf.
e. Setelah menuliskan tubuh tesis, anda hanya tinggal menuliskan dua
paragraf: pendahuluan dan kesimpulan.
8. Menulis Paragraf Pertama
a. Mulailah dengan menarik perhatian pembaca.
b. Memulai dengan suatu informasi nyata dan terpercaya. Informasi ini tidak
perlu benar-benar baru untuk pembaca anda, namun bisa menjadi ilustrasi
untuk poin yang anda buat.
c. Memulai dengan suatu anekdot, yaitu suatu cerita yang menggambarkan
poin yang anda maksud. Berhati-hatilah dalam membuat anekdot. Meski
anekdot ini efektif untuk membangun ketertarikan pembaca, anda harus
menggunakannya dengan tepat dan hati-hati.
d. Menggunakan dialog dalam dua atau tiga kalimat antara beberapa
pembicara untuk menyampaikan poin anda.

9
e. Tambahkan satu atau dua kalimat yang akan membawa pembaca pada
pernyataan tesis anda.
f. Tutup paragraf anda dengan pernyataan tesis anda.
9. Menuliskan Kesimpulan
Kesimpulan merupakan rangkuman dari poin-poin yang telah anda
kemukakan dan memberikan perspektif akhir anda kepada pembaca. Tuliskan
dalam tiga atau empat kalimat (namun jangan menulis ulang sama persis
seperti dalam tubuh tesis di atas) yang menggambarkan pendapat dan perasaan
anda tentang topik yang dibahas. Anda dapat menggunakan anekdot untuk
menutup esai anda (Purba, 2008).
10. Memberikan Sentuhan Akhir
a. Teliti urutan paragraf Mana yang paling kuat? Letakkan paragraf terkuat
pada urutan pertama, dan paragraf terlemah di tengah. Namun, urutan
tersebut harus masuk akal. Jika naskah anda menjelaskan suatu proses,
anda harus bertahan pada urutan yang anda buat.
b. Teliti format penulisan. Telitilah format penulisan seperti margin, spasi,
nama, tanggal, dan sebagainya.
c. Teliti tulisan. Anda dapat merevisi hasil tulisan anda, memperkuat poin
yang lemah. Baca dan baca kembali naskah anda.
d. Apakah masuk akal? Tinggalkan dulu naskah anda beberapa jam,
kemudian baca kembali. Apakah masih masuk akal?
e. Apakah kalimat satu dengan yang lain mengalir dengan halus dan lancar?
Bila tidak, tambahkan bebearpa kata dan frase untuk menghubungkannya.
Atau tambahkan satu kalimat yang berkaitan dengan kalimat sebelumnya.
f. Teliti kembali penulisan dan tata bahasa anda.
Menurut Rahardi (2006), berikut ini dijelaskan beberapa hal yang
berkaitan dengan teknik penulisan essay (esai), antara lain:
1. Memilih dan menentukan tema atau topik. Pada tahap ini penulis harus dapat
menentukan tinjauan umum dari topik yang akan diangkat dan batasan topik
secara khusus. Pembatasan ini akan mempengaruhi pembahasan dalam
lingkup yang lebih sempit dan spesifik, sehingga pembahasannya mendalam
dan berkarakter kuat.
2. Menentukan judul. Dalam hal ini judul tidak berupa kalimat lengkap, harus
menarik, tidak lebih dari 15 kata, tidak diakhiri dengan titik, bentuknya

10
piramida terbalik, fontnya harus besar dan tebal, dan spesifik pada suatu
topik/objek.
3. Menyusun kerangka. Kerangka esai merupakan garis besar ide yang dibahas,
sehingga esai yang dibuat akan terbih teratur, fokus, dan sistematis.
4. Menuliskan pokok pikiran. Pernyataan eksplisit ini merupakan pendapat
penulis yang akan mencerminkan isi esai (essay) dan poin penting yang akan
disampaikan secara singkat dan jelas.
5. Menyusun pendahuluan. Bagian ini merupakan pengantar yang berisi latar
belakang ditulisnya esai (essay) tersebut. Penulis dapat memberikan
penjelasan, menggambarkan, dan memberikan pendapat secara menyeluruh
untuk topik terpilih.
6. Menulis isi esai. Bagian ini bisa didahului dengan membuat paragraf pembuka
yang memancing minat baca. Penulis dapat memberikan data dan informasi
yang menjadi gambaran untuk poin penulis selanjutnya dan anekdot yang
bersifat persuasif. Lalu penulis menentukan hal-hal yang dibahas, termasuk
subtema untuk mempermudah pembaca memahami pokok pikiran penulis.
7. Menulis Kesimpulan. Kesimpulan dianggap sangat penting karena pada
bagian inilah penulis dapat membentuk opini pembaca yang harus
memberikan kesimpulan pendapat dari gagasan penulis.
8. Melakukan editing. Pada tahap ini penulis harus membaca ulang semua
tulisannya dan meneliti dengan seksama isi, fakta, opini, teori, data, dan tata
bahasa yang digunakan.

2.6. Contoh Esai yang Baik dan Benar


Lingkungan Ini Bukan Sekolah Dasar?
Oleh: Nicolaus Sulistyo Dwicahyo

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki beragam kebudayaan. Dari


sinilah, maka muncul berbagai bahasa yang ikut menghiasi tanah air. Keberagaman
bahasa itu dipersatukan lewat bahasa Indonesia. Bahasa tersebut tidak langsung
muncul dengan sendirinya. karena berawal dari perkembangan bahasa Melayu.
Namun dengan adanya beberapa bahasa daerah yang ada, menjadikan gaya penulisan
di dalam masyarakat Indonesia harus dipelajari kembali. Hal ini tidak bisa dipungkiri,
khususnya masyarakat yang tinggal di daerah Jawa. Mengapa demikian? Karena cara
berbahasa yang melekat dengan kedaerahan itu terkadang terbawa ketika praktik

11
berbahasa Indonesia. Seperti kata “katanya” dan “mestinya” yang diadaptasi dari kata
Jawa yang berbunyi “jarene” dan “kudune”. Bahasa Jawa tidak lepas dari imbuhan
belakang berbunyi “ne”. Inilah kesalahan yang kerap terjadi di dalam bahasa
Indonesia.
Linguistik dan Filologi bahasa Indonesia sebenarnya relatif mudah karena
tidak banyak berubah pada perkembangannya. Namun, mungkin karena banyak orang
menganggap mudah untuk belajar bahasa Indonesia, kita lupa bahwa S-P-O-K yang
ada di dalam suatu kalimat sulit untuk disusun. Jika kalimat tersebut sudah
berkembang menjadi bukan kalimat yang biasa lagi, berarti S-P-O-K juga ikut
berubah.
Hal yang lebih parah terjadi karena kesalahan dalam kurikulum pendidikan
terutama pada Sekolah Menengah Atas (SMA). Perkembangan kurikulum terlihat
semakin kacau. Tidak adanya mata pelajaran yang tepat untuk bahasa Indonesia.
Misalnya saja jika dilihat melalui jurusan. IPA, IPS, dan Bahasa mempunyai mata
pelajaran yang pasti berbeda terutama dalam kebahasaan. Dalam jurusan Bahasa,
masih dipelajari tentang tata bahasa yang baik serta didukung oleh diberikannya 4 jam
tiap minggu pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sedangkan kurikulum yang ada
dalam IPA dan IPS, melupakan pentingnya sebuah kebahasaan. Tidak lagi
mempelajari tata bahasa serta kurangnya jam pelajaran Bahasa Indonesia.
Dampak dari perkembangan kurikulum yang semakin kacau itu terlihat di
FISIP UAJY. Seharusnya, seorang mahasiswa mengetahui bagaimana cara menulis,
apa yang ditulis, dan porsi tulisan yang kemudian terkait dengan layak atau tidaknya
sebuah tulisan itu bisa disebarluaskan. Ini terlihat dari sebuah nawala atau yang lebih
terkenal dengan newsletter. Nawala bernama “si Fisip” milik Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) tersebut, masih banyak menuliskan kata-kata yang salah tulis
sehingga menyebabkan tidak nyaman untuk dibaca. Pada Edisi III, Oktober 2011,
yang bertema Dies Natalis FISIP, si Fisip masih terbit dengan kesalahan kesalahan
hebat. Di luar tata bahasa, nawala ini memiliki penasehat dari Dekanat. Namun, tetap
saja hal itu tidak kemudian mengembangkan dan memperbaiki tulisan berantakan para
mahasiswa.
Pembahasan awal dimulai dengan kesalahan memilih dan menyusun huruf .
Tulisan “malam puncak perayaan Dies FISIP”, tidak ditulis dengan susunan kalimat
yang melihat konteks tulisan dari penulis itu sendiri serta EYD yang dilupakan.
Penulisan “malam” dengan huruf “m” yang tidak menggunakan kapital dan penulisan
“FISIP” yang terus berbeda. Terkadang tidak menggunakan huruf kapital, tapi juga

12
terkadang justru menggunakan huruf kapital semua. Selain itu, penulisan “HMPS
Kom” juga bermasalah. Tulisan “HMPS Kom” terkadang disambung, menggunakan
huruf kapital pada huruf “k”, dan terkadang tidak dengan kapital. Ada nama acara
“akhirnya datang juga”, tetapi sama sekali tidak menggunakan kapital pada huruf awal
di setiap katanya. Penulisan singakatan Unit Kegiatan Mahasiswa juga semena-mena.
Sering tertulis “UKM-UKM”, yang sebenarnya tidak sesuai dengan kaidah penulisan.
Lagipula, mata saya tidak nyaman untuk membacanya. Belum lagi penulisan “tiba-
tiba” dan imbuhan “nya” pada kalimat “…kriteria serta penilaiannya sehingga (tiba-
tiba) UKMnya menang penghargaan”. Saya merasa ini benar-benar bukan kampus
FISIP. Tidak pernah terpikirkan jika kesalahan penulisan sangat dangkal. Tidak
berfungsinya “( )” dan penulisan “nya” tanpa tanda “-“. Pemilihan kata dan tanda baca
yang paling parah terjadi pada beberapa kata dan kalimat, seperti “Salam
mahasiswa!!”, “Mantabbbb!!!”, “Hmmmm..yuummmyyy!!”, dan “…serta sedikit
berenang bersama panitia”. Sejak awal tulisan, nawala ini terlihat disajikan dengan
menggunakan tata bahasa yang baku. Tetapi, pada kenyataannya tetap terjadi banyak
kesalahan pemilihan kata dan tanda baca. Jika harus memilih mana kesalahan kata
yang paling saya senangi, saya akan memilih “sedikit berenang”.
Nawala ini juga seolah-olah menyombongkan diri dengan cara penulisan
bahasa Inggris yang salah. Berawal dari penulisan “open recruitment” dengan cetak
miring, tidak dilanjutkan dengan cara penulisan yang sama pada kata yang lain.
Contohnya, penulisan “Mini Short Course”. Ada juga penulisan “GoesToSchool” yang
salah. Selain tidak dicetak miring, penulis juga tidak menggunakan spasi untuk
memperlihatkan bahwa itu adalah sebuah kalimat.
Pembahasan masih berlanjut, terutama pada pemakaian “-“ dan pemilihan
kata. Nawala ini menggunakan tanda”- -“ untuk memperbanyak kata dan bisa
membuat paragraf lebih tertata. Cara demikian tidak pernah terdengar dan terlihat
sebelumnya, karena yang ada hanya pemakaian tanda”-“ sekali saja. Kemudian,
pemilihan kata yang terkait dengan bahasa gaul masih terjadi. Kata-kata seperti “nah”,
“lah”, dan emoticon “=D” banyak dipakai oleh penulis. Dua kata tersebut adalah kata
yang tidak sesuai dengan kaidah EYD, sedangkan tidak bisa juga memasukkan
emoticon pada sebuah nawala yang bersifat formal. Mahasiswa FISIP UAJY seakan-
akan sudah tidak bisa membedakan mana bahasa SMS dan mana bahasa yang patut
menjadi tulisan formal.
“Sebaliknya, Emanuella Agra mengatakan bahwa Fisip Award bagus buat
motivasi dan melibatkan seluruh masyarakat Fisip. Hugo Gian setuju dengan pendapat

13
dari Agra bahwa acara ini bagus untuk menambah motivasi untuk kemajuan Fisip. Oki
Aprillianti berharap bahwa dengan adanya Fisip Award semoga lebih bermanfaat dan
bisa memberikan banyak informasi kepada mahasiswa. Terakhir, Berto juga
menyetujui pendapat Agra dan Hugo.”
Pembahasan lebih lanjut ada pada kalimat. Suatu kalimat, agar nyaman
dibaca, sebaiknya juga memperhatikan kesinambungan antara kalimat yang satu
dengan seterusnya. Tetapi di sini, terjadi susunan kalimat yang mempunyai kesalahan
fatal. Paragraf di atas memiliki susunan kalimat yang sangat buruk. Kesinambungan
antara kalimat yang satu dengan kalimat seterusnya, seperti dipaksa untuk saling
terkait.
Sebaiknya mahasiswa memiliki kapasitas yang unggul dalam bidang menulis.
Beberapa kali saya berpikir, bagaimana bisa sebuah nawala kampus memiliki
kapasitas menulis yang masih berantakan. Jika menulis saja berantakan, apakah
mungkin cara berpikirnya juga berantakan. Saya sering memikirkan hal tersebut.
Tidak hanya mahasiswa, tetapi terkadang saya juga berpikir apakah mungkin beberapa
dosen juga memiliki kemampuan menulis yang sangat dangkal. Entah, lingkungan apa
yang sedang saya huni sekarang ini.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Di perguruan tinggi, mahasiswa harus terbiasa menulis karangan ilmiah ataupun
karangan non ilmiah sehingga diharapkan mahasiswa terbiasa menulis untuk kebutuhan
tugas akhir mahasiswa. Salah satu karangan yang diajarkan pada mahasiswa yaitu menulis
esai. Esai merupakan karangan pendek tentang suatu fakta yang dikupas menurut
pandangan pribadi penulisnya (Wicaksono, 2017). Esai yang baik dan benar harus
berbentuk prosa, ditulis berdasarkan sudut pandang penulis, hal yang dipersoalkan secara
sepintas dan tidak mendalam, memiliki aspek-aspek pembangun dan mempunyai struktur
meliputi pendahuluan, isi dan kesimpulan. Adapun jenis atau tipe esai yaitu esai
ekspositori, esai naratif, esai deskriptif, esai tajuk, esai cukilan watak, esai pribadi, esai
reflektif, esai dokumentatif, dan esai kritik. Dalam membuat esai terdapat beberapa teknik
yaitu memilih topik yang akan dipilih yang mana akan lebih mudah apabila mengetahui
tujuan dan minat terlebih dulu, membuat outline (garis besar esai), menulis tesis dan tubuh
tesis. Dalam menulis tubuh tesis dimulai dengan paragraf pertama yang berisi suatu
informasi fakta dan menarik pembaca, dan menulis kesimpulan serta pengecekan kembali
sebagai sentuhan terakhir dalam membuat esai.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, maka penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang
lebih banyak dan dapat di pertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran
terhadap penulisan makalah ini, dan juga bisa menanggapi kesimpulan dari bahasan
makalah yang telah di jelaskan untuk membuat makalah menjadi lebih baik lagi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Budiyono, Herman. 2012. Mengembangkan paragraf Sesuai Fungsi dan Posisi dalam
Rangka Menulis Sebuah Tulisan Esai. Jambi. FKIP Universitas Jambi.
FKIP UNS.2011. Esai Pemenang Lomba Esai Mahasiswa Bulan Bahasa 2011. UNS:
Surakarta
KBBI. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Available at:
http://kbbi.web.id/dengan (diakses 10 November 2017).
Purba, Antilan, 2008, Esai Sastra Indonesia Teori dan Penulisan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Rahardi, F. 2006. Panduan Lengkap Menulis Artikel, Feature dan Esai: Modul Dasar
Pelatihan Jurnalistik bagi Pemula Dilengkapi dengan Aneka Contoh Tulisan.
Depok: PT. Kawan Pustaka.
Tempo. 2016. Seperempat Esai Mahasiswa Indonesia Terindikasi Plagiat. Indonesia.
Wahyudi, Diana Rikasari. 2015. Seri Peningkatan Kualitas Pembelajaran TIUI – Panduan
Menulis Esai. Jakarta: Universitas Indonesia
Wicaksono, Andri. 2017. Pengkajian Prosa Fiksi (Edisi Revisi). Yogyakarta: Penerbit
Garudhawaca.

16

Anda mungkin juga menyukai